Anda di halaman 1dari 14

Kajian Konflik

(II)

Danil Akbar Taqwadin

FISIP UIN Ar-Raniry


Kategori Konflik Bersenjata
- Sebelumnya telah dijelaskan tentang perbedaan antara konflik
bersenjata, perang, kekerasan komunal dan genosida.
- Khususnya pada konteks perang, terdapat beberapa tipe-tipe perang
berkaitan dengan skop dan jenis perlawanan yang dijalankan.
1. Perang Hegemoni  Perang ke atas kontrol terhadap tatanan seluruh
dunia. Jenis ini juga dikenal dengan Perang Dunia, Perang Global,
Perang Umum, atau Perang Sistemik. Perang jenis yang terakhir kali
terjadi yaitu Perang Dunia ke-2.
2. Perang Total  Perang antara satu negara dengan negara lainnya
dengan tujuan untuk menguasai negara lainnya. Konkritnya ialah
berupaya menguasai ibukota negara dan memaksa pasukan negara
lainnya untuk kalah dan menyerah, yang kemudian kebijakannya
dapat dikontrol oleh negara pemenang. Pada konteks perang total,
seluruh masyarakat dikerahkan untuk mendukung perang, serta
seluruh masyarakat pada pihak musuh dianggap sebagai target yang
‘legitimate’ untuk pemusnahan.
3. Perang Terbatas  merupakan skala perang yang terbatas untuk mencapai
suatu tujuan tertentu semata atau untuk menguasai ‘center of gravity’
musuh. Pada kontek perang terbatas terdapat pula istilah lainya yang
dikenal dengan raids. Raids merupakan suatu perang terbatas yang biasanya
dilakukan dengan sekali serangan dan berakhir dengan sangat cepat.
Serangan raids yang berulang dan berbalasan menjadi bentuk perang
terbatas namun yang dikenal juga dengan konflik intensitas rendah (low
intensity conflict).
4. Perang Sipil  merupakan konflik antara faksi-faksi dalam suatu negara
yang mencoba membentuk, mencegah hadirnya suatu pemerintahan bagi
suatu wilayah negara atau sebagian dari wilayah negara. Tujuannya berupa
merobah sistem suatu negara, atau merubah elit-elit yang menguasai suatu
pemerintahan negara, atau memisahkan diri dari negara asal dan
membentuk negara baru. Mempertahankan suatu perang sipil biasanya
membutuhkan sumber daya yang besar untuk mendukung keberadaan
pasukan perlawanan, seperti dukungan dari negara tetangga, diaspora, atau
pemasukan dari sumber daya alam ataupun penjualan obat-obatan
terlarang.
5. Perang Gerilya  Perang ini biasanya dilakukan dalam perang sipil
yang merupakan perang tanpa hadirnya pasukan terdepan. Perang
seperti ini mengandalkan serangan-serangan sporadic yang
seringkali menghilang dan menggunakan masyarakat sebagai
bahagian taktik untuk bersembunyi. Perang seperti ini seringkali
berlangsung lama dan membuat frustasi pihak lawan.
Kekerasan Sepihak
Dari penjelasan sebelumnya, penjelasan tentang kekerasan sepihak
telah didefinisikan, yaitu:
1. Kerusuhan/Kekerasan satu pihak (One-sided violence)  terdapat
satu atau lebih aktor kekerasan yang melakukan kekerasan ke atas
satu atau lebih entitas lainya yang tidak melawan (non-combatant).
Namun, UCDP membatasi bentuk kekerasan sepihak menghasilkan
25 sampai 1000 korban konflik (battle-related deaths) setiap
tahunnya.
2. Genosida (Genocide)  suatu tindakan yang berkeinginan atau
melakukan penghancuran (secara keseluruhan atau sebagian)
terhadap entitas yang berkaitan dengan warga negara, etnis, ras,
atau kelompok agama tertentu (Convention on the Prevention and
Punishment of the Crime of Genocide). 1000 korban lebih.
Dalam Hukum Internasional, kekerasan sepihak dapat dibagi 3 jenis, yaitu:
1. Genosida  suatu tindakan yang berkeinginan atau melakukan
penghancuran (secara keseluruhan atau sebagian) terhadap entitas
yang berkaitan dengan warga negara, etnis, ras, atau kelompok
agama tertentu (Convention on the Prevention and Punishment of
the Crime of Genocide).
2. Kejahatan Perang  suatu tindakan yang bertentangan dengan
hukum perang yang dilakukan oleh seseorang. Hal ini termasuk
pembunuhan individu secara sengaja, penggunaan tentara anak, atau
dengan sengaja tidak mematuhi hukum perang. Hal ini hanya berlaku
dalam kondisi perang.
3. Kejahatan terhadap Kemanusiaan  suatu tindakan yang disengaja
yang dilakukan sebagai bagian daripada aksi kekerasan yang massif,
sistematis dan dituju kepada masyarakat sipil (non-combatant),
apakah dalam kondisi perang ataupun damai.
Stase Konflik
• Peaceful social change (Perubahan
sosial yang berlangsung secara
damai)  Hal ini berlaku secara
perlahan dalam kondisi damai dan
normal, meskipun terdapat pro-
kontra terhadap keadaan status
quo.
• Latent Conflict (Konflik laten) 
Meskipun manusia merasa nyaman
hidup dalam keadaan damai,
namun tiap manusia memiliki
perbedaan dan keinginan atas
suatu objek yang terkadang
terbatas. Atau suatu keinginan
yang tidak dapat dinegosiasikan.
Hal ini perlahan menciptakan suatu
keadaan sentiment permusuhan
antar pihak.
• Non-violent confrontation (Konfrontasi tanpa kekerasan)  fase ini
sentimen permusuhan semakin mainstream. Narasi dan argumen
permusuhan telah muncul namun tidak sampai menciptakan suat
keadaan kekerasan fisik.
• Violent confrontation (Konfrontasi dengan kekerasan)  fase ini
permusuhan telah menyebabkan kekerasan fisik.
• Conflict Mitigation (Mitigasi konflik)  suatu kondisi konflik dimana
mulai diintervisi untuk mencegah berlakunya kekerasan atau perlawanan.
**setiap garis menghubungakan
• Conflict Settlement (Penyelesaian Konflik)  Suatu kondisi ketika konflik
suatu keadaan dengan keadaan
mencapai titik penyelesaian. Apakah selesai karena proses negosiasi atau lainnya.
salah satu pihak memenangkan konflik.
• Peace Implementation (Implementasi perdamaian)  suatu kondisi
ketika fitur-fitur perdamaian mulai dijalankan.
• Peace Consolidation (konsolidasi perdamaian)  suatu keadaan ketika
proses perdamaian berlangsung menuju kohesi sosial.
Ending Konflik
– Beberapa jenis ending konflik:
1. Salah satu pihak yang berkonflik memenangi permusuhan.
2. Kedua belah pihak mengakhiri permusuhan dengan perundingan.
Dalam hal ini, terhentinya konflik bersenjata dapat dikarenakan
beberapa hal:
a) Gencatan Senjata  penghentian konflik bersenjata sementara
yang disepakati oleh para aktor konflik.
b) Partial Agreement  perjanjian antara para aktor konflik yang
bersepakat untuk menyelesaikan sebagian hal yang dipertikaikan.
c) A Peace Process Agreement  perjanjian antara para aktor konflik
yang bersepakat untuk menginisiasi proses perdamaian yang
bertujuan untuk menyelesaikan pertikaian.
d) Full Agreement (MoA)  perjanjian antara para aktor konflik yang
bersepakat untuk menyelesaikan pertikaian secara komprehensif.
The End

Anda mungkin juga menyukai