Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan
masyarakat. Dimana di dalamnya terdapat suatu proses hubungan
antara manusia dengan yang lainnya. Proses hubungan tersebut
berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
secara terus menerus. Antar aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan
sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antara
individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Proses sosial pada dasarnya merupakan
siklus perkembangan dari struktur sosial yang merupakan aspek
dinamis dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan inilah yang
merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku manusia
yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing,
yang diwujudkan dalam proses hubungan sosial. Hubungan-hubungan
sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai
sosial dalam kehidupan masyarakat. Kemudian meningkat menjadi
semacam pergaulan yang tidak hanya sekedar pertemuan secara fisik,
melainkan merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling mengerti
tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam hubungan
tersebut. Misalnya saling berbicara (komunikasi), bekerja sama dalam
memecahkan suatu masalah, atau mungkin pertemuan dalam suatu
pertikaian dan lain sebagainya. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa
proses sosial itu adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis
dalam kehidupan masyarakat.

1
1.2 Rumusan masalah

1. Apakah pengertian dari etika ?

2. Apa saja prinsip-prinsip moral dalam praktik kesehatan ?

3. Apa saja nilai-nilai profesional yang di terapkan dalam


kesehatan?

1.3 Tujuan masalah

1. Agar mahasiswa memahami apa yang di maksud dengan etika.

2. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja prinsip moral dan nilai


profesional yang diterapkan dalam praktik kesehatan .

3. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana hubungan etika


dengan moral, norma dan nilai.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos,


yang menurut Araskar dan David (1978) berarti kebiasaan atau
model prilaku, atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu
untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan, benar
atau tidaknya suatu perbuatan. Dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary of Curret English, AS Hornby mengartikan etika sebagai
sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan prilaku. Menurut
definisi AARN (1996), etika berfokus pada yang seharusnya baik
salah atau benar, atau hal baik atau buruk.Sedangkan menurut
Rowson, (1992).etik adalah segala sesuatu yang
berhubungan/alasan tentang isu moral.

Moral adalah suatu kegiatan/prilaku yang mengarahkan


manusia untuk memilih tindakan baik dan buruk, dapat dikatakan
etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang
dapat dipertanggung jawabkan (Degraf, 1988).Etika merupakan
bagian dari filosofi yang berhubungan dengan keputusan moral
menyangkut manusia (Spike lee, 1994).Menurut Webster’s “The
discipline dealing with what is good and bad and with moral duty
and obligation, ethics offers conceptual tools to evaluate and guide
moral decision making”. Beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa etika merupakan pengetahuan moral dan
susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan,
serta himpunan hal-hal yang diwajibkan, larangan untuk suatu
kelompok/masyarakat dan bukan merupakan hukum atau undang-

3
undang. Dan hal ini menegaskan bahwa moral merupakan bagian
dari etik, dan etika merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral
satu kesatuan nilai yang dipakai manusia sebagai dasar
prilakunnya.Maka etika kesehatan (healthiness ethics) merupakan
bentuk ekspresi bagaimana sebagai tenaga medis seharusnya
mengatur diri sendiri, dan etika kesehatan medis diatur dalam kode
etik setiap bidang kesehatan.

Nilai Secara Umum

Ada beberapa pengertian tentang nilai, yaitu sebagai berikut:


1. Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang
sedemikian rupa oleh seseorang sesuai denagn tututan hati
nuraninya (pengertian secara umum)
2. Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi
seseorang tentang kebenaran, keindahan, dan penghargaan
dari suatu pemikiran, objek atau prilaku yang berorientasi pada
tindakan dan pemberian arah serta makna pada kehidupan
seseorang (simon,1973).
3. Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang
berharga, kebenaran atau keinginan mengenai ide-ide, objek,
atau prilaku khusus (Znowski, 1974)

B. Nilai Moral
Nilai moral tidak terpisah dari nilai-nilai jenis lainnya. Setiap nilai
dapat memperoleh suatu “bobot moral”, bola diikutsertakan dalam
tingkah laku moral. Kejujuran misalnya, merupakan suatu nilai
moral, tetapi kejujuran itu sendiri kosong bila tidak diterapkan pada
nilai lain, seperti umpamanya nilai ekonomis

4
Walaupun nilai moral biasanya menumpang pada nilai- nilai
lain, namun ia tampak seperti sebuah nilai baru, bahkan sebagai
nilai yang paling tinggi. Nilai moral memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berakaitan dengan tanggung jawab kita

Nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia. Yang khusus


menandai nilai moral adalah bahwa nilai ini berkaitan dengan
pribadi manusia yang bertanggung jawab. Nilai-nilai moral
mengakibatkan bahwa seseotang bersalah atau tidak bersalah,
karena ia bertanggung jawab. Suatu nilai moral hanya dapat
diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan yang sepenuhnya
menjadi tanggung jawab orang yang bersangkutan

2. Berkaitan dengan hati nurani


Semua nilai minta untuk diakui dan diwujudkan. Nilai selalu
mengandung semacam undangan atau imbauan. Salah satu ciri
khas nilai moral adalah bahwa hanya nilia ini menimbulkan
“suara” dari hati nurani yang menuduh kita bila mita
meremehkan atau menentang nilai-nilai moral dan memuji kita
bila mewujudkan nilia-nilia moral.

3. Mewajibkan
Berhubungan erat dengan ciri bahwa nilai-nilai moral
mewajibkan kita secara absolut dan dengan tidak bisa ditawar-
tawar. Dalam nilai moral terkandung suatu imperatif kategoris,
Sedangkan nilai-nilai lainnya hanya berkaitan dengan imperatif
hipotesis. Artinya, kalu kita ingin merealisasikan nili-nilai lain kita
harus menempuh jalan tertentu.

5
4. Bersifat formal
Nilai moral tidak merupakan sutau jenis nilai yang bisa
ditempatkan begitu saja disamping nilai-nilai jenis lainnya. Nilai-
nilai moral tidak membentuk suatu kawasan khusus yang
terpisah dari nilai-nilai lain. Nilai-nilia moral tidak memiliki “isi”
tersendiri, terpisah dari nilai-nilai lain. Tidak ada nilai-nilai moral
yang “murni”, terlepas dari nilai-nilai lain. Hal itulah yamg kita
maksudakan dengan mengatakan bahwa nilai moral bersifat
formal.

C. Norma Moral

Dalam bahasa latin arti yang pertama adalah Carpenters


square: siku-siku yang dipakai tukang kayu untuk mengcek apakah
benda yang dikerjakan sungguh-sungguh lurus. Asalusul ini
membantu kita untuk mengerti maksudnya. Dengan norma kita
maksudkan aturan atau kaidah yang kita pakai sebagai tolak ukur
untuk mengukur sesuatu. Ada tiga macam norma umum, yaitu
norma kesopanan atau etiket, norma hukum dan norma moral.
Etiket misalnya benar-benar mengandung norma yang mengatakan
apa yang harus kita lakukan. Norma hukum juga merupakan norma
penting yang menjadi kenyataan dalam setiap masyarakat. Norma
moral menentukan apakah prilaku kita baik atau buruk dari sudut
etis. Karena itu norma moral merupakan norma tertinggi, yang tidak
bisa ditaklukan pada norma lain.

Masalah-masalah yang biasa disebut “relativisme moral’

1. Relativisme moral tidak Tahan uji


Norma-norma moral tidak pernah mengawang-awang diudara,
tapi tercantum dalam suatu sistem etis yang menjadi bagian

6
suatu kebudayaan. Dengan relativisme moral dimaksudkan
pendapat bahwa moralitas sama saja dengan adat kebiasaan,
sehingga suatu etika tidak lebih baik daripada etika lain.
Relativisme moral tidak tahan uji, jika diperiksa secara kritis.
Kritik ini bisa dijalankan dengan memperlihatkan konsekuensi-
konsekuensi yang mustahil.

2. Norma moral bersifat obyektif dan universal


Norma moral pada dasarnya absolut, maka mudah diterima juga
bahwa norma itu bersifat obyektif dan universal
a. Obyektifitas norma moral
b. Universalitas Norma Moral

3. Menguji norma moral


Tes yang paling penting yang kita miliki untuk menguji benar
tidaknya norma moral adalah generalisasi norma. Norma moral
adalah benar jik bisa digeneralisasikan dan tidak benar jika tidak
bisa digeneralisasikan . Menggeneralisasikan norma berarti
memperlihatkan bahwa norma itu berlaku untuk semua orang.
Bila bisa ditujukan bahwa suatu norma bersifat umum, maka
norma itu sah sebagai norma moral.

4. Norma dasar terpenting: Martabat manusia


Dalam mengusahakan refleksi tentang martabat manusia ini
sekali lagi kita mengikuti filsuf jerman, Imanuel Kant. Menurut
kant, kita harus menghargai martabta manusia, karena manusia
adalah satu-satunya makhluk yang merupakan tujuan pada
dirinya. Benda jasmani kita gunakan untuk tujuan-tujuan kita.

7
D. Hubungan Antara Etika Dan Hukum

Menurut Lon Fuller cit. Guwandi, J.(2002), etika adalah bidang


yg menyangkut moralitas aspirasi (the morality of aspiration) dan
hukum adalah yg berkaitan dg moralitas kewajiban(the morality of
duty).

 Etika mengatur apa yg harus dilakukan oleh manusia dan yg


mencakup cita-cita yg harus ditempuh.
 Terhadap perilaku yg tidak etis hrs diberikan sangsi sudah
disepakati sebelumnya oleh dirinya sendiri dan teman
sejawatnya.
 Sebaliknya hukum memberikan batasan-batasan utk
bertindak yg ditentukan sendiri oleh masyarakat, apabila
dilanggar maka orang tersebut beresiko mendapat sanksi
eksternal, seperti penghukuman atau dicabut izin
praktiknya.
 Hal ini menerangkan mengapa kode-kode etik pada
umumnya menyangkut hal-hal yg bersifat umum saja,
sedangkan hukum cenderung lebih terarah spesifik
 Etika dan Hukum adalah 2 disiplin yg cakupan luas bidang
yg saling menutupi (overlapping)

Namun masing-masing disispilin mempunyai parameter yg


berlainan disamping fokusnya juga berbeda.
 Hukum membuat peraturan-peraturan tentang sikap-
tindak yg disepakati masyarakat dan suatu pelanggaran
hukum bisa mengakibatkan tanggung gugat kriminal
atau perdata .

8
 Manajemen risiko adalah suatu cara untuk mengecilkan
risiko penuntutan itu melalui ketentuan-ketentuan
institusi (by laws)
 Sejajar dg pendapat Lon Fuller, dpt dikatakan bahwa
hukum adalah semacam “aplikasi moralitas”.
 Hukum yg baik pada analisis terakhir harus
merefleksikan konsensus moral dan nilainilai dari
masyarakat yg harus dirumuskan oleh hukum.
 Memang pd hakekatnya hukum tidaklah sama dg etika,
shg masing-masing mempunyai sistem dan prinsip yg
berlainan , nmaun tidak dapat dipungkiri bhw terdapat
kaitan erat dan saling pengaruh mempengaruhi.(William
J.Ellos, cit Guwandi,J. 2002)

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tenaga Medis sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan


bertanggung gugat atas pelayanan/asuhan yang diberikan.Oleh
sebab itu pemberian pelayanan/asuhan harus berdasarkan pada
landasan hukum dan etika yang disesuaikan. Standar dalam
beretika di Indonesia sangat diperlukan untuk melaksanakan
praktek didunia kesehatan, sedangkan etika telah diatur oleh
organisasi profesi, hanya saja kode etik yang dibuat masih sulit
dilaksanakan dilapangan karena bentuk kode etik yang ada masih
belum dijabarkan secara terinci dan lengkap dalam bentuk petunjuk
tehnisnya.

B. Saran

Sebagai seorang mahasiswa, khususnya mahasiswa di tenaga


medis, kita harus mengetahui dengan pasti segala bentuk etika
maupun isu etik yang ditetapkan, dan makalah ini merupakan salah
satu bagian pembelajaran yang sesuai.

10

Anda mungkin juga menyukai