Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus
sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri. dilakukan manusia. Misal : Ketika saya menyerahkan
Misal: Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa sesuatu kepada orang lain, saya harus menyerahkannya
izin karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya
sama artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri” menyerahkannya dengan tangan kiri, maka saya dianggap
merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan melanggar etiket.
apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan
atau tangan kiri.
Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak
orang lain. Misal: Larangan mencuri selalu berlaku, baik seorang diri (ada orang lain di sekitar kita). Bila tidak ada
sedang sendiri atau ada orang lain. Atau barang yang orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka
dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang makan bersama
barang sudah lupa. bersama teman sambil meletakkan kaki saya di atas meja
makan, maka saya dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau
saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka
saya tidak melanggar etiket jika saya makan dengan cara
demikian.
Norma
1. Nilai material
• Nilai material merupakan segala sesuatu
yang berguna bagi tubuh manusia. Contohnya,
barang-barang kebutuhan pokok, pakaian, obat-
obatan, dsb.
2. Nilai vital
• Nilai vital merupakan segala sesuatu yang berguna
bagi manusia untuk melaksanakan aktivitasnya.
Contohnya, buku dan perlengkapan alat tulis bagi
pelajar, komputer bagi orang yang bekerja di bidang
IT, barang-barang perkakas untuk orang pekerja
bangunan, dsb.
Nilai
3. Nilai kerohanian
• Nilai kerohanian merupakan segala sesuatu
yang berguna bagi batin (rohani) manusia. Nilai ini
terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
• Nilai kebenaran yang bersumber dari akal manusia
dan diikuti dengan fakta-fakta yang telah terjadi.
• Nilai keindahan yang berhubungan dengan ekspresi
(perasaan) seseorang mengenai keindahan suatu hal,
seperti karya seni.
• Nilai moral yang bersumber dari perilaku baik dan
buruknya seseorang.
• Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan atau
keyakinan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Moral
• Ada banyak jenis etika yang dapat ditemui. Salah satu contohnya
etika pergaulan. Etika ini digunakan untuk menjalin pergaulan
atau hubungan dengan masyarakat lainnya dalam kehidupan
sosial.
• Etika Pergaulan dibuat agar dalam interaksinya manusia
memiliki hubungan yang sehat dengan sesamanya.
• Situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
mendefinisikan pergaulan sehat sebagai proses menjalin
hubungan sosial yang dilakukan antar individu atau individu
dengan kelompok, yang dilakukan secara sadar.
• Pergaulan yang sehat tentu diharapkan oleh setiap orang, termasuk muda mudi.
Dalam membangun pergaulan yang sehat dibutuhkan kesadaran terhadap etika,
norma, nilai dan moral yang berlaku dalam hidup setiap orang di lingkungan di
mana ia tinggal dan berinteraksi dengan orang lain.
SUARA HATI
• Diambil dari bahasa latin: “conscientia” (bhs latin) lalu
diterjemahkan ke bahsa Inggeris: conscience. Dalam
Bahasa Indonesia, diterjemahkan sebagai “suara hati atau
keputusan suara hati”.
• Suara hati adalah keputusan praktis akal budi yang
membantu seseorang dalam menjalankan atau
membatalkan suatu tindakan.
• Salah satu definisi yang cukup memadai tentang suara hati
berasal dari Prof. Dr. Magnis Suseno, SJ. Menurutnya,
suara hati adalah “kesadaran dalam batin saya bahwa
saya berkewajiban mutlak untuk selalu menghendaki apa
yang menjadi kewajiban dan tanggungjawab saya, bahwa
dari kehendak itulah tergantung kebaikan saya sebagai
manusia, dan bahwa hanya saya sendirilah dapat –dan
berhak untuk- mengetahui apa yang menjadi kewajiban
dan tanggungjawab saya itu”.
HATI NURANI
• Berbeda dengan suara hati, hati nurani
diambil dari kata bahasa Latin: “synderesis”
yaitu kecenderungan kodrati manusia
kepada apa yang baik. Synderesis itu
kapasitas kodrati untuk menghendaki yang
baik.
• Dalam Bahasa Indonesia kata synderesis
dimengerti sebagai hati nurani, yaitu hati
yang dicahayai (bhs Arab: “nur”=cahaya)
oleh Tuhan atau Allah sehingga selalu
terarah kepada yang baik (Prof. Dr. Yong
Ohoitimur).
PERBEDAAN SUARA HATI DAN HATI NURANI
Meskipun perbedaan antara suara hati dan hati nurani agak sulit untuk
dipahami, namun kita sudah bisa melihat beberapa perbedaan, yaitu:
1. Suara hati adalah kesadaran dalam diri kita tentang apa yang harus
dilakukan sebagai kewajiban dan tanggungjawab, sedangkan hati nurani
adalah kodrat manusia untuk terarah kepada kebaikan yakni Tuhan.
2. Suara hati muncul ketika seseorang mengalami konflik atau dilema, lalu
membuat pertimbangan-pertimbangan moral dari dalam dirinya untuk
memutuskan apa yang baik dan benar sedangkan hati nurani semacam
bisikan kebaikan yang telah ada dalam diri setiap manusia.
PERBEDAAN SUARA HATI DAN HATI NURANI
3. Sebagai kodrat maka umat beriman percaya bahwa hati nurani berasal dari Tuhan,
sementara suara hati adalah upaya kesadaran atau nalar manusia untuk bisa
berpihak pada kebenaran dan kebaikan. Jadi, hati nurani membutuhkan proses
berpikir (rasio) untuk membuat keputusan yang baik dan benar, dan ketika
keputusan itu diambil maka ia dikatakan telah mengikuti hati nurani.
4. Oleh karena itu, suara hati merupakan wujud konkrit dari hati nurani dalam situasi
tertentu, yaitu keputusan tentang apa yang mesti dilakukan sebagai kewajiban
moral saat ini dan di sini.
Menurut Prof Dr. Yong, secara sederhana dapat dibedakan bahwa, hati nurani lebih
punya hubungan dengan kapasitas kodrati manusia yang terarah kepada kebaikan,
punya hubungan dengan kehendak. Suara hati menunjuk pada proses pertimbangan
dan keputusan yang diambil dalam situasi dilematis yang konkret.
SUARA BATIN
• Suara batin berbeda dengan hati nurani dan suara
hati, meskipun ketiganya adalah proses internal
dalam diri manusia.
• Suara batin lebih dikenal sebagai hasil
internalisasi atau hasil pembatinan dari norma-
norma yang diterima dari masyarakat, atau
keluarga, atau sekolah dan agama.
• Suara batin ini biasa muncul dalam bentuk
perasaan bersalah. Misalnya karena melakukan
suatu pelanggaran atau melalaikan nasehat orang
tua muncul perasaan bersalah karena dalam batin
kita ada penilaian bahwa pelanggaran aturan itu
tidak baik.
Seks dan Seksualitas
• Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga adalah mahluk seksual karena
diciptakan memiliki jenis kelamin. Seks pada manusia selalu dihubungkan dengan
konsep tentang pembedaan jenis kelamin manusia berdasarkan faktor-faktor
biologis, hormonal, dan patologis.
• Karena dominannya pengaruh paradigma patriarkhis dan hetero-normativitas
dalam masyarakat, secara biologis manusia hanya dibedakan secara kaku ke dalam
dua jenis kelamin (seks), yaitu laki-laki (male) dan perempuan (female). Demikian
pula konsep jenis kelamin yang bersifat sosial, manusia juga hanya dibedakan dalam
dua jenis kelamin sosial (gender), yakni laki-laki (man) dan perempuan (woman).
• Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka
dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada lawan jenis
melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan
senggama seksual, dan melalui perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerakan
tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata.
• Seksualitas dipengaruhi juga oleh budaya dan bersifat individual, karena
dipengaruhi oleh kepribadian dan karakter seseorang, penampilan biologis, serta
perasaan terhadap dirinya secara utuh.
Seksualitas Dalam Perspektif Agama
• Dalam agama-agama langit atau agama wahyu, seksualitas dikaitkan dengan penciptaan
manusia. Adam sang manusia pertama mendapatkan pasangan untuk hidup di dunia,
yang bernama Hawa. Di dalam kebersamaan itulah mereka berdua kemudian
memperoleh keturunan. Jadi di sini, fungsi seksual adalah sebagai sebuah tindakan
prokreasi atau penciptaan kembali manusia-manusia atas kehendak Allah sendiri.
• Di dalam kitab Kejadian (agama Kristen) di sebutkan “Allah memberkati mereka, lalu
Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah
bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di
udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:28).
• Sementara itu di dalam Islam juga ditemukan mengenai seksualitas pada surah Aruum:
21 yang berbunyi “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia ciptakan untukmu
Istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram dan
dijadikanNya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu
menjadi tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berfikir.”
• Dalam agama-agama wahyu seksualitas memang merupakan hal yang sakral, sehingga
seks sebenarnya tidak menjadi hal yang kotor dalam pelaksanaan yang bertanggung
jawab. Seks baru menjadi hal yang kotor, jika dilakukan tanpa komitmen terhadap
pasangan atau berganti-ganti pasangan tanpa adanya ikatan pernikahan. Oleh karena
itulah umat agama Yahudi, Kristen dan juga Islam diperintahkan untuk menjaga
kesakralan seksualitas manusia yang juga merupakan kuasa Allah.
Seksualitas Dalam Perspektif Agama
• Di dalam agama-agama bumi, seksualitas juga merupakan hal yang juga
diperhatikan. Di dalam kitab Manawa Dharmasastram misalnya. Dalam kitab
tersebut diatur kesucian dalam berhubungan seks. Oleh karena itu seks tanpa
ikatan pernikahan merupakan dosa.
• Seks di dalam Hindu tidak melulu soal reproduksi semata melainkan sesuatu
yang suci adanya. Lebih jauh, terdapat aturan soal hubungan seks antara suami
istri. Hubungan seks dilakukan secara sakral yang harus dimulai dengan
membersihkan badan/mandi, kemudian sembahyang memohon restu dewa-
dewi. Agama Hindu juga memiliki pustaka seksologi, Kama Sutra. Dalam pustaka
ini hubungan seks yang dikendalikan kesadaran dan rasa ketuhanan akan
menghindarkan manusia dari hubungan seks yang sadistis dan erotis.
• Dalam Buddhisme seksualitas terkait erat dengan Pancasila Buddhis. Pancasila
Buddhis sendiri merupakan aturan yang harus dijalani umat agar sedapat
mungkin beroleh pencerahan. Seksualitas manusia terkait pada sila ke tiga
Pancasila, yaitu tidak melakukan perbuatan asusila. Dalam Buddhisme, mereka
yang bukan petapa dapat melakukan hubungan seks dalam kehidupan berumah
tangga dengan berpedoman pada sila ketiga. Namun demikian, menghindari
hubungan seksual merupakan hal yang harus dilakukan oleh para Bhikku.
Orientasi Seksual
• Seksualitas merupakan suatu realitas manusiawi. Sesuatu yang bukan berada
di luar manusia dan bukan juga sebagai sesuatu yang hanya merupakan
tambahan pada manusia.
• Orientasi seksual atau kecenderungan seksual adalah pola ketertarikan
seksual, romantis, atau emosional (atau kombinasi dari keseluruhan) kepada
orang-orang dari lawan jenis atau gender, jenis kelamin yang sama, atau untuk
kedua jenis kelamin atau lebih dari satu gender. Umumnya digolongkan dalam
heteroseksual, homoseksual, dan biseksual sementara aseksual (kurangnya
ketertarikan seksual kepada orang lain) kadang-kadang diidentifikasi sebagai
kategori keempat. Ada juga kategori lain seperti pansexual atau
polysexual.
• Orientasi seksual sering juga dikaitkan dengan identitas seseorang
berdasarkan pada atraksi, perilaku terkait, dan keanggotaan dalam komunitas
mereka. Androphilia dan gynephilia adalah istilah yang digunakan dalam ilmu
perilaku untuk menggambarkan orientasi seksual sebagai alternatif gender
konseptualisasi biner. Androphilia menggambarkan daya tarik seksual untuk
maskulinitas; gynephilia menggambarkan daya tarik seksual untuk feminitas.
Seksualitas dalam Peradaban Modern
Artikel:
1. Sabari, Henry, Problem Seksualitas
2. https://media.neliti.com/media/publications/282740-seksualitas-manusia-sebagai-realitas-dan-4c9af186.pdf