Anda di halaman 1dari 73

ETIKA DAN

FILSAFAT
KOMUNIKASI

M NAJIB HUSAIN
TUJUAN PERKULIAHAN

 Menjelaskan dengan baik


ontologi komunikasi,
epsitemologi komunikasi,
aksiologi komunikasi

 Menjelaskan implementasi
berbagai paradigma dan
tradisi kajian komunikasi
penelitian dan kajian
terhadap berbagai konteks
komunikasi khususnya
komunikasi organisasi dan
media massa..
MATERI PERKULIAHAN
1. Konsep dasar filsafat Komunikasi
2. Filsafat , Pengetahuan, Ilmu dan filsafat ilmu
3. Filsafat dan Ilmu Komunikasi
4. Ontologi Komunikasi
5. Epistemologi Komunikasi
6. Aksiologi komunikasi
7. Studi kasus : Realitas komunikasi dalam kajian filsafat
8. Penelitian sebagai basis pengembangan ilmu komunikasi
9. Paradigma Kajian Komunikasi
10. Tradisi Kajian Komunikasi
11. Kajian komunikasi organisasi dan media massa dalam prespketif
tradisi sosiopsikologis dengan paradigma positivisme
12. Kajian media massa dalam prespketif semiotika dan sosiokultural
dengan paradigma konstruktivisme
13. Kajian komunikasi organisasi dalam prespektif tradisi sibernetika
dengan paradigma positivisme dan tradisi sosiokultural dengan
paradigma konstruktivisme
14. Kajian komunikasi organisasi dan media massa dalam prespektif
teori kritis.
DAFTAR BACAAN

 NINA WINANGSIH SYAM, 2002, REKONSTRUKSI ILMU KOMUNIKASI PERSPEKTIF


POHON KOMUNIKASI DAN PERGESERAN PARADIGMA KOMUNIKASI
PEMBANGUNAN DALAM ERA GLOBALISASI. UNPAD. BANDUNG
 Littlejohn W. Stephen, dan Karen A. Foss. 2009. Theories of Human Communication,
edisi ke-9, Jakarta : Salemba Humanika.
 Morissan, Andy Corry Wardhany. 2009. Teori Komunikasi, Jakarta : Ghalia Indonesia.
 Mufid, Muhammad. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta : Kencana.
 Salam, Muslim. 2011. Dialog Paradigma Metodologi Penelitian Sosial, Makasar :
Masagena Pess.
 Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.
 Syam, Nina, 2010, Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi, Bandung : Simbiosa
Rekatama Media
 ILMU KOMUNIKASI TEORI & PRAKTEK (Onong Uchjana Effendy)
 Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, Jakarta : Indeks.
 Zamroni, Mohammad. 2009. Filsafat Komunikasi, Pengantar Ontologis, Epistemologi,
Aksiologi, Yogyakarta : Graha Ilmu.
FILSAFAT ILMU
Filsafat Ilmu : Ilmu yang mempelajari sebab yang sedalam - dalamnya
mengenai hakekat persolan ilmu.

Hakekat Persoalan Ilmu : • Ontologi • Epistemologi • Aksiologi

Bidang Filsafat :
1. Ontologi/metafisika ➽ apa ilmu itu ?
2. Epistemologi (Bagaimana cara peroleh Ilmu)
a. Logika
b. Metodologi
c. Filsafat ilmu
3. Aksiologi (nilai) : Untuk apa ilmu itu dipergunakan
a. Etika : Cabang filsafat yang mempelajari baik/buruk tindakan
b. Estetika : Cabang filasafat yang mempelajari indah/tidaknya tindakan
Di sekitar kita……………….
 187 preman di tangkap saat Hari Valentine
 Bahasa alay dalam pergaulan Mahasiswa Komunikasi
 Masih Adakah media massa yang Independen
 Kota kendari tanpa sejarah
 Pemulung di kota kendari
 Pergaulan bebas di kota kendari
 Kehidupan mahasiswa dirumah kost
 Makanan Halal Atau Haram
 Darurat Narkoba
 Media lokal dan pembangunan daerah
 Objek materia – manusia,
objek forma –tindakan manusia

 Etika berisi norma dan nilai- nilai yg


digunakan dlm kehidupan sehari -hari
Objek Etika :
♦ Manusia dinilai manusia lain dari tindakannya
Katagori penilaian tindakan : ➽ ● baik – buruk (etika)
● Indah – jelek (estetika)
● Sehat – kurang sehat ➽ dari segi
kesehatan/medis
♦ Tindakan dinilai Baik - Buruk (etika) terhadap orang lain berarti tindakan
itu dilakukan dengan sadar atas pilihan atau dengan sengaja.
• Faktor kesengajaan mutlak ada dalam penilaian baik-buruk ➽ disebut
penilaian kesadaran etis / moral
• Sengaja : Berarti ada rasa tahu dan bisa memilih.
Tidak ada Kesengajaan maka tidak ada
penilaian baik – buruk
• Tahu dan memilih ➽ harus ada dalam penilaian moral
• Etika, khusus dilakukan pada tindakan - tindakan manusia yang dilakukan
dengan sengaja
♦ Objek Materia Etika : Manusia
♦ Objek Forma Etika : Tindakan manusia yang dilakukan dengan sengaja
♦ Objek Materia Etika : Manusia
♦ Objek Forma Etika : Tindakan manusia yang dilakukan dengan sengaja
♦ Penilaian Etis hanya dapat dilakukan jika ada kehendak bebas ═ kehendak
memilih
♦ Manusia tidak bebas,karena dipengaruhi 2 hal, yaitu :
- Determinisme materialistik
“ Manusia berada di alam,sehingga ia harus tunduk
oleh hukum-hukum alam”
- Determenisme Religius.
“ Kehendak manusia ditentukan Tuhan, karena ia
maha kuasa”
Definisi Etika:

• Etika sebagai filsafat moral.


• Etika = Pemikiran kritis dan
mendasar mengenai ajaran-
ajaran moral atau
• Etika sbg Ilmu ttg moralitas.
Pengertian Etika

Kamus Besar Bhs. Indonesia (1995) Etika


adalah Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat

Maryani & Ludigdo (2001) “Etika adalah


Seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang
mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan
maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh
sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi”
 Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani
‘ethos’  adat istiadat/ kebiasaan yang baik

 Perkembangan etika yaitu Studi tentang kebiasaan


manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang
dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan
perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya
 Etika disebut juga filsafat moral adalah
cabang filsafat yang berbicara tentang
praxis (tindakan) manusia.

 Etika tidak mempersoalkan keadaan


manusia, melainkan mempersoalkan
bagaimana manusia harus bertindak.

 Tindakan manusia ini ditentukan oleh


bermacam-macam norma.
Tugas :
Buat Ringkasan (tulis tangan)
maksimal 5 halaman dari
NINA WINANGSIH SYAM, 2002,
REKONSTRUKSI ILMU KOMUNIKASI
PERSPEKTIF POHON KOMUNIKASI DAN
PERGESERAN PARADIGMA KOMUNIKASI
PEMBANGUNAN DALAM ERA
GLOBALISASI. UNPAD. BANDUNG
Etika atau Moral
 Memalukan 250 Juta ?
Asas- Asas Etika
 Benefincence
Kewajiban untuk berbuat baik
 Norma leficence
Tidak melakukan hal-hal yang merugikan
orang lain
 Respect for reason and justice
Menghormati manusia dan keadilan
Jenis Etika
1. Etika Deskriptip
Membahas tingkah laku secara cermat,
untuk memberi tanggapan moral yang
telah diterima dan digunakan. (suatu
perbuatan yg dianggap betul/benar
dilakukan berdasarkan kesadaran moral))
2.Etika Normatif
Membahas tingkah laku manusia untuk
menetapkan kaidah, norma utk perbuatan
baik -buruk
3.Etika individu : membahas tingkah laku
berkaitan dg kewajiban manusia dan sikap
terhadap dirinya sendiri
4.Etika sosial : membahas tingkah laku dan
perbuatan manusia dalam hubungannya dg
manusia lain di masyarakat
5.Etika terapan : membahas etika dalam
profesi tertentu. etika guru, etika politik.
etika kedokteran
6.Meta etika; membahas logika khusus dari
ucapan-ucapan etis.
TEORI ETIKA LINGKUNGAN JOHAN GALTUNG
 Etika Egosentris
yg baik/buruk bagi individu adalah
baik/buruk bagi masyarakat
 Etika Homosentris
baik/buruk berdasarkan tujuan dari
tindakan utk dilakukan semakin banyak
orang
 Etika Ekosentris
Baik/buruk di lingkungan masyarakat, baik
/buruk bagi dirinya
SISTEM PENILAIAN DLM ETIKA
 Tingkat pertama
Sebelum lahir jadi perbuatan, jadi masih
berupa rencana dalam kata hati, nilai
 Tingkat ke 2
Sesudahnya sudah berupa perbuatan
nyata/pekerti
 Tingkat ke 3
Akibat atau hasil dari perbuatan itu baik
atau buruk
Etika ≠ Moral
 Dalam
bahasa
sehari-hari,
etika
sering
disamakan
dengan
moral. Memukul seorang perempuan,
tidak beretika atau tidak
bermoral ?
Norma :
 Secara Etimologi :
Norma (bahasa Latin) = penyiku (alat tuk Kayu)
Norma : pedoman, ukuran, aturan/kebiasaan
 Fungsi Norma :
a. Sebelum terjadi sesuatu,dipakai sebagai pedoman/haluan untuk
menunjukan bagaimana sesuatu terjadi.
b. Sesudah terjadi sesuatu, dipakai sebagai ukuran untuk
mempertimbangkan apakah sesuatu itu terjadi seperti yang
seharusnya.
 Fungsi Norma kalau diterapkan pada perilaku manusia :
a. Berfungsi sebagai pedoman,pemandu, petunjuk, perintah hukum :
bagaimana seharusnya manusia berperilaku dihari depan.
b. Berfungsi sebagai ukuran sesudah perbuatan selesai :apakah
perilaku sesuai norma atau tidak.
Bentuk-bentuk Norma :

1.Peraturan Sopan-Santun ➽ hanya berdasarkan konvensi


2.Norma Hukum ➽• Pelaksanaannya dapat dituntut/
dipaksakan
• Pelanggarannya dapat ditindak
(oleh penguasa sah)

3. Norma Moral ➽ Norma yang menjadi dasar menilai


seseorang dari segi baik-buruknya.
“Semua kesepakatan mengenai baik - buruk dalam masyarakat disebut
norma etika masyarakat tersebut.”

Catatan :
Tanpa adanya Norma kehidupan manusia akan kacau. Manusia tidak
menginginkan keadaan tidak senonoh dan perilaku tidak tertib. Untuk itu
perlu norma sebagai aturan mencapai ketertiban.
Jadi Etika Adalah :
- Ilmu yang mempelajari apa yang baik dan yang buruk, dan tentang
hak dan kewajiban moral.
- Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan
atau masyarakat.
- Ilmu yang secara mendasar akan mendapat jawaban atas
pertanyaan bagaimana manusia harus hidup dan bertindak menurut
norma-norma.
- Mengarahkan manusia agar pada gilirannya dapat mengerti
mengapa harus bersikap begini atau begitu, dan mampu bertanggung
jawab atas kehidupan dan tindakan apa yang telah dilakukan.
♦ Etika Komunikasi :
Seorang komunikator dengan motif - motif tertentu berupaya mencapai
tujuan tertentu pada khalayak tertentu dengan menggunakan (secara
sengaja atau tidak) sarana-sarana atau teknik-teknik komunikasi untuk
mempengaruhi khalayak.
Jadi etika komunikasi mempersoalkan penilaian pada :
- Komunikator dan motifnya dalam penyampaian pesan
- Tujuan Komunikasi
- Khalayak sasaran komunikasi
- Sarana dan teknik komunikasi yang digunakan.

B. MANFAAT ETIKA :
- Agar disenangi, disegani, dan dihormati orang lain.
- Memudahklan hubungan dengan orang lain, sehingga melancarkan
kegiatan hidup dan kerja.
- Memelihara suasana menyenangkan di lingkungan keluarga, tempat
kerja, dan handai tolan.
- Memberi keyakinan pada diri sendiri saat menghadap orang lain.
- Meningkatkan citra pribadi seseorang di mata masyarakat.
KESADARAN MORAL

♦ Kesadaran Moral yang sudah timbul disebut


KATA HATI !
orang pingsan → tidak ada kesadaran etisnya
♦ Cara Kerja Kata Hati :
▪ Ada kesadaran atau pengetahuan umum tentang baik - buruk
▪ Setiap orang bertindak secara etis, ada penerangan mengenai
tindakan kenkrit
▪ Sesudah ada tindakan (atas pilihan) ada penentuan (vonis) bahwa
tindakan itu baik/buruk
♦ Penilaian Objektif : tindakan lepas dari subjek yang melakukan
tindakan itu, sehingga lepas pula dari situasinya
dan tindakan itu diukur baik-buruknya diluar
subjek
♦ Penilaian Subyektif : Putusan yang diambil berdasarkan KATA HATI
demi tidak terikat ukuran/norma di luar subjek
♦ Kesadaran Etis/Moral : Pengetahuan bahwa ada baik dan buruk
Objek Material & Objek Formal
Filsafat
 Objek material adalah mengatasi setiap
ilmu, baik dalam hal metode maupun
ruang lingkupnya
 Atau segala sesuatu yang menjadi
masalah filsafat, segala sesuatu yang
dimasalahkan oleh atau dalam filsafat
 objek formal filsafat terarah pada unsur-
unsur keumuman yang secara pasti ada
pada ilmu-ilmu khusus.
Cabang - Cabang Filsafat
 Metafisika ; dibedakan menjadi 3 yaitu : Ontologi,
persolan kosmologi (alam), dan persoalan
antropologi (manusia).
 Efistemologi ; epistemologi pertanyaan pokoknya
adalah “apa yang dapat saya ketahui ?”
 Logika ; objek materilnya adalah pemikiran dan
objek formalnya adalah kelurusan berpikir.
 Etika ; objek material etika adalah tingkah laku
atau perbuatan manusia dan objek formalnya
kebaikan dan keburukan.
 Estetika ; Etika bertalian dengan nilai-nilai moral
sedangkan estetika dengan nilai.
FILSAFAT ILMU

Filsafat ilmu ialah penyelidiki


filosofis tentang ciri – ciri
pengetahuan ilmiah dan cara-
cara untuk memperolehnya
(Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM).
Hubungan Filsafat Ilmu
dengan Ilmu-ilmu

Persamaan dan Perbedaan filsafat dan ilmu


 Filsafat dan ilmu mempunyai banyak
persamaan. Keduanya tumbuh dari sikap
reflektif, sikap bertanya, dan dilandasi oleh
kecintaan akan kebenaran yang tidak memihak.
 Perbedaanya
 Filsafat lebih bersifat inklusif dan bukan
eksklusif.
 Ilmu tertentu menyelidiki bidang – bidang
terbatas.
Hubungan Filsafat Ilmu
dengan Ilmu-ilmu
 Spesialisasi Ilmu
 Semakin maju suatu displin ilmu maka semakin besar pula
kecenderungannya untuk membentuk subdisiplin baru, sehingga
pemisahan dan spesialisasi tidak dapat dihindarkan lagi. Dalam
rangka integrasi ilmu guna mengatasi efek negatif spesialisasi ilmu
maka perlu adanya moral bagi ilmu dan pendukungnya.
 Kerja sama Filsafat dengan ilmu
 Dalam beberapa abad terakhir filsafat telah mengembangkan
kerjasama yang erat dengan ilmu. Filsafat dan ilmu keduanya
memakai metode pemikiran refleksif dalam usaha menghadapi
fakta- fakta dunia dan kehidupan. Interaksi antara ilmu dan filsafat
mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang
dengan baik apabila terpisah dari ilmu. Dan ilmu tidak dapat tumbuh
dengan baik tanpa kritik dari filsafat.
Pohon KOMUNIKASI

S1 : Bentuk Kom, Media


kom, efek Kom

kom Teoritik S2 kom Aplikstif


Kom pemb,
Teori perkembangan membandingkan teroi
Sosiologi kom
KOM
Landasan Ilmu KOM
S3 Akar Ilmu Kom
Mencetuskan dalil2
Membangun Teori baru
Meneguhkan Teori

FILSAFAT
Lingkup Ilmu Komunikasi
1. Interpersonal Communication
Komunikasi Persona 2. Communication With Self

3. Transcendental Communication

BENTUK 4. Serial Communication


SPESIA-
LISASI Komunikasi Kelompok 1. Kuliah
2. Brieving
3. Ceramah
4. Pertemuan2, dsb
MEDIA Komunikasi Massa 1. Jurnalistik
2. Public Relations
3. Penerangan
MEDIA UMUM MEDIA MASSA 4. Propaganda
(Surat, Telepon,
Telex, Telegraph) (Pers, Radio, TV, 5. Agitasi
Film)
6. Advertising
7. Public Speaking
PERUBAHAN OPINI
8. Publicity
PERUBAHAN SIKAP
EFEK 9. Pameran, Dsb
PERUBAHAN TINGKAH LAKU
TUGAS

 Apakah Komunikasi sebagai Ilmu atau


seni
 Apa Objek material Ilmu Komunikasi
 Apa Objek formal Ilmu komunikasi
ETIKA KOMUNIKASI
Etika : - Hendak mencari ukuran baik-buruk
- Hendak mengetahui bagaimana manusia seharusnya bertindak

Komunikasi : Usaha manusia dalam menyampaikan IP


– nya kepada manusia lain.
Jadi :
Etika Komunikasi :
“ Penilaian baik-buruk ataui bagaimana manusia seharusnya bertindak
dalam usahanya menyampaikan IP-nya kepada manusia lain.”

Tanggung Jawab :
Manusia harus bertanggung jawab terhadap tindakanya yang
disengaja.Artinya manusia dapat mengatakan dengan jujur kepada
kata hatinya, tindakan itu sesuai kata hati dan tindakan itu baik.
Tanggung Jawab :➽Kepada kata hati
➽Kepada orang lain.
A. PENGERTIAN :
Etika :
Verderber : Etika adalah standar - standar moral yang mengatur perilaku
manusia bagaimana harus bertindak dan mengharapkan orang
lain bertindak. Etika pada dasarnya merupakan dialektika
antara kebebasan dan tangguing jawab, antara tujuan yang
hendak dicapai dan cara untuk mencapai tujuan itu. Ia
berkaitan dengan penilaian tentang perilaku benar atau tidak
benar, yang baik dan tidak baik, yang pantas atau tidak pantas,
yang berguna atau tidak berguna, dan yang harus dilakukan
atau tidak boleh dilakukan.
I.R. Poedjawijatna : Manusia yang berkepribadian etis adalah manusia
yang
dalam tindakannya selalu memilih yang baik sesuai dengan
penerangan budinya. Manusia yang berkepribadian (etis)
adalah manusia susila.
ILMU
“Koleksi dari pengetahuan-pengetahuan mengenai suatu
objek tertentu secara universal, sistematis, dan
menggunakan metode tertentu”.

PROSES MENCAPAI ILMU


Dalam kaitannya dengan Ilmu Pengetahuan
selalu berakar pada fakta-fakta.

Fakta-Fakta tersebut adalah:


- Diakumulasikan
- Diklasifikasikan
- Disistimasikan
- Dianalisis
- Dibanding-bandingkan
- Digeneralisasikan/disimpulkan
ILMU
Sebagaimana adanya, mencari keterangan tentang posisinya

Pengetahuan tentang sebab akibat

MASALAH
Suatu kesulitan yang menimbulkan pertanyaan.
Bagaimana posisinya dan apa sebabnya.
Munculnya dari alam

Dirinya Sendiri Alam Sekitar


Mempelajari diri sendiri hidupnya,
tingkah lakunya hubungannya Mempelajari alam sekitar alam di luar dirinya

Muncul ilmu tentang manusia atau Muncul ilmu tentang alam sekitar, alam di
Kehidupan bersama manusia yang luar diri sendiri yang kemu-dian berkembang
kemudian diberi nama Ilmu Sosial dan selanjutnya diberi nama Ilmu
(Social Science) Pengetahuan Alam (Natural Science)
Ilmu Sosial: Sosiologi, Hukum, Politik,
Komunikasi, Antropologi, Psikologi, dsb Kedokteran, Biologi, dsb

Yang tidak termasuk pada kedua-duanya: Bahasa, Sastra


(Humanities / Humaniora)
CABANG-CABANG ILMU
(TERBAGI ATAS TIGA KELOMPOK BESAR)

1. ILMU PENGETAHUAN ALAM (NATURAL


SCIENCE):

• BIOLOGI
• FARMASI
• KEDOKTERAN
• ILMU PASTI
• PERTANIAN
• ILMU ALAM
• GEOLOGI
• ILMU TEKNIK
• ANTROPOLOGI FISIK
• DLL .
CABANG-CABANG ILMU
(TERBAGI ATAS TIGA KELOMPOK BESAR)

2. ILMU-ILMU SOSIAL (SOCIAL SCIENCE):


• ILMU HUKUM
• ILMU EKONOMI
• ILMU JIWA SOSIAL
• SOSIOLOGI
• ANTROPOLOGI BUDAYA
• SEJARAH
• ILMU PENDIDIKAN
• ILMU POLITIK
• ILMU KOMUNIKASI
• DLL .
CABANG-CABANG ILMU
(TERBAGI ATAS TIGA KELOMPOK BESAR)

3. HUMANIORA (STUDI HUMANITAS):

• ILMU AGAMA
• ILMU FILSAFAT
• ILMU BAHASA
• ILMU SENI
• DLL .
FUNGSI ILMU
1. DESCRATES

Untuk mengetahui bagaimana membedakan antara benar dan salah


hingga sejelas-jelasnya.

2. R.B.S. FUDYARTANTA

a. FUNGSI DESKRIPTIF
Menggambarkan, melukiskan, dan memaparkan suatu objek atau
masalah sehingga mudah dipelajari oleh peneliti
b. FUNGSI PENGEMBANGAN
Melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan menemukan hasil ilmu
pengetahuan baru
c. FUNGSI PREDIKSI
Meramalkan kejadian-kejadian yang besar kemungkinan terjadi
sehingga manusia dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu
dalam usaha menghadapinya
d. FUNGSI KONTROL
Berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak dikehendaki
FUNGSI ILMU

Tegasnya adalah untuk


kebutuhan hidup manusia di
dalam pelbagai bidangnya
SYARAT-SYARAT ILMU

mengandung:
- objek tertentu
- sistematis
- universal
- menggunakan metode
SYARAT-SYARAT ILMU
OBJEKTIF Mempunyai UNIVERSAL Mempunyai
Mempunyai METODE SISTEM atau
Objek ttt. SISTEMATIS
Untuk mencari Bersifat Umum
sebab akibat dimana-mana
Objek Formal
sama prinsipnya Teratur, tersusun
Objek Materil sesuai aturan ttt.
(Bentuknya)
(Benda)
Ada pengujia thd
Ilmu Sosial lebih teori2 tertentu
berubah-ubah untuk mencapai Sistem
Besi : Lokomotif dibanding Ilmu kesamaan
pacul golok Alam
Manusia : melihat 1. mempunyai unsur-
definisinya. unsur/ elemen-
Komunikasi: pernyataan Ilmu Sosial elemen
Besi/Manusia Manusia: objek/
Psikologi : perilaku/jiwa (Bisa Sama) subjek
Ilmu Alam: manusia 2. mempunyai strutur
Antropologi: Budaya objek (hubungan) yang
Manusia dsb. tersusun, harus
(Objek formalnya berbeda) saling melengkapi
Research Methods. dan saling
Social Research Methods. ketergantungan
Natural Research Methods.
PERBEDAAN ANGGAPAN UMUM DAN ILMU

ANGGAPAN UMUM ILMU


1. Biasanya tidak 1. - mengorganisasikan & mengklasifikasikan
disertai dengan pengetahuan berdasarkan penjelasan.
penjelasan mengapa - berusaha menemukan dan merumus
itu terjadi kan kondisi2 yang menentukan
terjadinya berbagai peristiwa.
2. Mengandung 2. Menjelaskan cakupan atau batasan
konsep2 yang istilah yang dipergunakan dan
pengertiannya luas memperjelas secara khusus hubungan
dan kabur diantara istilah2 itu.
3. Diterima tanpa diuji 3. Secara sistematis dan empiris menguji
kebenarannya dan membangun teori dan hipotesis
yang dinyatakan
4. Tidak pernah 4. Kontrol diperhatikan
mempersoalkan Secara sistematis ilmuwan berusaha
kontrol menghilangkan ikut sertanya variabel2
lain yang menjadi sebab terjadinya
peristiwa tertentu selain variabel yang
dihipotesiskan sebagai penyebab.
5. Seringkali 5. Menjelaskan gejala yang diamatinya,
menggunakan selalu berusaha menghindari
penjelasan metafisis penjelasan metafisis.
PROSES TERBENTUKNYA ILMU

FAKTA
Dikumpulkan (Diakumulasi)

Diklasifikasi

Disistematisasikan

Dianalisis

Disimpulkan

Digeneralisasikan

ILMU
ETIKA DAN HUKUM

1.Etika berbicara tentang pikiran sikap dan tingkah


laku yang dianggap baik dan buruk.
2.Hukum berbicara tentang aturan, ketentuan atau
batasan yang dianggap benar dan salah.
3.Perbedaan Sanksi
4.Perbedaan Daya Laku
5.Perbedaan Mekanisme Pembuatan

Suatu pelanggaran dapat saja dimaafkan atau


bebas secara hukum, tetapi tidak dapat dimaafkan
secara etika (minimal sanksi moral)
MENGAPA KODE ETIK DIPERLUKAN:

 Merupakan acuan/pedoman tingkah


laku yang jelas dalam bertugas.
 Menunjukkan tingkat kepercayaan
terhadap profesi tersebut (akuntabilitas)
 Untuk mencapai tujuan, visi, missi yang
diemban (pesan terwujud)
 Penghargaan terhadap profesi
(penegakkan integritas)
 Merupakan syarat profesionalisme.
SYARAT SUATU LEMBAGA PROFESI
 Pendidikan (knowledge)
 formal dan non-formal
 Ketrampilan / keahlian (skill)
 menulis, pidato, dsb
 Lembaga praktek, pekerjaan penuh waktu
 penerbitan, kantor humas, dsb
 Kode Etik Profesi
 KEJ, Kode etik Kehumasan, dsb
 Berdedikasi tinggi thd pekerjaaan dan bersifat
otonomi
KARAKTERISTIK KODE ETIK PROFESI

 Dibuat oleh lembaga profesi itu sendiri


 Untuk mengatur anggota profesinya
 Pengawasan pentaatan oleh organisasi
 Sanksi atas pelanggaran oleh
organisasi profesi tersebut
PRINSIP KODE ETIK
Pada dasarnya kode etik dibuat atas
prinsip bahwa pertanggungjawab
pentaatannya berada terutama pada hati
nurani masing-masing insan profesional
tersebut.
Rosihan Anwar, salah satu tokoh pers
menyatakan : pers yang tidak
memegang kaidah kode etik sama
dengan “teroris”.
Etika dan Prinsip Utama Jurnalisme
(Dennis Mc Quale)
1. Bebas dan Independen
- Orientasi kepentingan masyarakat luar
- Isi redaksional pers tidak dikontrol secara formal (UU)
2. Tertib dan menciptakan Solidaritas
- Pers terlibat aktif tetapi tidak seperti dipersepsikan
pemerintah, elit politik dll
- Menahan diri : sara, perilaku menunjang
3. Keragaman
- Merefleksikan keragaman masyarakat
- Akses bagi berbagai pihak dan menjadi wacana publik
4. Objektivitas
- Faktual, isinya benar, sesuai fakta tanpa ditambah-
tambahi atau didramatisir, tidak membuat interprestasi
atau opini
- Impartial, tidak memihak, tidak subyektif, Seimbang
ETIKA DAN KOMPETENSI WARTAWAN

Pengertian Kompetensi :
“Kemampuan wartawan untuk melaksanakan kegiatan
jurnalistik yang menunjukkan tingkat pengetahuan dan
tanggung jawab sesuai tuntutan profesionalisme yang
disyaratkan”.
Kompetensi juga diartikan sebagai “kewenangan”
Tiga Katagori Kompetensi :
1.Pengetahuan (Knowledge) : - Umum
- Khusus
2. Keterampilan (Skill) : - Menulis
- Wawancara dsb
3. Dilandasi Kesadaran (Awareness),
mencakup : - Etika
- Kode Etik
- Hukum
Kode Etik Jurnalistik
Asas Demokratis KEJ
 Menghasilkan berita berimbang
 Bersikap independen
 Wartawan Indonesia melayani hak jawan
 Wartawan Indonesia melayani hak koreksi

Asas Profesional KEJ


 Membuat berita akurat
 Menunjukan identitas kepada narasumber
 Menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya
 Selalu menguji informasi
 Dapat membedakan fakta dan opini
 Tidak membuat berita bohong dan fitnah
 Jelas dalam mencantuman waktu peristiwa dan atau
pengambilan/penyiaran gambar
 Mengharga ketentuan embargo,informasi latar belakang
(background infromation) dan off the record
 Rekaulang harus dijelaskan
Asas Moralitas KEJ

1. Tidak boleh beritikad buruk


2. Tidak membuat berita cabul dan sadis
3. Tidak menyebut identitas korban kesusilaan
4. Tidak menyebut identitas korban atau pelaku
kejahatan anak-anak
5. Tidak menerima suap
6. Tidak berprasangka dan diskrimitatif terhadap
jender, SARA dan bahasa
7. Tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin
dan sakit (jasmani & rohani)
8. Menghormati kehidupan pribadi (kecuali untuk
kepentingan umum)
9. Mencabut dan meralat serta (kalau perlu) minta
maaf terhadap kekeliruan berita yang dibuat
Asas Supremasi Hukum KEJ

1. Wartawan tidak melakukan plagiat


2. Menghormati prinsip asas praduga tidak
bersalah
3. Tidak menyalahgunakan profesinya
4. Memiliki hak tolak
Dibandingkan dengan KEWI 1999, KEJ 2006 agak
lebih lengkap. Akan tetapi, kita tidak dapat mengharapkan
tersusunnya kode etik selengkap sebagaimana yang lazim
diperlukan oleh masing-masing media pers sebagai
pedoman dalam menjalankan pekerjaan jurnalistiknya.

Setiap media pers biasanya masih perlu melengkapi


kode etik—yang bersifat umum ini—dengan rincian
panduan bagi para wartawannya. Umpamanya, yang
menyangkut masalah penggunaan bahasa dan petunjuk
perilaku (code of conduct), yang dicatat dalam apa yang
disebut stylebook.
Pengaturan KEJ dalam UU No. 40 Tahun 1999 Tentang
Pers :
 Pasal 1, butir 14: Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan
etika profesi kewartawanan.
 Pasal 7, ayat (2): Wartawan memiliki dan menaati Kode
Etik Jurnalistik.
 Penjelasan pasal 7, ayat (2): Yang dimaksud dengan
“Kode Etik Jurnalistik” adalah kode etik yang disepakati
organisasi wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers.
 Pasal 15, ayat (2), huruf c: Dewan Pers melaksanakan
fungsi [antara lain]: menetapkan dan mengawasi
pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik.
• Pasal 1: Wartawan Indonesia bersikap independen,
menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan
tidak beritikad buruk.

Penafsiran:
a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta
sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan,
paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik
perusahaan pers.
b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai [dengan] keadaan
objektif ketika peristiwa terjadi.
c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan
setara.
d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara
sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian
pihak lain.
Penjelasan
Butir b tentang pengertian “akurat” (kata sifat) atau
“akurasi” (kata benda).

Kata-kata tersebut mengandung makna “kecermatan,


ketelitian, dan ketepatan.” Artinya, informasi yang
dipublikasikan oleh media pers sesuai dengan keterangan
yang didengar wartawan dari narasumber atau sesuai
dengan peristiwa yang disaksikannya.

Akan tetapi, berita yang akurat tidak selamanya dapat


dipastikan “sepenuhnya mengandung kebenaran,”
walaupun para wartawan haruslah didorong agar
berusaha mencari kebenaran dalam setiap informasi yang
hendak dipublikasikan.
• Pasal 2: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara
yang profesional dalam melaksanakan tugas
jurnalistik.

Penafsiran:
Cara-cara yang profesional adalah:
a. Menunjukkan identitas diri kepada narasumber.
b. Menghormati hak privasi.
c. Tidak menyuap.
d. Menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya.
e. Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran
gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan
tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang.
f. Menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam
penyajian gambar, foto, suara.
g. Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil
liputan wartawan lain sebagai karya sendiri.
h. Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan
untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan
publik.
Penjelasan butir b,g dan h
Agaknya perlu dijelaskan beberapa pengertian, seperti
yang tercantum pada penafsiran butir b, g, dan h.

Butir b: Menghormati hak privasi atau privacy tidak


berarti bahwa pers samasekali dilarang meliput dan
memberitakan kehidupan pribadi atau privat. Larangan
seperti itu lazimnya hanya menyangkut kehidupan pribadi
yang samasekali tidak berkaitan dengan kepentingan
publik.

Di kalangan para praktisi dan pengamat pers dikenal


konvensi yang berlaku universal bahwa “semakin tinggi
kedudukan atau jabatan seseorang, atau semakin
terkenal seseorang, kian mungkin memberitakan
kehidupan pribadinya.”
Butir g: Larangan kode etik jurnalistik terhadap
plagiarisme sangat keras, seperti juga terhadap tiga jenis
pelanggaran lainnya, yaitu:
• menyiarkan berita yang sejak semula diketahuinya
bohong;
• menerima suap dengan ikatan janji untuk memberitakan
atau tidak memberitakan suatu kasus; atau
• mengungkapkan narasumber anonim, rahasia,
konfidensial yang dapat mengancam jiwa narasumber
itu atau keluarganya.

Hukuman moral bagi wartawan yang melanggar salah


satu larangan ini lazimnya ialah bahwa ia harus serta
merta melepaskan profesi kewartawanan—untuk
selama-lamanya.
Butir h: Dalam upaya melakukan peliputan berita
investigasi (investigative reporting), wartawan dapat
mengabaikan beberapa ketentuan kode etik jurnalistik bila
tidak ada cara lain untuk dapat mengungkapkan suatu
kasus yang penting diketahui oleh publik.

Akan tetapi, pengabaian ketentuan kode etik ini


haruslah berdasarkan alasan yang sangat kuat, misalnya
karena:
• hendak membongkar korupsi atau rencana kejahatan;
• bermaksud mengungkapkan kasus yang mengancam
keselamatan atau kesehatan penduduk.

Selain itu, jika dalam proses peliputan investigatif


terjadi pelanggaran hukum oleh wartawan, maka
konsekuensi hukum tetap harus ditanggung oleh wartawan
tersebut dan media persnya.
• Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu menguji
informasi, memberitakan secara berimbang, tidak
mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi,
serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Penafsiran:
a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck
tentang kebenaran informasi itu.
b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu
pemberitaan kepada masing-masing pihak secara
proporsional.
c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi
wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif,
yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas
fakta.
d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak
menghakimi seseorang.
“Judgmental opinion” adalah murni pendapat reporter
peliput atau redaktur penyunting.
Sedangkan “interpretative opinion” hanyalah upaya
wartawan untuk menjelaskan fakta-fakta di lapangan agar
pembaca, pendengar, dan penonton memahami duduk
perkaranya.
Pembedaan ini penting agar pers masih dapat
menyajikan pemberitaan yang jelas bagi khalayak
dengan memberikan penafsiran atau informasi latar
belakang (background information) bagi fakta-fakta
peristiwa atau masalah.
Tetapi, sebaliknya, wartawan tetap tidak boleh
mencapuradukkan fakta yang ditemukan dalam kegiatan
peliputan dengan opininya sendiri.
• Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak membuat berita
bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

Penafsiran:
a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui
sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak
sesuai dengan fakta yang terjadi.
b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan
secara sengaja dengan niat buruk.
c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis
dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang
semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.
e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip,
wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar
dan suara.
• Pasal 5: Wartawan Indonesia tidak menyebutkan
dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila
dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi
pelaku kejahatan.

Penafsiran:
a. Identitas adalah semua data dan informasi yang
menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang
lain untuk melacak.
b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16
tahun dan belum menikah.
Identitas subjek berita tidak hanya berupa nama
lengkap dan foto, melainkan apa pun yang memudahkan
khalayak melacak keberadaannya, seperti alamat jelas,
nama anggota keluarganya, dan nama rekan kerja atau
teman sekolahnya.

Pers perlu melindungi identitas korban pelecehan atau


perundungan seksual agar mereka tidak mengalami
“trauma kedua,” atau seperti kata pepatah “Sudah jatuh,
tertimpa tangga pula.”

Penting pula melindungi identitas pelaku tindak


kejahatan yang masih kanak-kanak—lazimnya belum
berumur 16 tahun—karena perilaku mereka masih dapat
berubah dan mereka dapat menjadi warga yang baik serta
berguna setelah dewasa.
• Pasal 6: Wartawan Indonesia tidak
menyalahgunakan profesi dan tidak menerima
suap.

Penafsiran:
a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang
mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang
diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut
menjadi pengetahuan umum.
b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang,
benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi
independensi.
Ketahuilah Apa
Yang Kau Tahu
&
Ketahuilah Apa Yang
Kau Tidak Tahu
Wassalam

Anda mungkin juga menyukai