Anda di halaman 1dari 6

Makalah

KONSEP DASAR ETIKA DAN PROFESI KESEHATAN


LINGKUNGAN/SANITARIAN PROSPEK DAN PENGEMBANGANNYA

Disusun oleh:

Kelompok 1 2D3A

Erfin Syahrullah (P2.31.33.0.17.0)

Galuh Tri Tunggal Dewi (P2.31.33.017.0)

Susan Susanti (P2.31.33.0.17.038)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

Jakarta, Agustus 2018


BAB I
PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG

Dalam masa kini para remaja sudah banyak kehilangan nilai etika dan moral. Sebenarnya nilai-
nilai itu tumbuh dari proses kemasyarakatan dan hasil dari kehidupan bermasyarakat. Individu
dilahirkan dalam suatu masyarakat dan mengalami sosialisasi untuk menerima aturan-aturan
masyarakat yang sudah ada. Dalam hal ini etika dan moral sangat berperan penting dalam
menjalankan hubungan yang ada dalam masyarakat. Karena dengan kedua hal tersebut kita bisa
hidup damai sesama manusia berdasarkan etika kita, dan moral yang kita miiki. Tapi dalam akhir-
akhir ini kedua hal tersebut sudah mulai menghilang karena itu kami disini membuat
makalah Etika, dan Moral.

Pendidikan Islam pada intinya adalah sebagai wahana pembentukan manusia yang
bermoralitas tinggi. Di dalam ajaran Islam moral atau akhlak tidak dapat dipisahkan dari keimanan.
Di samping kemajuan teknologi akibat adanya era globalisasi, kita melihat pula arus kemorosotan
akhlak yang semakin melanda di kalangan sebagian pemuda-pemuda kita. Dalam surat-surat kabar
sering kali kita membaca berita tentang perkelahian pelajar, penyebaran narkotika, pemakaian obat
bius, minuman keras, penjambret yang dilakukan oleh anak-anak yang berusia belasan tahun,
meningkatnya kasus-kasus kehamilan dikalangan remaja putri dan lain sebagainya. hal tersebut
adalah merupakan suatu masalah yang dihadapi masyarakat yang kini yang semakin marak.

2. TUJUAN PENULISAN::

1. Untuk mengetahui konsep etika.


2. Untuk mengetahui konsep nilai
3. Untuk mengetahui konsep moral.
4. Untuk mengetahui hubungan etika nilai, norma dengan hukum dan keadilan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.KONSEP ETIKA

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti hati nurani
ataupun perikelakuan yang pantas (atau yang diharapkan). Secara sederhana hal itu kemudian
diartikan sebagai ajaran tentang perikelakuan yang didasarkan pada perbandingan mengenai apa
yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.

Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan
antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau
lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan
oleh beberapa ahli berikut ini:

1.  Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik.
2.  Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan
manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
3.  Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan
norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia
orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika
membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
Etika pada akhirnya membantu untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu di
lakukan dan yang perlu di pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek
atau sisi kehidupan.
2.KONSEP NILAI

Nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang
baik dan yang buruk sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dengan
seleksi perilaku yang ketat, batasan ini bersifat universal.

Sutrisno (1993) menjelaskan pembagian/klasifikasi nilai (the division of values), antara lain :

1. Nilai intrinsik (ontologis), yaitu harga yang dipandang vital/penting demi adanya benda/hal
tersebut. Misalnya dinamo untul mobil, (di dalamnya ada unsur utilitas /kegunaan, kepentingan
dan penilaian hal yang mewakili)

2. Nilai ekstrinsik, yaitu kualitas bagi sesuatu hal yang dipandang berguna, perlu, menarik demi
kelangsungan adanya yang lain. Misalnya obat merupakan nilai ekstrinsik bagi orang yang sakit,
(Adanya benda-benda tersebut untukku, misalnya obat untuk orang yang sehat tidak bernilai.
Orang sakit yang yang tdk tahu kegunaan obat itu juga memandang obat tsb tidak bernilai. Obat
tsb hanya akan berharga bila diketahui dengan pasti bahwa untuk pasien X dapat berguna untk
penyembuhan penyakitnya).

Nilai ekstrinsik dapat dikatagorikan/dibagi dalam: nilai dalam tindakan, dengan nilai dalam
potensi, nilai alami dengan nilai budaya, nilai ekonomi dangan nilai spiritual.

Robin M Williams (1972) mengemukakan simpulan bahwa ada 4 (empat) tentang nilai-nilai yang
berkualitas :

1. Nilai-nilai mempunyai elemen konsepsi yang lebih dalam dibandingkan dengan hanya sekedar
sensasi, emosi atau kebutuhan. Nilai sebagai abstraksi yang ditarik dari pengelaman seseorang. 2.
Nilai-nilai terkait penuh dengan pengertian yang memiliki aspek emosi. Emosi disini mungkin
diungkapkan sebenarnya atau merupakan potensi.
3. Nilai-nilai bukan merupakan tujuan kongkrit dari tindakan, tetapi mempunyai hubungan dengan
tujuan, sebab nilai-nilai berfungsi sebagai kriteria dalam memiliki tujuan. Seseorang akan berusaha
mencapai segala sesuatu yang menurut pandangannya mempunyai nilai-nilai yang dianut.

4. Nilai-nilai mempunyai unsur penting, tidak bisa disepelehkan bagi yang bersangkutan. Dalam
kenyataannya nilai-nilai berhubungan dengan pilihan-pilihan yang merupakan prasyarat untuk
mengambil suatu tindakan.

Jenis-jenis nilai menurut intensitasnya, dapat dikatagorikan dalam 2 hal yaitu : 1. Nilai-nilai yang
tercernakkan (internalized values): merupakan suatu landasan bagi reaksi yang diberikan secara
otomatis terhadap situasi-situasi tingkah laku eksistensi, yang tidak dapat dipisahkan dari individu
serta membentuk landasan bagi hati nuraninya. Jika terjadi pemerkosaan /pemaksaan terhadap
nilai-nilai tersebut maka akan timbul rasa malu atau bersalah yang sulit untuk dilupakan/ dihapus.
Nilai ini merupakan nilai yang dihayati dan di jiwai oleh individu, sehingga ybs akan memandang
keliru bila pola perilakunya tidak sesuai dengan nilai tersebut.

2. Nilai-nilai yang dominan: merupakan nilai-nilai yang lebih diutamakan dari pada nilai lainnya.
Nilai ini berfungsi sebagai latar belakang atau kerangka patokan bagi tingkah laku sehari-hari.
Kriteria nilai-nilai dominan ditentukan oleh hal-hal sbb: a. Luas tidaknya pengaruh nilai tsb dalam
aktivitas total dari sistem sosial. b. Lama tidaknya pengaruh nilai tsb dirasakan oleh kelompok/
masyarakat. c. Gigih tidaknya (intensitas) nilai tersebut diperjuangkan atau dipertahankan. d.
Prestise orang-orang atau organisasi yang menganut nilai tersebut (pembawa nilai).

3. KONSEP MORAL

Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari Bahasa Latin
yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan
yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak
bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal
mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Namun demikian karena manusia selalu berhubungan
dengan masalah keindahan baik dan buruk bahkan dengan persoalan-persoalan layak atau tidak
layaknya sesuatu.

Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa
moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai
nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut
pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus
mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.

Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap
moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan
seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan
nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral
adalah produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku,
tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan
pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll.

Contoh Moral

• Moral murni atau disebut juga hati nurani yaitu moral yang terdapat dalam setiap manusia,
sebagai suatu bentuk dari anugrah Tuhan. Tuhan pasti memberikan moral yang baik pada setiap
umatnya seperti penyayang, jujur, sopan, santun, berakhlak baik, bertawakal dan lain-lain namun
situasinya dapat berubah apabila masuk ke moral terapan.

• Moral terapan merupakan sesuatu yang didapat dari ajaran berbagai ajaran adat, agama, filosofis,
yang menguasai kehidupan manusia sesuai lingkungan tempat tinggal mereka. Moral terapan
adalah hasil rekonstruksi lingkungan, oleh karenanya terdapat dua jenis yaitu moral baik dan
buruk. Moral baik seperti jujur, sopan, dan santun sedangkan yang buruk seperti suka mencela,
mencuri, dan berbohong.

Anda mungkin juga menyukai