Anda di halaman 1dari 18

Kajian

Perdamaian

Danil Akbar Taqwadin

FISIP UIN Ar-Raniry


Pengenalan

– Perdamaian  perdamaian adalah suatu konsep kebersamaan


sosial/masyarakat yang harmonis dalam ketiadaan perseteruan dan kekerasan.
Dalam konteks sosial, perdamaian seringkali dipandang sebagai ketiadaan
konflik (seperti perang) dan suatu keadaan yang bebas dari rasa ketakutan dan
kekerasan yang berasal dari individu ataupun suatu kelompok.
– Konteks perdamaian telah menjadi landasan dan dibicarakan dalam berbagai
agama dan berbagai aliran kepercayaan yang mempercayai konsep Ketuhanan.
- Awal berkembangnya studi perdamaian dapat dikatakan muncul setelah para
sarjana mengeluarkan konteks konflik dan perdamaian dari pandangan agama
atau menuju pendekatan rasionalistik.
- Pandangan tertulis mengenai konflik telah hadir sejak beribu tahun yang silam
seperti, The Art of War oleh Sun Tzu, Arthasastra oleh Kautilya, Peloponnesian
War oleh Thucydides, On War oleh Clausewitz, dsb.
Perkembangan Studi Perdamaian

- Kajian konflik tersebut umumnya bertujuan untuk mencapai perdamaian


melalui cara-cara militeristik atau penggunana personel keamanan.
- Yang membedakan studi konflik dan perdamaian salah satunya adalah studi
perdamaian upaya dalam mencapai perdamaian adalah dengan menggunakan
cara-cara yang damai.
- Idea awal tentang kajian ini berasal dari pandangan berbagai agama (agama
langit) yang mengajarkan tentang harmoni.
- Namun secara positivistik, pandangan ini dapat dikatakan muncul sejak abad ke
18 ketika Immanuel Kant memperkenalkan konsep perpetual peace.
– Pembahasan tentang perdamaian dipopulerkan oleh tulisan berjudul perpetual
peace oleh Immanuel Kant pada abad 18. Kant membicarakan tentang keadilan
universal dan perdamaian berkelanjutan. Kant percaya bahwa manusia terlahir
baik dan terikat pada konteks kebaikan sesama manusia, dan pada hakikatnya
menginginkan kedamaian daripada kekerasan. Karena itu ide Kant, melahirkan
pemikiran “Idealisme” yang kemudian mempengaruhi aliran pemikiran kajian
politik pada periode-periode selanjutya.
– Upaya untuk mencari formula dalam mencegah berlakunya perang dan
mengupayakan hadirnya perdamaian dunia terdapat dalam inisiasi didirikannya
kajian hubungan internasional pada tahun 1919 di University of Aberstwyth,
Wales. Namun, kajian pada saat itu masih sangat terilhami oleh ide-ide Kant.
– Upaya untuk menciptakan kajian ilmu perdamaian tersendiri lahir di Negara-
Negara Scandinavia di akhir tahun 1950an. Saat itu pula, Johann Galtung
menjadi motor penggerak studi ini dengan melahirkan beberapa riset-riset
perdamaian serta menjadi editor Journal of peace and conflict research.
– Dalam memahami tentang perdamaian, Galtung menekankan pada konteks
“damai melalui mekanisme damai” (peace by peaceful means). Apakah
diterapkan dalam kondisi konflik ataupun kondisi normal.
– Galtung menekankan pada pendekatan negosiasi, mediasi ataupun fasilitasi
dalam proses penyelesaian konflik menuju damai.
– Hal ini berbeda dengan pandangan sarjana Marxist yang melihatnya dalam
konteks yang lebih radikal dan revolusioner.
– Galtung melihat akar konflik berasal dari kekerasan struktural (Structural
Violence), yaitu suatu bentuk kekerasan yang berasal dari politisasi aspek
sosialekonomi, politik, ataupun hukum melalui kebijakan-kebijakan, baik
bersifat formal maupun informal yang bertujuan untuk melemahkan suatu
pihak, dengan maksud agar dikendalikan dan di hancurkan.
– Selain bentuk kekerasan struktural, Galtung juga melihat pada konteks
kekerasan kultural (cultural violence) sebagai sumber berlakunya konflik.
Identitas seperti etnik, bahasa, ras dsb. menjadi salah satu pemicu konflik yang
paling potensial. Warisan pengetahuan yang diturunkan secara temurun juga
dapat menanamkan rasa kebenciaan pada pihak yang lain
Tujuan proses perdamaian

– Johann Galtung, membagi perdamaian menjadi 2 karakter:


1. Negative Peace  Suatu keadaan tanpa ada kekerasan fisik yang ditimbulkan dari suatu
kelompok yang memiliki atau membawa identitas atau kepentingan tertentu. Negative peace
sering dipandang sebagai tujuan awal penyelesaian konflik bersenjata atau suatu keadaan
masyarakat yang normal namun memiliki latent konflik yang berpotensi meningkat menjadi
suatu bentrokan fisik.
2. Positive Peace  Suatu keadaan damai di seluruh lapisan sosial masyarakat tanpa ada
prasangka dan konflik laten. Kondisi seringkali dipandang sebagai utopia, karena hakikat
perbedaan diantara manusia dan keinginan manusia atas sumber daya yang terbatas, tentu
menghadirkan potensi berlakunya suatu konflik ataupun paling tidak hadirnya latent conflict.
Mekanisme Perdamaian

1. Peacemaking  Upaya penyelesaian konflik ke arah perdamaian dengan cara-


cara damai.
2. Peacekeeping  Upaya menjaga perdamaian yang telah hadir, terutama
denga menggunakan perangkat militer pasif.
3. Peacebuilding  Upaya membangun infrastruktur perdamaian dan mencegah
terjadinya konflik kekerasan kembali, sehingga dapat menopang perdamaian
itu sendiri.
Peacemaking (Penyelesaian Konflik)

– Secara detail, konsep-konsep peacemaking telah dijelaskan sebelumya:


1. Conflict Management School
2. Conflict Resolution School
3. Complementary School (Conflict Management – Resolution School)
4. Conflict Transformation School
Peacekeeping (Penjagaan
perdamaian)
– Fungsi utama peacekeeping adalah upaya menjaga implementasi perdamaian
yang telah disepakati oleh para pihak yang berkonflik, atau membantu proses
transisi dari konflik ke damai dengan penggunaan perangkat militer dan
keamanan internasional yang bersifat pasif.
– Mekanisme peacekeeping seringkali digunakan oleh PBB sebagai perangkat
yang melindungi proses menuju perdamaian positif.
– Misi peacekeeping PBB seringkali diformalisasi dalam bentuk operasi
peacekeeping, seperti misi peacekeeping di Kongo, Lebanon, Haiti, dsb.
Peacebuilding (Pembangunan
Perdamaian)
– Konsep peacebuilding  Upaya membangun infrastruktur perdamaian dan mencegah
terjadinya konflik kekerasan kembali, sehingga dapat menopang perdamaian itu sendiri.
– Pada konteks ini, peacebuilding dapat saja dikatakan berlaku sejak masa konflik hingga pasca
damai (peacebuilding during conflict & post-conflict peacebuilding)
– Proses peacebuilding (during conflict) dimulai sejak hadirnya upaya untuk menyelesaikan
konflik secara damai dengan menggunakan mekanisme fasilitasi, negosiasi dan mediasi.
– Post-conflict peacebuilding bermula sejak hadirnya kesepakatan antara pihak berkonflik ,
menyelesaikan sumber-sumber konflik yang bertujuan untuk menghadirkan infrastruktu
perdamaian yang dapat menopang perdamaian itu sendiri.
Orientasi Peacebuilding

– Orientasi pembangunan perdamaian dapat dilihat sejak awal dari desain perjanjian
perdamaian dibuat.
– Pada umumnya, perjanjian damai dapat dibagi kepada beberapa jenis:
1. Partial agreement  perjanjian ini hadir dimana satu atau lebih pihak yang berkonflik
sepakat untuk menyelesaikan sebahagian item yang menjadi permasalahan dalam konflik.
2. Full agreement  suatu perjanjian damai dimana setidaknya salah satu pihak yang
berkonflik menyepakati seluruh item yang menjadi sumber konflik.
3. Peace process agreement  suatu perjanjian damai dimana salah satu pihak yang
berkonflik sepakat menginisiasi suatu proses untuk menyelesaikan item-item yang
menjadi sumber konflik.
– Fitur-fitur dalam suatu perjanjian damai biasanya membahas aspek-aspek
seperti:
1. Kebijakan militer dan keamanan
2. Kebijakan politik dan Integrasi
3. Kebijakan sosial dan ekonomi
4. Kebijakan pemenuhan keadilan
Tantangan dalam proses pembangunan
perdamaian paska konflik

1. Masih kuatnya warisan kekuasaan masa konflik yang bertahan hingga paska
damai
2. Keadaan demokrasi dan institusi Pemerintahan yang lemah
3. Lebih dari satu aktor konflik yang melakukan kekerasan sistematik, yang
menyebabkan kompleksitas proses pembangunan paska konflik
4. Pe-nafi-an upaya pemenuhan keadilan bagi korban konflik
5. Distribusi peace dividend yang tidak merata dan hanya bertumpu pada aktor
konflik yang dapat menimbulkan kecemburuan sosial.
6. Dsb.
Bagaimana proses pembangunan
perdamaian paska konflik di Aceh?
1. ??
2. ??
3. ??
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai