Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM S1 PRODI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PEMERINTAHAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

KELOMPOK KELOMPOK III

1. MUHAMMAD IRAWAN (170801072)

2. DINAH KHAYYIRIAH (170801062)


NAMA/NIM
3. IKHWANUSSHUFA (170801040)

4. IKA AYUNI (170801069)

UNIT/SEM/RUANG 02/GENAP-TA.2017/2018 - R.UIN 121 08 - KAMIS (II)

KODE/MATA KULIAH IPOL61208/ETIKA POLITIK

DOSEN RAMZI MURZIQIN, S.HI., M.A

JUDUL MAKALAH PERBEDAAN MORAL DAN ETIKA

TGL.KUMPUL TUGAS 12 APRIL 2018

TGL.PRESENTASI

 Content Makalah
PENILAIAN
 Presentasi Kelas

CATATANDOSEN :_______________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN MASALAH
PEMBAHASAN
ETIKA
1. PENGERTIAN
2. JENIS
MORAL
1. PENGERTIAN
2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI, MORAL, & SIKAP
3. UPAYA PENGEMBANGAN MORAL & SIKAP PARA REMAJA
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dalam KBBI etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya, etika membahas tentang tingkah laku manusia.

Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh
yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia.

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau
orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki
moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata
manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.

Sekarang ini zaman globalisasi, remaja harus diselamatkan dari globalisasi. Karena
globalisasi ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak kebudayaan-
kebudayaan asing yang masuk, sementara tidak cocok dengan kebudayaan kita. Pada saat ini,
bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat
bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja
saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah
mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu
bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi
persaingan untuk mendapatkan pacar.

Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan
mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam
mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni
dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya memberikan filter
tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain: minuman keras, mengkonsumsi obat
terlarang, sex bebas, dan lain-lain, yang dapat menyebabkan terjangkitnya suatu penyakit,
misalnya HIV/AIDS.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah etika dan moral bisa memberikan prilaku yang baik?
2. Apa saja perbedaan antara moral dan etika?
2. Bagaman cara mengatasi pergaulan bebas dalam kehidupan anak remaja?
3. Apa itu pergaulan bebas?
4. Apa penyebab dampak dari pergaulan bebas?

TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui pengertian dan perbedaan dari, etika dan moral.
2. Mengetahui perbedaan antara moral dan etika
2. Mengetahui prilaku etika dan moral dalam kehidupan anak remaja.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ETIKA
Dari segi etimologi , etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam KBBI etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak.
Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa tentang tingkah laku manusia.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh
yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu,
etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik
dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.
Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena
itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia,
etika memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut baik dan
buruk .
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif
(studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
Adapun Jenis-jenis Etika adalah sebagai berikut:
1. Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan
berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah
bagian dari filsafat.
2. Etika Teologis
Terdapat dua hal-hal yang berkait dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan
hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya
masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu
banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat
dimengerti setelah memahami etika secara umum.
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari
presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika
filosofis dan etika teologis.
B. PENGERTIAN MORAL
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat
kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal
yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan
mana yang wajar.

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau
orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral
disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah
hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat
secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah
perbuatan tingkah laku seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan
seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik,
begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama.

 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai, Moral Dan Sikap.

a. Lingkungan keluarga.
Keluarga sebagai lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral
dan sikap seseorang. Biasanya tingkah laku seseorang berasal dari bawaan ajaran orang tuanya.
Orang-orang yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tuanya di masa kecil,
kemungkinan besar mereka tidak mampu mengembangkan superegonya sehingga mereka bisa
menjadi orang yang sering melakukan pelanggaran norma.
b. Lingkungan Sekolah.
Disekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku di masyarakat
sehingga mereka juga dapat menentukan mana tindakan yang baik dan boleh dilakukan.
Tentunya dengan bimbingan guru. Anak-anak cenderung menjadikan guru sebagai model dalam
bertingkah laku, oleh karena itu seorang guru harus memiliki moral yang baik.
c. Lingkungan Pergaulan.
Dalam pengembangan kepribadian, faktor lingkungan pergaulan juga turut
mempengaruhi nilai, moral dan sikap seseorang. Pada masa remaja, biasanya seseorang selalu
ingin mencoba suatu hal yang baru. Dan selalu ada rasa tidak enak apabila menolak ajakan
teman. Bahkan terkadang seorang teman juga bisa dijadikan panutan baginya.
d. Lingkungan Masyarakat.
Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan moral.
Tingkah lakuyang terkendali disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri yang
mempunyai sanksi-sanksi tersendiri untuk pelanggar-pelanggarnya.
 Upaya Pengembangan Nilai, Moral Dan Sikap Remaja.
Perwujudan nilai, moral dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Dan tidak semua
individu tidak mencapai tingkat perkembangan moral seperti apa yang diharapkan. Adapun
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan nilai, moral dan sikap, antara lain:
a. Penciptaan Komunikasi.
Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan
moral. Anak tidak hanya harus mendengarkan tetapi juga harus dirangsang agar lebih aktif.
Misalnya mengikutsertakan ia dalam pengambilan keputusan dikeluarga dan pemberian
tanggung jawab dalam kelompok sebayanya. Karena nilai-nilai kehidupan yang dipelajari
barulah betul-betul berkembang apabila telah dikaitkan dalam konteks kehidupan besama. Selain
itu, pengembangan juga bisa dilakukan melalui proses pendidikan, pengasuhan, perintah,
larangan, pemberian hadiah, pemberian hukuman dan interfensi edukatif dengan dibantu oleh
para guru dan para orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur, moral dan sikapyang baik bagi
anak-anaknya agar dapat berkembang menjadi generasi penerus yang diharapkan.
b. Penciptaan Iklim Lingkungan Yang Serasi.
Seseorang yang sikapnya berhasil seperti apa yang diharapkan, umumnya adalah
seseorang yang hidup dalam lingkungan yang positif, jujur dan konsekuen senantiasa
mendukung bentuk tingkah laku yang merupakan pencerminan dari nilai-nilai hidup. Ini berarti
bahwa pengembangan tidak hanya dilakukan melalui pendekatan intelektual tetapi juga
mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif, dimana faktor-faktor lingkungan itu sendiri
merupakan penjelmaan yang konkret dari nilai-nilai hidup. Para remaja sering kali menentang
nilai-nilai dan dasar-dasar hidup orangtua dan orang dewasa lainnya. Ini tidak berarti
mengurangi kebutuhan mereka akan suatu sistem nilai yang tetap. Mereka tetap menginginkan
suatu sistem nilai yang akan menjadi pegangan dan petunjuk bagi perilaku mereka. Karena itu,
orang tua, guru dan orang dewasa lainnya patut memberikan contoh perilaku yang merupakan
perwujudan nilai-nilai yang diperjuangkan.

c. Perbedaan Antara Etika dan Moral.


Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika
dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.
Kesadaran moral serta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing
disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'a d.
Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:
1) Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
2) Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang
secara umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat
diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan
tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis.
3) Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral
lebih mengacu kepada suatu nilai atau sistem hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh
masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan
memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang
berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut
telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri.
Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada
dorongan atau paksaan dari luar.
N Moral Etika
O
1 Perbuatan yang sedang dinilai. Sistem nilai yang telah ada.

2 Dipakai untuk hal-hal yang Dipakai untuk hal-hal yang


khusus/spesifik/praktis. umum/konseptual.
3 Bersifat perintah langsung. Bersifat kecakapan teoritis.

d. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive)
dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu
if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat
(kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab
isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul
pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim
ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah
demikian adanya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada
berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang
selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara
singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai
pembela Islam, karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap
menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

 Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:


1) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2) Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar.
4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5) Dilakukan dengan ikhlas.

 Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak kepada Allah
a. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembahNya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah
membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,
baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah
melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
c. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan
inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan
ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah
terhadap segala sesuatu
d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa
dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak
layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain,
dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
2. Akhlak kepada diri sendiri
a. Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil
daripengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika
ditimpa musibah.
b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak
bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan
alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan
menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
c. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya,
orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan
jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain.

3. Akhlak kepada keluarga


Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota
keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat
baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan
dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
a. Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur
kata sopan dan lemah lembut
b. Mentaati perintah
c. Meringankan beban, serta
d. Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.

4. Akhlak kepada sesama manusia


a. Akhlak terpuji (Mahmudah)
1) Husnuzan
Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka,
perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap
seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-
Nya antara lain:
 Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk
kebaikan manusia.
 Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.
 Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada
sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan.
Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun
orang lain.
2) Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri
dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.
3) Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama
manusia.
4) Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama
manusia.
b. Akhlak tercela (Mazmumah)
 Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain
beruntung..
 Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan.
 Gibah dan Fitnah
Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila
kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan
apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah.
 Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang belum tentu
benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

 Perbedaaan antara moral, dan etika adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan
untuk menentukan baik dan buruk.
 Pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral
berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang
digunakan untuk menentukan baik buruk.
 Islam telah menetapkan dan mengatur batas-batas dalam pergaulan bebas diantaranya
dengan menjaga dengan pandangan mata dan memelihara kehormatan.
 Budaya pacaran adalah merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas dan
dampak negatif tidak jauh berbeda.
 Pergaulan bebas dapat dikurangi apabila orang tua dan anggota masyarakat ikut berperan
aktif dalam memberikan motivasi dan dorongan kepada para remaja dan memberikan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan remaja dalam proses keremajaannya. Sehingga segala
sesuatu yang dilakukannya dapat bermanfaat dalam kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA
 Magnis, Franz. 1987. Prinsip-prinsip moral dasar kenegaraan modern. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai