2. Nilai moral
1) Hakikat nilai moral
Nilai moral tidak merupakan suatu kategori nilai tersendiri di samping kategori-
kategori nilai yang lain. Nilai moral tidak terpisah dari nilai-nilai jenis lainnya.
Setiap nilai dapat memperoleh suatu ‘bobot moral’, bila diikitsertakan dalam
tingkah laku moral. Walaupun nilai moral biasanya menumpang pada nilai-nilai
lain, namun ia tampak sebagai suatu nilai baru, bahkan sebagai nilai yang paling
tinggi. Hal itu bisa menjadi lebih jelas jika kita mempelajari cirri-ciri khusus nilai
moral.
2) Cirri-ciri nilai moral dibandingkan dengan nilai non-moral
a. Berkaitan dengan tanggung jawab kita
Nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia. Tapi hal yang sama dapat
dikatakan juga tentang nilai-nilai lain. Khusus menandai nilai moral bahwa
nilai ini berkaitan dengan pribadi manusia yang bertanggung jawab.
b. Berkaitan dengan hati nurani
Semua nilai minta untuk diakui, dikomunikasikan, dan diwujudkan. Nilai-nilai
mengandung semacam undangan atau imbauan kearah itu. Tapi nilai-nilai
moral lebih mendesak dan lebih serius. Mewujudkan nilai-nilai moral
merupakan’imbauan’ dari hati nurani. Salah satu cirikhas nilai moral adalah
bahwa hanya nilai ini menimbulkan “suara” dari hati nurani yang menuduh
kita bila meremehkan atau menentang nilai-nilai moral dan memuji kita bila
mewujudkan nilai-nilai moral.
c. Mewajibkan
Berhubungan erat dengan cirri tadi adalah cirri berikutnya bahwa nilai-nilai
moral mewajibkan kita selalu absolute dan dengan tidak bisa ditawar-tawar.
Nilai-nilai lain sepatutnya diwujudkan atau seyogyanya diakui.
d. Bersifat formal
Nilai moral tidak merupakan suatu jenis nili yang bis ditempatkan begitu saja
di samping jenis-jenis lainnya. Biarpun nilai-nilai moral merupakan nilai-nilai
tertinggi yang harus dhayati di atas semua nilai lain.
3. Norma moral
Dengan norma kita maksudkan aturan atau kaidah yang kita pakai sebagai tolak
ukur untuk menilai sesuatu. Ada tiga norma umum, yaitu norma kesopanan atau etiket,
norma hukum, dan norma moral. Norma moral menentukan apakah perilaku kita baik
atau buruk dari sudur etis. Karena itu norma moral adalah norma tertinggi, yang tidak
bisa ditaklukkan pada norma lain. Sebaliknya, norma moral menilai norma-norma lain.
Seperti norma-norma lain juga, norma moral pun bisa dirumuskan dalam nentuk positif
atau negative. Dalam bentuk positif norma moral tampak sebagai perintah yang
menyatakan apa yang harus dilakukan. Dalam bentuk negatif norma moral tampak
sebagai larangan yang menyatakan apa yang tidak boleh dilakukan.
1. Relativesme moral tidak tahan uji
Perkenalan dengan praktek serta pandangan etis yang berbeda-beda dalam
pelbagai kebudayaan dapat menimbulkan relativisme moral. Dengan relativisme
moral dimaksudkan pendapat bahwa norma moral hanya berlaku untuk beberapa
orang atau relative terhadap kelompok tertentu saja dan tidak berlaku selalu dan
dimana-mana. Moralitas dianggap sama dengan adat kebiasaan, sehingga sutu etika
tidak lebih baik daripada etika lain.
Relativisme moral tidak tahan uji, kalau diperiksa secara kritis. Kritis ini bisa
dijalankan dengan memperlihatkan konsekuensi-konsekuensi yang mustahil,
seandainnya relativisme moral itu benar.
a. Seandainya relativisme moral benar, maka tidak bisa terjadi bahwa dalam satu
kebudayaan mutu etis lebih tinggi atau rendah daripada dalam kebudayaan lain.
b. Seandainya relativisme moral benar, maka kita hanya perlu memperhatikan
kaidah-kaidah moral suatu masyarakat untuk mengukur baik tidaknya perilaku
manusia dalam masyarakat itu.
c. Seandainya relativisme moral benar, maka tidak mungkin terjadi kemajuan di
bidang moral.