Anda di halaman 1dari 3

Pengembangan Karakter Sebagai Kunci dalam Membangun Jati Diri Bangsa

Judul: “Buku Ajar MPKT A”

Pengarang: PPKPT Universitas Indonesia

Data Publikasi: PPKPT Universitas Indonesia. Buku Ajar MPKT A. Depok:


Universitas Indonesia, 2017.

Karakter adalah sebuah indikator yang menandakan seorang individu,


masyarakat, atau bahkan suatu bangsa ketika mereka melakukan suatu tindakan
dengan suatu tujuan. Pentingnya karakter dimanifestasikan dalam kegiatan sehari-
hari, seperti pada kegiatan akademik, bergaul, dan bersosialisasi. Perbedaan karakter
yang terdapat pada mahasiswa menimbulkan adanya variasi dalam interaksi dalam
maupun luar kampus. Hal tersebut yang membuat karakter menjadi masalah utama di
perguruan tinggi. Oleh karena itu, hadirnya pendidikan karakter pada Mata Kuliah
Pengembangan Karakter Terintegrasi (MPKT) merupakan tindakan preventif dan
represif dari penyimpangan karakter yang terjadi pada kalangan mahasiswa.

Menurut KBBI, karakter memiliki arti sebagai tabiat, watak, sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Bila ditinjau
secara historis, pembentukan karakter sudah menjadi suatu “pekerjaan rumah” bagi
para pendiri bangsa serta masyarakat Indonesia sejak sebelum Indonesia merdeka
hingga kini. Hal tersebut dapat dilihat dari tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh
Ki Hajar Dewantara adalah pembentukan watak dan karakter. Selain itu, pentingnya
karakter juga dikemukakan oleh Bung Hatta yang mengemukakan bahwa
pembentukan karakter adalah penting sejalan dengan pembibitan rasa kebangsaan
serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan (dalam Takwin, 2012). Oleh karena
itu, tidak diherankan bahwa karakter adalah hal pokok yang patut diperhatikan dalam
proses membangun negeri.

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas RI) pada tahun 2011


menemukan bahwa terdapat 18 nilai karakter yang perlu dikukuhkan pada
mahasiswa. Nilai-nilai tersebut meliputi rasa ingin tahu, toleransi, religius, kreatif,
jujur, semangat kebangsaan, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, cinta damai, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, gemar membaca, peduli lingkungan, dan peduli sosial.
Kemudian, usaha yang dilakukan untuk mengembangkan karakter memerlukan
pemahaman mengenai keutamaan dan kekuatan karakter Penelitian Peterson dan
Seligman (2004) menemukan indikator mengenai karakter, yang meliputi, pertama,
pembentukan hidup yang esensial untuk pribadi dan orang lain muncul dari karakter
yang kuat. Kedua, kekuatan yang dimiliki bernilai sebagai sesuatu yang baik secara
moral bagi dirinya sendiri dan orang lain, meskipun secara tidak langsung. Ketiga,
tingkah laku seseorang, mulai dari ucapan dan perbuatan, pikiran, dan perasaannya
menunjukkan kekuatan dari karakter yang dimiliki. Hal ini dapat dikenali, dievaluasi,
dan dibandingkan secara baik mengenai kuat atau lemahnya karakter. Keempat,
karakter yang berlawanan dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai baik atau
tidaknya suatu karakter.

Kemudian, Kelima, model atau kerangka yang ideal menjadi akar yang
mendasari suatu karakter yang baik. Keenam, kekuatan karakter dapat dibedakan dari
sifat positif dan saling terkait secara erat. Ketujuh, karakter menjadi ciri yang
spektakuler bagi masyarakat yang mempersepsikan dalam beberapa situasi.
Kedelapan, mungkin, tidak semua ciri karakter yang kuat muncul pada seseorang,
tetapi kebanyakan dari ciri-ciri karakter yang kuat tampil pada orang tersebut.
Kesembilan, akar psikososial yang dimiliki oleh kekuatan terhadap potensi yang ada
dalam internal diri dan bagaimana memanifestasikan karakter tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, terdapat pula enam indikator keutamaan secara
universal yang meliputi 24 kekuatan karakter, yang meliputi kebijaksanaan dan
pengetahuan, keadilan, pengetahuan diri, kesatriaan, kemanusiaan dan cinta, dan
transendensi.

Kebijaksanaan dan pengetahuan berkaitan dengan bagaimana seorang


individu menggunakan akalnya untuk memperoleh dan memanfaatkan pengetahuan.
Kemanusiaan dan cinta merupakan kemampuan sosial seseorang dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Keutamaan ini berkaitan dengan kehidupan sosial
seseorang sehingga merupakan hal yang krusial untuk dikembangkan bagi seorang
mahasiswa. Selanjutnya, kesatriaan atau yang disebut dengan courage adalah
keutamaan yang bersandar pada emosional seseorang. Hal yang ditekankan dalam
keutamaan ini adalah bagaimana seseorang memiliki kemampuan dalam mencapai
suatu tujuan meskipun sedang dilanda oleh halangan internal maupun eksternal.

Keadilan merupakan salah satu keutamaan yang unik karena berkaitan


bagaimana cara menjalankan suatu masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara yang sehat. Selanjutnya, pengetahuan diri adalah keutamaan yang
berfungsi sebagai suatu perlindungan diri terhadap akibat buruk yang berpotensi
terjadi pada diri sendiri di kemudian hari. Keutamaan ini juga berguna sebagai
perlindungan pribadi terhadap kemungkinan hidup secara secara berlebihan dan
kekurangan, serta memastikan individu tersebut berada di situasi yang ideal.
Kemudian, transedensi adalah keutamaan yang menjadi penghubung manusia dengan
alam semesta, serta memberi makna dan pedoman pada kehidupan. Keutamaan ini
memberikan pemahaman kepada seseorang tentang adanya sesuatu yang lebih besar,
memberi makna, serta memahami koneksi dalam alam semesta.

Keenam hal tersebut mencerminkan seberapa penting eksistensi karakter


dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya karakter tidak hanya ditinjau dari segi
bagaimana individu tersebut mengontrol dirinya sendiri, tetapi juga dari segi
bagaimana individu tersebut dapat menjaga hubungannya dengan orang lain dan alam
sekitar. Pendidikan mengenai karakter merupakan salah satu inti yang dapat dijadikan
patokan dalam memajukan putra-putri bangsa. Melalui MPKT, mahasiswa dapat
dibina dengan baik agar memiliki karakter yang sempurna dalam membangun jati diri
bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai