Anda di halaman 1dari 4

Ringkasan BAB I MPKT-A Kekuatan dan Keutamaan Karakter

Oleh: Faris Muhtadi, Departemen Teknik Elektro, 1306392411

1. Pendahuluan Pembentukan karakter menjadi salah satu kunci dari kemajuan dan pembangunan bangsa. Dan pembentukan karakter juga penting dalam bidang pendidikan mengingat tujuan pendidikan adalah pembentukan watak atau karakter (Santoso 1979). Kekuatan karakter bersumber pada keberadaan manusia sebagai makhluk spiritual. Manusia memiliki daya daya spiritual yang memberikan kebebasan kepadanya untuk melampaui keterbatasannya sebagai makhluk alamiah.

2. Kepribadian dan Karakter Karekter bukan merupakan kepribadian. Menurut Allport (1937:48) kepribadian itu sendiri adalah Organisasi dinamis dari keseluruhan system psiko-fisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya. Dari definisi tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa kepribadian itu sendiri intinya adalah sesuatu yang tampil dalam perilaku yang melibatkan aspek fisik manusia sepeti berjalan dan berbicara. Sedangkan menurut Allport pada tahun yang sama juga, karakter adalah suatu kepribadian yang dievaluasi. Artinya karakter adalah segi segi kepribadian yang ditampilkan keluar serta berkaitan dengan bagaimana cara ia berurusan dengan orang lain. Karakter diperoleh melalui pengasuhan dan pendidikan. Untuk membentuk karakter yang kuat , orang perlu perlu menjalani serangaian proses pemelajaran, pelatihan dan peneladanan.

3. Kekuatan dan Keutamaan Karakter Karakter yang kuat adalah karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan yang merupkan keunggulan manusia. Dan keutamaan sebagai kekuatan karakter dibedakan dari bakat dan kemampuan. 4. Membedakan Keutamaan, Kekuatan Karakter, dan Tema Situasional Peterson dan Seligman (2004) mengemukaan tiga level konseptual dari karakter, yaitu keutamaan, kekuatan dan tema situasional dari karakter. Pembedaan ini berguna untuk kepentingan pengenalan, pengukuran dan pendidikan karakter.Hubungan antara keutamaan, kekuatan dan tema situasional karakter bersifat hierarkis. Keutamaan berada di level atas, lalu kekuatan di level tengah, dan tema situasional di level bawah. Kita dapat mengenali tema situasional tertentu dari karakter, tetapi kita belum dapat menyimpulkan bahwa orang itu memiliki kekuatan tertentu. Kita dapat lebih memastikan kekuatan apa yang dimiliki orang itu jika kita dapat mengenali bahwa orang itu juga menampilkan perilaku-perilaku sesuai tema situasional tertentu dalam beberapa situasi. Kemudian, jika dalam berbagai situasi dan dalam rentang waktu yang relatif lama, seseorang menunjukkan berbagai kekuatan tertentu secara konsisten, baru kita dapat mengenali keutamaan orang itu. Keutamaan merupakan karakteristik utama dari karakter (Peterson & Seligman, 2004). Para filsuf dan agamawan

menjadikan keutamaan sebagai nilai moral oleh karena itu keutamaan dianggap sebagai dasar dari tindakan yang baik. Kekuatan karakter merupakan unsur psikologi, merupakan proses atau mekanisme, yang mendefinisikan keutamaan. Dengan kata lain, keutamaan dapat dicapai melalui pencapaian kekuatan karakter. Tema situasional dari karakter adalah kebiasaan khusus yang mengarahkan orang untuk mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu. Lingkungan juga berperanan penting dalam memfasilitasi munculnya kekuatan karakter melalui pemunculan tema situasional. Semakin banyak dan sering tema situasional ditampilkan semakin terbentuk kekuatan karakter. 5. Kriteria Karakter yang Kuat Peterson dan Seligman (2004) mengemukakan kriteria dari karakter yang kuat sehingga kita dapat mengenalinya dalam sehari-hari. Berikut adalah kriterianya: Karakter yang ciri-cirinya memberikan sumbangan terhadap pembentukan kehidupan yang baik untuk diri sendiri dan sekaligus untuk orang lain Ciri ciri atau kekuatan yang dikandungnya secara moral bernilai sebagai sesuatu yang baik bagi diri sendiri dan orang lain Penampilan ciri-ciri itu tidak menganggu, membatasi atau menghambat orang-orang di sekitarnya Kekuatan karakter tampil dalam rentang tingkah laku individu yang mencakup pikiran, perasaan, dan tindakan serta dapat dikenali, dievaluasi dan diperbandingkan derajat kuat lemahnya. Karakter yang kuat dapat dibedakan dari ciri-ciri yang berlawanan dengannya. Kekuatan karakter diwadahi oleh model atau kerangka piker ideal Kekuatan karakter dapat dibedakan dari sifat positif yang lain tetapi saling berkaitan secara erat Kekuatan karakter juga menjadi ciri yang mengagumkan bagi orang orang yang mempresepsinya Boleh jadi tidak semua ciri karakter yang kuat muncul pada seseorang, tetapi kebanyakan dari ciri-ciri karakter yang kuat tampil pada orang itu

6. Keutamaan dan Kekuatan Karakter yang Membentuknya Dalam membentuk karakter, diperlukan pemahaman mengenai apa saja dan keutamaan dan kekuatan karakter yang sudah dikembangkan manusia. Peterson dan Seligman membuat 24 kekuatan karakter yang tercakup dalam 6 kategori keutamaan, yaitu: Kebijaksanaan dan Pengetahuan Kebijaksanaan dan pengetahuan merupakan keutamaan yang berkaitan dengan fungsi kognitif. Ada lima kekuatan yang tercakup dalam keutamaan ini, yaitu (1) kreativitas, orisinalitas dan kecerdasan praktis, (2) rasa ingin tahu atau minat terhadap dunia, (3) cinta akan pembelajaran, (4) pikiran yang kritis dan terbuka, (5) perspektif atau kemampuan memahami beragam perspektif yang berbeda dan memadukannya secara sinergis untuk pencapaian hidup yang lebih baik. Kemanusiaan dan Cinta Kemanusiaan dan cinta ini merupakan keutamaan yang mencakup kemampuan intrapersonal dan bagaimana menjalin pertemanan dengan orang lain. Keutamaan ini terdiri dari atas kekuatan (1)

baik dan murah hati, (2) selalu memiliki waktu dan tenaga untuk membantuorang lain, mencintai dan membolehkan diri sendiri untuk dicintai, serta (3) kecerdasan social dan kecerdasan emosional Kesatriaan (Courage) Keutamaan kesatriaan merupakan kekuatan emosional yang melibatkan kemauan kuat untuk mencapai suatu tujuan meskipun mendapat halangan atau rintangan baik internal maupun eksternal. Ada empat keutamaan yaitu kekuatan keberanian (bertindak atas keyakinan meskipun tidak populer), ketabahan atau kegigihan (mampu menyesuaikan kata-kata dan perbuatan, serta berpegang pada prinsip dalam berbagai situasi), integritas, kejujuran, dan penampilan diri dengan wajar (mampu menampilkan diri secara tulus), dan vitalitas mencakup semangat, antusiasme, semangat, dan penuh energi (menjalani kehidupan penuh dengan kegembiraan, semangat dan energi). Keadilan (Justice) mendasari kehidupan yang sehat dalam suatu masyarakat. Ada tiga kekuatan, yakni Kewarganegaraan mencakup tanggung jawab sosial, loyalitas dan kesiapan kerja dalam tim (dapat bekerja dengan baik sebagai anggota kelompok yang setia kepada kelompok), kesetaraan (orang memperlakukan semua orang sama di hadapan keadilan), kepemimpinan (menyelesaikan tugas dan pada saat yang sama menjaga hubungan yang baik dengan orang lain dalam kelompok). Pengelolaan diri (Temperance) adalah keutamaan untuk melindungi diri dari segala akibat buruk. Di dalamnya tercakup kekuatan pengampunan (menghindarkan diri dari pesimisme terhadap kebaikan manusia), pengendalian diri (dapat menentukan tindakantindakan yang tepat bagi dirinya sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain), kerendahan hati (tidak melakukan kebaikan hanya untuk diri mereka sendiri), dan kehatihatian (selalu berhati-hati dalam memilih atau melakukan hal-hal yang nantinya mungkin akan disesali). Transendensi merupakan keutamaan yang menghubungkan kehidupan manusia denganseluruh alam semesta tercakup kekuatan penghargaan terhadap keindahan dankeunggulan (terdorong juga untuk menghasilkan keindahan, keunggulan, keterampilan dan kinerja yang baik), syukur (menerima apa yang ada dalam kehidupan sebagai anugrah dan berkah), harapan mencakup optimisme (selalu optimistik menjalan hidup, berusaha, dan bekerja untuk mencapainya), spiritualitas (perilaku yang konsisten dan koheren sebagai bagian dari usaha), dan kekuatan menikmati hidup dan humor (menjalani hidup secara ringan meski dalam situasi-situasi yang sulit dan berat).

7. Karakter dan Spiritualitas Dalam salah satu pengertiannya, spiritualitas merujuk kepada sesuatu yang teramat religius, sesuatu yang berkaitan dengan roh (spirit) dan hal-hal yang sacral misalnya Tuhan dan makhlukmakhluk di luar manusia yang memiliki sifat dan kekuatan gaib. Dengan menghayati kehidupan sehari-hari, seseorang dapat merasakan pengalaman spiritual yang mendalam. Spiritualitas dapat dipahami sebagai dasar kekuatan dan keutamaan karakter manusia. dalam kekuatan transendensi ada penghargaan terhadap keindahan dan kesempurnaan. Penghargaan ini juga menyebabkan kekuatan karakter yang lain menjadi penting dalam rangka memperjuangkan kehidupan yang indah dan sempurna. Karakter selalu didasari oleh spirtualitas. Daya-daya spiritual menjadi kekuatan kita untuk bertahan dan setia menuju satu tujuan. Dengan daya-daya spiritual, manusia dapat melampaui dirinya, berkembang terus sebagai makhluk yang self-trancendence (selalu mampu berkembang melampaui

dirinya). Dengan demikian, ketika kita berbicara tentang karakter maka kita juga berbicara tentang spiritualitas, tentang daya-daya yang menguatkan dan mengembangkan manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

8. Keutamaan Karakter dan Kebahagiaan Pembentukan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian kebahagiaan. Pada akhirnya, orang dengan watak atau karakter yang kuat adalah orang yang berbahagia, mandiri, dan memberi sumbangan positif kepada masyarakatnya. Setiap orang memiliki potensi untuk mencapai kebahagiaan, dan potensi untuk menjalani hidup yang baik; tinggal bagaimana mengaktualisasikannya. Seligman (2004) menyebutkan tiga kebahagiaan, yaitu memiliki makna dari semua tindakan yang dilakukan, mengetahui kekuatan tertinggi, dan menggunakan kekuatan tertinggi untuk melayani sesuatu yang dipercayai sebagai hal yang lebih besar dari diri sendiri. Pendidikan harus diarahkan kepada ketiga kebahagiaan itu. Peserta didik difasilitasi dan dilatih untuk selalu memaknai setiap tindakan yang dilakukannya. Perpaduan dari tiga kebahagiaan dan keutamaankeutamaan karakter merupakan bahan dari pendidikan karakter. Jika dipahami bahwa inti pendidikan adalah pembentukan karakter maka seharusnyalah dicamkan pula bahwa setiap pendidikan adalah pembentukan karakter. Tetapi belakangan kita menyaksikan pendidikan secara umum seperti dipisahkan dari pembentukan karakter sehingga diperlukan usaha khusus untuk menyelenggarakan pendidikan karakter sebelum nanti pembentukan karakter kembali menjadi inti dari pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai