KEKUATANDANKEUTAMAAN
KARAKTER
2.KepribadiandanKarakter
3.KekuatandanKeutamaanKarakter
Identifikasi karakter yang merupakan pengenalan terhadap keutamaan
tertentu pada diri seseorang dapat dilakukan melalui pengenalan
terhadap ciri-ciri keutamaaan yang tampil dalam perilaku khusus dan
respons secara umum dari orang itu. Peterson dan Seligman (2004)
mengembangkan klasifikasi keutamaan beserta pendekatan metodik
untuk mengidentifikasinya. Mereka mengatakan bahwa karakter yang
kuat adalah karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan yang
merupakan keunggulan manusia. Di sini keutamaan sebagai kekuatan
karakter dibedakan dari bakat dan kemampuan.
4.MembedakanKeutamaan,KekuatanKarakterdanTema
Situasional
Peterson dan Seligman (2004) mengemukaan tiga level konseptual dari
karakter, yaitu keutamaan, kekuatan dan tema situasional dari karakter.
Pembedaan ini berguna untuk kepentingan pengenalan, pengukuran dan
pendidikan karakter. Komponen karakter yang baik tampil dalam level
abstraksi yang berbeda sehingga pengenalannya dalam kenyataan
praktis pun memerlukan pendekatan yang berbeda. Cara mengenali
keutamaan berbeda dengan cara mengenali kekuatan karakter, juga
berbeda dengan cara mengenali tema situasional.
Hubungan antara keutamaan, kekuatan dan tema situasional karakter
bersifat hierarkis. Keutamaan berada di level atas, lalu kekuatan di
level tengah, dan tema situasional di level bawah. Dalam keseharian,
kita terlebih dahulu mengenali tema situasional dari karakter. Ketika
orang menampilkan serangkaian perilaku dalam situasi tertentu, kita
dapat mengenai tema situasional tertentu dari karakter, tetapi kita
KebijaksanaandanPengetahuan
dan pada saat yang sama menjaga hubungan yang baik dengan orang
lain dalam kelompok. Orang dengan kekuatan ini dapat menempatkan
diri dan bekerja secara prima baik sebagai pemimpin maupun sebagai
bawahan.
PengelolaanDiri
Pengelolaan diri (temperance) adalah keutamaan untuk melindungi diri
dari segala akibat buruk yang mungkin terjadi di kemudian hari karena
perbuatan sendiri. Di dalamnya tercakup kekuatan (1) pemaaf dan
pengampun, (2) pengendalian diri, (3) kerendahan hati, dan (4) kehatihatian (prudence). Keutamaan ini melindungi terhadap kemungkinan
hidup berlebihan atau berkurangan, serta menjaga orang berada di
situasi yang tepat. Kata lain yang dapat digunakan untuk keutamaan ini
adalah ugahari.
Pengampunan dan belas kasihan adalah kekuatan yang memberikan
orang kemampuan untuk mengampuni mereka yang telah berbuat salah,
menerima kekurangan orang lain, memberikan orang kesempatan
kedua, dan tidak pendendam. Kekuatan ini membuat orang percaya
kepada kemampuan manusia untuk berbuat baik dan menghindarkan
diri dari pesimisme terhadap kebaikan manusia.
Pengendalian diri adalah kekuatan yang memampukan orang
mengetahui apa yang masuk akal dan tidak masuk akal untuk dilakukan
sehingga dapat memilih hal-hal yang masuk akan untuk dilakukannya.
Kekuatan ini membuat orang dapat disiplin, mengendalikan selera dan
emosi mereka. Orang dengan kekuatan ini dapat menentukan tindakantindakan yang tepat bagi dirinya sehingga tidak merugikan diri sendiri
dan orang lain.
10
Kerendahan hati atau kesederhanaan adalah kekuatan yang membuat
orang mengedepankan prestasi daripada pengakuan atas keberhasilan.
Orang dengan kekuatan ini tidak melakukan kebaikan hanya untuk diri
mereka sendiri. Prestasi bagi orang dengan kekuatan ini bukan tentang
diri sendiri, melainkan untuk sebanyak mungkin orang. Mereka tida
menilai diri sendiri sebagai lebih atau khusus dibandingkan orang lain.
Keutamaan
Kekuatan
1.
2.
Interpersonal: Kemanusiaan
3.
Emosional: Kesatriaan
4.
5.
6.
Spiritual: Transendensi
7.KarakterdanSpiritualitas
Kekuatan dalam keutamaan transendensi ditandai oleh kemampuan
untuk membayangkan apa yang mungkin ada di luar situasi yang
dialami kini dan di sini. Pembayangan itu dapat menggerakkan manusia
untuk melampaui situasi kini dan di sini, mewujudkan apa yang
dibayangkannya itu menjadi situasi nyata yang memberikan kebaruan
bagi dunia. Kemampuan membayangkan apa yang mungkin ada dan
kemampuan melampaui situasi kini dan di sini mensyaratkan adanya
kemampuan memahami keterkaitan semua unsur alam semesta. Daya
yang memungkinkan manusia untuk melakukan itu semua disebut
spiritualitas.
Dalam salah satu pengertiannya, spiritualitas merujuk kepada sesuatu
yang teramat religius, sesuatu yang berkaitan dengan roh (spirit) dan
hal-hal yang sakral. Pembicaraan tentang spiritualitas merujuk kepada
hal-hal yang berhubungan dengan roh dan hal-hal sakral lainnya yang
dianggap berkaitan dengan roh, misalnya Tuhan dan makhluk-makhluk
di luar manusia yang memiliki sifat dan kekuatan gaib. Di dalamnya
juga terkandung pengertian tentang bagaimana kita bersikap dan
memperlakukan hal-hal yang gaib dan sakral itu.
Pandangan lain menunjukkan bahwa spiritualitas tidak terpisah dari
kehidupan sehari- hari. Ia adalah pengalaman yang terjadi di tengah
keseharian hidup manusia. Spiritualitas memberikan kedalaman dan
integritas kepada kehidupan manusia sebagai makhluk yang hidup
dalam kebudayaan, tempat, dan waktu tertentu. Perbedaan-perbedaan
yang ada antarmasyarakat hanya gejala yang tampil di permukaan. Di
bagian yang lebih dalam, setiap masyarakat memiliki dasar spiritualitas
yang universal. Spiritualitas terpancar dari dalam semua struktur sosial
yang ada dalam setiap masyarakat dan dalam tampilan fisik. Setiap
itu menghindarkan kita dari godaan dan menguatkan kita saat berada
dalam situasi yang sulit. Pikiran bahwa apa yang kita hadapi saat ini
dan di sini selalu dapat kita lampaui memberikan harapan kepada kita
untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Dengan daya-daya
spiritual, manusia dapat melampaui dirinya, berkembang terus sebagai
makhluk yang selftrancendence(selalu mampu berkembang
melampaui dirinya). Dengan demikian, ketika kita berbicara tentang
karakter maka kita juga berbicara tentang spiritualitas, tentang dayadaya yang menguatkan dan mengembangkan manusia untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik.
8.KeutamaanKarakterdanKebahagiaan
Pembentukan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian
kebahagiaan. Pada akhirnya, orang dengan watak atau karakter yang
kuat adalah orang yang berbahagia, mandiri, dan memberi sumbangan
positif kepada masyarakatnya.
Jika dipahami bahwa inti pendidikan adalah pembentukan karakter
maka seharusnyalah dicamkan pula bahwa setiap pendidikan adalah
pembentukan karakter. Dengan demikian tidak diperlukan pendidikan
karakter khusus di luar pendidikan secara keseluruhan; juga tak
diperlukan pelatihan pembentukan karakter. Tetapi belakangan kita
menyaksikan pendidikan secara umum seperti dipisahkan dari
pembentukan karakter sehingga diperlukan usaha khusus untuk
menyelenggarakan pendidikan karakter sebelum nanti pembentukan
karakter kembali menjadi inti dari pendidikan.