Anda di halaman 1dari 20

Penyelesaian

Konflik

Danil Akbar Taqwadin

FISIP UIN Ar-Raniry


Pengenalan

– Konsep penyelesaian konflik, selain terkait dengan domain kajian konflik tetapi seringkali pula
berkaitan dengan domain kajian perdamaian.
– Konsep ini hanya berlaku pada konteks para aktor konflik berada dalam ketegangan konflik yang
terus berjalan, bukan pada konteks salah satu pihak yang berkonflik memenangkan pertikaian.
– Setidaknya terdapat 4 pendekatan yang berkaitan dengan kajian mengenai penyelesaian konflik,
yaitu:
1. Pendekatan Manajemen Konflik (Conflict Management School)
2. Pendekatan Resolusi Konflik (Conflict Resolution School)
3. Pendekatan Kombinasi Resolusi-Manajemen Konflik (Complementary School)
4. Pendekatan Transformasi Konflik (Conflict Transformation School)
Conflict Management
School
– Pendekatan Konflik Manajemen – Menekankan pada hasil, bukan pada
bertujuan untuk menyelesaikan proses penyelesaian konflik (Outcome-
konflik melalui langkah-langkah oriented approach)
diplomasi yang formal. – Prosesnya, para pihak ketiga
– Konsep tertua pada kajian mengidentifikasi para aktor inti dalam
konflik dan membawanya ke meja
penyelesaian konflik.
perundingan. Dengan harapan para
– Proses penyelesaian konflik pimpinan aktor konflik dapat
memerlukan pihak ketiga diluar mempengaruhi bawahannya ketika
pihak yang berkonflik, yang poin-poin perdamaian disepakati (Top-
dianggap netral. down Approach)
– Proses penyelesaian konflik pada – Pendekatan ini kerap dikritik karena:
pendekatan ini lazimnya menggunakan 1. Terlalu fokus dengan kepentingan pemimpin
metode mediasi. para pihak yang berkonflik saja, dan
– Atau juga seringkali menggunakan metode mengesampingkan kepentingan-kepentingan
masyarakat di level bawah (Lederach 1997);
mediasi kekuatan (power mediation).
Metode ini sama halnya dengan metode 2. Mediator kerap kali tidak berada dalam
mediasi, namun mediator memiliki posisi netral, terutama ketika menggunakan
kekuatan yang lebih besar dibanding para power mediation (Ropers and Debiel 1995);
pihak yang berkonflik, sehingga dapat 3. Menafikan sumber-sumber konflik dan tidak
menekan dan mengarahkan para pihak dapat menjamin keberlangsungan
yang berkonflik untuk sepakat atas poin- perdamaian yang bertahan lama (Hoffman
poin perundingan. 1995)
– Namun demikian, pendekatan ini
juga semakin berkembang. Dan
saat ini semakin memasukkan
unsur-unsur yang dapat menjamin
keberlangsungan perdamaian yang
bertahan lama.
– Kekurangan-kekurangan tersebut
kemudian diperbaiki menjadi
pendekatan yang lebih modern
dalam manajemen konflik.
Conflict Resolution School
– Pendekatan ini bertujuan untuk – Pendekatan ini mengadopsi strategi socio-
menyelesaikan konflik dari sumber- psychology dalam penyelesaian konflik
sumber konflik yang melahirkan dan pada level inter-personal.
menjaga konflik tetap hadir, serta – Pada perkembangnnya, pendekatan ini
membangun kembali hubungan antara juga meletakkan unsur NGO (lokal ataupun
pihak yang berkonflik. internasional) sebagai agen yang mampu
– Berbanding pendekatan manajemen melaksanakan pendekatan ini.
konflik, pendekatan ini menempatkan – Pada prosesnya, para aktor difasilitasi
masyarakat konflik di level bawah sebagai untuk dapat membicarakan dan
pihak yang terpenting, sehingga menyelesaikan persoalan-persoalan yang
harmonisasi yang dilakukan dapat membuat konflik muncul dan berkembang.
mempengaruhi di level para elit.
– Pendekatan ini dipercaya dapat – Pendekatan ini mendapat beberapa kritikan
memastikan keberlangsungan seperti:

perdamaian yang lebih lama. 1. Proses penyelesaian konflik seperti ini


membutuhkan waktu yang lama, dan apabila
– Langkah-langkah konkrit yang berhasil menurunkan tensi pertentangan
lazimnya digunakan pada pendekatan antara pihak yang berkonflik maka bisa jadi
ini seperti: dialog antara masyarakat, tidak akan melahirkan perjanjian damai yang
mengikat secara sah (Bercovitch 1984)
negara dan para pihak yang berkonflik
ataupun pelatihan-pelatihan 2. Proses pembangunan hubungan sosial di
level bawah, ternyata tidak menjamin dapat
perdamaian dengan maksud
memberikan pengaruh di level elit (Atih et.el.
menjadikan para peserta sebagai 2004)
agent of change.
Complementary School
(Pendekatan Kombinasi Resolusi-
Manajemen Konflik)
– Pendekatan ini mengkombinasikan
pendekatan Manajemen dan
Resolusi konflik, dengan 3 sub-
pendekatan yang berbeda, yaitu:
1. Contingency model for third party intervention, based on variety
of approaches on different momentum of armed conflict (Fischer &
Keashley, 1991).

– Model ini bertujuan untuk mengidentifikasi metode yang cocok digunakan oleh
pihak ketiga dan ‘timing’ untuk mengintervensi konflik. Menggunakan
pemikiran Glasl (1990), pendekatan ini bertujuan untun menurunkan tingkat
konflik dari fase ke fase. Fase-fase ini cocok untuk pendekatan yang
berorientasikan pendekatan resolusi, serta pendekatan power mediation
digunakan untuk menekan naiknnya tensi konflik kembali. Setelah tercapainya
kata sepakat, maka sudah waktunya untuk mengembalikannya pada
pendekatan resolusi konflik yang bertujuan untuk membangun relasi sosial
paska konflik.
2. Alternative Contingency model for third party intervention, based on variety
of actors involvement into the armed conflict stage (Bercovitch & Rubin, 1992)

– Berdasarkan penelitian quantitative empiris, Bercovitch & Rubin (1992)


membangun sebuah pendekatan yang sama dengan contigency model
sebelumnya, namun mengganti pendekatan-pendekatan yang digunakan
dengan konteks aktor. Pada model ini menekankan pada mediator mana yang
paling efektif untuk mengintervensi konflik. Hasil dari penelitian ini adalah,
semakin tinggi tingkat eskalasi konflik, perlu semakin kuat pula pihak ketiga
yang mengintervensi konflik tersebut.
3. Multi-track Diplomacy approach (Diamond & McDonald,
1996)

– Diamond & McDonald (1996),


sembari mengakui pentingnya
berbagai pendekatan dan aktor
untuk mencapai suatu
penyelesaian konflik, namun
mereka mengkonstruksikan
langkah-langkah penyelesaian
konflik secara lebih terstruktur.
Conflict Transformation
School
– Pendekatan ini menekankan pada – Lederach (1997) menawarkan
transformasi sumber-sumber untuk membangun “infrastructure
konflik menjadi sesuatu yang damai. jangka-panjang” untuk
– Pendekatan ini memahami bahwa pembangunan perdamaian.
konflik adalah sesuatu yang tidak – Lederach (1997) menekankan pada
dapat dihindari. pentingnya individu yang berada di
– John Paul Lederach (1997) yang level menengah yang dapat
pertama kali memperkenalkan mempengaruhi para elit (track I)
pendekatan ini. diatas nya serta individu di level
grassroots (track II).
Catatan Akhir
– Konsep tentang penyelesaian
konflik telah berkembang dalam
beberapa dekade terakhir.
– Terakhir, konsep transformasi
konflik menjadi konsep yang paling
sering digunakan dalam
menganalisis perkembangan
konflik yang terjadidi berbagai
belahan dunia.
The End!

Anda mungkin juga menyukai