Pandangan
Moral
Pernyataan
Etika Moral
Persoalan
Moral
Pernyataan tentang
tindakan manusia,
pernyataan tentang
manusia sendiri
Pernyataan
Bukan moral
Norma
Pada mulanya berarti alat tukang batu atau tukang
kayu yang berupa berarti ukuran segitiga
Pada perkembangannya norma berarti ukuran,
garis pengarah, atau aturan, kaidah bagi
pertimbangan dan penilaian
Nilai yang menjadi milik bersama di dalam satu
masyarakat dan telah tertanam dengan emosi yang
mendalam akan menjadi norma yang disepakati
bersama
Segala hal yang dinilai baik, cantik atau berguna
akan diusahakan supaya diwujudkan kembali di
dalm perbuatan kita
Norma itu kalau telah diterima oleh anggota
masyarakat selalu mengandung sanksi dan
pahala
Tidak dilakukan sesuai norma –
hukuman, celaan, dsb
Dilakukan sesuai dengan norma – pujian,
bala jasa, dsb
Jadi kalau dibuat skema adalah :
Penilaian Nilai
Norma
Macam-macam norma :
Norma khusus, yaitu norma yang hanya berlaku
dalam bidang dan situasi yang khusus, misalnya
bola tidak boleh disentuh oleh tangan, hanya
berlaku kalau dan sewaktu kita main sepak bola
dan kita bukan kiper
Norma umum, ada tida macam
Norma Sopan Santun
Norma ini menyangkut sikap lahiriah manusia
Meskipun lahiriah dapat mengungkapkan
sikap hati dan karena itu mempunyai kualitas
moral, namun sikap lahiriah sendiri tidak
mempunyai kualitas moral
Norma hukum
Norma hukum adalah norma yang dituntut
dengan tegas oleh masyarakat karena
dianggap perlu keselamatan dan kesejahteraan
umum
Norma hukum adalah norma yang tidak
dibiarkan dilanggar
Hukum dipakai untuk menjamin ketertiban
umum
Jadi, yang melanggar norma hukum pasti
dikenai sanksi
Norma moral
Norma moral adalah tolak ukur yang dipakai
masyarakat untuk mengukur kebaikan
seseorang
Maka dengan norma moral, kita benar-benar
dinilai
Itulah sebabnya penilaian moral selalu
berbobot
Manusia tidak dilihat dari salah satu segi
melainkan sebagai manusia
Apakah seseorang sebagai warga negara yang
selalu taat, seorang munafik
Apakah kita ini baik atau buruk, itulah yang
menjadi permasalahan moral
Etika dan Etiket
Kerapkali dua istilah ini dicampuradukan begitu
saja padahal keduanya ada perbedaan dan ada pula
persamaan
Persamaan etika dan etiket adalah :
Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia
Baik etika maupun etiket mengatur perilaku
manusia secara normatif, artinya memberi
norma baik perilaku manusia dan dengan
demikian apa yang harus dilakukan atau tidak
boleh dilakukan (Bertens, 1993)
Perbedaan etika dan etiket adalah :
Etiket, menyangkut cara suatu perbuatan harus
dilakukan manusia, misal menyerahkan sesuatu dengan
tangan kiri, sedangkan etika tidak terbatas pada cara
dilakukannya suatu perbuatan, misal mengambil milik
orang lain tanpa izin
Etiket, hanya berlaku dalam pergaulan, misal makan
sambil berbunyi atau meletakkan kaki diatas kursi,
sebaliknya etika tidak tergantung pada hadir tidaknya
orang lain, misal larangan mencuri selalu berlaku, entah
ada rang lain hadir atau tidak
Etiket bersifat relatif, misal makan dnegan
tangan, sedangkan etika jauh lebih absolut,
misal jangan berbohong, jangan mencuri,
jangan membunuh merupakan prinsip-prinsip
etika yang tidak bisa ditawar-tawar
Jika kita berbicara tentang etiket, kita harus
memandang manusia dari segi lahiriahnya saja,
sedangkan etika menyangkut manusia dari segi
dalam
Kesadaran Moral
Kesadaran moral muncul apabila kita harus
memutuskan sesuatu yang menyangkut hak dan
kebahagiaan orang lain
Contoh jika seseorang mengembalikan uang
pinjaman namun ada sisa uang yang baru
diketahui setelah orang itu pulang. Oleh karena
itu wajib mengembalikan uang itu
Kesadaran yang menyatakan wajib itulah yang
disebut kesadaran moral
Unsur kesadaran moral :
Mengungkapkan kesadaran bahwa kewajiban
moral itu bersifat mutlak
Mengungkapkan rasionalitas kesadaran moral
Mengungkapkan segi tanggung jawab subjektif
Norma Moral Dasar
Ada tiga pertanyaan dasar etika, yaitu :
Apakah yang benar ?
Apakah yang baik ?
Apakah yang adil ?
Apabila diperhatikan keseluruhan teori etika, kita
sampai pada kesimpulan bahwa manusia menjadi
manusia yang sebenarnya jika ia menjadi manusia
etis
Titik tolaknya adalah :
Ia percaya kepada kebenaran, kebaikan, dan keadilan
Ia berusaha sekuat tenaga untuk berbuat secara benar,
baik, dan adil
Sebagaimana dimaklumi, konsep etika didirikan atas dasar
kepercayaan bahwa kehidupan manusia secara
keseluruhan adalah baik, pada dasarnya manusia adalah
baik.
Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan
menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam
rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi
dengan sosialnya, antara rohani dan jasmaniahnya, dan
antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan khaliknya
Kode Etik Profesi
Kode etik adalah daftar kewajiban yang harus
ditaati dan dibuat oleh profesi tertentu itu serta
mengikat semua anggotanya
Profesi adalah suatu moral community
(masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan
nilai bersama
MORAL, NORMA, AGAMA, HUKUM, DAN NILAI
• Moral
Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya
manusia sebagai manusia.
Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia
yang dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.
Norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan
besar salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat
dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan
sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.
Norma moral adalah tolak ukur yang dipakai
masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang,
oleh sebab itu dengan norma moral kita benar-benar
dinilai.
•
Norma/Kaedah
Norma berasal dari kata “norm” yang artinya
pedoman atau patokan bagi setiap orang dalam
bersikap tindak baik terhadap diri orang lain
ataupun terhadap dirinya sendiri.
Daam bahasa Belanda istilah norma disebut juga
“maatregal”, maat artinya sama dengan kaidah yang
berasal dari kata “aqidah”.
Norma yang menjadi pedoman untuk bersikap
tindak terhadap orang lain adalah sopan santun,
norma hukum, dan norma tata tertib. Norma-norma
ini disebut norma insubjektif.
Norma yang diperlakukan sebagai
pedoman untuk bersikap tindak terhadap
diri sendiri misalnya pola hidup yang baik
dan benar, baik dalam berpikir,
berkehendak dan berbuat, norma
pemeliharaan kesehatan tubuh dan norma
tata busana.
Norma yang menjadi patokan/pedoman
untuk bersikap tindak terhadap diri
sendiri disebut norma reflektif.
Kaedah Kepercayaan/Keagamaan
Kaedah kepercayaan atau keagamaan berkaitan
dengan kehidupan beriman.
Kaedah ini mengacu pada kewajiban manusia
kepada Tuhan dan kepada dirinya sendiri.
Sember atau asal kaedah ini adalah ajaran
kepercayaan dan agama yang oleh pengikutnya
dianggap sebagai perintah Tuhan.
Tuhan yang mengancam pelanggaran-pelanggaran
kaedah kepercayaan atau agam itu dengan sanksi.
Kaedah kepercayaan ini tidak ditujukan kepada
sikap lahir, tetapi kepada sikap batin manusia.
Manusia diharapkan memiliki sikap batin sesuai
dengan isi kaedah kepercayaan atau keagamaan.
Contoh:
Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah sesuatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan
yang buruk (Surah Al Isra’ ayat 32)
Janganlah kamu membunuh,
janganlah kamu berbuat zina
(Keluaran 20 :13,14), dan lain-lain.
Kaedah Kesusilaan
Kaedah kesusilaan berhubungan dengan manusia
sebagai individu karena menyangkut kehidupan
pribadi manusia.
Sebagai pendukung kaedah kesusilaan adalah
nurani individu dan bukan manusia sebagai
makhluk sosial atau sebagai anggota masyarakat
yang terorganisir.
Kaedah ini dapat melengkapi ketidak seimbangan
hidup pribadi dan mencegah kegelisahan diri
sendiri.
Kaedah kegelisahan ini ditujukan kepada umat
manusia agar terbentuk kebaikan akhlak pribadi
guna penyempurnaan manusia dan melarang
manusia melakukan perbuatan jahat.
Membunuh, berzina, dan mencuri tidak hanya
dilarang oleh kaedah kepercayaan atau keagamaan
saja, tetapi dirasakan juga bertentangan dengan
kaedah kesusilaan didalm setiap hati nurani
manusia. Kaedah kesusilaan hanya membebani
manusia dengan kewajiban saja.
Asal atau sumber kaedah kesusilaan adalah dari
manusia sendiri, jadi bersifat otonom dan tidak
ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan
kepada sikap batin manusia juga.
Batinnya sendirilah yang mengancam perbuatan
yang melanggar kaedah kesusilaan dengan sanksi.
• Kaedah Sopan Santun (Tatakrama/Adat)
Kaedah sopan santun didasarkan pada kebiasaan,
kepatutan, atau kepantasan yang berlaku dalam
masyarakat.
Kaedah sopan santun merupakan sikap lahir
pelakunya yang konkret demi penyempurnaan atau
ketertiban masyarakat dan bertujuan menciptakan
perdamaian, tata tertib atau membuat “sedap” lalu
lintas antarmanusia yang bersifat lahiriah.
Sopan santun lebih mementingkan lahiriah atau hal
yang formal, misalnya pergaulan, pakaian dan
bahasa kaedah ini tidak semata-mata terkait
individu, tetapi juga terkait makhluk sosial, jadi
menyentuh kehidupan bersama.
Kaedah sopan santun hanya membebani manusia
dengan kewajiban.
Kekuasaan masyarakat secara tidak resmi
memberikan ancaman sanksi jika kaedah sopan
santun itu dilanggar.
Kekuasaan diluar diri kita yang memaksa kita
(heteronom).
Sanksi ini dapat berupa teguran, cemohan, celaan,
dan pengecualian, yang tidak dilakukan oleh
masyarakat secara teroganisir, tetapi oleh setiap
orang secara terpisah yang menghendaki memberi
sanksi.
Sopan santun disuatu daerah tidak sama dengan
yang lain. Berbeda lapisan masyarakat, berbeda
lapisan masyarakat, berbeda pula sopan santunnya.
Kaedah Hukum
Kaedah hukum melindungi lebihlanjut kepentingan
manusia yang sudah mendapat perlindungan dari
ketiga kaedah lainnya. Selain itu, hukum meliungi
kepentingan-kepentingan manusia yang belum
mendapat perlindungan dari ketiga kaedah tersebut.
Kaedah hukum ditunjukan terutama kepada
pelakunya yang konkret, yaitu si pelaku pelanggaran
yang jelas-jelas berbuat, bukan untuk
penyempurnaan manusia, melainkan untuk
ketertiban masyarakat agar masyarakat tertib, tidak
ada korban kejahatan, dan tidak terjadi kejahatan.
Isi kaedah hukum ini ditujukan kepada sikap lahir
manusia, mengutamakan perbuatan lahir.
Agama
Tuhan memberikan benih-benih keagamaan kepada
manusia. Manusia dimana-mana percaya bahwa ada
kekuatan atau kekuasaan yang melebihi kuasa
manusia sendiri.
Agar manusia mendapat perlindungan Tuhan,
manusia mengadakan upacara-upacara pada waktu
dan tempat-tempat tertentu. Berbagai unsur
pengajaran diadakan dalam melakukan upacara-
upacara itu.
Orang yang beragama adalah orang yeng percaya
dan berpegang pada suatu yang disembahnya.
Hukum
Jika kita berbicara tentang hukum, pada umumnya
yang dimaksud adalah keseluruhan kumpulan
peraturan atau kaedah dalam suatu kehidupan
bersama.
Yang berarti, hukum merupakan keseluruhan
peraturan tentang tingkah laku dalam suatu
kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan
pelaksanaanya dengan suatu sanksi.
Hukum mengatur hubungan hukum. Hubungan
hukum terdiri dari ikatan-ikatan antara individu dan
masyarakat dan antara individu itu sendiri. Ikatan-
ikatan tercermin pada hak dan kewajiban.
Dalam usahanya mengatur, hukum menyesuaikan
kepentingan perorangan dengan kepentingan
masyarakat dengan sebaik-baiknya: berusaha
mencari keseimbangan antara memberi kebebasan
kepada individu dan melindungi masyarakat
terhadap kebebasan individu.
Mengingat bahwa masyarakat terdiri dari individu-
individu yang mnyebabkan terjadinya interaksi, akan
selalu terjadi konflik atau ketegangan antara
kepentingan perorangan dan kepentingan
masyarakat. Hukum berusaha menampung
ketegangan atau konflik ini sebaik-baiknya.
Dengan mempelajari materi diatas, kita dapat
memebedakan antara hukum dan moral.
Hukum lebih dikodifikasi daripada moralitas,
artinya dituliskan dan disusun secara lebih
sistematis didalam kitab Undang-Undang, sehingga
norma yuridis mempunyai kepastian lebih besar dan
bersifat lebih obyektif.
Baik hukum maupun moral mengatur tingkah laku
manusia, namun hukum membatasi diri pada
tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral
menyangkut juga sikap batin seseorang.
Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda
dengan sanksi yang berakitan dengan moralitas.
Sanksi hukum sebagian besar dapat dipaksakan,
tetapi sanksi norma-norma etis/moral tidak dapat
dipaksaan.
Hukum didasarkan pada kehendak masyarakat dan
akhirnya kehendak negara (tidak secara langsung
berasal dari negara), sedangkan moralitas
didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi
kekuasaan individu dan masyarakat. Dengan cara
demokratis atau dengan cara lain masyarakat dapat
mengubah hukum, tetapi tidak pernah masyarakat
dapat mengubah/membatalkan suatu norma moral.
Nilai
Nilai merupakan hak manusia dan pertimbangan
etis yang mengatur perilaku seseorang.
Nilai merupakan milik setiap pribadi yang mengatur
langkah-langkah yang seharusnya dilakukan karena
merupakan cetusan dari hati moral yang dalam dan
diperoleh seseorang sejak kecil.
Nilai adalah suatu yang menyempurnakan manusia
sesuai dengan hakekatnya, sifat-sifat (sesuatu) yang
penting atau berguna bagi kemanusiaan, misalnya
kejujuran.
Ada berapa pengertian nilai, yaitu:
Nilai adalah suatu yang berharga, keyakinan yang
dipegang sedemikian rupa oleh seseorang sesuai
dengan tuntutan hati nuraninya.
Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap
pribadi sesorang tentang kebenaran, keindahan, dan
penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau
perilkau yang berorientasi pada tindakan dan
pemberian arah serta makna pada kehidupan
seseorang (Simon dalam Nila Ismani, 2001).
Nilai adalah keyakinan sesorang tentang suatu yang
berharga, kebenaran, atau keinginan mengenai ide-
ide objek, atau perilaku khusus (Jnowski dalam Nila
Ismani, 2001).
Nilai muncul dari pengalaman pribadi seseorang
dan akan berbeda untuk setiap orang. Nilai
memiliki karakteristik, yaitu:
Nilai membentuk dasar perilaku seseorang.
Nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola
perilaku yang konsisten
Nilai menjadi kontrol internal bagi perilaku
seseorang.
Nilai merupakan komponen intelektual dan
emosional dari seseorang yang secara intelektual
diyakinkan tentang suatu nilai serta memegang
teguh dan mempertahankannya.
MANUSIA DAN MASYARAKAT
Menurut kodrat alam, manusia dimana pun pada
zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup
berkelompok-kelompok, dan sekurang-kurangnya
kehidupan bersama itu terdiri dari dua orang,
suami-istri, ataupun ibu dan bayinya.
Dalam sejarah perkembangan manusia tidak ada
seorang pun yang hidup menyendiri, terpisah dari
kelompok manusia lainnya,
Hidup menyendiri terlepas dari pergaulan manusia
dalam masyarakat , hanya mungkin terjadi dalam
alam dongeng belaka, karena untuk berkumpul
dengan sesamanya dalam satu kelompok, hasrat
untuk bermasyarakat.
Aristoteles, seseorang ahli pikir Yunani-Kuno
menyatakan bahwa manusia adalah “zoon politicon,”
artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk pada
dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul
dengan sesama manusia lainnya, jadi manusia
merupakan makhluk yang suka bermasyarakat.
Karena sifatnya yang suka bergaul satu sama lain,
manusia disebut makhluk sosial.
Sebagai individu, manusia tidak dapat mencapai
segala seuatu yang diinginkannya dengan mudah,
misalnya seorang petani baru dapat mengerjakan
tanahnya setelah ia memperoleh alat-alat pertanian
yang dibuat oleh pandai besi dan pakainya bahkan
merupakan hasil karya tukang jahit.
Hasrat untuk hidup bersama memang telah menjadi
pembawaan manusia, dan merupakan suatu
keharusan badaniah utk melangsungkan hidupnya.
Persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang
sama disebut masyarakat.
Jadi,masyarakat terbentuk apabila ada dua orang
atau lebih hidup bersama, sehingga dalam pergaulan
hidup timbul pelbagai hubungan atau pertalian yang
menyebabkan individu saling mengenal dan
memengaruhi.
Dalam usaha untuk mendapatkan keperluan
hidupnya, manusia perlu mendapat bantuan orang
lain, karena hidup menyendiri akan menimbulkan
kesulitan dan tiap usaha akan berhasil jika
dikerjakan bersama serta saling membantu.
Manusia sebagai makhluk individu sosial dalam
berhubungan dengan sesamanya dapat dilihat dari dua
aliran atau pandangan.
Aliran individualisme.
Paham individualisme merupakan cikal bakal
paham liberalisme yang memandang manusia
sebagai makhluk individu yang bebas. Nilai tertinggi
manusia adalah perkembangan dan kebahagiaan
individu.
Aliran kolektivitas.
Paham kolektivitas merupakan cikal bakal
sosialisme dan komunisme, yang menadang sifat
kodrat manusia sebagai makhluk sosial saja.
Individu dipandang sekedar sebagai sarana bagi
masyarakat
Pertumbuhan Masyarakat Sekunder
Masyarakat sekunder yang mempunyai pola hidup
menuju kearah kehidupan moderen cenderung
mengutamakan kepentingannya dengan
menerapkan arus konsumerisme.
Pola hidup masyarakat dengan ciri konsumerisme
dibanding pelayanan kesehatan membutuhkan
akibat merosotnya sikap paternalisme profesi tenaga
kesehatan dalam hubungannya dengan pasien
konsumerisme bertentangan dengan paternalisme.
Penyalahgunaan profesi (provessional abuse) akan
menjadi meluas apabila terus didorong oleh arus
konsumerisme, terutama jika sifat konsumerisme
pasien (The patient knows best) juga semakin luas
yang dikehendaki terhadap pelayanan kesehatan.
Perubahan Masyarakat
Sejak awal tahun 460 SM, sudah ada upaya dan
hippocrates untuk merasionalisasikan kegiatan ilmu
kedokteran.
Perkembangan ilmu pengobatan memang
mengalami perubahan dari sifatnya yang mistis
kearah moralitas dan paternalistis pada sekitar abad
ke-15.
Selanjutnya pada abad ke-18 – 19 terjadi perubahan
kegiatan ilmu kedokteran yang mendapat pengaruh
pertumbuhan ilmu ekonomi dari faktor permintaan-
penawaran dengan pola hidup konsumerisme dan
sekaligus menimbulkan pola hidup komersialisme
yang berdampak terhadap kegiatan ilmu pengobatan
menjadi tindakan sehat
Nilai Moral Profesi
Etika kedokteran erat hubungannya dengan profesi
kedokteran/kesehatan.
Nilai suatu etika profesi tidaksama dengan nilai
etika yang berlaku umum, namun kedua etika itu
mempunyai kesamaan pada kesadaran moral yang
menjadi landasan setiap perbuatan manusia.
Moralitas adalah kualitas perbuatan manusiawi
untuk berperilaku benar atau salah, baik atau buruk
dan perbuatan yang demikian itu dikehendaki atau
tidak (objektif) serta perbuatan itu seseuai atau
tidak dengan suara hati nuraninya (subjektif).
Didalam masyarakat, sering terjadi simpangsiur atau
tumpang tindih antara norma lama yang sudah
memudar dengan tumbuhnya norma baru, atau
datangnya nilai baru karena percampuran
keanekaragaman kelompok kultural yang ada
(akulturasi).
Keadaan yang demikian itu menyebabkan pola sikap
hidup dalam masyarakat yang cenderung bersikap
membatasi untuk mempertahankan nilai-nilai dan
noram-norma yang berlaku sesuai dengan
kesepakatan dari masyarakat yang bersangkutan
Apabila ada anggota masyarakat menentang
pembatasan tersebut, akan dianggap terjadi
pelanggaran dan oleh masyarakat yang bersangkutan
menganggap sebagai sikap tindakan bermoral (imoral)
yang dapat menumbuhkan demoralisasi.
Mayarakat Kelompok Sekunder Dan Etika Profesi
Dalam kelompok masyarakat primer yang
mempunyai hubungan erat (face to face) pada pola
kehidupannya, peneyelesaian konflik saat terjadi
pelanggaran moral cenderung lebih mudah
dilakukan, karena nilai dan moral kelompok
mempunyai daya paksa yang tinggi.
Masyarakat urban, masyarakat industri, dan
masyarakat modern lainnya yang cenderung
memiliki hubungan yang sangat kompleks.
Didalam masyarakat sekunder, orang mulai
menyadari arti pentingnya pembagian kerja dan
upaya spesialisai agar keahlia akan semakin terampil
dan bermutu untuk pelayanan yang lebih baik bagi
peningkatan kesejahteraan hidup bersama.
Setiap panggilan hidup adalah mulia jika diwujudkan
dengan cara bermatabat, yakni dengan penuh
kesungguhan, kecermatan, dan tanggung jawab.
Ciri umum profesi adalah adanya:
1. Pelayanan pada individu secara langsung
(umumnya bersifat konfidensial).
2. Pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu
sebelum melakukan pelayanan.
3. Anggota yang relatif homogen
4. Standar pelayanan tertentu
5. Etik profesi yang ditegakkan oleh suatu organisasi
profesi.
Talcott Parsons (dalam Indar, 2006) Mengemukakan
ciri-ciri khsus profesi sebagai berikut:
a. Disinterestednes atau tidak mengacu pada pamrih
b. Rasionalitas, karena profesi merupakan suatu
sistem okupasi yang perwujudannya dilaksanakan
dengan menerapkan ilmu tertentu.
c. Spesifitas fungsional, para profesional itu memiliki
kewibawaan (otoritas).
d. Universalisme dalam pengertian objektivitas
sebagai lawan dari subjektivitas, yang berati bahwa
landasan pertimbangan proferional dalam
pengambilan keputusan di dasarkan pada “apa
yang menjadi masalahnya” dan tidak pada
“siapa orangnya” atau “keuntungan pribadi apa
yang diperolehnya
Dalam kaintanya dengan etika, syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh suau kelompok masnyarakat
untuk disebut profesi adalah:
a. Penguasaan sistemik pengetahuan tentang
keahlian (a mastery of a systemic body of
knowledge).
b. Menerapakan keahlian yang tinggi , yang
memerlukan pendidikan khusus dan lama.
c. Pekerjaan/full time dan seumur hidup
d. Menunjukan dedikasi yang ideal terhadap
pelayanan kepada masyarakat.
e. Mempunyai monopoli tentang pengetahuannya
f. Adanya kolegialitas
g. Mengatur dan mengontrol diri sendiri
Berdasarkan pengetian di atas, terdapat kaidah-kaidah
pokok etika profesi sebagai berikut:
1. Profesi harus dipandang dan dihayati sebagai
suatu pelayanan, sehingga sifat tanpa pamrih
menjadi ciri khas dalam mengemban profesi.
2. Pelayanan profesional dalam mendahulukan
kepentingan pasien mengacuh pada kepentingan
atau nilai-nilai luhur sebgai norma kritik yang
memotifasi sikap dan tindaka.
3. Pengembanan profesi harus selalu mengacuh pada
masyarakat sebagai keseluruhan.
4. Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung
secara sehat sehinga dapat menjamin mutu dan
peningkatan mutu pengembanan profesi harus
bersemangatkan solidaritas sesama rekan profesi.
Etika prifesi diwujudkan dalam kode etik
yang memberikan araha bagi suatu
pekerjaan profesi dan sekaligus menjamin
mutu moralitas profesi dimata masyarakat.
Kode etik provesi membawa tanggung jawab
profesi yang mengandung tuntutan:
1. Keharusan untuuk menjalankan
profesinyasecara bertanggung jawab
2. Keharusan untuk tidak melanggar hak-
hak orang lain.
Prinsip dasar etika kesehatan adalah:
1. Berkebajikan (beneficienc): kewajiban untuk selalu
berbuat baik.
2. Tidak merugikan (nonmalefisience).
3. Menghormati otonomi pasien (respect for
autonomy): hak setiap pasien untuk membentuk
keputusan bagi dirinya sendiri
4. Keadilan (justice): kewajiban utnuk selalu bersikap
adil.
5. Menjaga kerahasiaan (confidencialipy)
6. Menghormati prifasi
7. Berkata benar (veracity)
KODE ETIK
Kode etik berati himpunan berati himpunan norma
yang disepakati dan ditetapkan oleh dan untuk
pengemban profesi.
Kode etik adalah kumpulan asas dan nilai yang
berkenaan dengan moral, sehingga bersifat normatif
dan tidak empiris seperti halnya pada bhvioral
science.
Tiap profesi mengenal pendidikan/latihan yang
khusus.
Selain itu, tiap profesi harus mengabdi kepada
masnyarakt dan memiliki suatu kode moral, suatu
kode etik tersendiri.
Pengembangan kode rtik profesi untuk dipatuhi dan
dilaksanakan oleh pendukunya mengandung tiga nilai
yaitu:
1. Suatu kode etik profesi memudahkan dalam
pengambilan keputusan secara efisien. Dalm hal
ini kode etik berfungsi sebagai arahan khusus nya
dalam menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan
2. Secara individual para pengemban profesi itu
sering kali membutuhkan arahan dalam
menjalankan tugas profesionalnya.
3. Kode etik profesi para pengemban suatu pola
perilaku yang diharapkan oleh klien/pasiennya
secara profesional.
Secara umum, tujuan kode etik adalah:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra
profesi. Demi menjaga citra serta mencegah pihak
luar meremehkan atau melecehkan profesi kode
etik tiap profesi melarang para anggotanya
bersikap dan melakukan tibdakan yang akan
mencemarkan nama profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggotanya.
3. Untuk menigkatkan pengabdian para anggota
profesi. Kode etik profesi menetapkan tujuan
pengabdian pra anggotanya terutama tugas dan
tanggung jawab pengabdian profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu prifesi.
Kode etik suatu profesi biasanya ditetapkan oleh
profesi yang bersangkutan dalam suatu kongres,
sehingga mempunyai kekuatan mengikat dan
pemberian sangsi yang tegas bagi setiap anggota
profesi yang melakukan pelanggaran terhadap kode
etik.
Dengan demikian kode etik profesi dapat disebut
khusus profesi
Sebagai pedoman dalam bertindak bagi profesi, kode
etik harus memiliki sifat-sifat antara lain:
1. Kode etik harus rasional, tetapi tidak kering dari
emosi
2. Kode etik harus konsisten, tetapi tidak kakuh.
3. Kode etik harus bersifat universal.
Standar profesi
Semua profesional dalam melaksanakan pekerjaanya
harus sesuai dengan apa yang dibamakan standar
(ukuran) profesi.
Adapun tujuan ditetapkanya standar profesi adalah:
1. Melindungi masyarakat (pasien) dari praktik yang
tidak sesuai dengan profes.
2. Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang
tidak wajar
3. Sebagai pedoman dalam pengawasan, pembinaan,
dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
4. Sebagai pedoman untuk menjalankan pelayanan
kesehatan yang efisien dan efektif
HAKEKAT KEHIDUPAN MANUSIA