Anda di halaman 1dari 36

A.

Filsafat Moral & Etika Theologis di Perguruan


Tinggi

Menurut Dr Harry Hamersma,kata


filsafat(Yunani) yang artinya cinta akan hikmat
atau cinta akan pengetahuan.
Menurut Prof I.R.Poedjawijatna, kata filsafat
berasal dari bahasa Yunani dari kata fileo dan
sofos yang artinya cinta dan kebijaksanaan.
Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa secara umum filsafat moral adalah ilmu
flsafat praktis normatif tentang kebenaran dan
kesalahan perbuatan individu yang dinilai
berdasarkan akal budi semata.
• Etika kristen adalah suatu pertimbangan tingkah laku
individu terhadap Allah dan terhadap sesama manusia.
• Etika sebagai salah satu disiplin ilmu pengetahuan secara
eksplisit mempunyai hubungan dengan disiplin ilmu
pengetahuan lainnya baik dalam sosiologi: bagaimana og
harus hidup secara individu dan berkelompok di dalam
masyarakat.
• Dalam kajian ilmu Psikologi: mengarahkan seseorang kepada
pertobatan serta membangunnya agar dapat berjuang
melawan gangguan jiwa yang terjadi pada wataknya.
• Dalam kajian Paedagogik: menyelidiki cara-cara dan alat-alat
untuk membentuk serta mendidik generas muda agar
tercapai norma-norma dan nilai-nilai tertentu.
C. Pandangan Theologis Tentang pendidikan
Etika Kristen sebagai MKU
• Dogmatika
– Yoh 4:9 Fungsi Allah yg mengasihi manusia.
– Mengajarkan hal-hal yg hrs diimani
– Menunjuk pd objek iman
• Etika
– Tanggungjawb manusia yg hrs mengasihi Allah.
– Mengajarkan hal-hal yh hrs dilakukan
– Menunjuk aspek kehidupan dan tingkah laku orang
percaya.
D. Fungsi Etika

• Pada hakikatnya etika tidak memiliki pretensi untuk


menjadikan individu langsung dapat bertingkahlaku
baik.
• Membekali setiap individu akan pengertian
moralitas yang lebih mendasar dan kristis.
• Merupakan sarana untuk menyediakan orientasi
kritis berkaitan dengan aneka moralitas yang
kompleks yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Supaya mereka tidak “buta” atau ikut-ikutan saja
dalam menghadapi pluralisme moral tersebut.
E. Fungsi etika teologis/kristen
• Suatu ilmu pengetahuan yang normatif yang
membicarakan tentang apa yang baik. Dengan
etika kristen maka akan dipahami apa yang
dikehendaki Allah dari setiap individu sebagai
gambar Allah.
• Etika akan menjawab setiap masalah-masalah
moral yangs sesuai dengan firman Allah.
F. Tujuan Pendidikan Etika Teologis

 Bumi selalu dan tetap berputar. Demikian halnya


situasi dan kondisi juga akan berubah.
 Dietrich Bonhoeffer dalam tulisannya The world
of conflicts mengatakan: dunia akan dipenuhi
dengan konflik di dlm sesama atau kelompok lain.
Konflik akan terpupus bila manusia sebagai
anggota kelompok dibekali dengan penghayatan
etika sehingga tercipta hidup dan kehidupan yang
etis.
• Etika adalah sikap untuk memahami pilihan
yang seharusnya diambil diantara sekian banyak
diantara sekian banyak pilihan bertingkah laku.
• Tiga hal wajib yg dipertanyakan dalam etika,
yaitu apakah yang benar?apa yang baik, dan
apa yang adil.
• Dengan mempelajari seluruh teori etika,
manusia akan menjadi manusia yang
sebenarnya jika ia menjadi manusia yang
bersikap etis sebagai buah kasih tangan Tuhan.
G. Objek Etika :
♦ Manusia dinilai manusia lain dari tindakannya.
Katagori penilaian tindakan : ➽●baik–buruk(etika)
● Indah – jelek (estetika)
● Sehat – kurang sehat ➽ dari segi
kesehatan/medis
♦ Tindakan dinilai Baik - Buruk (etika) terhadap orang lain berarti tindakan

itu dilakukan dengan sadar atas pilihan atau dengan sengaja.


• Faktor kesengajaan mutlak ada dalam penilaian baik-buruk ➽ disebut
penilaian kesadaran etis / moral
• Sengaja : Berarti ada rasa tahu dan bisa memilih.
Tidak ada Kesengajaan maka tidak ada penilaian baik –Buruk
•Tahu dan memilih ➽ harus ada dalam penilaian moral
• Etika, khusus dilakukan pada tindakan - tindakan manusia yang dilakukan
dengan sengaja
♦Objek Materia Etika : Manusia
♦Objek Forma etika : Tindakan manusia yang dilakukan dengan sengaja
Penilaian Etis hanya dapat dilakukan jika ada
kehendak bebas ═ kehendak memilih
♦ Manusia tidak bebas,karena dipengaruhi 2 hal, yaitu
:
- Determinisme materialistik
“ Manusia berada di alam,sehingga ia harus tunduk
oleh hukum-hukum alam”
- Determenisme Religius.
“ Kehendak manusia ditentukan Tuhan, karena ia
maha kuasa”
H. Persamaan etika dan etiket
• Menyangkut perilaku manusia
• Hanya dipakai menenai manusia dan tidak
diperuntukkan untuk binatang
• Baik etika maupun etiket mengatur perilaku
manusia secara normatif/ apa yang harus
dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan
Perbedaan etika dan etiket

• Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus


dilakukan manusia. Misalnya memberi sesuatu
dengan tangan kiri. Tetapi etika memberi
norma tentang perbuatan itu, apakah suatu
perbuatan boleh dilakukan atau tidak.
Misalnya mengambil barang seseorang itu
tidak diperbolehkan. Apakah orang mencuri
dengan tangan kanan atau tangan kiri, itu
tidak relevan.
• Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, bila
tidak ada orang yg hadir atau saksi mata, maka
etiket tidak berlaku. Misalnya cara kita makan
tidak boleh mengeluarkan suara, atau
menggoyangkan kaki disebut melanggar
etiket. Ttp jika saya makan sendiri, tidak
melanggar Etiket.Sebaliknya etika selalu
berlaku, juga kalau tidak ada saksi mata.
Larangan untuk mencuri tetap berlaku
walaupun tidak ada saksi mata.
• Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak
sopan dalam suatu kebudayaan, bisa saja
dianggap sopan dalam kebudayaan yang lain.
Mis: makan dengan tangan atau bersendawa
saat makan. Tetapi etika jauh lebih absolut.
Mis: jangan mencuri, jangan membunuh
merupakan prinsip etika yang tidak bisa
ditawar-tawar.
Pembagian Filsafat Moral

• Filsafat moral umum/etika dasar


Menguraikan prinsip-prinsip logis yang harus
memerintah segala perbuatan individu secara
luas.
• Filsafat moral khusus/etika terapan
Penerapan prinsip-prinsip dasar tersebut pada
pola-pola tingkah laku individu.
Ajaran Moral dan Etika

• Kata yang cukup dekat dengan etika adalah moral.


• Menurut ensiklopedia moral: kelakuan lahir
seseorang. Sedangkan etika: bukan hanya kelakuan
lahir seseorang, tetapi juga menyinggung motif-
motif perbuatan seseorang yang lebih dalam.
• Moral: ajaran kesusilaan yang dipelajari secara
sistematis dalam etika.
• Perbedaan etika dan kesusilaan: dilihat dari
realitas kehidupan sehar-hari, yaitu bahwa
kesusilaan adalah suatu norma dan terikat pada
tradisi dan masa lampau tetapi etika tidak.
Perbedaan etika dan moral
• Dapat dilihat melalui contoh 1 berikut:
Dulu orang batak hidup dalam satu rumah dalam
beberapa generasi. Maka untuk menjaga agar
tidak ada perilaku yang menyimpang dibuatlah
peraturab: menantu laki-laki dan menantu
perempuan tidak boleh bertegur sapa. Namun
sekarang orang batak sudah jarang bahkan tidak
lagi hidup dalam satu rumah dan orang kristen
batak sudah hidup dalam nilai-nilai moral etis
kristiani. Maka peraturan moral/kesusilaan diatas
sudah dapat ditinjau ulang secara etis kristiani.
• Contoh 2:
Dalam acara adata orang batak seorang wanita/ibu-
ibu diwajibkan untuk memakai kain sarung atau ulos
agar nampak sopan. Hal itu telah menjadi kebiasaan
yang harus dipatuhi. Secara etis hal itu tidak lagi
merupakan keharusan apalagi bagi ibu-ibu yang
tinggal di kota yang harus naik angkot/bus ketempat
acara adat.
 Kesimpulan: etika dan moral tidak berada pada tingkat
yang sama. Etika memberikan pemahaman dan
pengertian bagaimana kita dapat mengambil sikap
yang bertanggungjawab terhadap berbagai ajaran
moral.
Metode Filsafat Moral
Menurut Dr W.Poespoprodjo: ilmu mempunyai dua
jalan sebagai upaya untuk mendekati sasarannya.
• Metode deduktis, sintesis, atau rasional.
Bertitik tolak dari prinsip-prinsip yang kemudian
menguraikan ke arah penerapannya. Digunakan
dalam ilmu matematika.
• Metode induktif, analitis atau empiris.
Metode yang mempedomani pengalaman dan
bergerak maju dengan cara observasi, eksperimen
dan membuat klasifikasi untuk menyusun hukum-
hukum yang umum. Digunakan dalam lmu alam.
• Filsafat moral menggunakan metode
campuran. Filsafat moral menguraikan,
mengembangkan seluk beluk implikasi prinsip-
prinsip moral dan menunjukkan penerapannya
pada berbagai suasana situasional perbuatan
individu. Oleh karena itu filsafat moral juga
bersifat praktis, yaitu berbicara tentang
kehidupan sebagaimana nyatanya dalam
hidup yang bisa sampai melalui empiris.
Sumber Ajaran Moral
• Adat istiadat
Berasal dari bahasa arab (ada): kebiasaan, aturan, cara, kelakuan
yang sudah lazim. Adat-istiadat: kumpulan peraturan dan
norma-norma hidup yang berlaku di dalam persekutuan suatu
masyarakat. Latar belakang penganutan peraturan ini adalah
pola hidup masyarakat yang naturalis tanpa da ketentuan hukum
yang mengikat. Sehingga kehidupan masyarakat seperti ini diatur
oleh tata tertib kosmos. Cth india, konfusi dan budha.
Masyarakat seperti ini mempunyai adat istiadat yang
dipergunakan untuk memelihara kosmos. Peristiwa-peritiwa
yang mengganggu masyarakat dipahami sebagai tidak
dipeliharanya hubungan antara mikro kosmos dan makro
kosmos. Cth banjir, gempa, Dsb. Karena itu manusia sebagai
mikrokosmos, harus menyesuaikan segala aspek kehidupannya
pada tata tertib kosmos, mis perkawinan, kematian, bercocok
tanam.
Hukum kodrati

• Pada mulanya dipahami hanya dalam filsafat Yunani.


Seneca, epikletus, marcus aurelius, yang hidup pada
zaman kekaisaran romawi yang terdiri dari berbagai
bangsa, agama dan suku-suku. Sebagai akibat
penjalinan hubungan ini perlu rasanya ada norma-
norma atau tata tertib yang mengatur persekutuan
yang dapat diterima semua pihak. Menurut mereka
yang baik adalah segala sesuatu yang sesuai dengan
tata tertib kosmos. Sedangkan yang jahat adalah
yang bertentangan dengan tata tertib kosmos. Sesuai
dengan tabiat manusia yang baik, setiap individu
dapat berbuat baik. Individu yang berbuat baik tanpa
pamrih adalah kelompok berhikmat yang sejati
SUMBER-SUMBER PENGETAHUAN TTG ETIKA TEOLOGIS
 ALKITAB, sebab hanya Alkitab yg memberikan
jawaban yg tepat untk pertnyaan etika, diluar
itu adalah relatif.
 Sumber pembantu yaitu tradisi gereja, yg
merupakan hasil pergumulan jemaat
sepanjang abad yg dilukiskan oleh bapa-bapa
gereja dan diuji dgn terang Alkitab agar layak
dijadikan pedoman etika teologis saat ini.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS

• CTH KASUS:
Menurut penelitian medis, seorang pasien masih akan
dapat bertahan hidup kira-kira 3 bulan, apabila ia tetap
tinggal di RS dan mengkomsumsi obat-obatan yg cukup
mahal dibandingkan dgn kemampuan ekonomi pasien
• Pertanyaan: apakah etis bila dokter mengusulkan agar
pasiennya tsb dibawa pulang dan tdk perlu lagi
mengkomsumsi obat-obat mahal, yg pasti akan
membebani keluarganya setelah ia mati 3 bln kemudia?
• Ini bukanlah keputusan yg mudah sehingga dibutuhkan
langkah-langkah untuk mengambil keputusan agar dpt
memadai secara moral.
Perbedaan Akal Budi dengan Hati Nurani

• Akal budi: rasio/ pemikiran individu.


• Hati nurani: bahasa latin/comscientia. Bahasa
Yunani/sunaidesis. Sama-sama artinya: mengetahui dengan
sadar perbuatan sendiri.
• Dalam diri setiap individu terdapat suatu kesadaran untuk
melakukan tingkah laku yang bermoral. Penolakan akan
perintah ini merupakan pelanggaran moral. Sesuatu yang
disebut hati nurani yang terdapat dalam diri setiap individu
selalu membebani setiap individu untuk melakukan atau
menolak perintah tersebut. Jadi hati nurani adalah sesuatu
yang terdapat dalam diri setiap individu yang bertugas
mengarahkan setiap individu untuk melakukan perbuatan baik.
Langkah-langkah Pengambilan Keputusan Etis Kristen

1. Langkah sebelum keputusan diambil


• Persiapan pengambilan keputusan. Dlm persiapan ini perlu
pertimbangan2 dan kritik2 rasional dan jg keterbukaan,
yaitu memperdebatkan pendapat pribadi yg dicetuskan
suara hati. Perbedaan pikiran2 lain dn calon keputusan yg
sudah ada hrs diperhadapkan sehingga nampak nilai pro
dan kontra yg variabel. Nilai pro dan kontra ini menjadi
dsar pertimbangan untk menentukan mana yg lebih
dominan diantara calon keputusan. Untk penentuan ini
dibutuhkan
• Nasihat dari org lain, misalnya tenaga ahli atau rekan
seprofesi supaya keputusan tsb dikoreksi
• Cth:Dlm proses abortus, dokter dpt
berpedoman pd sikap umum yg sudah
ditetapkan sebelumnya. Namun bila muncul
pemikiran dan inisitatif baru thdp abortus,
dokter hrs membuka diri untuk suatu debat.
Karena dalam proses pengambilan keputusan,
diperlukan keterbukaan terhadap calon
keputusan yg diperoleh melalui hati nurani.
2. Langkah pd saat mengambil keputusan

• Pertimbangan diperlukan ttp mempunyai batas. Cth dokter yg


menunda untk mengoperasi pasiennya.
• Perlu ditegaskan bahwa keputusan yang dilandasi dengan bisikan
hati nurani tdk menjamin suatu keputusan yg lbh baik
dibandingkan dgn pertimbangan yg dtg dr luar diri si pengambil
keputusan. Baik atau tidaknya suatu keputusan banyak
dipengaruhi oleh pertimbangan yg dilakukan pd saat periapan
pengambilan keputusan.
Kes: Jk ternyata keputusan yg sdh melalui pertimbangan tdk
benar, bukan berarti keputusan itu salah secara moral, ttp yg
salah adalah bhw keputusan itu tdk tlbh dahulu
dipertimbangkan.
Faktor2 Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
a. Literatur; Penggunaan Literatur yg relevan akan membuka cakrawala
pikiran yg ilmiah dlm persiapan pengambilan keputusan. Namun
disamping banyaknya Literatur yg digunakan utk MENDUKUNG
pengambilan keputusan, wibawa ALKITAB sbg literatur utama sangat
memegang peranan dlm persipan pengambilan keputusan.
b. Media; Media cetak maupun elektronik sgt menentukan relevansi
nilai ilmiah suatu keputusan. Karena itu setiap individu yg alpa akan
mengalami kekakuan dlm mengambil suatu keputusan yg relevan.
c. Lingkungan Sosial; Keluarga, Organisasi. Dalam kaitannya dgn
persiapan pengambilan keputusan, setiap individu dpt dipengaruhi
oleh keluarga, rekan-rekan, kelompok-kelompok organisasi yg
dipertimbangkan dgn sebaik mungkin.
d. Agama dan Kepercayaan; Setiap Individu walaupun berbeda Agama
dan kepercayaan mau tdk mau hrs saling membutuhkan dalm proses
pengambilan keputusan. Karena nasihat dan dukungan moril mrk jg
merupakan kontribusi positip dalam pengambilan suatu keputusan.
Cth: Mengadakan suatu pesta dalam lingkungan agama yg berbeda.
ETIKA KERJA
1. Hakikat Kerja
 Menurut Alkitab kerja merupakan hakikat manusia sebagai
mahluk ciptaan Tuhan yang segambar dan serupa dengan Allah
sebagaimana disebutkan dalamm Yoh 5:17, Allah adalah Allah
yang bekerja, Allah yang berkarya dan bukan Allah yang pasif.
 Kerja sebagai panggilan/vocatio Dei (Kej 1:28;2:15) dimana Allah
memberi mandat kepada manusia untuk mengelola dan
memelihara alam ciptaan Allah.
 Kerja sebagai ibadah: menurut Luther dan Calvin tujuan setiap
orang adalah memuliakan Allah, salah satu implementasinya
adalah disiplin dalam bekerja. Kerja yang dilakukan dengan setia,
tekun, rajin, jujur dan bertanggungjawab terhdap sesama.
2. Tujuan Kerja
• Pelayanan:untuk diri sendiri, sesama dan lingkungan serta
kepada Allah pencipta.
• Tujuan kerja tidak hanya untuk memperoleh hasil yang maksimal
saja melainkan juga harus dilihat dari proses dan mekanisme
kerja yang dilakukan.
• Proses kerja harus menampakkan kasih kepada sesama dan rasa
hormat kepada Allah. Cth: seseorang yang memberi sumbangan
dari sebagaian penghasilannya, tetapi ia tidak peduli dengan
cara bagaimana ia memperoleh penghasilan tersebut.
• Aspek keadilan dan kesetiaan serta kejujuran harus menjadi
bagian dari tujuan kerja.
• Kejujuran dalam kerja: kesetiaan menekuni pekerjaan
• Keadilan dalam kerja: konteks upah dan gaji.
3. Penyalahgunaan Kerja
1. Kepuasan kerja.
 Diasumsikan dengan dua aspek: imbalan kerja dan si pemberi
kerja yang menyangkut prinsip keadilan yang ada pada si pemberi
kerja dan juga sikap mental pekerja itu sendiri. Kecenderungan yang
tidak pernah merasa puas ini didasarkan atas hakikat manusia yang
telah dikuasai dosa dimana manusia tidak hanya ingin hidup, tetapi
juga ingin berkuasa.
 Menurut konsep Alkitab, tidak ditolerir sifat manusia yang tidak
merasa puas akan hasil maksimal yang diperolehnya (Mat 6:11;Mat
6: 34
 Dengan kesan ini Alkitab mengajarkan bahwa setiap individu harus
giat berusaha , namun ia harus merasa puas dengan apa yang
diperolehnya.
 Alkitab tidak membeda-bedakan pekerjaan. Tuhan Yesus tidak
memilih pekerjaan atau kedudukan sebagai Raja. Ia mengidentikkan
diriNya sebagai pelayan/hamba (Mat 10:45; Yoh 10).
2. Tanggungjawab Kerja dan Sikap Majikan Terhadap
Pekerja

• Etika kerja menurut kapitalisme (Maxweber) dipahami


dgn kerja keras.
• Menurut Kalvinisme, kerja keras dalam arti rajin dan
tekun bukan “workacholik” atau budak kerja.
• Alkitab banyak menyinggung tentang sikap majikan
atau pemberi kerja tehadap pekerja (Yer.22:13; Im
19:13; Ul 25:14-15; Ef 6 :9; Kol 4:1). Dari ayat ini,
diperoleh kesan bahwa Allah sllu mengecam tindakan
majikan yg tdk memberlakukan keadilan atau meindas
para pekerja melalui pemberian upah kerja yg mini.
• Alkitab jg tdk mentolelir sikap para pekerja yg tdk setia
dan bertanggung jawab atas pekerjaan yg dpercayakan
kepadanya (Ef.6:5-8; Kol 3 : 22 – 25; 1 Tim 6: 1 -2).
• Menurut Alkitab, setiap pekerja yg setia pd pekerjaan
yg dipercayakan kepadanya akan membawa berkat bagi
perusahaan, sdg kan perkerja yg malas akan
menimbulkan penderitaan bg perusahaan (bnd. Kej. 30:
27-30; 39:4-5; Ams.10:26).
• Dengan ini dipahami bahwa hubungan antar majikan
dan pekerja harus seimbang satu sama lain agar kedua
belah pihak satu sama lain.
• Etika kerja memfokuskan kerja pada rasa keadilan dan
hubungan yang harmonis antara majikan dan pekerja.
Pengangguran
• Oleh karena hakekat manusia yg diciptakan
untk bekerja maka penggangguran dikatakan
sbg “pemerkosaan” thdp kemanusiaan krn
sistem komputerisasi kerja telah mengambil
alih peranan manusia dll. pengoperasian
aneka pabrikpengelolaan lahan bahkan thdp
pendiagnosaan penyakit dllDengan demikian
para pengangguran akan merasakan
penderitaan /trauma bagi dirinya (masalah
psikologis) diantaranya:
Tahapan-Tahapan Trauma Pengangguran

• A. shok: merasa marah dan dilecehkan. Pada tahap ini para


penganggur masih mempunyai optimisme masa depan, namun
jiwa mereka pada umumnya menderita tekanan psikis.
• Depresi pesimistis: kaburnya prospek masa depan penganggur
dan juga kaum keluarga. Kondisi ini akan semakin parah dan
akhirnya para penganggur tersebut akan tiba pada suatu fase
penderitaan batin yang biasa disebut inersia/kemelempeman.
• Fatalistis: titik jenuh dalam aneka kekecewaan yang berlarut-
larut. Semakin lama akan tiba pada fase yang memprihatikan,
yaitu putus asa. Fase ini terjadi akibat tidak adanya upaya
pertolongan secara memadai.
Pdt.Imelda Butarbutar.S.Th.M.Psi
• Florence: pernikahan sejenis,diperhadapkan dengan
HAM.
• Elisa: bagaimana standart etika yg baik bagi
mahasiswa.
• Elsa: sebagai org yg masih muda menegur orangtua
dengan tutur kata yang kasar
• Rizki: bayi tabung dlm kedokteran dan dilihat dari
sudut pandang etika kristen.
• Natalia: menyikapi atheis yg memiliki sikap baik dari
org yg beragama.

Anda mungkin juga menyukai