Anda di halaman 1dari 20

Nilai &

Norma
KARTIKA APRILLIA
1. Nilai

Sesuatu yang kita


Nilai → sesuatu yang
menarik bagi kita, Hans Jonas → jauhi, sesuatu yang
sesuatu yang kita Nilai adalah Nilai selalu membuat kita
melarikan diri, seperti
cari, sesuatu yang The addresse of mempunyai penderitaan,
menyenangkan,
sesuatu yang di sukai a yes “sesuatu konotasi penyakit, atau
yang ditujukan kematian → lawan
dan di inginkan, positif atau kata dari nilai, yaitu
singkatnya, sesuatu dengan kata nilai positif “non-nilai” atau
yang baik (Bertens,
2013) ‘ya’ kita”. disvalue atau nilai
negaitf
Nilai vs Fakta
Fakta Nilai

• Sesuatu yang berlaku, sesuatu


•Sesuatu yang ada atau yang memikat atau
berlangsung begitu saja mengimbau kita
•Fakta ditemui dalam • Nilai berperanan dalam
konteks deskripsi dimana suasana apresiasi atau
semua unsurnya dapat penilaian yang dilakukan
dilukiskan, diuraikan, dan semua orang, akibatnya sering
diterima oleh semua orang terdapat perbedaan penilaian
yang dihasilkan.
•Menyangkut ciri-ciri objektif • Dapat dilihat sebagai nilai atau
•Fakta mendahului nilai non-nilai / objek penilaian
Ilustrasi…..
Kita andaikan saja bahwa pada tahun sekian tanggal sekian di tempat tertentu ada
gunung berapi Meletus. Hal itu merupakan suatu fakta yang dapat dituliskan
secara obyektif. Kita bisa mengukur tingginya awan panas yang keluar dari
kawah, kita bisa menentukan kekuatan gempa bumi yang menyertai letusan itu,
kita bisa memastikan letusan-letusan sebelumnya beserta jangka waktu
diantaranya, dan seterusnya.

Bagi wartawan foto yang hadir di tempat, letusan gunung itu merupakan
kesempatan emas (nilai) untuk mengabdikan kejadian langka yang jarang dapat di
saksikan. Untuk petani di sekitarnya debu panas yang di muntahkan gunung bisa
mengancam hasil pertanian yang sudah hampir panen (non nilai), tapi dalam jangka
waktu yang Panjang tanah bisa menjadi subur (nilai).
Ciri Nilai
Nilai berkaitan dengan subjek. Kalau tidak ada subjek yang menilai, maka
tidak ada nilai juga. Entah manusia hadir atau tidak, gunung tetap Meletus.
Tapi untuk dapat dinilai sebagai “indah” atau “merugikan”, letusan gunung
itu memerlukan kehadiran subjek yang menilai

Nilai tampil dalam suatu konteks praktis, dimana subjek ingin membuat
sesuatu. Dalam pendekatan yang semata-mata teoretis, tidak akan ada
nilai (hanya menjadi pertanyaan apakah suatu pendekatan yang secara
murni teoreritis bisa diwujudkan.)

Nilai-nilai menyangkut filsafat yang “ditambah” oleh subjek pada sifat-sifat


yang dimiliki oleh objek. Nilai tidak dimiliki oleh objek pada dirinya.
Rupanya hal itu harus dikatakan karena objek yang bagi pelbagi subjek
dapat menimbulkan nilai yang berbeda-beda.
2. Nilai Moral
1. Kejujuran, misalnya,
merupakan suatu nilai
moral, tapi kejujuran itu Nilai-nilai yang di
Nilai moral tidak “bohong”, bila tidak di bicarakan sampai
terpisah dari nilai-nilai terapkan pada nilai lain, sekarang bersifat
jenis lainnya. Setiap seperti umpamanya “pramoral”, yaitu nilai-
nilai dapat memperoleh nilai ekonomis. nilai yang mendahului
suatu “bobot moral”, 2. Kesetiaan tahap moral, tapi bisa
bila diikutsertakan merupakan suatu nilai mendapatkan bobot
dalam tingkah laku moral yang lain, tapi moral, karena
moral. harus di terapkan pada diikutsertakan dalam
nilai manusiawi lebih tingkah laku moral.
umum, misalnya, cinta
antara suami istri.
a. Berkaitan
dengan
Tanggung
Jawab

Ciri-ciri
Nilai
b. Berkaitan
d. Bersifat
dengan Hati
Formal
Nurani

Moral
c.
Mewajibkan
Ciri-ciri Nilai Moral

a. Berkaitan dengan Tanggung Jawab kita

Nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia. Tetapi hal yang sama dapat
dikatakan juga tentang nilai-nilai lain. Yang khusus menandai nilai moral
ialah yang berkaitan dengan pribadi manusia yang bertanggung jawab.
Suatu nilai moral hanya bisa diwujudkan dalam perbuatan yang
sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang yang bersangkutan.
Ciri-ciri Nilai Moral

b. Berkaitan dengan Hati Nurani

Semua nilai diminta untuk diakui, dikomunikasikan dan diwujudkan.


Mewujudkan nilai moral merupakan “imbauan” dari hati nurani. Salah
satu ciri khas nilai moral adalah yang menimbulkan “suara” dari hati
yang menuduh bila meremehkan atau menentang nilai moral dan
memuji bila mewujudkan nilai moral.
Ciri-ciri Nilai Moral

c. Mewajibkan

Nilai-nilai moral mewajibkan kita secara absolut dan tidak bisa di tawar.
Nilai-nilai lain sepatutnya diwujudkan atau diakui. Dengan cara lain dapat
dikatakan bahwa kewajiban absolut yang melekat pada nilai moral berasal
dari kenyataan bahwa nilai ini menyangkut pribadi manusia sebagai
keseluruhan dan totalitas. Karena itu kewajiban moral tidak datang dari
luar, melainkan berakar dalam kemanusiaan kita sendiri.
Ciri-ciri Nilai Moral

d. Bersifat Formal

Nilai-nilai moral tidak membentuk suatu kawasan khusus yang


terpisah dari nilai-nilai lain. Jika kita mewujudkan nilai-nilai
moral, kita tidak perbuat sesuatu yang tidak biasa. Tidak ada
nilai-nilai moral yang murni, terlepas dari nilai-nilai lain. Hal
itulah yang dimaksudkan bahwa nilai moral bersifat formal.
Norma Moral

Norma berasal dari bahasa latin yakni Beberapa macam norma, antara lain:
carpenter’s square yang berarti siku- •Norma yang menyangkut benda,
siku yang dipakai tukang kayu untuk contohnya adalah norma-norma teknis
mengecek apakah benda yang yang dipakai untuk menentukan
dikerjakannya (meja, bangku, dll) kelayakan sebuah pesawat, jika
sungguh-sungguh lurus, maksudnya sesuai dengan norma-norma itu,
adalah dengan norma kita maksudkan pesawat diperbolehkan terbang, jika
aturan atau kaidah yang kita pakai tidak pesawat harus diperbaiki dahulu
sebagai tolak ukur untuk menilai sehingga sesuai dengan norma-norma
sesuatu. yang berlaku.
• Norma yang menyangkut tingkah
laku manusia dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Norma Umum, yaitu menyangkut tingkah laku
manusia sebagai keseluruhan. Jenis-jenisnya
yaitu norma kesopanan atau etiket, norma
hokum, dan norma moral.

b. Norma Khusus, yaitu menyangkut aspek


tertentu dari apa yang dilakukan manusia.
Contohnya yaitu norma bahasa.
1. Relativisme Moral Tidak Tahan Uji

Norma-norma moral tidak pernah berawang-awang di udara, tapi tercantum


dalam suatu system etis yang menjadi bagian suatu kebudayaan. Namun ada
banyak kebudayaan, karena itu kebudayaan yang berbeda bias mempunyai
norma moral yang berbeda pula.

Perkenalan dengan praktek serta pandangan etis yang berbeda-beda dalam


berbagai kebudayaan dapat menimbulkan relativisme moral, dan hanya
berlaku untuk beberapa orang atau kelompok tertentu saja. Moralitan
dianggap sama dengan adat kebiasaan, sehingga satu etika tidak lebih baik
dari etika lain. Kalau diselidiki secara kritis, relativisme moral tidak tahan uji.
Karena itu ada kemungkinan lain bahwa norma moral adalah absolut.
2. Norma Moral Bersifat Obyektif dan Universal

Jika norma moral pada dasarnya absolut, maka dapat mudah diterima juga
bahwa norma itu bersifat obyektif dan universal.
• Obyektivitas norma moral, suatu nilai selalu berkaitan dengan subyek. Dalam
artian suatu nilai bersifat subyektif. Hal itu biasa dikatakan semua nilai,
termasuk juga nilai moral. Karena nilai moral menyatakan suatu norma
moral, maka dalam norma moral pun ada unsur subyektif.
• Universalitas norma moral, jika norma moral bersifat absolut maka norma itu
juga harus bersifat universal artinya harus selalu berlaku dan dimana-mana.
Suatu aliran dalam pemikiran moral yang menolak adanya norma universal
adalah “etika situasi
Etika situasi dalam bentuk ekstrim, yaitu:

1. Tanpa ragu-ragu akan kita setujui bahwa perbuatan moral tertentu tidak
tergantung dari situasi. Etika situasi dalam bentuk ekstrim sebenarnya
mengandung kontradiksi. Kalau setiap situasi membutuhkan norma tersendiri,
maka namanya bukan norma lagi dan pemikiran kita tentangnya tidak lagi etika.

2. Jika kita menolak etika situasi yang ekstrim, kita juga harus menolak legalisme
moral, yaitu kecenderungan untuk menegakkan norma moral secara buta, tanpa
memperhatikan sedikitpun situasi yang berbeda-beda. Etika situasi dalam bentuk
ekstrim tidak tahan uji. Etika situasi sebenarnya menyangkal adanya norma dan
pada akhirnya menghancurkan etika.
3. Menguji Norma Moral
Ada beberapa tes untuk menguji kebenaran norma moral antara lain:

a. Konsistensi, suatu norma moral harus konsisten, sebab kalau tidak pasti
tidak bisa berfungsi sebagai norma. Konsistensi adalah suatu tuntutan dari
logika.

b. Generalisasi Norma, norma moral adalah benar jika bisa di generalisasi


dan tidak benar jika tidak bisa di generalisasi. Menggeneralisasi norma
berarti memperlihatkan bahwa norma itu berlaku untuk semua orang.
4. Norma Dasar Terpenting: Martabat
Manusia

Sebelumnya kita bedakan antara norma Dalam pandangan seorang filsuf Jerman,
dasar dan norma konkret yang Immanuel Kant, kita harus menghormati
mewujudkan norma dasar dengan norma martabat manusia, karena manusia
tertentu. Kami mengakui kemungkinan adalah satu-satunya makhluk yang
adanya beberapa norma dasar. merupakan tujuan pada dirinya.
Binatang juga kita pakai sejauh bermanfaat bagi kita. Tapi manusia adalah
tujuan sendiri yang tidak boleh ditaklukan pada tujuan lain karena manusia
adalah makhluk bebas dan otonom yang sanggup mengambil keputusannya
sendiri.

Martabat manusia selalu harus dihormati dan tidak pernah manusia boleh
diperalat, dan dimanipulasi demi tercapainya tujuan yang terletak di luar
manusia itu. Yang harus dihormati adalah manusia yang bersatu dengan alam
dan tidak bias diterima, jika alam dikorbankan kepada kepentingan manusia
yang berat sebelah.

Anda mungkin juga menyukai