Anda di halaman 1dari 62

13

BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS

A. KERANGKA TEORITIS

1. Moral

1.1. Pengertian moral

Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenan

dengan hal-hal yang baik dan yang buruk. Moral dan etika adalah dua hal yang

tidak terpisahkan karena pada dasarnya moral adalah tingkah laku yang telah

diatur atau kesamaan arti diatur oleh etika. Menurut Setiardja mengenai moral

istilah:

Moral berasal dari kata bahasa latin mores dan kata sifat Moralis
yang berarti kebiasaan, kelakuan, kesusilaan. Kata sifat Moralis berarti
susila. Filsafat moral merupakan filsafat praktis, yang mempelajari
perbuatan manusia sebagai manusia dari segi baik buruknya ditinjau dari
hubungannya dengan tujuan hidup manusia yang terakhir.(Setiardja,
1990:90). 1

Dari pendapat tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa moral adalah

menyangkut bidang kehidupan manusia yang dinilai dari baik buruknya tindakan

manusia. Moral adalah keseluruhan asas atau nilai yang berkenan dengan hal-hal

yang baik dan benar, moral dan etika adalah dua hal yang tidak terpisahkan karena

pada dasarnya moral adalah tingkah laku yang telah diatur dan ditentukan oleh

etika.

Dari kedua kata itu berhubungan dengan adat istiadat, nilai-nalai dan norma-

norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur

tingkah lakunya. (Alfonsus sutarno,2008:12). Namun dalam hal ini


1
A.Gunawan Setiardja. Dialektika Hukum dan Moral (Jakarta:BPK Gunung
Mulia,1990hal 90
14

(J.Douman,2007:71) menuliskan dalam bukunya tentang perbedaan moral dengan

itu sendiri, yaitu, bahwa moral adalah segala kesusilaan yang berlaku, sedangkan

etika adalah pertimbangan dari kesusilaan itu. Contoh moral dalam kehidupan

sehari-hari adalah apabilakita menemukan sesuatu barang yang sangat berharga

dan barang itu sangat penting bagi pemiliknya ,maka jika kita adalah orang yang

punya moral maka kita pasti akan mengembalikan barang yang kita temukan

tersebut kepada pihak yang berwajib. Sedangkan contoh etika dalam kehidupan

sehari-hari , tata cara berbusana yang dipergunakan harus disesuaikan dengan

lingkungan dimana kita berada .

Moral itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu moral yang baik dan moral yang

jahat. Karena hanya manusia yang mempunyai kesadaran untuk berbuat baik atau

berbuat buruk. Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah moral

menganmdung pengertian budi pekerti, sopan santun, adat kesopanan. Sementara

kata moralitas didefenisikan sebagai ajaran tentang baik buruknya yang

diterima umum mengenai budi pekerti.

(Asri Budiningsih, 2004:24) dalam bukunya mengutip beberapa tentang moral,


yaitu :2

Lilie, mengatakan bahwa moral berasal dari kata mores (bahasa latin)
yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat, Dewey juga
megatakan bahwa moral adalah sebagai hal-hal yang berhubungan
dengan nilai-nilai susila. Magnis Suseno juga mmenggatakan sikap moral
yang sebenarnya disebut moralitas. Ia mengartikan moralitas sebagai
sikap orang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas terjadi
apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban
dan tanggung jawab dan bukan karena ia mencari keuntungan. Moralitas
adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa rasa pamrih.

2
Asri Budiningsih, Berpijak Pada Karakteristik Siswa Dan Budayanya(Jakarta: Rineka
cipta, 2004), hal.14.
15

Jadi menurut saya dari beberapa kutipan yang ada dalam buku Asri

Budiningsih bahwa istilah moralitas merujuk kepada cara berfikir dan cara

bertindak seseorang yang dilandasi oleh budi pekerti yang luhur yang mengarah

pada nilai-nilai atau kebiasaan yang baik.

1.2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral

Dalam kehidupannya manusia dituntut harus memiliki moral, agar dapat

dihormati oleh sesamanya manusia. Namun, dalam perkembangan di era

globalisasi ini tidak sedikit manusia yang kehilangan moralnya dengan berbagai

alasan dan tujuan yang ada. Dengan demikian hal-hal tersebut mengganggu

pertumbuhan moral dalam kehidupan manusia di zaman sekarang ini. Pendidikan

yang didapatkan baik secaralangsung maupun tidak langsung dalam kehidupan

sehari-hari sangat berpengaruh pada pertumbuhan moral yang ada. Dalam

perkembangannya, moral dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yang jelas dalam

kehidupan manusia, antara lain yaitu:

1. Faktor internal

Keluarga

Keluarga dipandang sebagai penentu utama dalam pembentukan

kepribadian anak. Alasannya adalah (1) keluarga merupakan kelompok sosial

pertama yang menjadi pusat identifikasi anak, (2) anak banyak menghabiskan

waktunya di lingkungan keluarga, dan (3) para anggota keluarga merupakan

significant people bagi pembentukan kepribadian anak. (Baldwin dkk.

1945:19), 3 telah melakukan penelitian tentang pengaruh pola asuh orang tua

terhadap kepribadian anak. Pola asuh orang tua itu ternyata ada yang demokratis

3
Baldwin Dkk. Pembentukan Kepribadian Anak (Jakarta:Bumi Aksara, 1945) hal 19
16

dan juga authoritarian. Orang tua yang demokratis ditandai dengan prilaku (1)

menciptakan iklim kebebasan, (2) bersikap respek terhadap anak, (3) objektif, dan

(4) mengambil keputusan secara rasional. Anak yang dikembangkan dalam iklim

demokratis cenderung memiliki ciri-ciri kepribadian: lebih aktif, lebih bersikap

sosial, lebih memiliki harga diri, dan lebih konstruktif dibandingkan dengan anak

yang dikembangkan dalam iklim authoritarian.

Dalam perkembangan moral, keluarga menjadi salah satu faktor internal

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan pembinaan moral seorang anak,

karena dalam pertumbuhan moral seseorang itu, keluargalah yang merupakan

tempat pertama bagi setiap manusia untuk dapat berinteraksi. Disinilah anak

pertama kali anak mendapatkan pendidikan sehingga keluarga turut

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak , seperti penanaman nilai

moral, kesopanan, kecerdasan dan budaya. Jadi keluaraga adalah unit sosial

terkecil dalam masyarakat, yang terbentuk dari keluarga inti yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak yangdisebut dengan mucleus family.

Keluarga merupakan pusat penddidikan pertama yang dikenal oleh anak,

keluarga mempunyai peran mensosialisasikan adat, kebiasaan, peraturan, nilai-

nailai atau tata cara kehidupan. Melalui cara internalisasi nilai, seorang anak

menjadikan hal tersebut sebagain nilai-nilai moral yang diartikan sebagai seruan

untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban, memelihara

kebersihan, dan memelihara hak orang lain

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keluarga memiliki peranan

yang sangat penting bagi penyadaran dan penanaman moral yang baik,dan

pengembangan nilai-nilai moral. Khususnya keluarga Kristen, haruslah


17

mengajarkan dan mendidik anak secara terus menerus seperti ysng tertulis dalam

kitab Ulangan 6:7, haruslah engkau mengajarkan berulang-ulang kepada anak-

anak mu.

Yang dimaksud dengan faktor internal dalam hal ini adalah berarti yang

mempengaruhi moral bahwa seseorang bertingkah laku atau berkepribadian

sebagaimana adanya dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan bawaan atau

keturunan yang terdapat dalam setiap individu. Hal ini dapat terbukti dari setiap

orang yang dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik. Dan ini

tampak pada kejatuhan manusia kedalam dosa. (Bnd. Kejadian 2:9 , 3:1-7).

Faktor Gen (Bawaan )

Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung,

karena yang dipengaruhi gen secara tidak langsung adalah (1) kualitas sistem

syaraf, (2) keseimbangan biokoimia tubuh, dan (3) struktur tubuh. Lebih lanjut

dapat dikemukakan, bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya dengan

perkembangan kepribadian adalah (1) sebagai sumber bahan mentah kepribadian

seperti fisik, intelegensi, dan temperamen. (2) membatasi perkembangan

kepribadian dan mempengaruhi keunikan kepribadian. Dalam kaitan ini Cattel,

Samsyu, Yusuf mengemukakan bahwa Kemampuan belajar dan penyesuaian diri

individu dibatasi oleh sifat-sifat yang inheren dalam organisme individu itu

sendiri. (Cattel, Yusuf, Samsyu, 2008:20)4

Misalnya kapasitas fisik (perawakan, energy, kekuatan, dan

kemenarikannya), dan kapasitas intelegtual (cerdas, normal, atau terbelakang).

Meskipun begitu batas-batas perkembangan kepribadian, bagaimanapun lebih

4
Cattel, Yusuf, Samsyu. Teori Kepribadian (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008)
hal 20.
18

besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Contohnya: seorang anak laki-laki yang

tubuhnya kurus, mungkin akan mengembangkan self concept yang tidak

nyaman, jika dia berkembang dalam kehidupan sosial yang sangat menghargai

nilai-nilai keberhasilan atletik, dan merendahkan keberhasilan dalam bidang lain

yang diperolehnya. Sama halnya dengan wanita yang wajahnya kurang, dia akan

merasa rendah diri apabila berada dalam lingkungan yang sangat menghargai

wanita dari segi kecantikan fisiknya.

Ilustrasi diatas menunjukkan, bahwa hereditas sangat mempengaruhi

konsep diri individu sebagai dasar sebagai individualitasnya, sehingga tidak ada

orang yang mempunyai pola-pola kepribadian yang sama, meskipun kembar

identik.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan hal hal yang datang atau ada di luar diri

siswa/peserta didik yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan

pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan. faktor eksternal yang

memengaruhi perkembangan dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara

lain:

Faktor lingkungan

Sebagai anggota masyarakat, seseorang siswa tidak dapat melepaskan diri

dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengingat perilaku siswa untuk

tundak pada norma-norma dan nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat.

Masyarakat diciptakan oleh Allah yang mengkehendaki bahwa manusia tidak

hidup seorang diri melainkan hidup dalam persekutuan dengan sesamanya( bnd.

Kejadian 3:18). Nilai-nilai dan norma-norma masyarakat yang mrengatur seluruh


19

tingkah laku kehidupan manusia dalam bersikap dan bertindak turut

mempengaruhi pembentukan siswa. Larangan, petunjuk, teguran dan nasehat yang

diterima turut mempengaruhi terbentuknya nilai nilai moral seorang siswa. Oleh

sebab itu, masyarakat juga harus menyadari bahwa mereka juga ikut bertanggung

jawab dalam pembentukan moral siswa tersebut.

Selain keluarga, lingkungan juga sangat mempengaruhi perkembangan dan

pertumbuhan moral anak, baik lingkungan belajar siswa atau sekolah dan juga

lingkungan sekitar tempat bermain dan bergaul siswa. lingkungan juga sangat

berperan penting dalam membangun moral siswa, karena dalam lingkungan

adalah tempat manusia berkembang dan bertumbuh serta berinteraksi dengan

manusia lainnya.

Dalam Amsal 13: 20 dikatakan bahwa Siapa bergaul dengan orang bijak

menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal akan malang. Alkitab

juga mengajarkan bahwa pergaulan sangat berpengaruh dalam pembentukan

pribadi dan moral seseorang, seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 15:33

Janganlah kamu sesat: pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik. Jadi

apabila anak bergaul dengan orang-orang yang bermoral baik baik, maka ia akan

terbawa kepada pengenalan moral yang baik juga, demikian juga sebaliknya, jika

aanak bergaul dengan orang yang bermoral buruk, maka ia akan hidup dengan

kebiasaan yang buruk juga tanpa ia sadari. (Singgih D. Gunarsa, 2008: 61)

berpendapat bahwa:

Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan


dimana ia hidup. Tanpa masyarakat (lingkungan), kepribadian seseorang
individu tidak dapat berkembang ; demikian juga hal nya dengan aspek
moral pada anak . nilai-nilai moral yang dimiliki seoarang anak lebih
banyak diperoleh dari luar. Anak belajar dan diajar oleh lingkungannya
mengenai bagaimana ia harus bertingkah laku yang baik dan tingkah
20

laku yang bagaiamana yang dikatakan salah atau tidak baik dan yang
tidak boleh dilakukan. (Singgih D. Gunarsa,2008: 61).5

Jadi lingkungan adalah tempat kedua bagi anak yang tidak pernah terlepas

dari ruang lingkup kehidupan semua manusia. Berbicara tentang moral adalah

menghantarkan kita kepada sebuah pemikiran tentang proses, proses yang terus

berkembang didalam pribadi setiap orang yang menjadikan manusia menjadi

pribadi yang bermoral atau kurang bermoral. hal ini dipengaruhi oleh Keluarga

sebagai tempat bagi manusia yang pertama sekali untuk melakukan interaksi dan

bersosialisasi dan jugamendapat pengalaman tentang nilai-nilai moral. Dengan

lingkungan yang lebih luas sehingga akan membentuk suatu gambaran diri dalam

individu tersebut.(Clara R. Pudjijogyanti. Jurnal Teologi STT-SU, 2014:86.

Gundari Ginting dalam tulisannya mengatakan bahwa:

Moralitas dapat terbentuk karena berbagai faktor, baik dari faktor internal
maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut menjadi lebih spesifik lagi dan
akan berkaitan erat sekali dengan moralitas yang akan dikembangan oleh
individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut adalah keadaan
fisik, kondisi keluarga, reaksi orang lain terhadap individu, tuntutan
orang tua terhadap anak, jenis kelamin, ras dan status sosial ekonomi.
(Jurnal Teologi STT-SU, 2014:86.6
Moralitas bukanlah faktor bawaan atau pun keturunan yang dibawa sejak

lahir, tetapi faktor yang dipelajari dan dibentuk oleh pengalaman dalam

berhubungan dengan individu lainnya. Dan kemudian setiap individu itu akan

menerima tanggapan-tanggapan. Tanggapan yang ia terima tersebut akan

dijadikannya sebagai cermin untuk memandang dan menilai dirinya. Setelah

individu itu sudah mampu melepaskan dirinya dari ketergantungannya dengan

keluaraga, ia akan beraktifitas dan berinteraksi dengan lingkungan yang lebih

5
Singgih D. Gunarsa. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.(Jakarta: Gunung
Mulia, 2008).hal 20
6
Gundari Ginting. Jurnal Teologi Didaskein STT Sumatera Utara ( Medan:STT
Sumatera Utara,2014.hal 86
21

luas, sehingga akan membentuk suatu gambaran dalam diri individu

tersebut,terbentuknya moralitas seseorang berasal dari interaksinya dengan orang

lain.

Faktor Ekonomis/Status Sosial Ekonomi

Dalam proses perkembanganya, betapapun ukuranya bervariasi, seorang

anak pasti memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan minum dirumah, tetapi juga

untuk membeli peralatan sekolah yang dibutuhkan oleh siswa. Kehidupan sosial

banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam

lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak

yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam

keluarga anak itu. ia anak siapa. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial

anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di

dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak

memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.

Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa menjaga

status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud menjaga

status sosial keluarganya itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam

pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak

menjadi terisolasi dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk

kelompok elit dengan normanya sendiri.

Faktor Edukatif

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang mempunyai pengaruh

terhadap perkembangan anak manusia terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses

pengoperasian ilmu yang normatif, yang memberikan warna kehidupan sosial


22

anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.

Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi

oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan.

Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan

kepadapeserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada

peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi

dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan

antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan

bernegara. Faktor pendidikan ini relatif paling besar pengaruhnya dibandingkan

dengan faktor yang lain.

Faktor Religious

Sebagai contoh seorang anak yang hidup dilingkungan yang kental dengan

suasana religius, sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang tidak berada

dalam lingkungan religi yang kental dengan suasana religius, yang sekedar

terhitung orang beragama, lebihlebih yang memang tidak beragama sama sekali,

ini adalah persoalan perkembangan pula, menyangkut proses terbentunya prilaku

seorang anak dengan agama sebagai faktor penting yang mempengaruhinya

karena pondasi agama merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dan

berperan penting sebagai media kontrol dalam perkembangan peserta didik.

1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Moral

1. Pola asuh orang tua dalam keluarga

Pola asuh orang tua adalah suatu cara yang terbaik yang ditempuh orang

tua dalam mendidik, membimbing anak sebagai rasa perwujudan dari rasa

tanggung jawab orang tua kepada anak. Yang mempunyai tujuan untuk
23

memperbaiki pembentukan moral anak. Senada dengan ini Gunarso

mengemukakan pendapatnya, yang berpendapat bahwa :

pola asuh adalah merupakan cara orang tua bertindak, berinteraksi, dan
membimbing anak sebagai sesuatu aktifitas yang yang melibatkan etika
dan perilaku tertentu secara individual maupun secara bersama-sama
sebagasi serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anak-anak.
(Gunarso:2002:17)7
Keluarga adalah tempat paling pertama dan utama dalam pembentukan

moralitas anak, perlakuan-perlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak akan

membekas hingga anak menjelang dewasa dan membawa pengaruh terhadap

moralitas anak, baik pembentukan moralitas kearah yang positif maupun kearah

moralitas negatif. Yang dimaksud dengan kondisi keluarga yang buruk adalah

tidak adanya pengertian antara orang tua dan anak, tidak adanya keserasian

hubungan antara ayah dan ibu, orang tua yang menikah lagi, serta kurangnya

sikap menerima dari orang tua terhadap keberadaan anak-anak. Sedangkan

kondisi keadaan keluarga yang baik dapat ditandai dengan adanya integritas dan

tenggang rasa yang tinggi serta sikap positif dari anggota keluarga. Jadi kondisi

keluarga yang sehat dapat membuat anak menjadi lebih tegas, efektif, serta

percaya diri dalam mengatasi masalah kehidupan dirinya sebagai pembentuk

kepribadiannya sendiri.

2. Reaksi orang tua terhadap individu

Dalam kehidupan sehari-hari, orang akan memandang individu sesuai

dengan pola perilaku yang ditunjukkan individu itu sendiri. Reaksi orang tua

sangat berperan penting dalam pertumbuhan dan pembentukan moralitas anak.

Contohnya: anak akan dapat mengetahui dan memperbaiki moralnya saat ia

7
Gunarso, Psikologi Anak Dan Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002) hal 17.
24

melakukan suatu perilakunya kepada orang lain lalu, orang tuanya memberi reaksi

atau respon terhadap baik atau buruk perbuatan yang dilakukan anak. Seperti yang

dikemukakan oleh (Elisabet, 1999:32). 8 Yang mengatakan bahwa. perilaku

merupakan respon atau hasil dari reaksi seseorang terhadap stimulus atau reaksi

dari luar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang adalah sebuah respon dari

manusia terhadap stimulus yang ada yang kemudian memunculkan suatu kegiatan,

dan dengan berinteraksi orang tua kepada anaknya akan memberikan penjagaan,

perawatan, pendidikan dan pembibingan yang sesuai dengan tujuan dan harapan

yang diinginkan oleh orang tua.

3. Jenis kelamin, status ekonomi dan ras

Moralitas juga dapat dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut, ketiga hal ini

adalah faktor yang paling kerap dialami anak dan sekaligus yang sering terjadi

tanpa disadari manusia bahwa hal ini sangat berpengaruh besar pada pertumbuhan

dan pembentukan moralitas anak . sumber moral laki-laki dengan sumber

moralitas perempuan berbeda,moralitas laki-laki bersumber dari agresifitas dan

kekuatan dirinya, sedangkan perempuan mempunyai sumber moralitas dari

keadaan fisik dan populitas dirinya. Kelompok ras minoritas dan status sosial

ekonomi yang rendah cenderung mempunyai moralitas yang rendah. Sebagaimana

juga yang dikemukakan oleh Gundari ginting yang dikutip dari pendapat (Clara R.

Pudjijogyanti. 2014: 88)9. Yang mengataka dan membuktikan bahwa:

Kelompok ras yang minoritas dan kelompok sosial ekonomi yang rendah
cenderung mempunyai moralitas yang rendah jika dibandingkan dengan

8
Elisabet. Psikologi Perkembangan Jilid 2.(Jakarta: Erlagga:1999) halaman 32.
9
Gundari Ginting. Jurnal Teologi Didaskein STT Sumatera Utara ( Medan:STT
Sumatera Utara,2014.hal 88
25

kelompok ras yang mayoritas dan kelompok sosial ekonomi yang tinggi,
selain itu untuk jenis kelamin terdapat Kelompok perbedaan moralitas
antara perempuan dan laki-laki. Perempuan mempunyai sumber
moralitas yang bersumber dari keadaan fisik dan popularitas dirinya,
sedangkan laki-laki bersumber dari agresifitas dan kekuatan
dirinya.(Clara R.Pudjijokyanti, Jurnal Teologi STT-SU,2014:88)
Maka dapat diketahui bahwa ketiga faktor ini, yakni: 1. Status ekonomi,

2. Jenis kelamin, 3. Ras, sangat berpengaruh pada pembentukan moraliras

siswa.

4. Keberhasilan dan kegagalan

Moralitas dapat juga di pengaruhi oleh keberhasilan atau kegagalan yang

telah dialaminya. Keberhasilan dan kegagalan mempengaruhi penyesuaian pribadi

dan sosialnya dan ini berarti mempunyai pengaruh yang nyata terhadap

moralitasnya.keberhasilan akan menciptakan suatu perasaan yang puas yang

membuatnya semakin percaya diri, demikian juga sebaliknya ia akan menjadi

frustasi apabila mengalami kegagalan.

2. Mengasihi Musuh Menurut Matius 5:44

Latar belakang

Injil Matius adalah satu diantara empat injil perjanjian baru(PB) injil secara

tradisi disalin dalam urutan dengan Matius terlebih dahulu lalu disusul dengan

Markus, Lukas dan Yohanes.bersama-sama injil markus dan lukas, injil ini

digolongkan dalam injil sinoptis. Sebagaimana yang dikatakan Natan dalam

website, yang mengatakan bahwa: kitab Matius mempunyai amanat

tentangKabar baik( injil, dalam bahasa iggris Gospel) bahwa Yesus adalah Raja

penyelamat yang dijanjikan oleh Tuhan, ini dapat dilihat melalui contoh doa bapa

kami. Melalui kerajaan Allah inilah Yesus kristus akan memilih kondisi bumi
26

dan dan kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, hal inilah yang akan menjadi

kesaksian bagi semua bangsa, barulah akhir sistem dunia ini berakhir.melalui

Yesus itulah Tuhan menepati apa yang tekah dijanjikannya didalam perjajian lama

kepada umatnya.sekalipun Yesus hadir dari orang yahudi dan hidup sebagai orang

yahudi, namun kabar baik itu bukanlah hanya untuk bangsa yahudi saja melainkan

untuk seluruh dunia.

Penulis.

Dari semua penulis kitab injil tidak ada yang mencatat namanya sendiri dalam

judul kitabnya. Para penulis itu lebih suka tidak diketahui namanya karena mereka

takut dan tidak mau mencuri kemuliaan Allah. Yang penting untuk mereka adalah

berita yang hsrus mereka pancarkan yaitu berita yang berasal dari Allah, nama

mereka tidak penting sama seakali. Tetapi walaupun demikian, jelaslah bahwa

judul-judul itu (Injil Matius ) ditulis oleh matius sendiri. Karena Kanonik ke-4

injil ditemukan sebelum tahun 125 A.D, dan diberi judul yaitu injil Matius.

Meskipun tidak diterangkan secara langsung dalam injil itu siapakah penulis

injil yang pertama itu, namun tidak ada yang meragukan bahwa penulis kitap itu

adalah Matius sendiri, yaitu orang yang sering disebut oarang lewi, anak Alpius,

Pemungut cukai yang telah menjadi salah satu dari kedua belas murid Yesus

(Matius 9:9). Juga dalam daftar murid itu, terdapat beberapa perbedaan antara ke-

4 injil. Sebelum ia dipanggil untuk melayani Tuhan, ia menjabat sebagai

pemungut cukai dikapernaum, nama ibraninya adalah Lewi, anak Alpius,nama

yunaninya adalah matius. Ia seoarang ahli pengarang dan ahli bahasa, karena

sebagai pemungut cukai ia tentu mahir dalam bahasa ibrani maupun bahasa
27

yunani. Papias menambahkan bahwa injil matius, ditulis dalam bahasa ibrani,

kemudian injil itu diterjemahkan ke dalam bahasa yunani. Menurut papias ada

kemungkinan bahwa matius sendiri yang menerjemahkannya.

Sejarah

Selama 1500 Tahun pertama kekristenan, gereja secara mutlak mengakui

dan meyakini bahwa ke empat injil itu salah satunya adalah Matius dalam

sejarahnya ditulis sesuai urutan yang didapati dalam kanon Alkitab : Matius yang

pertama, kedua Markus, ketiga Lukas, dan keempat Yohanes. Alasan

mempercayai bahwa injil Matius adalah ditulis terlebih dahulu cukup sederhana:

kesaksian daripara saksi kuno yang menegaskan bahwa injil Matius yang pertama

ditulis, dan juga ditulis dalam bahasa ibrani/ Aram.

Dua bapa gereja dan sejarawan pada masa awal gereja, menyatakan bahwa

seorang sejarawan dann seorang misionaris bernama Panteneus pergi ke india

tahun 180M, dan menemukan sebuah salinan injil Matius dalam bahasa ibrani

yang dulu dibawa Bartolomeus kesana. Dan Bartolomeus meninggalkannya

disana dalam bentuk tulisa arab. Dan catatan para bapa gereja mengindisikan

bahwa injil Matius awalnya ditulis dalam bahasa Aram atau bahasa ibrani, yaitu

bahasa sehari-hari pada jaman itu di israel kemudian Matius menerjemahkan

kedalam bahasa Yunani yaitu yang dikenal pada saat ini.

Pada tahun 130-an, papias,uskup diheropolis menulis bahwa Matius

menyusun perkataan-perkataannya dalam bahasa ibrani kemudian setiap orang

menerjemahkannya sebisanya. Kemudian pada saat itulah orang-orang banyak

mengakui bahwa injil ini adalah ditulis oleh Matius.


28

Konteks sebelum dan sesudah

Diayat sebelumnya banyak membahas tentang bagaimana supaya setiap

orang mampu berdoa dan meminta berkat bagi orang yang membencinya.

Maksudnya ialah mampu mendoakan orang yang membencinya supaya orang itu

berhenti membencinya karena jika orang itu berhenti membencinya maka tidak

ada persoalan lagi dan semua akan baik-baik saja. Dan diayat sebelumnya(35)

juga dikatakan supaya berbuat baik kepada musuh,maksudnya ialah mengasihi

dengan tindakan yang nyata bukan dengan berpura-pura. Contohnya:

meminjamkan dengan tidak mengharapkan imbalan apapun, karena yang

dimaksud dalam Firman Tuhan ini adalah mengasihi dalam terjemahan bahasa

yunani yaitu Agapan yang berasal dari kata Agape yaitu mengasihi dengan tanpa

mengharapkan balasan. Sekalipun orang itu merencanakan yang jahat baginya.

Namun tetaplah berbuat baik kepada orang tersebut.

Kemudian setelah itu konteks sesudahnya adalah, ayat 45 karena dengan

demikianlah kamu menjadi anak-anak bapamu disurga, yang menerbitkan

matahari bagi orang jahat dan yang baikdan nmenurunkan hujan bagi orang yang

benar dan bagi orang yang tidak benar. Lalu dikatakan juga diayat selanjutnya

dikatakan bahwa orang yang hanya mengasuhi orang yang baik kepadanya

tidaklah mendapat upah dari Bapa disurga, hal diumpamakan dengan seorang

pemungut cukai yang hanya mengasihi orang yang baik pada dirinya.

2.1. Eksegese Matius 5:44

TB: 5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi
mereka yang menganiaya kamu.
29

KJV: But I say unto you, Love your enemies, bless them that curse you, do good
to them that hate you, and pray for them which despitefully use you, and
persecute you;

NIV : But I tell you, love your enemies and pray for those who persecute you,

BIS : Tetapi sekarang Aku berkata kepadamu: cintailah musuh-musuhmu, dan


doakanlah orang-orang yang menganiaya kalian,

Terjemahan Lama : Tetapi Aku ini berkata kepadamu: Kasihilah akan seterumu,
dan doakan orang yang menganiayakan kamu,

Bhs. Yunani Transliterasi Bhs. Inggris Bhs.indonesia Morfologi/b

entuk kata

eg I Saya Pribadi /

kata ganti

yang luar

biasa

de However Namun Kata

penghubung

leg Say Mengatakan Kata kerja

hymin to you, Kepadamu Pribadi /

kata ganti

yang luar

biasa

agapate Love Cinta Kata kerja

tous Artikulasi

echthrous Enemies Musuh Kata sifat


30

hymn Of you Dari anda Pribadi /

kata ganti

yang luar

biasa

kai And Dan Kata

penghubung

proseuchesthe Pray Berdoa Kata kerja

hyper For Untuk Preposisi

tn Those Itu Artikulasi

dikontn Persecuting menganiaya Kata kerja

hymas You Kamu Pribadi /

kata ganti

yang luar

biasa

eulogeite Bless memberkati Kata kerja

tous Those Itu Artikulasi

katarmenous Cursing Kutuk Kata kerja

, hymas You Kamu Pribadi /

kata ganti

yang luar

biasa

kals Good Baik Kata

keterangan

poieite Do Melakukan Kata kerja


31

tois To those Untuk itu Artikulasi

epreazontn Spitefully Dengki, Kata kerja

accusing menuduh

, hymas You Kamu Pribadi /

kata ganti

yang luar

biasa

kai And Dan Kata

penghubung

misousin Hating Membenci Kata kerja

, hymas You Kamu Pribadi /

kata ganti

yang luar

biasa

(Mengasihi) kata dasar adalah Kasih

Dalam KJV=NIV dikatakan Love yang berarti cinta. Dalam Wikipedia

Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi.

Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan,

perasaan belas kasih dan kasih sayang.10 Cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif

yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati,

10
https://id.wikipedia.org/wiki/Cinta. Diakses pada tanggal 18-o7-2017, Pukul 13:52 Wib
32

perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan

mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut. Sama hal nya dengan

perbandingan bahasa dari BIS yang mengatakan Cintailah. Dalam TL

dikatakan Kasihilah yang memiliki kata dasar kasih. Kasih ialah perasaan

sayang (cinta, suka kepada).

Dari perbandingan bahasa diatas, penulis menyimpulkan bahwa

perbandingan basaha dengan kata mengasihi tidak sama sekali mengurangi

makna yang ada dalam kata mengasihi. Kata mengasihi memiliki kata dasar

kasih. Kasih merupakan bagian unsur kata dari cinta. Maka dari itu, mengasihi

merupakan menaruh kasih kepada; mencintai; menyayangi. Dalam hal ini berarti

ditegasakan untuk menyatakan kasih kepada orang lain. Bukan berharap kepada

orang lain untuk mengasihi. Melainkan ditujukan untuk memberikan kasih dan

cinta.

Kasih (Yunani, - agap). Kasih adalah perasaan yang dimiliki oleh

setiap manusia, perasaan ini akan timbul apabila manusia tersebut mempunyai

rasa memiliki dan menyayangi. Allah itu kasih Kasih ( 1 Yohanes 4:8 ), dan Ia

telah membuktikan kasih itu didalam Tuhan Yesus yang mati di kayu salib untuk

manusia. Sebab itu kita wajib mengasihi Allah. Tetapi kita tidak dapat mengasihi

Allah jikalau kita tidak mengasihi saudara-saudara kita ( 1 Yohanes 4:21).

Menurut Willian Barclay didalam bahasa Yunani ada 4 kata yang sama-sama

mengandung arti Kasih, yaitu :

1. Storge, kata ini dipakai dengan secara khusus bagi hubungan kasih didalam
kehidupan keluarga. Antara orang tua dan anak, atau sebaliknya.
2. Eros, kata ini menunjukkan cinta seorang laki-laki kepada hamba
wanitanya, didalamnya selalu terkandung nafsu birahi dan asmara.
33

3. Philia, kata ini mengandung arti kasih sayang yang sejati, kata ini dipakai
untuk menunjukkan kasih sayang yang hangat dan mesra yaitu kasih sayang
tertinggi.
4. Agape, kata ini menujukkan kepada kebajikan yang tak kenal akhir,
kebaikan hati yang tak kenal batas, dan kehendak baik yang tak kenal
menyerah. Kasih agape adalah kasih yang suci murni tanpa mengharapkan
imbalan, seperti kasih Allah kepada manusia.11

Adapun penjelasan tentang ke empat jenis kasih diatas adalah sebagai berikut:

1. Kasih storge.

Kasih ini adalah salah satu jenis kasih antara orang tua dengan ank-

anaknya dan kepada cucu-cucunya. Jadi dalam kasih ini ada dasar atau pertalian

yaitu disebut dengan pertalian darah . jenis kasih ini pun tersirat dalam Efesus 6:4

orang tua harus mengasihi anak-anaknya otomatis juga mengasihi cucu-cucunya.

Atau sebaliknya, baik seorang anak atau seotrang ibu harus bertanggung jawab

untuk mnengasihi anak-anaknya

2. Kasih Eros

Kasih eros adalah jenis kasih antara sesama manusia tetapi kasih yang

berklawanan jenis, yaitu laki-laki dengan perempuan atau sebaliknya. Atau bisa

juga disebut dangan kasih antara suami dengan istri, bertunangan, berpacaran, dan

sebagainya yang mengandung unsur ketertarikan kepada lawan jenis.dalam

Alkitab (misalnya, Efesus 5:22-25)

3. Kasih Philia

Kasih Philia adalah kasih yang berarah kepada sahabat, teman antara

sesama manusia atau kasih manusai kepada Tuhan tetapi tidak sama dengan kasih

Agape Allah kepada manusia kasih ini terjadi antara orang-orang yang tidak ada

sama sekali hubungan pertalian darah sekalipun kita membantu orang yang pernah

William Barclay. Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Matius Ps.1-10,(Jakarta: BPK
11

Gunung Mulia, 2008), hal 290-292


34

membantu kita dengan uang atau jumlah harta yang banyakpada saat kita

mengalami dukacita, atau sekalipun kita mengasihi seorang sahabat kita sampai ia

meninggal dunia, tetap saja lefelnya itu adalah dibawa dari kasih Agape.

4. Kasih Agape

Kasih Agape adalah kasih yang paling tertinggi levelnya dibanding

dengan ketiga kasih diatas, karena kasih ini adalah kasih yang sama sekali tidak

ada pandang bulu dan ikatan apapun, tidak ada persyaratan, tidak melihat keadaan

orang yang dikasihi, tidak mengungkit-ungkit kesalahan, bersifat terus-menerus,

dan sama sekali berdasarkan kasih yang tidak mengharapkan imbalan atau biasa

disebut kasih yang suci murni. Inilah jenis kasihyang hanya dimiliki Tuhan Yesus

saja. ketika Tuhan mengasihi kita, Ia memberikan kasihnya denagn tanpa syarat

dan tidak menyuruh kira untuk harus kudus dulu barulah Ia mengasihi kita. Ketika

dunia diperhamba oleh dosa Ia mengasihi kita sehingga Ia telah mengaruniakan

anakNYA yang tunggal supaya yang percaya padanya tidak binasa, melainkan

selamat. Begitu besar kasihNYA kepada kita sehingga Ia mengasihi kita ketika

kita masih berdosa.inilah kasih Agape yaitu jenis kasih yamg tanpa syarat dan

tanpa imbalan(Non conditional).

Jadi, Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kasih sudah

diterapkan oleh Allah sendiri dengan cara yang luar biasa. Melalui pengorbanan

Yesus dikayu salib untuk menyelamatkan manusia dari maut. Allah telah

menerapkan kasih Agape kepada manusia. Allah tidak mengenal semua manusia

dan manusia tidak pernah berbuat baik kepada Allah. Tetapi Allah sendiri telah

diluan melakukan tindakan kasih kepada manusia. Kasih tidak bertujuan untuk

mencari kepentingan diri sendiri, melainkan untuk kepentingan bagi orang lain
35

juga. kasih itu sebenarnya mempunyai cakupan yang sangat luas, dengan

mengacu kepada 1 korintus 13:4-8. Dalam nats tersebut ditemukan hal-hal yang

berkaitan dengan kasih yang perinciannya sebagai berikut: Sabar, murah hati,

tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang

tidak sopan, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan

kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidak adilan, sabar menanggung

segala sesuatu. Kasih dalam teks tersebut adalah perbuatan yang mampu

memikirkan mengusahakan dan mau berkorban untuk kebaikan dan keuntungan

orang yang dikasihi. Kasih itu penuh pengampunan dan ditandai dengan hidup

yang dipimpin oleh roh kudus. R.C. Sproul mengatakan bahwa.

Allah itu suatu pribadi. sebagai pribadi, Allah mampu mengasihi dan dikasi,
Allah yang kita sembah adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Abraham,
Ishak, dan Yakub adalah manusia, itu berarti bahwa Allah adalah Allah
manusia. Ia adalah berpribadi yang dengan-Nya pribadi manusia dapat
memiliki hubungan kasih.12 (R.C. Sproul, 2011: 176)

Dari pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa Allah merupakan suatu

pribadi, yang berati adanya pribadi manusia bersama Allah. Dengan demikian

Allah juga miliki hubungan kasih kepada setiap manusia. Dalam hal ini

ditegaskan juga bahwa Allah adalah kasih. Manusia menggunakan kasih sebagai

pengampunan atas semua dosa. Perselingkuhan biasannya dimulai dari pernyataan

cinta. Namun kasih Allah bukan perselingkuhan dan tidak dan tidak terikat oleh

bentuk egosentrisme kasih yang campur aduk dengan kasih manusiawi kita.

Kasih dalam PL, baik yang Insani maupun yang Ilahi, adalah ungkapan

paling dalam dari kepribadian, sekaligus hubungan hubungan pribadi yang paling

akrab dan dekat. Kasih Allah kepada Manusia yang digambarkan sebagai

12
R.C. Sproul. Sifat Allah, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), Hal 175
36

hubungan Bapa dan Anak (Mazmur 6:7). Atau sebagai hubungan Suami Istri

(Hosea 1-3). Demikian juga kasih persahabatan, misalnya Kasih antara Daud dan

Yonatan (1 Samuel 18) dan hubungan antara Orang Tua dan Anak (Abraham dan

Ishak Kejadian 22:2, Ishak dan Esau Kejadian 25:28a).

Dalam PL maupun PB menegaskan bahwa pemahaman kasih bukan

berawal dari konsep, melainkan dari tindakan Allah yang karena keprihatinannya

membebaskan umatnya dari penderitaan. Dalam PL nampak dalam Misi atau

peristiwa Yunus, yang menekankan bahwa Allah mengasihi semua umat manusia

dan tidak menghendaki kehancuran dan kematian mereka, di tempatkan pada

perspektif Allah yang tidak menghendaki penindasan terhadap yang lemah dan

menghendaki kesejahteraan umatNya. Visi Alernatif ditekankan juga melalui

perintah atau anjuran-anjuran agar Israel juga berbuat baik dan tidak menindas

orang Asing (Ulangan 10:17-19). Allah bertindak menyelamatkan manusia tanpa

ditentukan dan dipengaruhi oleh keberadaan manusia yang tidak setia, tidak baik,

dan tidak menarik. Keberadaa manusia sebagai ciptaanya yang menderita, itulah

yang menjdi keprihatian Allah. Allah bertujuan menjadikan manusia lebih baik.

Kasih Allah tidak bersyarat, merupakan faktor yang sangat penting dan

menentukan bagi umat dalam memandang hukum dan perintah kasih dan

perangkat Allah dan sesama Manusia.

Maka dari itu penulis menyimpulkan bahwa, kasih Allah adalah tampa

syarat apapun. Allah bertindak memberika kasih bukan berdasarkan suatu

rencana, melainakan bertujuan agar manusia menjadi lebih baik lagi dan

memperbaiki hubungan yang baik dengan Allah. Kasih itu dimulai sebagai suatu

sikap menginginkan yang terbaik untuk orang lain. Sikap ini menjadi suatu
37

tindakan melakukan apa yang terbaik untuk orang lain. Perasaan yang baik

dihasilkan oleh sikap oleh tindakan kasih. Sikap perlu didasarkan pada pengertian

yang tepat mengenai siapa Allah dan siapa manusia. Allah adalah sang pencipta

tertinggi dan mutlak dari alam semesta. Manusia dibuat menurut gambar Allah

dan merupakan ciptaanNya. Karena itu harus memperhatikan sesama manusia dan

memperlakukannya seolah-olah dia itu tuhan. Pengetahuan yang benar akan

menuntun kepada sikap yang benar, dan sikap yang benar akan menuntun pada

tindakan yang benar.

(musuh) kata dasar...

KJV=NIV mengatakan bahwa enemies yang berarti musuh. Dalam KBBI Musuh

adalah lawan (berkelahi, bertengkar, berperang, berjudi, bertanding, dan sebagainya);

seteru: bandingan, imbangan, tandingan: sesuatu yang mengancam (kesehatan,

keselamatan). Sama halnya dikatakan dalam BIS cintailah musuh-musuhmu.

Sedangkan dalam TL dikatakan kasihilah seterumu. Dalam KBBI seteru adalah

musuh perseorangan (orang dengan seorang); musuh pribadi. Seteru mencakup

secara pribadi.

Maka dari itu, dari perbandingan bahasa diatas. penulis memakai kata

musuh. karena musuh manusia yang harus kita hadapi, yaitu dunia, kedagingan

dan tipu daya Iblis. Dunia dengan daya tariknya, menjadi musuh eksternal orang

Kristen. Kedagingan, dengan keinginan jahat dan nafsu adalah musuh internal.

Dan Iblis, dengan rayuan dan tipu dayanya adalah musuh yang bersumber dari

neraka. Iblis memakai manusia untuk menjatuhkan kepercayaan terhadap iman

kristus.

Kita telah diberi kuasa untuk menangkal setiap serangan musuh, jadi

pergunakanlah itu untuk tetap menjaga hidupmu dari segala godaan dunia,
38

kedagingan dan si Iblis. Musuh Allah tentu juga adalah musuh umat manusia

sebab mereka berupaya keras agar manusia tidak dirukunkan dengan Allah dan

mereka melawan maksud tujuan Allah bagi keluarga umat manusia. Mereka

menentang pemberitaan kebenaran dan karena itu menentang kepentingan seluruh

umat manusia, seperti mereka yang menganiaya orang-orang Kristen masa awal.

(1Tes 2:15). Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania mengatakan

bahwa,

Selain itu, oleh karena masuknya dosa ke dalam dunia melalui Adam,
kematian menyebar kepada semua orang, dan kematian. sebagaimana
dikatakan Alkitab, adalah musuh umat manusia. Kematian tidak dapat
dikalahkan dengan upaya manusia. (Mz 89:48) Hanya Allah melalui Yesus
Kristus yang akan menyingkirkan musuh manusia ini.13

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa, Rasul Paulus

menggambarkan peperangan orang Kristen, demikian, Pergulatan kita bukan

melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan

kalangan berwenang, melawan para penguasa dunia dari kegelapan ini, melawan

kumpulan roh yang fasik di tempat-tempat surgawi. (Ef 6:12; bdk. 2Kor 10:4.)

Oleh karena itu, pertempuran orang Kristen bukanlah melawan manusia,

melainkan melawan roh-roh fasik yang berupaya memalingkan mereka dari Allah.

Sebaliknya, Yesus Kristus menjelaskan kepada para pengikutnya bahwa dunia

akan membenci dan bahkan membunuh mereka dan bahwa adakalanya musuh

seseorang berasal dari dalam rumah tangganya sendiri.

Yesus menasihati, Teruslah kasihi musuh-musuhmu, berbuatlah baik kepada

orang-orang yang membenci kamu. (Luk 6:27, 28) Ia menjelaskan, Kamu

mendengar bahwa telah dikatakan (bukan dalam Alkitab, melainkan dalam ajaran
13
https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/1200001362. Diakses pada tanggal 20-07-2017,
pukul 18:30 WIB
39

turun-temurun), Engkau harus mengasihi sesamamu dan membenci musuhmu.

Akan tetapi, aku mengatakan kepadamu: Teruslah kasihi musuh-musuhmu dan

berdoalah bagi orang-orang yang menganiaya kamu. (Mat 5:43, 44) Dan,

tentunya dengan merujuk ke Amsal 25:21, rasul Paulus menasihati, Jika

musuhmu lapar, berilah dia makan. Prinsip ini dirumuskan oleh Hukum, yang

mengatakan, Seandainya engkau mendapati lembu musuhmu atau keledainya

tersesat, engkau harus mengembalikan binatang itu kepadanya. Seandainya

engkau melihat keledai milik orang yang membenci engkau terbaring di bawah

tanggungannya, jangan kautinggalkan dia. Bersama dia engkau harus

membebaskan binatang itu. Karena hamba-hamba Yesus mengikuti prinsip-

prinsip ini, sebagai hasilnya, banyak orang yang tadinya memusuhi mereka telah

melunak hatinya terhadap mereka dan juga terhadap Allah sendiri. Hal ini selaras

dengan Amsal 16:7, Apabila Yehuwa senang akan jalan-jalan seseorang, ia akan

menyebabkan bahkan musuh-musuhnya berdamai dengannya. Sebuah teladan

menonjol tentang belas kasihan terhadap musuh adalah perlakuan yang diberikan

Yesus Kristus kepada Saul dari Tarsus (yang menjadi rasul Paulus). Allah

berfirman, Pembalasan adalah hakku, juga ganjaran. (Ul 32:35; Rm 12:19; Ibr

10:30) Oleh karena itu, hamba Allah tidak main hakim sendiri, dan tidak

mengharapkan musuhnya ditimpa malapetaka agar ia merasa puas, mengingat

nasihat penuh hikmat ini, Pada waktu musuhmu jatuh, jangan bersukacita; dan

pada waktu dia dibuat tersandung, semoga hatimu jangan bergembira. (Ams

24:17) Di bawah Hukum, apabila diragukan apakah suatu pembunuhan

merupakan kesengajaan atau kecelakaan, salah satu faktor yang memberatkan si


40

tersangka adalah jika sebelumnya terdapat permusuhan, kebencian, atau

penyerangan yang disertai kebencian.

Maka dari itu penulis menyimpulkan bahwa, Ada banyak musuh yang

harus dikalahkan orang Kristen selama hidupnya, di samping tentangan harfiah

yang dialami secara pribadi. Terdapat bahaya serius jika seseorang mengalah

kepada musuh-musuh ini, sebab jika ia menyerah, mereka akan menggiringnya

ke posisi sebagai musuh Allah. Sang rasul mengatakan, Memusatkan pikiran

pada daging berarti permusuhan dengan Allah sebab tidak tunduk kepada hukum

Allah, dan sebenarnya hal itu juga tidak mungkin. Alkitab menggambarkan

konflik yang terus berlangsung dalam diri orang Kristen karena adanya dua kuasa

yang bertentangan: (1) hukum Allah yang Paulus sebutkan sebagai hukum yang

pada saat itu mengendalikan pikirannya, dan juga sebagai hukum roh itu, yang

memberikan kehidupan dalam persatuan dengan Kristus Yesus, dan (2) hukum

dosa yang terdapat dalam anggota-anggota tubuh (seseorang), atau hukum dosa

dan hukum kematian. Dengan nada serupa, rasul Petrus memperingatkan orang

Kristen untuk tetap menjauhkan diri dari keinginan daging, yang justru adalah

hal-hal yang menimbulkan konflik dengan jiwa.

(Berdoa) kata dasar Doa

KJV=NIV mengatakan pray. Yang berati berdoa. dengan kata dasar Doa.

Dalam KBBI doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada

Tuhan. Dan dalam BIS dikatakan Doakanlah, sedangkan TL juga mengatakan

Doakan. Memiliki arti yang sama. Doa merupakan suatu permohonan.

Permohonan memiliki kata dasar mohon. Dalam KBBI, mohon adalah minta
41

dengan hormat, berharap mendapat sesuatu; ampunlah (untuk menyatakan maksud

menolak atau mengingkari, jadi berarti tidak mau).

Dari perbandingan bahasa diatas, penulis menyimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan makna. Perbedaan bahasa diatas tidak mengurangi makna dalam doa.

Barclay M. Newman mengatakan bahwa, Karena kata kerja ini dengan arti

umum berdoa. dalam ayat ini, berdoa bisa diterjemahkan menjadi meminta Allah

memberkati atau berdoa agar Allah bisa menolong. 14 (Barclay M. Newman,

2008: 139) Berarti doa adalah suatu permohonan yang ditujukan kepada Allah

yang didalamnya ada harapan, permintaan dan pujian. Menurut ensiklopedi

berdoa berarti puji-pujian dan bacaan yang mengandung permohonan terhadap

Allah15. Doa adalah berbicara dengan Tuhan. Ada dalam Alkitab, Ketahuilah,

bahwa TUHAN telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-Nya; TUHAN

mendengarkan, apabila aku berseru kepada-Nya (Mazmur 4:3). Doa adalah suatu

kesempatan yang besar. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian

menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan

kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. (Ibrani 4:16).

Tuhan dapat didekati. seperti dalam Alkitab, Engkau yang mendengarkan doa.

Kepada-Mu lah datang semua yang hidup (Mazmur 65:2). Roh membantu kita

dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa;

tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang

tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud

Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang

kudus (Roma 8:26-27). Banyak orang berdoa dan tidak terjadi apa-apa karena ada
14
Barclay M. Newman. Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Matius (Edisi Kedua), (Jakarta:
Lembaga Alkitab Indonesia, 2008), Hal 139
15
Ensiklopedi umum (jakarta: penerbit yayasan kanisius,1997) hal 283
42

dosa di dalam hidup mereka. Alkitab mengatakan bahwa Roh berdoa untuk kita

dengan keluh-keluhan yang yang tidak terucapkan. Hanya kalau orang dipenuhi

Roh Kudus barulah mereka dapat benar-benar berdoa. Menurut (Xavier Leon

1990;148) 16 dalam bukunya Ensiklopedia perjanjian baru , mengatakan bahwa:

Doa dalam bahasa yunani adalah : Aiteo yang berarti adalah Meminta, Deomai

yang berarti menegaskan kebutuhan konkret, Erotau yang berarti menghimbau.

Yesus saat di dunia menjaga hubungannya dengan Bapanya yang di

surga melalui doa. Yesus selalu berdoa dalam segala hal, saat Dia akan membuat

mujizat Ia berdoa terlebih dahulu, bahkan saat Ia akan disalibkan, Ia meluangkan

waktunya untuk berdoa kepada Bapa-Nya meminta kekuatan agar Ia dikuatkan

untuk menjalani misi yang diberikan kepada-Nya. Yesus juga selama hidupnya Ia

selalu mengajarkan dan member teladan agar semua orang dapat berdoa kepada

Bapa di sorga seperti yang Ia telah ajarkan dalam Lukas 11. Di situ Ia

menganjarkan bagaimana kita sebaiknya berdoa.. Menurut Richard Foster dalam

buku Pola Hidup Kristen mengatakan bahwa:

Berdoa itu bukan hanya berusaha memperoleh jalan keluar atau memohon
pertolongan dalam mengatasi ini atau itu. Doa terutama berarti menciptakan
kesempatan, ruang kosong tempat Allah dapat masuk dan menjadi sahabat
kita. Yesus berkata Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa
yang Kuperintahkan kepadamu (Yohanes 15:14). Kita berusaha menjadi
sahabat karib Tuhan agar semakin dapat merasakan apa yang menyenangkan
Tuhan. Dan itulah yang kita lakukan untuk sewaktu kita berdoa: kita mencari
kehidupan yang akrab dengan Tuhan, bukan untuk mencari jawaban tertentu
atas berbagai permintaan. Jika kita sudah sedemikian akrab, maka hal-hal
lainnya akan mengikut17.

Dari pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa, Doa adalah

penghubung kita dengan Tuhan. Melalui doa kita bisa meminta apa saja kepada

16
Xavier Leon, Ensiklopedia Perjanjian Baru(Yokyakarta: Kanisius,1990) hal 148
17
Tyndale House Publishers, Pola Hidup Kristen (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2002)
hal 650
43

Tuhan. Kita bisa bercakap-cakap dengan Tuhan, menceritakan segala persoalan

kita, mengutarakan apa yang kita inginkan, atau apa saja yang ingin kita

bicarakan. Doa adalah hal penting bagi manusia karena doa adalah hubungan kita

dengan Allah. Tanpa doa kita tidak memiliki hubungan dengan Allah, dan sebagai

anak-anak Allah kita harus memiliki hubungan yang baik dengan Allah, salah

satunya melalui doa. Tyndale House publishers mengatkan bahwa, Doa adalah

salah satu alat yang ditetapkan Tuhan untuk melaksanakan kehendakNya. Tuhan

berkata, aku akan melakukan ini, dan alat yang Kupergunakan untuk

melakukannya adalah doa. Aku akan melakukannya sebagai jawaban atas doa-doa

umatKu.18 (Tyndale House publishers, 2002: 648) dengan demikian, itu tidak

hanya berarti bahwa Tuhan tahu apa yang akan kita doakan. Dalam satu hal yang

tidak mungkin dimengerti oleh pikiran kita yang terbatas, itu juga berarti bahwa

jika kita tidak berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan, dan memang demikianlah

seharusnya, peristiwa itu akan terjadi. Jika Tuhan sudah menentukan sesuatu

untuk terjadi, maka terjadilah jika tidak ada doa.

Perjanjian Lama memuat banyak kisah tentang orang yang tekun berdoa.

Ada orang yang berdoa karena berada dalam mara bahaya, meminta kelepasan

dari Tuhan, memohon pengampunan atas dosa-dosanya, dan meminta pertolongan

supaya dilepaskan dari jerat Iblis. Peristiwa semacam ini tentulah menunjukkan

bahwa ada Allah yang hidup, bahwa IA ADA dan selalu ADA sepanjang masa. Ia

hadir dan senantiasa berkomunikasi dengan manusia yang diciptakan-Nya. Dia

tidak berubah. Hati manusialah yang selalu berubah-ubah.Permohonan Orang

yang Tidak Mengakui Allah Perjanjian Lama bertutur mengenai permohonan

18
Tyndale House publishers. Penerapan Praktis Pola Hidup Kristen. (Malang: Gandum
Mas, 2002), Hal 648
44

seorang raja Mesir yang bergelar Firaun. Firaun tidak percaya kepada Tuhan yang

disembah oleh orang Israel, yang hidup di tengah-tengah mereka sebagai bangsa

yang diperhamba. Namun, ia mengakui keberadaan dan kekuasaan Tuhan

melebihi kekuasaannya. Dengan sikap agak merendah, Firaun meminta Musa dan

Harun untuk berdoa kepada Tuhan. Tuhan yang disembah oleh Bangsa Israel

dianggap Firaun sebagai Allah yang dapat menolak bala. Firaun meminta dengan

sangat kepada Musa supaya mereka dilepaskan dari gangguan katak yang

memenuhi tempat yang dihuni orang Mesir (Keluaran 8:8).

(Menganiaya) kata dasar aniaya

KJV=NIV mengatakan persecute. Persecute (menganiaya) dalam KBBI

adalah memperlakukan dengan sewenang-wenang (seperti menyiksa, menyakiti).

Kata dasar menganiaya adalah aniaya. Aniaya dalam KBBI adalah perbuatan

bengis (seperti penyiksaan, penindasan). Bengis yang berarti bersifat keras tanpa

belas kasihan kepada manusia atau binatang; suka berbuat aniaya; kejam.

Sedangkan dalam BIS dikatakan menganiaya memiliki kata dan makna yang

sama. Demikian juga hal nya dengan TL dikatakan menganiayakan.

Dengan demikian, dari perbandingan beberapa bahasa diatas, penulis

menyimpulkan bahwa perbandingan di antara bahasa tersebut memiliki arti dan

makna yang sama. Karena memiliki satu kesatuan kata yang sama. Dalam konteks

ini mengatakan orang yang menyakitimu atau orang yang membuat kamu

menderita.

Kristen artinya pengikut Kristus. Sebagai pengikut Kristus, apa yang

dialami oleh Yesus juga akan di alami pengikut-Nya, itulah yang dinamakan
45

pengikut sejati. Orang yang tidak mau mengalami apa yang di alami oleh Kristus

tidak layak disebut pengikut Kristus. Arnold panjaitan mengatakan dalam blognya

bahwa Yesus sejak lahir sampai mati-Nya tidak lepas dari aniaya. Yesus harus

lahir di kandang domba yang hina karena tidak ada seorangpun yang mau

menerima dan menyediakan tempat bagi kelahiran-Nya selain kandang domba dan

para gembala.19 Maka dari itu ketika Yesus masih balita, ia diburu oleh Herodes

untuk di bunuh. Demikian juga hal nya sesudah Ia dewasa, terlebih pada masa

pelayanan-Nya, orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat membenci dia dan

senantiasa mencari cari kesempatan untuk dapat menyingkirkan-Nya. Ketika

kesempatan itu ada mereka tidak menyia-nyiakan begitu saja. Mereka

menyalibkan dan membunuh DIA. Demikian pula halnya terjadi pada masa

sesudah Dia yaitu masa rasul-rasul. Penganiayaan, penyiksaan dan pembunuhan

terhadap orang-orang Kristen semakin Ganas. Salah seorang dari penganiaya itu

dikenal bernama Saulus yang kemudian menjadi Paulus setelah bertobat.

Maka dari itu, Penulis menyimpulkan bahwa dari kisah ini kita melihat

bahwa orang Kristen tidak pernah lepas dari aniaya. Bahkan Alkitab mencatat

bahwa Aniaya adalah bahagian dari ibadah orang Kristen. Itu dapat kita lihat pada

ayat dibawah: II Timotius 3:12 Memang setiap orang yang mau hidup beribadah

di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, Ayat diatas dengan tegas

mengatakan bahwa setiap orang yang beribadah di dalam Kristus Yesus akan

menderita aniaya. Jadi bagi saudara yang tidak ingin menderita aniaya maka

janganlah menjadi mengikuti Yesus. Namun satu hal, jika saudara lebih memilih

tidak mengikuti Yesus maka kebinasaan dan penderitaan kekal siap menanti.

19
http://renungan-kristen.blogspot.co.id/2010/11/aniaya-adalah-bagian-dari-kristus.html.
Diakses pada tanggal 19-07-2017, Pukul 20:50 WIB
46

Apalah artinya kita berbahagia dan lepas dari aniaya di bumi ini jika nantinya kita

menderita selamanya di alam maut sana. Oleh sebab itu, jika saudara sedang

mengalami aniaya, bersabarlah dan berdoalah bagi mereka. Ikutilah teladan

Paulus yang memberkati mereka yang menganiaya dia. Roma 12:14 Berkatilah

siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! Melalui ayat ini

Paulus memberikan teladan bagi kita bagaimana cara menghadapi aniaya. Paulus

mengajak kita untuk memberkati mereka, bukan mengutuk. Bahkan dalam kitab

Matius Tuhan Yesus meminta kita untuk berdoa bagi mereka. Matius 5:44 Tetapi

Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang

menganiaya kamu. Dalam prakteknya Tuhan Yesus bukan hanya sebatas kata-kata

saja. Apa yang di ucapkan Yesus Ia buktikan ketika Ia berdoa bagi mereka yang

menyalibkan dia. Itu kita temukan pada Lukas 23:34 Yesus berkata: "Ya Bapa,

ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan

mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.

Dari ayat diatas penulis menyimpulkan bahwa melihat kenapa harus

mengampuni, itu karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Seandainya

mereka tahu bahwa apa yang mereka perbuat itu salah pastilah mereka tidak akan

melakukannya.

Paulus pernah mengalami hal demikian. Ia pernah menjadi penganiaya

Jemaat, bahkan menganiaya dengan ganasnya. Ia mengajukan diri dan mendapat

ijin dari mahkamah agama untuk mengejar dan membunuh orang Kristen. Artinya

Paulus mendapat ijin untuk melakukan pembunuhan atas orang Kristen dan

pembunuhan itu dianggap sah (legal). Namun ketika Ia telah mengenal kebenaran,

ia mengerti bahwa perbuatannya itu salah dan ia menganggap semuanya itu adalah
47

sampah masa lalu. Intinya, Paulus melakukan kejahatan itu karena ia tidak tahu

bahwa hal itu salah, bahkan ia menganggap hal itu benar dan suatu bakti bagi

Allah. Namun ketika ia mengetahui bahwa hal itu salah dan bukan suatu bakti

bagi Allah, ia melepaskan semua kejahatannya dan menjadi pengikut Kebenaran.

Itulah sebabnya mengapa Paulus mengajak kita memberkati mereka yang

menganiaya, itu karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat, dan Paulus

pernah mengalami hal itu. Paulus sangat bersyukur karena orang-orang yang

dianiayanya malah memberkatinya, bukannya mengutuk. Kata-kata berkat dari

orang yang teraniaya itulah yang menggerakkan Tuhan untuk mengubah hati

Paulus. Salah satu orang yang teraniaya yang memberkati adalah Stefanus.

Kisahnya kita temukan pada Kisah Para Rasul 7:58-60 Mereka menyeret dia

(Stefanus) ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah

mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus (Paulus). Sedang

mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah

rohku." Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah

tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.

Dihadapan Paulus, Stefanus memanjatkan doa bagi para penganiaya, termasuk

Paulus. Saudaraku, hal yang sama juga sedang terjadi pada saat ini, khususnya

buat saudara-saudari kita jemaat salah satu Gereja. Mereka dianiaya, dikejar-kejar

bahkan ada yang di tikam dan di pukul dengan benda keras. Untuk menanggapi

masalah itu, marilah kita memberkati dan berdoa bagi mereka yang menganiaya

bukan malah sebaliknya, melakukan perlawanan dan mengutuk. Mereka

melakukan itu karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Yang paling

menyedihkan adalah mereka menyangka bahwa apa yang mereka perbuat itu
48

adalah suatu bakti kepada Allah. Oleh sebab itu sepantasnyalah kita bersyukur

bahwa melalui kejadian ini terbukti bahwa Alkitab adalah sebuah kebenaran

karena apa yang dialami telah dinyatakan oleh Alkitab ribuan tahun yang lalu. Itu

dapat kita temukan pada Yohanes 16:2 Kamu akan dikucilkan, bahkan akan

datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka

bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Richard Wurmbrand mengatakan bahwa

umat kristen yang teraniaya saat ini merupakan teladan hidup iman yang
tidak kompromi, yang di perkokoh dengan kasih Tuhan, iman yang setia
sampai akhir, dan iman yang dipersiapkan untuk memberikan kehidupan
mereka bagi seseorang yang terlebih dahulu telah memberikan hidupnya
untuk mereka.20 (Richard Wurmbrand. 2002: 7)

maka dari itu, penulis menyimpulkan bahwa orang-orang Kristen akan di

kucilkan dan dianiaya. Bahkan dengan jelas Alkitab menyatakan orang-orang

penganiaya tersebut menyangka bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah suatu

bakti bagi Allah. Bukankah hal itu memang terjadi pada saat ini dan itu

menandakan bahwa kebenaran Alkitab tidak perlu diragukan. Oleh sebab itu mari

memberkati dan berdoa bagi mereka. Memang ini tidak mudah, tetapi itulah yang

Tuhan tuntut dari kita pengikut sejati-Nya. Tuhan meminta kita tidak melakukan

apa yang orang-orang dunia lakukan. Jika dunia mengajarkan kekerasan balas

kekerasan maka Tuhan Yesus mengajarkan hadapilah kekerasan dengan berkat

dan doa. Sekali lagi, hal ini tidak mudah. Kita tidak akan mampu melakukannya

tanpa pertolongan Tuhan. Oleh sebab itu marilah berdoa agar Tuhan melembutkan

hati kita sehingga kita sanggup untuk mengampuni terlebih lagi berdoa

keselamatan bagi mereka.

20
Richard Wurmbrand. Berkorban Demi Kristus, (Surabaya: Yayasan Kasih Dalam
Perbuatan, 2002), Hal 7
49

TB: 5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi

mereka yang menganiaya kamu.

Rangkuman

Dalam hukum, kata mengasihi dan Musuh, adalah dua kata yang

bertolak belakang karena keduanya tiu tidak dapat dipersatukan. Dalam bahasa

inggris, musuh adalah Enemy yang berasal dari bahasa latin yaitu : Inimicus yang

artinya :bukan sahabat. Defenisinya sangat jelas , yaitu : orang yang membenci,

menginginkan hal yang tidak baik, menyebabkan jatuh, kecewa, sakit dan

sebagainya. Maka nasehat untuk mengasihi musuh bisa dikatakan sangatlah aneh,

sebab normalnya musuh itu adalah untuk dibasmi, dimusnahkan, disingkirkan,

dan dilawan. Akan tetapi itulah yang dengan tegas dan jelas diajarkan oleh Tuhan

Yesus:Tetapi Aku berkata kepadamu kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi

mereka yang menganiaya kamu. Ajara mengasihi musuh berarti tidak saja

berdimensi teolohis yang berkenan dengan aspek imani, tetapi juga berdimensi

prakti dan logis. Pertama : Membenci musuh akan merugikan diri sendiri, tidak

ada orang yang hidupnya bahagia, jika terus dikuasai kebencian terhadap orang

lain. Kedua : melawan kebencian dengan kebencian, itu sama dengan melipat

gandakan kebencian seperti gelap yang tidak bisa dilawan dengan gelap, Tetapi

harus dengan terang walau sedikit akan menembus kegelapan.

Dengan memahami magna ajaran mengasihi musuh kita bisa melihat

sebuah luka tanpa dendam, kepahitan tanpa amarah, kekecewaan tanpa geram.

Berarti dapat kita pahami sekarang bahwa membalas kebaikan dengan kejahatan

adalah tabiat iblis, membalas kebaikan dengan kebaikan adalah tabiat manusia,

tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan adalah tabiat Ilahi. Jadi dapat
50

disimpulkan bahwa kemenangan terbesar adalah ketika kita berhasil mengasihi

lawan .

Mengasihi musuh adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan, karena ini

sama dengan perumpamaan Yesus tentang : jikalau orang menampar pipi

kirimu, berilah juga pipi kananmu. Jikalau engkau memiliki dua helai baju, maka

berilah pada mereka yang tidak mempunyai sehelai bajupun. Tetapi jikalau

seseorang tahu ingin berbuat baik bagi orang kain, maka secara otomatis ia akan

tahu juga untuk melakukan yang terbaik untuk dirinya sendiri. Dalam mengartikan

dan mengaktualisasikan pengertian mengasihi musuh berarti seseorang telah

menganggap bahwa mengasihi itu tidak pernah memiliki batas kepada siapapun.

Aplikasi

Demikian juga seharus bahwa siswa-siswi di SMP N.3 Pancur Batu haruslah

saling mengasihi, baik sesama kristiani maupun non kristiani. Seharusnya mereka

tidak membentuk kelompok-kelompok atau yang biasa disebut dengan istilah

Geng. Mereka haruslah memahami dan mengrti apa arti dan makna menagasihi

dan mengasihi musuh, saya pernah melihat bahwa siswa-siswi di SMP .N 3

Pancur Batu masih sangat kerap untuk saling memusuhi, saling mengejek, saling

menghina, mencaci dan sebagainya, mereka juga sering melakukan pertengkaran

antara satu dengan yang lain baik dikelas maupun diluar kelas, maupun juga diluar

kelas. Mereka harus memahami perintah Yesus ini, agar mereka dapat hidup

sebagai anak-anak kristen yang dikehendaki Allah, dengan mereka memahami hal

ini, maka mereka akan hidup dalam kasih .

2.2. Pengertian mengasihi musuh


51

Mengasihi sesama dan mengasihi musuh adalah perintah Tuhan Yesus yang

dituliskan dalam kitab injil Matius. Perintah ini adalah sebagai hukum Tuhan yang

harus dilakukan oleh orang-orang kristen.

Dalam hukum kata mengasihi dan musuh adalah dua kata yang

bertolak belakang, karenanya tidak dapat dipersatukan. Dalam bahasa Inggris,

musuh adalah enemy, berasal dari bahasa Latin inimicus, artinya bukan sahabat.

definisinya jelas: orang yang membenci, menginginkan hal yang tidak baik,

menyebabkan jatuh, kecewa, sakit, dan sebagainya. Maka nasihat untuk mengasihi

musuh bisa dibilang aneh. sebab normalnya musuh itu mesti dilawan, dibenci,

disingkirkan, kalau perlu dibasmi. Akan tetapi, itulah yang dengan tegas dan jelas

diajarkan Tuhan Yesus: Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan

berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Matius 5:44)

mengasihi musuh tidak saja berdimensi teologis, berkenaan dengan aspek imani

tetapi juga berdimensi praktis dan logis. Pertama: membenci musuh akan

merugikan diri sendiri , tidak ada orang yang hidupnya bahagia kalau terus

dikuasai kebencian terhadap orang lain. Kedua: melawan kebencian dengan

kebencian sama dengan melipat gandakan kebencian. Seperti gelap yang tidak

bisa dilawan dengan gelap, tetapi harus dengan terang. Terang walau hanya

secercah, akan sanggup menembus kegelapan. Dengan memahami makna

ajaranmengasihi musuh, kita bisa melihat luka tanpa dendam, kepahitan tanpa

amarah; kekewcewaan tanpa geram. Kita memandangnya sebagai kesempatan

untuk mengasihi orang lain, untuk berbuat kebaikan. Seperti kata Alfred Plummer,

Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah tabiat iblis, membalas kebaikan

dengan kebaikan adalah tabiat manusiawi; membalas kejahatan dengan kebaikan


52

adalah tabiat ilahi. Musuh saja harus kita kasihi apalagi orang yang sangat kita

sayangi. Kasih akan membuat kita dengan tulus mengampuni orang yang telah

melukai perasaan kita.

2.3.Prinsip-prinsip Mengasihi Musuh

Dalam mengasihi musuh haruslah bersandar pada beberapa prinsip-prinsip,

supaya seseorang itu mampu mengasihi musuh. Dibawah ini ada beberapa prinsip

yang harus dimiliki seseorang dalam mengasihi musuhnya ,antara lain :

1. Memiliki kemurahan hati

Seorang yang murah hati adalah seseorang yang mampu memberi lebih dari

yang sepantasnya , yang mampu memberi lebih dari yang diterimanya, kemurahan

berasal dari bahasa yunani yaitu Trestones yang artinya mampu memberi dari

yang sepantasnya, adil dan seimbang. Kemurahan berarti sadar akan perasaan

orang lain,mengerti perasaan orang lain dan mampu mengadaptasikan sikap,

perkataan dan tingkah laku yang sesuai.

Kemurahan sangatlah penting bagi semua orang terutama bagi siswa dalam

mengasihi sesama maupun mengasihi musuh, karena kasih adalah murah hati

kemurahan berarti mengerti akan orang lain sekalipun orang tersebut berbuat

kesalahan. Kemurahan hati bisa menghapuskan kesalahan dan penyebab

kesalahan.

Sebagaimana Roy O. Meclain yang menyatakan dalam John M. Drescher,

bahwa:

Ketika saya melihat kembali pada hidup saya yang tidak berdaya, saya
mendapati bahwa hanya sedikit saja dari hidup saya yang bertahan.
Bukanlah ketenaran, gelar ataupun fakta-fakta lain yang dapat dikenang.
53

Satu-satunya hal yang bertahan adalah hal-hal kecil dimana saya


mencoba untuk menunjukkan kemurahan.21

2. Selalu melakukan kebaikan

Kebaikan berasal dari kata sifat yaitu Agathos yang artinya : baik, bagus, dan

berguna. Kebaikan adalah ketulusan jiwa yang membenci kejahatan. Kebaikan

adalah kesalehan dalam setiap perbuatan dan pikiran, orang yang baik akan

mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaraannya yang baik(hati yang baik).

Kebaikan adalah hasil kehidupan baru dalam diri manusia, dan bukan perjuangan

diri sendiri, tidak juga hasil dari pendapat bahwa manusia pada dasarnya adalah

baik.

3. Mengasihi dengan tulus (Lukas 6:27-36)

Menurut kamus besar bahasa indonesia, bahwa tulus adalah sungguh, jujur, bersih

hati atau benar-benar keluar dari hati yang suci, tidak berpura-pura dan juga tidak

serong.

Pandangan teologis tentang mengasihi dengan tulus adalah bahwa

hendaklah kasih itu tidak berpura-pura, dalam perjanjian lama Allha juga begitu

murka terhadap kemunafikan orang israel, karena mereka beribadah kepada

Tuhan namun hatinya sangat jauh dari Tuhan.

Bagaimana Allah mengharapkan kita memperlakukan musuh-musuh kita

ada dalam Alkitab, Lukas 6:27 "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku,

Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci

kamu; 6:28 mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi

orang yang mencaci kamu. 6:29 Barangsiapa menampar pipimu yang satu,

21
John. M. Drescher.doing what comes spritually/ melakukan buah roh,(Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008) hal 162.
54

berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil

jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. 6:30 Berilah kepada setiap orang

yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang

mengambil kepunyaanmu. 6:31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang

perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. 6:32 Dan jikalau

kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-

orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. 6:33

Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu,

apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. 6:34 Dan jikalau

kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima

sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan

kepada orang-orang berdosa. 6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan

berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan

balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang

Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih

dan terhadap orang-orang jahat. 6:36 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti

Bapamu adalah murah hati" (Lukas 6:27-36).

4. Rela berkorban (Yohanes 15:12-13)

Seorang musuh seharusnya diperlakukan dengan hormat. Ada dalam

Alkitab,Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama

dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau

kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan

engkau dilemparkan ke dalam penjara (Matius 5:25).


55

Jangan bergembira apabila musuhmu mempunyai masalah. Ada dalam

Alkitab,Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau

ia terperosok, supaya Tuhan tidak melihatnya dan menganggapnya jahat, lalu

memalingkan murkanya dari pada orang itu (Amsal 24:17-18).

Apakah artinya menimbun bara api? Ada dalam Alkitab,Tetapi, jika

seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan

berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya (Roma 20:12)

dengan kata lain, ia akan merasa malu dengan dirinya sendiri terhadap apa yang

telah dilakukannya kepadamu (Roma 20:12b.

2.4. Dampak kehidupan bagi orang yang mau mengasihi musuh

Dengan mengasihi musuh maka ankan berdampak dalam kehidupan sehari-hari,

orang yang mengasihi musuhnya akan berdampak berdampak besar dalam

kehidupannya. Dampak mengasihi musuh dapat dikelompokkan menjadi dua

bagian, yaitu: 1. Dampak bagi orang lain

2. Dampak bagi diri sendiri

1. Dampak bagi orang lain.

Seseorang yang mengasihi musuhnya akan memiliki dampak yang sangat

besar yang dapat dilihat oleh orang-orang yang ada disekitarnya, dampak tersebut,

yaitu:

Menjadi pembawa damai

Secara Alkitabiah, salah satu karakter yang terutama dan yang terpenting dalam

kehidupan kekristenan adalah menjadi pembawa damai. Dalam ( Matius 5:9)

dikatakanBerbahagialah orang yaang membawa damai, karena mereka akan

disebut anak-anak Allah. Karakter ini menunjuk secara langsung kepada sifat
56

Yesus kristus yang disebut sebagai Raja Damai. Orang-orang yang menjadi

penbawa damai akan menunjukkan dan menggambarkan bentuk kehidupan

anggota kerajaan Allah.

Peduli kepada orang lain

Orang yang mengasihi musuh tentulah ia sudah mengerti akan perasaan orang

disekelilingnya, dan tentulah ia peka terhadap kebutuhan orang orang-orang itu.

Yang dimaksud dengan kepedulian adalah kesanggupan untuk peka terhadap

kebutuhan orang lain,dan kesanggupan untuk turut merasakan apa yang dirasakan

orang lain serta mampu menempatkan diri dalam keadaan orang lain.kepekaan

dan kepedulian aka akan membuat orang keluar dari dirinya, lalu menanggapi dan

melakukan perbuaatan yang diperlukan untuk orang lain disekelilingnya.

Kepedulian dan kepekaan adalah nilai yang sangat penting untuk dimiliki

orang, karena pada nilai ini mengandung banyak unsur, diantaranya: kedisiplinan,

kejujuran, kerendahan hati dan kebijaksanaan. Dalam kamus besar bahasa

indonesia arti peduli berarti mengindahkan, menghiraukan dan memperhatikan.

Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa peduli kepada orang lain adalah

sebuah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam persoalan, keadaan

ataukondisi yang terjadi disekitarnya.orang-orang yang peduli adalah mereka yang

terpanggil untuk melakukan sesuatu dalam memberi perubahan, inspirasi dan

kebaikan pada lingkungannya.

2. Dampak bagi diri sendiri

Seseorang yang mengasihi musuhnya juga dapat berdampak bagi dirinya

sendiri, dampak tersebut dapat berupa seperti yang penulis jelaskan dibawah ini :
57

Menjadi pribadi yang rendah hati.

Dalam bahasa Yunani kerendahan hati dituliskan dengan kata "praios"

(terjemahan b.Ingris : meek ) yang mana berarti juga lemah lembut. Kerendahan

hati memang erat kaitannya dengan peyerahan dan ketergantungan total kepada

Allah. Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Rasul Paulus menuliskan tentang

buah Roh yang salah satunya adalah kerendahan hati/kelemahlembutan ( praios,

praiotes ). Jadi ternyata kerendahan hati juga merupakan salah satu bagian dari

buah Roh. Salah satu tanda kedewasaan rohani adalah memiliki buah Roh

termasuk salah satunya buah kerendahan hati/kelemah lembutan.

Orang yang memiliki kerendahan hati adalah orang yang dicari Tuhan, Itulah

sebabnya Tuhan memanggil orang-orang yang biasa dan tidak

terpelajar (baca untuk menjadi alat kemuliaan-Nya, karena perlu kerendahan hati

untuk mengenal dan memahami jalan-jalan Tuhan. Jadi salah satu dampak dari

orang-orang yang mengasihi musuhnya yang paling menonjol yang paling utama

dilihat adalah sifat rendah hatinya, karena Firman Tuhan junga menganjarkan

manusia supaya merendahkan hati hal ini dapat dibuktikan karena dalam

mengasihi musuh haruslah rela berkorban, rela dimaki, disepelekan , rela tidak

dihargai dan lainnya, itulah resiko yang harus dialami oleh orang-orang yang mau

mengasihi msuhnya.

Kalimatmembawa damai dihubungkan dengan orang yang suci hatinya, ini

merupakan suatu keadan yang wajar keterbukaan dan kesungguhan hati

merupakan unsur utama dalam pendamaian yang sejati. Menurut Tuhan Yesus

orang-orang kristen diperintahkan untuk menjadi pembawa damai baik dalam

masyarakat maupun dalam gereja.


58

Menjadi pribadi yang penyabar

Kesabaran (dalam bahasa yunani: makrothumia) adalah : sikap seseorang

terhadap orang laindan mencakup ketidak-sediaan untuk membalas kejahatan

dengan kejahatan. Kesabara adalah salah satu sifat yang paling di puji dan sering

di singgung dalam kitab Amsal, karena sifat ini sangat berharga dalam kehidupan

untuk menghindari perselisihan, juga sangat penting dalam ketertiban perkara-

perkara dunia dengan bijaksana.

Kesabaran adalahhal yang paling ppokok dalam meredam kemarahan,

Crisotomos berpendapat dalam Wiliam Barclay, bahwa kesabaran adalah pahala

bagi orang yang mampu menahan diri dan tidak dendam 22 . kesabaran juga

adalah ketrampilan untuk memahami dan menghargai irama hidup dengan orang

lain.sebagaimana yang dikemukakan oleh John M.Drescher bahwa:

Kesabaran adalah kasih yang tahan menderita pukulan demi pukulan,


kesabaran adalah kekuatan moral, kesabaran adalah kebajikan
memampukan kita untuk tetap tenang menghsadapi setiap cobaan dan
keadaan, dan kebajikan ini menolong kita untuk menanggung pencobaan
setiap haridan menghadapi gangguan hidup dengan tenang.23

Maka dapat disimpulkan setiap manusia memerlukan kesabaran dalam

Tuhan, kesabaran tidak hanya perlu untuk sabar terhadap diri sendiri, tetapi

juga sabar dalam menjalin hubungan yang baik dengan sesama.

3. Kondisi Lingkungan

3.1. Pengertian Kondisi Lingkungan

Menurut kamus besar bahasa indonesia bahwa kondisi lingkungan belajar

siswa adalah dapat diartikan yaitu keadaan atau suasana sekitar tempat diman

siswa mendapat suatu pelajaran yang sekaligus juga dapat mengubah moral siswa.

22
Wiliam Barclay, op,Cit halaman 81
23
John M. Drescher, Op,Cit, halaman 152
59

Pengertian kondisi Lingkungan Belajar adalah keadaan, situasi atau suasana

suatu tempat tinggal untuk melakukan kegiatan yang memerlukan konsentrasi

tinggi. Tempat dan lingkungan belajar yang nyaman memudahkan siswa atau

peserta didik untuk berkonsentrasi. Dengan mempersiapkan lingkungan yang

tepat, peserta didik akan mendapatkan hasil yang lebih baik dan dapat menikmati

proses belajar yang peserta didik lakukan. lingkungan belajar yaitu lingkungan

alami, sehat dan lingkungan sosial. Lingkungan alami seperti keadaan suhu,

kelembaban udara, sedangkan lingkungan sosial dapat berwujud manusia dan

representatifnya maupun berwujud hal-hal lain. Hal yang sehubungan juga

(Randolph Crump Mile, 2013: 99) 24 menyatakan: bahwa pengertian linkungan

adalah rumahatau keluarga, sekolah , linngkungan dan masyarakat. Maka tokoh

ini menyatakan bahwa perkembangan kognitif maupun moral siswa ada

diteengah-tengah keluarga, sekolah dan masyarakat. Kondisi lingkungan yang

baik bagi siswa adalah kondisi yang suasananya aman dan kondusif dan juga

suasana yang interaktif.

Lingkungan yang paling utama lagi bagi siswa adalah lingkungan yang

tempat tinggalnya didiami oleh orang-orang yang memiliki moral yang baik,

karena lingkungan dapat mengubah moral seoarang individu dari yang baik

menjadi buruk, ataupun dari yang buruk menjadi baik tergantung pada kondisi

tempat seseorang itu tinggal. Karena kondisi lingkungan sangat berprngaruh besar

pada perubahan moral seseorang. Prestasi belajar itu salah satunya dipengaruhi

oleh lingkungan belajar siswa terhadap hasil pembelajaran. Berdasarkan uraian

24
Randolph Crump Mile, Fondasi Pendidikan Agama Kristen.(Medan: Mitra, 2013) hal 99
60

diatas dapatlah disimpulkan bahwa lingkungan belajar berpengaruh terhadap hasil

belajar dan moral siswa.

Agar pembelajaran benar-benar kondusif maka pembelajar mempunyai

peranan yang sangat penting dalam menciptakan kondisi pembelajaran tersebut.

Di antara yang dapat diciptakan pembelajar untuk kondisi tersebut adalah

penciptaan lingkungan belajar. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu

lingkungan fisik dan lingkungan sosial, kedua aspek lingkungan tersebut dalam

proses pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga peserta didik merasa

menarik perhatian dan semangat mereka di sekolah dan mau mengikuti proses

pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan.

Berbagai penelitian lingkungan belajar di atas dapat bahwa lingkungan

belajar merupakan situasi buatan yang menyangkut lingkungan fisik maupun yang

menyangkut lingungan sosial. Dengan demikian lingkungan belajar dapat

diciptakan sedemikain rupa, sehingga mampu memfasilitasi peserta didik untuk

melaksanakan kegiatan belajar. Selanjutanya lingkungan belajar dapat dilihat dari

interaksi pembelajaran yang merupakan konteks terjadinya pengalaman belajar,

dan dapat berupa lingkungan fisik dan lingkungan non fisik.

3.2. Jenis-jenis Kondisi Lingkungan

1. Lingkungan Keluarga

Secara umum keluarga adalah merupakan pendididkan utama, dalam

mendidik anak karenas yang dijumpai anak pertama ia lahir adalah keluarga.

Tugas keluarga adalah mengasuh, membesarkan dan mendidik anak, orang tua

membekali diri dengan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan pola


61

perkembangan anak. Tugas utama keluaga bagi pendidikan anak adalah

merupakan peletak dasar bagi pendidikan termasuk pendidikan yang bersifat yang

rohani. R.I.Sarumpaet menjelaskan bahwa Pendidikan yang tidak benar

mengabaikan ajaran rohani, karena norma-norma agama mutlak perlu bagi umat

manusia(R.I. Sarumpaet, 1985:11)25.

Pada hakekatnya, para orang tua mempunyai harapan agar anak mereka

tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tidak mudak terjerumus dalam

perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri maupun merugikan orang

lain. Dalam lingkungan keluarga, yang bertugas sebagai pendidik adalah orangtua

seperti yang tertulis dalam Ulangan 6:7. Hal ini dipertegas oleh sucipto yang

menjelaskan bahwa Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan yang

utama, keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil

(Sucipto, 2002:4).26 Orangtua tidak hanya cukup mengasihi, menjaga, mencukupi

keperluan anak, memberi perhatian dalam hal pendidikan anaknya termasuk

pendidikan rohaninya. Menurut R.I. Sarumpaet menjelaskan Dengan keterlibatan

Orangtua dalam membantu anaknya untuk belajar yang baik dirumah, misalnya

mengadakan kebaktian keluarga, secara tidak langsung orangtua telah membantu

anaknya untuk memiliki prestasi belajar PAK yang baik disekolah

(R.I.Sarumpaet, 1985:11)27. Artinya anak atau siswa akan belajar dari kebaktian

keluarga yang dilakukan dalam keluarganya yang membantu anak dalam

pemahaman tentang PAK.

25
R.I. Sarumpaet, Rahasia Mendidik Anak (Bandung:Indonesia Publishing,1984), hal 11
26
Sucipto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Bineka Cipta, 2002),
hal 4

27
R.I. Sarumpaet, Op.Cit, hal. 56
62

2. Lingkungan Sosial Masyarakat

Lingkungan merupakan tempat siwa-siswi membentuk tingkah lakunya.

Masyarakat juga merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada belajar siswa,

pengaruh itu terjadi karen kenyataanya siswa ada dalam masyarakat. Menurut

Slameto menjelaskan:

Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar


siswa. Lingkungan masyarakat sosial yang terdiri dari orang-orang yang
bermacam-macam, ada yang terpelajar dan ada pula yang tidak terpelajar,
ada yang penjudi dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan
berpengaruh tidak baik kepada anak atau siswa yang berada disekitar
lingkungan tersebut. Anak atau siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti
yang dilakukan orang-orang disekitarnya, akibatnya belajar siswa
terganggu bahwkan anak atau siswa kehilangan semangat belajar karena
perhatiannya semula berpusat pada pelajaran berpindah pada perbuatan
orang-orang disekitarnya yang tidak baik tadi. Sebaliknya jika
lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar, yang baik maka siswa
akan terpengaruh juga oleh orang-orang yang dilingkungannya. Pengaruh
itu dapat mendorong semangat anak atau siswa untuk belajar lebih giat
lagi (Slameto, 2003:65)28.

Masyarakat sebagai pendidik uang berfungsi sebagai pelengkap adalah

menuju kepada perkembangan rasa sosial siswa dalam berkomunikasi dengan

orang lain, pembinaan sikap dan kerjasama dengan anggota masyarakat,

pembinaan keterampilan dan kecakapan khusus yang belum didapat disekolah.

Sedangkan pendidikan di mayarakat yang berfungsi sebagai pengganti artinya

bukan hanya menggantikan pendidikan sekedar tambahan atau pelengkap, tetapi

mengadakan pendidikan yang berfungsi sama dengan pendidikan formal

disekolah. Lingkungan masyarakat harulah menjadi lingkungan yanga aman bagi

setiap anggota masyarakat termasuk siswa untuk mereka dapat bertumbuh dalam

28
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya(Jakarta: Bineka Cipta,
2003), hal. 47-48
63

pengetahuan, sikap dan psikomotornya(Singgih Gunarsa, 2003:126) 29


.

Lingkungan masyarakat mengetahui kebutuhan tiap anak atau siswa dalam

mengembangkan pengetahuannya ditengah masyarakat dengan apa yang ia dapat

lakukan yang bermanfaat bagi masyarakat, dirinya sendirian dan keluarganya.

3. Lingkungan belajar di sekolah

Sekolah merupakan faktor yang mempengaruhi belajar ini mencakup

tentang metode mengajar, relasi guru dengan siswa, sarana dan prasarana

pembelajaran, kurikulum sekolah. Siswa-siswi disekolah membentuk suatu

lingkungan pergaulan yang dikenal lingkungan sosial siswa. Tiap siswa berada

dilingkungan sosial dan sekolah. Merurut Dimyati dan Mudjino,

Pengaruh lingkungan sosial tersebut berupa hal berikut: pengaruh


kejiwaan yang bersifat menerima atau menolak siswa, yang akan
berakibat memperkuaat dan memperlemah konsentrasi belajar,
lingkungan sosial mewujudkan dalam suasana akrab, gembira, rukun,
damai, sebaliknya mewujudkan dalam suasana perselisihan, bersaingan,
salah-menyalahkan dan cerai-berai. Suasana kejiwaan tersebut
berpengaruh pada semangat dan proses belajar. Suasana kejiwaan dalam
lingkungan sosial siswa dapat menghambat proses belajar, dan
lingkungan sosial siswa disekolah atau juga di kelas dapat dipengaruhi
pada semangat belajar kelas. Dan setiap guru akan disikapi secara
tertentu oleh lingkungan sosial siswa (Dimyati & Mudjino, 2009:239)30

Lingkungan belajar yang baik di sekolah yang didapatkan oleh siswa

mempengaruhi hasil belajar siswa. Lingkungan belajar yang dikelola adalah

terutama bagaimana mengemas suasana kelas belajar, kelas belajarnya, dan

sumber-sumber belajar yang ada di sekolah ataupun yang dapat diadakan dari

alam lingkungan sekolah.

29
Singgih Gunarsa , Seri Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,(Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2003)hal. 26
30
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya,2009)
hal. 293
64

Dengan demikian lingkungan belajar merupakan situasi buatan yang

menyangkut lingkungan fisik maupun yang menyangkut lingungan sosial.

Lingkungan belajar dapat diciptakan sedemikain rupa, sehingga mampu

memfasilitasi peserta didik untuk melaksanakan kegiatan belajar.

4. Lingkungaan Gereja

Anak-anak juga menjadi anggota Gereja Kristus berdasarkan baptisan

mereka. Anak-anak jemaat bukanlah orang luaran, melainkan mereka sungguh-

sungguh terhisab dalam umat Tuhan. Tak boleh kita mengatakan bahwa anak-

anak muda itu belum mempunyai iman sejati. Oleh sebab itu, gereja bertugas

mendidik mereka sampai sekali kelak mereka mencapai iman yang dewasa.

Anak-anak jemaat itu tumbuh di bawah naungan gereja. Mereka bukan saja

tanggungan keluarganya tetapi tanggungan gereja juga. Gerejalah yang menjadi

utusan Tuhan yang wajib bertanggung jawab atas iman dan rohani anak-anak

muda sampai kelak dapat menerima dan memikul tanggung jawab di atas

pundaknya sendiri. Apabila anak merasa tidak memiliki peranan dalam gereja,

maka hal tersebut adalah salah satu kegagalan gereja itu sendiri.

Gereja Sekarang ini sering ditemukan dimana para pengajar anak-anak

Sekolah Minggu tidak menyentuh anak dengan baik. Dalam kebaktian misalnya,

guru memegang kayu, penggaris, dll. Ini merupakan suatu tindakan guru yang

salah yang berusaha menakut-nakuti anak. Ketakutan anak terhadap tindakan

gurunya, secara otomatis membuat anak menjadi malas datang ke gereja. Dengan

demikian, guru anak Sekolah Minggu harus menjadi teladan, kreatif, komunikatif

supaya anak merasa dirinya diterima. Menurut Drescher, hal-hal yang dapat

dilakukan Gereja supaya anak tahu bahwa mereka diterima, antara lain:
65

Akui bahwa setiap anak adalah unik, bantulah anak untuk mendapatkan

kepuasan dalam apa yang berhasil dikerjakannya, biarkan anak tahu

bahwa anda mencintainya dan senang berada bersamanya, pertahankan

hubungan yang jujur dan sungguh-sungguh dengan anak-anak, dengarkan

apa yang dikatakan anak, perlakukan anak sebagai orang yang berharga,

berikanlah kesempatan kepada anak untuk bertumbuh dan berkembang

denga keunikannya.( Drescher, 1992:62)31

Anak-anak sebenarnya belum memiliki nilai. Oleh karena itu, siapa yang

pertama sekali memberi nilai tersebut? Yang pertama sekali yang mempunyai

tugas memberi nilai kepada anak-anak adalah gereja sendiri. Dengan demikian,

pelayanan kepada anak-anak ini tidak boleh diabaikan. Dalam hal ini, gereja harus

menciptakan suasana keteladanan melalui imitasi (keteladanan dalam meniru),

identifikasi (keteladanan dalam hal memilih), internalisasi (menjadikan yang

ditiru tersebut menjadi bagian dari dirinya sendiri). Sesuai dengan perkembangan

anak, mereka juga membutuhkan suatu motivasi untuk lebih mengenal dan

memahami dirinya sendiri. Motivasi tersebut timbul dari dua arah, yaitu ekstrinsik

(dari luar diri anak) dan intrinsik (dari dalam diri anak).

5. Lingkungan budaya

Lingkungan budaya memberikan pada kita suatu kondisi pola kehidupan

yang sesuai dengan pola kehidupan para warganya, yakni siswa. Lingkungan

budaya ini perlu diperhatikan sebab siswa adalah pribadi yang masih labil dan

masih membutuhkan proses adaptasi untuk setiap lingkungan di mana dia berada.

31
Drescher, Kebutuhan Anak Dalam Gereja(Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1992) hal 62
66

adalah sangat menganggu jika seseorang siswa merasakan bahwa dia berada pada

pola hidup yang berbeda jauh dengan pola kehidupannya selama ini. Mereka tidak

nyaman dan pada akhirnya dapat menurunkan semangat belajarnya.

Lingkungan budaya dalam hal ini dapat saja diartikan sebagai pola kehidupan

yang dijalani masing-masing personil dalam keseharian. Adanya perbedaan pola

kehidupan sering kali menjadi penghalang terjadinya kondisi kondusif dari proses

pembelajaran. Budaya hidup masyarakat atau lingkungan hidup masing-masing

personil kadangkala terdapat kontradiksi sehingga menggangu proses

pembelajaran yang kondusif. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang

kondusif, maka yang terutama harus dilakukan adalah menyamakan persepsi dan

pola pikir tentang pola pergaulan. Pola pergaulan yang homogen, walaupun terdiri

atas budaya yang heterogen, jelas dapat menciptakan kondisi yang kondusif.

3.3. Upaya Menciptakan Kondisi Lingkungan Yang Baik

Lingkungan masyarakat yang disebut tripusat pendididkan dan lingkungn

pendidikan. yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang

dengan cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,pertumbuhan

perkembangan.

Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan siswa,

namun merupakan faktor yang sangat menentukan pengaruhnya, yang sangat

besar terhadap siswa sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan

yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi siswa. Pada dasarnya

lingkungan budaya,dan lingkungan social Lingkungan sekitar yang dengan

sengaja atau tidak digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan


67

(pakaian,keadaan rumah,alat permainan,buku-buku,alat peraga,dan selau

berhubungan dengan kegiatan manusia) dimanakah Lingkungan Pendidikan.

Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala

benda,daya,keadaan,dan mahluk hidup termasuk manusia dan prilakunya,yang

mempengaruhinya kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta

mahluk hidup lainnya.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi bila mana kita ingin menciptakan

kondisi lingkungan belajar yang baik. Yang dimaksud dengan kondisi lingkungan

belajar yang baik adalah dimana suasana dalam proses belajar mengajar dapat

berjalan sebaik mungkin. Syarat-syarat tersebut ialah murid harus mengalami

kemajuan, muris harus menghargai pelajaran yang disajikan dan pengajar harus

memperoleh kepuasan kerenanya. (A.D. Roijakkers, 1991:59).32 Bila ketiga hal

tersebut dapat terpenuhi maka syarat dalam proses belajar dapat dipenuhi juga.

Apabila ketiga hal tersebut diatas telah terpenuhi maka proses belajar

mengajar juga akan terpenuhi.dengan kondisi lingkungan belajar yang baik maka

siswa akan merasa senang dan akan menikmati pembelajaran yang tersajikan.

Dilain pihak siswa pun akan merasa puas dan mempunyai motivasi untuk

memperbaiki moral dan belajarnya. Sehubungan ini, Bimo walgito (Bimo Walgito

2012:134upaya untuk -juga mengemukakan pendapatnya tentang upaya 33


menciptakan kondisi lingkungan yang baik bagi siswa dan bagi moral siswa,

yakni: penyensoran film-film yang berbau negatif yang dianggap belum pantas

untuk dilihat atau diketahui oleh siswa, lebih menitikberatkan informasi dan alat-

alat teknologi pada segi pendidikan, mengadakan ceramah melalui radio ataupun

32
AD.Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses.Gramedia( jakarta:1991Hal 42.
33
Bimo Walgito, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta.(Jakarta: 2012) hal 134
68

televisi dan media yang lainnya. Ia juga mengemukakan bahwa masyarakat harus

juga ikut dalam upaya menciptakan kondisi lingkuangan yang baik bagi siswa.

Diantaranya yaitu: memberi nasihat secara langsung kepada anak yang

bersangkutan agar anak tersebut meninggalkan kegiatannya yang tidak sesuai

dengan norma yang berlaku, masyarakat juga harus menjaga bersama kondisi

lingkungan yang baik bagi siswa memperoleh kepuasan kerenanya. (A.D.

Roijakkers, 1991:59).34 Bila ketiga hal tersebut dapat terpenuhi maka syarat dalam

proses belajar dapat dipenuhi juga.

Apabila ketiga hal tersebut diatas telah terpenuhi maka proses belajar

mengajar juga akan terpenuhi.dengan kondisi lingkungan belajar yang baik maka

siswa akan merasa senang dan akan menikmati pembelajaran yang tersajikan.

Dilain pihak siswa pun akan merasa puas dan mempunyai motivasi untuk

memperbaiki moral dan belajarnya. Sehubungan ini, Bimo walgito(Bimo Walgito

2012:134upaya untuk -juga mengemukakan pendapatnya tentang upaya 35


menciptakan kondisi lingkungan yang baik bagi siswa dan bagi moral siswa,

yakni: penyensoran film-film yang berbau negatif yang dianggap belum pantas

untuk dilihat atau diketahui oleh siswa, lebih menitikberatkan informasi dan alat-

alat teknologi pada segi pendidikan, mengadakan ceramah melalui radio ataupun

televisi dan media yang lainnya. Ia juga mengemukakan bahwa masyarakat harus

juga ikut dalam upaya menciptakan kondisi lingkuangan yang baik bagi siswa.

Diantaranya yaitu: memberi nassehat secara langsung kepada anak yang

bersangkutan agar anak tersebut meninggalkan kegiatannya yang tidak sesuai

34
AD.Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses.Gramedia( jakarta:1991Hal 42.
35
Bimo Walgito, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta.(Jakarta: 2012) hal 134
69

dengan norma yang berlaku, masyarakat juga harus menjaga bersama kondisi

lingkungan yang baik bagi siswa.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan kondisi

lingkungan belajar siswa, baik dilingkungan sekolah, keluarga, sosial, dan

gereja.diantaranya adalah:

1. lingkungan sekolah

pengelolaan kelas merupakan suatu tindakan yang menunjukkan kepada kegiatan-

kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi

terjadinya proses belajar. Menurut Indra Djati Sidi( 2005:150)36. Megatakan ada

dua upaya untukmenitakan kondisi lingkungan belajar siswa yang gaik di

sekolah(kelas), yaitu:

pertama:

Guru harus menjadi menjadi pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan

dan pembelajaran diruang kelas, strategi dan metode yang digunakan sangat

mempengaruhi dan menentukan kondosif atau tidaknya suasana belajar. Guru

tidak hanya menguasai pembelajaran, namun yang lebih penting adalah mampu

menguasai dinamika kelas yang ditempati oleh berbagai watak dan sifat siswa.

Jika guru tidak mampu menguasai dinamika kelas, maka suasana belajar siswa

akan gaduh dan ribut oleh sikap dan perbuatan siswa yang beraneka ragam.

Kedua:

Suasana belajar yang kondusif akan tercipta apabila didukung oleh suasana

yang nyaman dan tentram disekitar kelas atau sekolah. Lokasi sekitar kelas atau

sekolah yang berada terlalu dekat dengan keramaian akan mengganggu

36
Indra Djati Sidi, Manajemen Kelas( Jakarta: Depdikbud,2005) hal 150
70

konsentrasi siswa dalam belajar, misalnya: terlalu dekat dengan pasar, jalan raya,

pabrik dan sebagainya. Jadi, pembelajaran yang baik akan tercipta apabila suasana

diruang kelas dan lingkungan sekitarnya mendukung akan terlaksananyaproses

belajar siswa.

2. Lingkungan keluarga

Keluaga merupakan langkah awal dalam meningkatkan kemampuan dan

hasil belajar anak, dalam dunia pendidikan keterlibatan orang tua sangatlah

penting perhatian orang tua terhadap anak menentukan hasil akademiknya. Ada

beberapa upaya untuk menciptakan kondisi lingkungan belajar siswa yang baik

dalam keluarga diantaranya, yaitu:

Menjalin interaksi dan komunikasi yang hangat dan penuh kasih sayang

dengan anak.

Menjalin hubungan yang aktif dengan pihak sekolah untuk menciptakan

kondisi lingkungan belajar yang kondusif.

Berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler

yang dilakukan anak disekolah

Dengan upaya diatas maka akan dapat meningkatkan dan menciptakan

kondisi linngkungan yang baik bagi anak

3. Lingkungan sosial.

Lingkungan sosial adalah keadaan fisik dan sosial dimana seseorang itu

tumbuh dan belajar. Lingkungan sosial tercipta karena adanya interaksi antara

individu-individu disuatu lingkungan. Ada beberapa poin sebagai upaya untuk

menciptakan lingkungan sosial yang baik bagi siswa, yakni:

Menghargai perbedaan
71

Menghargai keadaan orang lain

Membangun komunitas yang baik

4. Lingkungan gereja

Upaya gereja menciptakan lingkungan belajar siswa yang baik bagi siswa

adalah:

Gereja harus mau dan mampu membantu siswa untuk mengembangkan

keyakinan terhadap kepercayaannya.

Gereja yang mampu memberikan pengalaman rohani bagi siswa

Gereja yang mampu menjadi teladan bagi siswa

Gereja harus mampu menanggapi individu.

B. KERANGKA BERPIKIR

Untuk memuat sebuah penelitian menjadi lebih fokus pada permasalahan yang

akan dikajiji oleh peneliti, maka perlu membuat sebuah kerangka berpikir.

Menurut M.Ridwan,(2005:8) 37
mengatakan bahwa:kerangka berpikir atau

kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disinteiskan dari

fakta-fakta berfikir, yaitu:

A. Hubungan pemahaman siswa tentang hal mengasihi musah menurut

Matius 5: 44 dengan moral siswa.

Pemahaman siswa tentang hal mengasihi musuh sangat berdampak bagi moral

siswa dan akan membawa diri siswa untuk berdampak bagi dirinya sendiri dan

juga berdampak bagi orang lain , siswa yang telah mampu menerapkan dalam

kehidupannya untuk saling mengasihi dan mengasihi musuh-musuhnya tentu

memiliki perbadaan dengan siswa yang belum mampu mengasihi musuhnya.

37
M.Ridwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Guru Dan Penelitian
Pemula,(Bandung: Alfabeta, 2005) hal 8.
72

Siswa yang mengasihi musuhnya tentu sudah menyadari dan memahami tentang

fiman Tuhan yaitu untuk saling mengasihi dan harus mengasihi musuh,

pemahaman ini akan membuat siswa untuk merubah banyak hal-hal yang

berbentuk negatif menjadi bernilai positif, contoh: siswa yang mampu mengasihi

musuh adalah siswa yang telah memiliki pribadi yang takut akan Tuhan ,

memiliki pribadi yang rendah hati, menjadi pribadi yang sabar dalam kehidupan

dan pergaulannya sehari-hari. Pemahaman siswa akan hal ini juga akan membawa

dampak yang baik kepada orang banyak yang ada disekitarnya yaitu akan menjadi

pembawa damai bagi orang lain, dan juga akan menjadi contoh bagi orang-orang

yang melihatnya atau yang ada disekitarnya.

B. Hubungan kondisi lingkungan dengan moral siswa

Kondisi lingkungan yang baik adalah ketika adanya hubungan interaksi yang baik

antara masyarakat majemuk dengan individu,hal ini adalah hal yang seharusnya

sudah menjadi rantai yang tidak dapat diputuskan, dan kondisi lingkungan yang

baik bagi siswa, jelaslah lingkungan yang jauh dari perbuatan-perbuatan yang

tidak bermoral ( mis: judi, narkoba, kekerasan seksual, pembunuhan dll.) .

Terkhusus pada kondisi lingkungan belajar siswa yaitu lingkungan sekolah

atau lingkungan kelas siswa, suasana belajar yang baik adalah ketika adanya

hubungan interaksi anytara guru dengan siswa, apababila guru mampu menjadi

sumber patner yang baik bagi siswa, maka hal ini akan membuat siswa merasa

diterima dalam lingkungan kelas tersebut sehingga siswa mampu dengan baik

menjadikan dirinya sebagai anak yang layak untuk dibina oleh guru tersebut.

sehingga dalam hal ini, perlakuan yang baik yang diterima siswa baik dari guru
73

maupun dari temannya akan memberikan pengaruh yang baik terhadap

perkembangan sikap dan moral siswa.

C. Hubungan pemahamn siswa tentang hal mengasihi musuh menurut Matius

5:44 dan kondisi lingkungan secara bersama-sama dengan moral siswa.

Pemahaman siswa tentang hal mengasihi musuh akan membuut siswa untuk

mampu memahami dan mengerti perintah Tuhan pada dirinya, dan mengeri akan

kasih Tuhan kepada semua orang yang ada dimuka bumi ini tanpa terkecuali dan

tanpa membedakan manusia itu. Untuk itu pemahamn siswa tentang hal

mengasihi musuh memiliki hubungan dengan moral siswa. Demikian juga dengan

kondisi lingkungan dengan moral siswa memilki hubungan yang kuat , karena

bagaimanapun keadaan lingkungan atau suasana lingkungan pasti mempengaruhi

moral siswa. Kedua variabel tersebut memiliki hubungan terhadap moral siswa.

Karena itu, paradigma penelitian dapa digambarkan sebagai berikut:

X1

X2

Keterangan :

X1 : Pemahaman siswa tentang hal mengasihi musuh menurut Matius 5:44

X2 : Kondisi lingkungan
74

Y : Moral siswa

C. PENGAJUAN HIPOTESIS

Suatu penelitian biasanya memiliki dugaan atau jawaban sementara

atauyang disebut dengan hipotesa. Hipotesa ini mengarahkan sipeneliti untuk

membuat alur yang lebih jelas dalam penelitiannya. Untuk mengarahkan hipotesa

yang lebih benar, penulis terlebih dahulu mengutip pendapat Suharsimin

Arikunto,(1996:64) 38 yang mengatakan bahwa: hipotesis atau hipotesa adalah

jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena harus

masih dibuktikan kebenarannya.

Dengan pendapat yang dikemukakan tersebut diatas, maka hipotesa dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hibungan yang linear dan berarti antara pemahaman siswa

tentang hal mengasihi musuh menurut Matius 5:44 dengan moral siswa.

2. Terdapat hubungan yang linear dan beararti antara kondisi lingkungan

dengan moral siswa.

3. Terdapat hubungan yang linear dan berarti secara bersama-sama antara

pemahaman siswa tentang hal mengasihi musuh dan kondisi lingkungan

dengan moral siswa.

38
Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ( Jakarta: Bina
Aksara, 1996) hal64.

Anda mungkin juga menyukai