Anda di halaman 1dari 11

Kompetensi Kepribadian Pendidik

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014) dinyatakan bahwa


kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang. Berdasarkan
pengertian ini, cukup beralasan apabila dalam memaknai kepribadian dapat
dijembatani oleh makna sikap dan makna perilaku berkarakter. Berkowitz
mengklaim bahwa definisi mengenai sikap lebih dari tigapuluh (Azwar, 1997),
beberapa diantaranya, yaitu: (1) sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah
perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak pada obyek tersebut; (2) sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah
kesiapan untuk bereaksi dengan cara tertentu pada obyek tersebut; dan (3) sikap
seseorang terhadap suatu obyek adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan
(afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang
terhadap suatu obyek di lingkungan sekitarnya.
Sering ditemukan pemakaian istilah sikap, nilai, dan opini yang
disamakan atau dipertukarkan artinya. Opini merupakan pernyataan sikap yang
sangat spesifik atau sikap dalam arti yang sempit. Opini terbentuk dengan
berdasar pada sikap yang sudah mapan, akan tetapi lebih bersifat situasional dan
kontemporer. Nilai merupakan disposisi yang lebih luas dan bersifat lebih
mendasar. Nilai berakar lebih dalam sehingga lebih stabil jika dibandingkan
dengan sikap, bahkan dianggap sebagai bagian dari kepribadian seseorang.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014) disebutkan bahwa
karakter adalah ”sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain”. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kemendikbud
(2011) mengungkapkan bahwa “karakter adalah perilaku seseorang yang dilandasi
oleh nilai-nilai berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat
istiadat, dan estetika”. Sejalan dengan itu, Prayitno dan Manulang (2011)
menyatakan bahwa “karakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri
individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan
norma yang tinggi”. Dengan demikian, cukup beralasan apabila Koesoema (2010:
80) beranggapan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Mu’in (2011: 161)
memandang kepribadian sebagai organisasi dari sikap-sikap yang dimiliki
seseorang sehingga ia mampu berpikir, merasakan, dan berbuat apabila
berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan yang terjadi di
sekitarnya.
Berdasarkan beberapa makna mengenai karakter di atas, penulis
berpandangan bahwa seseorang dikatakan berkarakter baik manakala tindakannya
senantiasa berada di wilayah kebajikan. Jika terjadi sebaliknya, maka seseorang
itu dikatakan berkarakter tidak baik. Tindakan dalam konteks ini meliputi tutur
kata, perbuatan, dan pekerjaan. Pertanyaan yang dapat dimunculkan, adalah “tutur
kata, perbuatan atau tindakan, dan pekerjaan” yang bagaimana sehingga dapat
dikatakan bahwa berada di dalam wilayah kebajikan?”
Jawaban yang dapat penulis kemukakan adalah apabila tutur kata,
perbuatan, dan pekerjaan seseorang memiliki nilai guna. Nilai guna tersebut
meliputi: (1) tutur kata yang berguna bagi yang mendengarkannya; (2) perbuatan
yang berguna bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya; dan (3) pekerjaan yang
tidak sia-sia. Dalam konteks filsafat ilmu, ketiga nilai guna tersebut sama dengan
nilai aksiologi suatu obyek (Surjasumantri, 1985). Lickona (1991) mengemukakan
bahwa seseorang yang memiliki karakter baik manakala ia mampu menampilkan
perilaku berkarakter sebagai implementasi dari tiga komponen karakter baik yang
saling berhubungan, seperti pada bagan berikut ini.

MORAL MORAL
KNOWING FEELING

MORAL
ACTION

Pengetahuan moral (moral knowing) bagi seseorang terdiri atas: (1)


kesadaran moral (moral awareness) meliputi: kesediaan untuk menerima baik
segala sesuatu yang pantas maupun tidak pantas untuk dirinya, orang lain, dan
mahluk lain; (2) pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values)

25
meliputi: tanggung jawab, kerja sama, kejujuran, keadilan, tenggang rasa, sopan
santun, kebebasan, dan kedisiplinan; (3) sudut pandang (perspective taking)
meliputi: kemampuan menggunakan cara pandangnya dan cara pandang orang
lain dalam melihat suatu atau mengambil keputusan; (4) penalaran moral (moral
reasoning) meliputi: kemampuan untuk mengemukakan alasan mengenai perilaku
berkarakter baik atau tidak baik; (5) mengambil keputusan (decision making)
meliputi: menentukan perilaku yang baik bagi dirinya maupun orang lain serta
mahluk lain yang terdapat di lingkungan sekitarnya; dan (6) pengenalan diri (self
knowledge) meliputi: kemampuan menilai diri sendiri.
Perasaan moral (moral feeling) merupakan penguatan aspek emosi untuk
dapat menjadi manusia yang berkarakter. Penguatan tersebut berhubungan dengan
sikap yang harus dirasakan oleh seseorang, antara lain: (1) kesadaran akan jati diri
(conscience); (2) percaya diri (self esteem); (3) kepekaan terhadap apa yang
dialami orang lain (emphaty); (4) mencintai kebaikan (loving the good); (5)
pengendalian diri (self control); dan (6) kerendahan hati (humility).
Tindakan moral (moral action) merupakan penerapan pengetahuan
moral dan perasaan moral. Orang yang memiliki kualitas pengetahuan moral dan
perasaan moral yang baik cenderung menunjukkan tindakan moral yang baik pula.
Selain itu, masih ada tiga aspek yang menunjang terlaksananya tindakan moral,
yaitu: (1) kompetensi moral (moral competence) adalah kebiasaan untuk
mewujudkan pengetahuan dan perasaan moral dalam bentuk perilaku yang nyata;
(2) kemauan moral (moral will) adalah upaya untuk membangkitkan semangat
sehingga dapat menghasilkan tindakan moral; dan (3) kebiasaan moral (moral
habit) adalah pengulangan perilaku yang dilakukan secara sadar mengenai
pengetahuan moral dan perasaan moral dalam bentuk perilaku moral secara terus
menerus.
Sejumlah sumber yang mengungkapkan mengenai jenis-jenis perilaku
berkarakter yang pantas ditampilkan oleh seseorang sesuai dengan pengertian
perilaku berkarakter itu sendiri, diantaranya Stevenson (2006) mengidentifikasi 50
jenis karakter, Samani dan Hariyanto (2011) telah mengidentifikasi 108 jenis
karakter, dan Indonesia Heritage Foundation telah mengidentifikasi 9 jenis

26
karakter serta Ari Ginanjar Agustian telah mengidentifikasi 7 jenis karakter
(Husen, dkk., 2010). Menurt Ari Ginanjar Agustian, baha ketujuh jenis perilaka
berkarakter tersebut, yaitu: (1) jujur; (2) tanggung jawab; (3) disiplin; (4) visioner;
(5) adil; (6) peduli; dan (7) kerja sama. Penulis berpandangan bahwa ketujuh
jenis perilaku berkarakter tersebut melingkupi semua jenis perilaku berkarakter
yang telah diidentifikasi oleh pakar yang lainnya. Perilaku berkarakter ini juga
sejalan dengan perilaku berkarakter Pancasila yang menjadi sasaran bagi
Departemen Pendidikan Nasional (2008), yaitu: (1) toleransi beragama; (2)
persamaan derajat; (3) patriotisme; (4) kemandirian; (5) keterbukaan; (6) disiplin;
dan (7) keadilan.
Pendekatan positif terhadap perilaku berkarakter "toleransi beragama"
adalah sikap toleran dan hormat menghormati diantara warga masyarakat yang
berbeda agama dan kepercayaan ditingkatkan. Sedangkan pendekatan negatifnya
adalah sikap tidak toleran diantara warga masyarakat yang berbeda agama dan
kepercayaan diukurangi.
Pendekatan positif terhadap perilaku berkarakter "persamaan derajat"
adalah memberlakukan kesempatan yang selalu sama pada semua bidang dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tanpa membedakan suku,
agama, ras, golongan, dan jender. Sedangkan pendekatan negatifnya adalah sikap
diskriminatif berdasarkan perbedaan suku, agama, ras, golongan, dan jender
dikurangi.
Pendekatan positif terhadap perilaku berkarakter "patriotisme" adalah
ikut serta dalam upaya penganggulangan masalah-masalah kemasyarakatan,
kebangsaan, dan kenegaraan, serta lingkungan hidup. Sedangkan pendekatan
negatifnya adalah sikap acuh tak acuh terhadap masalah-masalah kemasyarakatan,
dan kenegaraan, serta lingkungan hidup dikurangi.
Pendekatan positif terhadap perilaku berkarakter "kemandirian" adalah
ikut serta dalam upaya penguatan kemandirian bangsa, antara lain dengan
menggunakan produk dalam negeri. Sedangkan pendekatan negatifnya adalah
sikap tidak peduli dengan kemandirian bangsa.

27
Pendekatan positif terhadap perilaku berkarakter "keterbukaan" adalah
menumbuh kembangkan sikap terbuka, jujur, dan dapat menerima perbedaan.
Sedangkan pendekatan negatifnya adalah menghindari sikap mau menang sendiri,
dan memonopoli kebenaran.
Pendekatan positif terhadap perilaku berkarakter "disiplin" adalah
mengembangkan sikap patuh dalam menjalankan tata tertib di lingkungan sekitar.
Sedangkan pendekatan negatifnya adalah menghindari sikap tidak tepat waktu
(kehadiran, melaksanakan tugas, dan lain-lain).
Pendekatan positif terhadap perilaku berkarakter "keadilan" adalah
menunjukkan sikap adil dalam memberikan kesempatan kepada orang lain dalam
pelbagai kesempatan. Pendekatan negatifnya adalah sikap yang selalu menuntut
nilai yang tinggi, sementara tidak sesuai dengan kemampuan dan upayanya.
Kemukakan pendapat Anda untuk memaknai setiap perilaku
berkarakter tersebut dan cara pengembangannya dalam pembelajaran fisika!
Tuliskan jawabannya
1. Toleransi pada bingkai berikut ini!
beragama
Hal ini sangat diperlukan bagi calon pendidik. Sebab, dengan kita bisa
menyikapi segala bentuk perbedaan agama yang ada maka kita bisa
berkomunikasi dengan mudah. Nantinya kita akan ditempatkan di tempat
tugas yang pastinya terdapat perbedaan agama di daerah tersebut. Namun,
kita tidak perlu khawatir jika kita telah menerapkan perilaku ini dalam
kehidupan kita. Untuk pengembangan dalam pembelajaran fisika, nantinya
kita bisa memberikan penjelasan mengenai hal ini kepada para peserta
didik sehingga mereka tidak hanya mendapat ilmu pengetahuan saja.
Sebab, guru tidak hanya dituntut mampu memberikan pelajaran, tetapi
dapat membentu kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.
2. Persamaan derajat
Menurut saya hal ini perlu dimiliki bagi calon pendidik. Dimana,
semua manusia memiliki kesamaan di hadapan Allah SWT. Untuk
pengembangnya pada pembelajaran fisika yaitu kita dapat memberi tahu
seberapa pentingnya perilaku ini. Dengan adanya perilaku ini, kita sebagai
calon pendidik di tuntut untuk memberikan kesempatan yang sama pada
peserta didik. Tanpa membeda-bedakan status dan agama dari peserta
didik. Kita tidak boleh memberikan perhatian yang lebih kepada salah satu
peserta didik hanya karena dia adalah anak dari sesame rekan guru,
walikota, kenalan kita, atau bahkan presiden seklaipun. Kita harus
bersikap jujur dalam mengambil segala bentuk Tindakan.

28
3. Patriotisme
Patriotisme adalah ikut serta dalam upaya penganggulangan masalah-
masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan, serta lingkungan
hidup. Untuk pengembangannya yaitu ketika upacara bendera kita harus
ikut serta. Hal ini merupakan salah satu tindakan kecil yang dapat
menumbuhkan jiwa patriotisme kita. Kita harus memberi contoh dan
penjalasan kepada para peserta didik agar dapat melakukan hal tersebut
sebagai tanda terimakasih kita kepada para pahlawan yang telah gugur.
4. Kemandirian
Kemandirian adalah sikap dimana seseorang tidak selalu bergantung
kepada seseorang, dan mampu mempercayai dirinya sendiri. Untuk
pengembangannya sendiri yaitu dengan memberikan penjelasan kepada
para peserta didik agar mempercayai apa yang telah ia kerjakan. Dengan
begini kita juga dapat memberikan penjelasan juga tentang pentingnya
bekerja sendiri pada saat ujian tanpa menyontek punya orang lain. Dan
selalu percaya bahwa apa yang dia jawab merupakan jawaban terbaiknya.
5. Keterbukaan
Sikap terbuka dan jujur. Sikap ini sangat penting dan harusnya dapat
ditanamkan pada peserta didik sejak dini. Karena hal ini sangat penting,
harus jujur dan terbuka dalam mengerjakan sesuatu. Untuk
pengembangnya sendiri yaitu pada saat praktikum sering terjadi yang
namanya salah data dan banyak yang melakukan manipulasi data. Hal ini
dapat menjadikan peserta didik tidak jujur dan tidak terbuka dengan apa
yang dia dapatkan pada saat praktikum.
6. Disiplin
Disiplin adalah perilaku dimana selalu mengerjakan sesuatu dengan
tepat waktu. Displin merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap
manusia. Disiplin merupakan hal sederhana yang sering diabaikan oleh
kebanyakan orang, sementara hal ini merupakan sesuatu yang sangat
perlu. Dengan disiplin seseorang dapat menggunakan waktu dengan
efisien sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia – sia. Untuk
pengembangannya kita perlu memberikan penjelasan lebih lanjut kepada
para peserta didik mengenai disiplin diantara disiplin mengumpulkan
tugas, disiplin mengerjakan tugas, serta disiplin waktu.
7. Keadilan
Keadian merupakan hal yang harus dijunjung tinggi oleh calon
pendidik. Kita harus bersikap adil dan tidak membeda-bedakan antara
yang satu dengan yang lainnya. Untuk pengembangannya yaitu ketika
seorang guru mengajar ia tidak boleh memberikan perhatian yang lebih
kepada salah satu peserta didik hanya karena dia adalah anak dari sesame
rekan guru, walikota, kenalan kita, atau bahkan presiden seklaipun. Hal
seperti ini membuat seorang murid iri dan tidak akan menyukai guru
tersebut. Sehingga murid tersebut tidak mendapatkan ilmu.

29
Untuk dapat mewujudkan kepribadian tersebut di atas pada peserta
didik, pendidik yang profesional dan sebagai model bagi peserta didik harus
mampu mengimplementasikan kompetensi kepribadian pendidik sebagaimana
yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007, yakni sebagai berikut.
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.

Terdapat dua butir penting yang harus terimplementasi oleh pendidik


dalam berinteraksi dengan peserta didik di dalam maupun di luar proses
pembelajaran, yaitu: (1) menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan
yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender; dan (2) bersikap sesuai
dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam
masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam. Kemukakan
pendapat Anda untuk memaknai kedua butir penting tersebut dalam tindakan
atau perilaku pendidik supaya peserta didik memperoleh kebermaknaan belajar
fisika yang memadai! Tuliskan hasil jawabannya pada bingkai berikut ini!
Poin pertama, menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang
dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender. Sikap – sikap diatas sangat
perlu kita tanamkan, sebab kita tidak boleh membeda – bedakan peserta didik
dengan alasan tertentu. Jika hal ini terjadi, nantinya akan muncul kecemburuan
antar sesame peserta didik. Ini dapat menimbulkan suasana belajar para peserta
didik dapat menurun hanya karena kita bersikap tidak adil. Walaupun kita
sebagai orang yang lebih tua dalam hal ini kita tetap harus menghargai peserta
1.didik. Menampilkan
Bagaimana kitadiri
mau dihargai
sebagai oleh para
pribadi yangpeserta didik sedangkan
jujur, berakhlak mulia,kita
dan
sendiri tidak menghargai mereka. Oleh
teladan bagi peserta didik dan masyarakat. karena itu, kita harus menghargai
pserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat,
daerah asal, dan gender.
Terdapat tiga butir penting yang harus terimplementasi oleh pendidik
Poin kedua, seorang guru harus bertindak dan bersikap sesuai norma-norma
karena seorang guru adalah panutan bagi muridnya dan juga masyarakat
sekitarnya, ketika ia bagus maka muridnya akan mencontohi yang bagus pula,
namun ketika ia buruk maka muridnya pun akan mencontohi keburukannya itu
pula.

30
dalam berinteraksi dengan peserta didik di dalam maupun di luar proses
pembelajaran, yaitu: (1) berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi; (2) berperilaku
yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia; dan (3) berperilaku yang dapat
diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya. Khusus
perilaku berkarakter jujur atau kejujuran, dalam konteks pembelajaran terdapat
dua jenis kejujuran yang perlu mendapatkan perhatian untuk dikembangkan pada
peserta didik, yaitu "kejujuran ilmiah" dan "kejujuran akademik". Kejujuran
ilmiah berkenaan dengan pelaporan data sesuai adanya, dan kejujuran akademik
berkenaan dengan karya hasil contekan atau plagiat. Kemukakan pendapat Anda
untuk memaknai ketiga butir penting tersebut dalam tindakan atau perilaku
pendidik supaya peserta didik memperoleh kebermaknaan belajar fisika yang
memadai! Tuliskan jawabannya pada bingkai berikut ini!

Poin satu, sikap jujur sangat penting dan harus ditanamkan pada peserta didik
sejak dini. Kita harus slalu ujur dalam berbuat sesuatu, kejujuran akan
membwa kita pada keselamatan. Kita harus memiliki sifat tegas karena dengan
ketegasan kita bisa dihormati serta didengar oleh para peserta didik. Namun,
tegas disini tidak dalam artian harus menggunakan kekerasan. Dengan
ketegasan, kita berharap semua murid akan patuh kepada kita. Sedangkan
untuk sikap manusiawi, sebagai calon pendidik tidak boleh menyiksa peserta
didik ketika ia berbuat salah. Karena dengan kekerasan dapat merusak
psikologis para peserta didik. Menegur, menghukum boleh saja namun dalam
batas wajar. Contonya, ketika seorang peserta didik tidak mengerjakan tugas
kita sebagai pendidik dapat menghukum. Tujuannya tidak lain adalah agar
siswa tersebut tidak menggulangi perbuatannya tersebut dan memiliki rasa
takut jikalau tidak mengerjakan tugas.
Poin dua, sebagai seorang pendidik kita perlu bersikap baik. Kita harus dapat
mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia. Kita harus ingat bahwa sebagai
seorang pendidik kita akan menjadi contoh bukan hanya bagi peserta didik
tetapi juga oleh masyarakat sekitar kita.
Pola tiga, kita sebagai pendidik merupakan teladan bagi peserta didik kita.
Maka dari itu perlunya kita selalu menjadi teladan yang baik sehingga kita
tidak disebut sebagai guru yang pandai berbicara namun tak pandai
melakukannya. Selain itu, kedua poin sebelumnya harus kita laksanakan
karena merupakan cerminan baik untuk kita bertidak. Kita perlu jujur, tegas,
memiliki rasa manusiawi, dan akhlak yang mulia agar kita dapat menjadi
contoh yang baik bagi peserta didik dan masyarakat sekitar kita.

31
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa

Terdapat dua butir penting yang harus terimplementasi oleh pendidik


dalam berinteraksi dengan peserta didik di dalam maupun di luar proses
pembelajaran, yaitu: (1) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil;
dan (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
Kemukakan pendapat Anda untuk memaknai kedua butir penting tersebut
dalam tindakan atau perilaku pendidik supaya peserta didik memperoleh
kebermaknaan belajar fisika yang memadai! Tuliskan jawabannya pada bingkai
berikut ini!

Poin satu, menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil, dalam
artian nantinya kita akan menjadi seorang pendidik dan itu bukanlah hal yang
mudah. Sebab nantinya kita harus bisa menjadi pribadi yang mantap dalam
berfikir (berfikir bukan hanya tentang apa yang akan kita pelajari tetapi
bagaimana saya memberikan penjelasan agar mudah di pahami, bagaimana
membuat suasana kelas menjadi aktif, bagaimana membuat siswa tidak bosan,
dll) ini memerlukan kemantapan yang baik dalam diri kita. Menurut saya stabil
disini sebagai suatu konsisten dalam bertindak.
Poin dua, sebagai calon pendidik harus menampilkan pribadi yang dewasa,
arif, dan berwibawa. Lagi- lagi kembali lagi kepada kewajiban kita sebagai
guru agar selalu bertindak dengan baik karena kita adalah contoh bagi para
peserta didik. Jika kita tidak dewasa, kita akan mudah terpengaruh dengan
peserta didik. Contohnya, jika kita tidak dewasa dalam menghadapi peserta
didik yang berbagai macam kelakuan dan tidak semua berkelakuan baik kita
akan udah rapuh. Oleh karena itu sangat diperlukan ketiga sikap tersebut.

3. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga


menjadi guru, dan rasa percaya diri

Terdapat tiga butir penting yang harus terimplementasi oleh pendidik


dalam berinteraksi dengan peserta didik di dalam maupun di luar proses
pembelajaran, yaitu: (1) menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi;
(2) bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri; dan (3) bekerja mandiri
secara profesional. Kemukakan pendapat Anda untuk memaknai ketiga butir
penting tersebut dalam tindakan atau perilaku pendidik supaya peserta didik

32
memperoleh kebermaknaan belajar fisika yang memadai, kemudian lanjutkan
dengan diskusi kelas! Tuliskan jawabannya pada bingkai berikut ini!
1. Sebagai guru kita harus memiliki etos kerja yang bagus serta bertanggung
jawab yang tinggi. Kita harus menjalankan apa yang menjadi kewajiban kita
dengan penuh tanggung jawab. Karena semua nantinya akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
2. Sebagai seorang guru kita harus bangga dan memiliki kepercayaan diri
sebab tidak semua orang dapat mejadi guru dan kita perlu mensyukuri hal
tersebut. Kita juga harus memiliki kepercayaan diri sebba nantinya kita
akan di hadapkan dengan para peserta didik, bagaimana nantinya kita akan
memberikan pelajaran jika kita tidak mempunyai kepercayaan diri. materi
dengan baik.
3. Sebagai guru kita harus mandiri sebab guru merupakan pekerjaan yang
tidak mudah. Kita harus memiliki kemandirian karena kita tidak boleh
mengandalkan orang lain dalam pekerjaan kita apalagi sebagai seorang
guru. Sebagai guru kita juga harus menjadi guru yang profesional.
Melakukan tugas dengan baik dan memiliki kemampuan serta keterampilan
yang baik.

4. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru


Terdapat tiga butir penting yang harus terimplementasi oleh pendidik
dalam berinteraksi dengan peserta didik di dalam maupun di luar proses
pembelajaran, yaitu: (1) memahami kode etik profesi guru menunjukkan etos
kerja dan tanggung jawab yang tinggi; (2) menerapkan kode etik profesi guru; dan
(3) berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru. Meskipun kode etik profesi
guru akan dibahas secara tersendiri, tetapi penulis berpandangan bahwa "kalian"
sebagai calon pendidik sudah memiliki dugaan sementara mengenai kode etik
profesi guru. Kemukakan pendapat Anda untuk memaknai ketiga butir penting
tersebut dalam tindakan atau perilaku pendidik supaya peserta didik
memperoleh kebermaknaan belajar fisika yang memadai! Tuliskan jawabannya
pada bagian belakang halaman ini!
1. Kode etik profesi guru merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang
dilindungi undang-undang. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai
seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan

33
layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik,
orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan
pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika dan
kemanusiaan.
2. Guru harus mampu merenapkan kode etik agar guru terhindar dari
penyimpangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat dan
pemerintah. Selain itu, kode etik juga ebagai pegangan dan pedoman tingkah
laku guru agar lebih bertanggung jawab pada profesinya.
Ketaatan guru pada kode etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai
dengan norma-norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang
dilarang oleh etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi
profesinya selama menjalankan tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai
warga negara dan anggota masyarakat. Dengan demikian, aktualisasi diri guru
dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional,
bermartabat, dan beretika akan terwujud.
3. Setelah mencari tahu lebih dalam tentang kode etik, kita harus memahami
kode etik tersebut, setelah itu kita dituntut tidak hanay mengetahui tetapi juga
harus menerapkan dalam kegiatan mengajar kita nantinya.

34

Anda mungkin juga menyukai