Pengalaman Belajar:
Mahasiswa mendeskripsikan polq kepribadian berdasarkan perspektif
Islam
Pendahuluan:
A. Psikologi Positif
Psikologi Positif dalam hal telaahannya lebih fokus pada area pengalaman
manusia, yang meliputi:
(1) Level subjektif. Yaitu mempejari sifat-sifat subjektif atau emosi-emosi positif
seperti halnya: kebahagiaan, keringanan, kepuasan hidup, kedamaian (rileks),
kecintaan, keintiman, kesenangan, dan sifat-sifat yang konstruktif lainnya. Selain
itu kajian Psikologi Positif juga mengangkat tentang pikiran-pikiran konstruktif
tentang diri dan tentang masa depan, seperti optimisme dan harapan, serta
mengangkat hal-hal yang terkait dengan kekuatan, vitalitas, dan kepercayaan, serta
berbagai efek dari emosi yang positif seperti halnya tertawa.
(2) Pada level individual. Psikologi positif mengangkat studi yang berkaitan dengan
sifat-sifat positif dari individu seperti: courage ( keberanian), persistence
(ketekunan), honesty (kejujuran) dan wisdom (kearifan), sedangkan
(3) Pada tingkat kelompok atau masyarakat . Psikologi Positif fokusnya pada
pengembangan, penciptaan, atau pemeliraan adat kebiasaan yang positif, seperti
pengembangan atas berbagai kebijakan sipil, membangun dan menciptakan yang
keluarga sehat. Serta mempelajari lingkungan kerja yang sehat maupun komunitas
positif.
Kajian tentang kekuatan karakter adalah berkaitan dengan karakter positif yang berisi
karakter baik. Karakter baik adalah suatu kualitas yang ditampilkan oleh individu yang
membuat individu tersebut dipandang baik secara moral ( Park & Peterson. 2009). Adapun
karakter positif ini dapat dilihat dan tercermin dari perasaan, pemikiran, dan perilakunya
(Peterson & Seligman 2004: Park & Peterson, 2009). Lebih lanjut Perterson & Seligmen
(2004) mengemukakan bahwa karekter ini bersifat stabil, meskipun demikian dapat berubah.
Karakter positif sebagai trait positif dapat membantu seseorang menjalani hidup lebih baik.
Kekuatan karakter menurut Peterson & Seligmen (2004) akan memberi output
(keluaran) yang nyata berupa kebahagiaan, penerimaan diri (baik diri sendiri maupun orang
lain), memberi petunjuk yang positif untuk menjalani kehidupan, menunjukkan akan
kompetensinya, penguasaannya, kesehatan fisik dan mental, serta mampu menciptakan
jaringan sosial yang kaya dan suportif, dihargai dan menghargai orang lain, menunjukkan
tingkat kepuasan kerja tinggi, serta mampu membangun komunitas dan keluarga sehat.
Lebih lanjut Peterson dan Seligman (2004) mengklasifikasi karakter positif ke dalam
tiga level konseptual:
(1) Kebajikan (virtues) adalah karakteristik utama yang dihargai oleh filsuf moral dan
pemikir religius. Kebajikan bersifat universal yhang diyakini terus berkembang
secara biologis dalam proses evolusi. Kebajikan dikumpulkan dari berbagai
pengalaman filsafat dan agama dari seluruh dunia.
(2) Kekuatan karakter (character strenght) adalah proses mekanisme psikologis yang
mendefinisikan kebajikan (virtues) yang membentuk jalan lain dalam
menampilkan kebajikan. Kekuatan karakter adalah trait positif yang terdapat pada
individu.
(3) Tema situasional adalah perilaku spesifik yang muncul dalam situasi khusus saja.
Tema situasional berbeda dengan kekuatan karakter yang menetap, di mana hanya
muncul pada situasi spesifik.
Peterson & Seligmen (2004. Hhtps: doi.org Seligman) menjelaskan tentang karakter
positif ini ke dalam 24 kekuatan yang dapat membentuk enam kebajikan yaitu:
(1) Kearifan dan pengetahuan (wisdom dan knowledge) meliputi didalamnya terdapat
karakter kreatifvitas, keingintahuan, keterbukaan pikiran, kecintaan belajar, dan
perspektif.
(2) Keteguhan hati (courage) meliputi didalamnya karakter kebernian, ketekunan,
integritas, vitalitas.
(3) Perikemanusiaan dan cinta (Humanity and love) meliputi: cinta, kebaikan hati,
kecerdasan sosial.
(4) Keadilan (Justice) meliputi: keanggotaan dalam kelompok, keadilan dan persamaan,
kepemimpinan.
(5) Kesederhanaan (temperance) meliputi: memaafkan, kerendahan hati, kebijaksanaan,
dan regulasi diri.
(6) Transendensi (transcendence) meliputi: apresiasi terhadap keindahan dan
kesempurnaan, bersyukur, harapan, humor, dan spiritualitas/religiousness.
Uraian berikutnya marilah kita perhatikan pandangan Islam tentang pola kepribadian
manusia sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an
Sikap dan tindakan yang akan dimunculkan oleh masing-masing pola kepribadian
tersebut akan tampak dari indikasi-indikasi maupun sikap-sikap yang ditampilkannya. Oleh
karena dalam uraian berikut ini akan dikemukakan tentang pola kepribadian dan aspek-aspek
yang akan menggambarkan kepribadiannya sesuai dengan padangan al-Qur’an.
Orang mukmin adalah manusia yang menempatkan akal sebagai pengatur dan
pengendali nafsunya. Adapun ciri-ciri manusia paripurna sebagaimana apa yang
dikemukiakan oleh Utsman Najati (2004, 263-264), menunjukkan sifat-sifat positif seperti
tampak dalam uraian berikut ini:
(1). Dalam hal keimanan yaitu menunjukkan: keimanan kepada Allah, para rasul-
Nya, Kitab-kitab-Nya, malaikat, hari akhir, kebangkitan dan perhitungan,
surga dan neraka, hal yang gaib dan qadar.
(2). Dalam hal ibadah yaitu: menyembah semata-mata hanya kepada Allah,
menjalankan ibadah shalat, berpuasa, zakat, haji, berjihad di jalan Allah
dengan harta dan jiwa, bertakwa kepada Allah, Mengingat-Nya selalu,
memohon ampun kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan membaca al-
Qur’an.
(3). Dalam hal hubungan sosial: mereka menunjukkan interaksi yang baik dengan
orang lain, dermawan dan suka berbuat kebajikan, suka menjalin kerjasama,
tidak memisahkan diri dari kelompok, menyeru kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran, suka memaafkan, mementingkan kepentingan orang
lain, dan menghindari diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat.
(4). Dalam hal hubungan kekeluargaan, mereka senantiasa berbuat baik kepada
kedua orang tua dan karib-kerabat, menunjukan pergaulan yang baik antara
suami istri, menjaga dan membiayai keluarga.
(5). Dalam hal moral: mereka menunjukkan sabar, lapang dada, lurus, adil,
melaksanakan amanat, menempati janji kepada Allah dan kepada sesama
manusia, menjauhi dari perbuatan dosa, rendah hati, teguh pada kebenaran di
jalan Allah, luhur jiwa, mempunyai kehendak yang kuat, mampu
mengendalikan hawa nafsu.
(6). Dalam hal emosional dan sensual: mereka menunjukkan cinta kepada Allah,
takut akan azab Allah, tidak putus asa akan rahmat Allah, cinta dan senang
berbuat kebajikan kepada sesama, menahan kemarahan, tidak suka memusuhi
orang lain dan menyakiti orang lain, tidak dengki kepada orang lain, tidak
sombong, penyayang, menyesali diri atas perbuatan salah dan bertaubat
setelah melakukan dosa.
(7). Dalam hal intelektual dan kognitif: mereka senantiasa memikirkan alam
semesta dan ciptaan-Nya (Allah) serta mampu mencari hikmah dari hasil
pemikirannya, selalu menuntut ilmu, tidak mengikuti sesuatu yang masih
merupakan dugaan, teliti dalam meneliti sesuatu realitas, bebas dalam berpikir
dan berakidah.
(8). Dalam hal kehidupan praktis dan profesional: menunjukkan ketulusan dalam
bekerja dan senantiasa menyempurnakan setiap pekerjaan, serta berusaha
dengan giat dalam upaya memperoleh rizki.
(9). Dalam hal fisik: kuat, sehat, bersih, dan suci dari najis.
Meski demikian kadar atau derajat dari masing-masing sifat yang dimiliki
individu, tidaklah semuanya berada dalam kadar yang sama, baik dalam hal
ketakwaan, sosial, moral, intelektual, dsb Hal inipun telah ditegaskan dalam. Al-
Qur’an sendiri yang mengemukakan bahwa peringkat atau kelompok dari orang-orang
mukmin ini ada orang yang menganiaya diri sendiri, ada orang-orang yang berada
pada kategori tengah-tengah, dan ada pula orang-orang yang bersegera untuk berbuat
kabajikan. Penegesan Allah Swt ini dapat kita perhatikan pada QS Fathir 35:32) yang
berbunyi:
Selanjutnya, uraian berikut ini akan dijelaskan tentang ciri-ciri dari orang kafir
sebagaimana berikut ini.
(1) Berkenaan dengan akidah ditandai dengan: tidak beriman kepada Allah, para
rasul, hari kemudian, dan hari kebangkitan maupun hari perhitungan.
(2) Berkenaan dengan berbagai ibadah: mereka menyembah selain Allah yang
mendatangkan manfaat dan mudharat bagi mereka.
(5) Sifat-sifat moral: mereka ingkar janji, berlaku serong, suka mengikuti hawa
nafsu, sombong, dan takabur.
(6) Sifat-sifat emosional dan sensual: menunjukkan sikap benci dan dengki
terhadap orang-orang yang beriman, dan dengki terhadap karunia yang
diberikan Allah kepada mereka yang beriman.
(7) Sifat-sifat intelektual dan kognitif: pikiran yang statis, tidak mampu
memahami dan berpikir tentang Allah swt dengan segala kebesarannya, kalbu
tertutup, taklid buta terhadap kepercayaan dan tradisi nenek moyang, suka
memperdaya orang lain.
(1) Sifat-sifat yang berkenaan dengan akidah: mereka tidak mempunyai sikap
tegas terhadap akidah tauhid, mereka menyatakan beriman apabila mereka
berada di kalangan orang-orang yang beriman. Dan apabila berada dikalangan
musyrik, mereka menunjukkan kemusyrikan.
(2) Sifat-sifat yang berkenaan dengan ibadah: mereka melaksanakan ibadah hanya
karena riya saja, bukan karena penerimaan penuh akan kewajiban tersebut.
Dalam mendirikan shalat, mereka bermalas-malasan.
(4) Sifat-sifat moral: kurang percaya diri, suka ingkar janji, tindakannya
didasarkan pada pamrih, penakut, pembohong, kikir, hedonis dan oportunitis,
dan suka menuruti hawa nafsu.
(5) Sifat-sifat emosional dan sensual: Mereka penakut, takut baik terhadap orang-
orang yang beriman maupun yang musyrik, takut mati, sehingga mereka tidak
mau ikut berperang bersama kaum muslimin. Mereka membeci dan dengki
terhadap kaum muslimin.
(6) Sifat-sifat intelektual dan kognitif: mereka ini peragu dan tidak mampu
mengambil keputusan dan ketetapan, mereka tidak mampu berpikir secara
benar, cenderung mempertahankan diri mereka dengan mengemukakan
berbagai alasan bagi tindakan-tindakan mereka.
SIMPULAN