Anda di halaman 1dari 48

NILAI-NILAI DALAM PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

NILAI

NILAI (HARGA; SIFAT-SIFAT (HAL-HAL) YANG PENTING ATAU BERGUNA BAGI KEMANUSIAAN MENILAI BERARTI MENIMBANG, YAITU KEGIATAN MANUSIA MENGHUBUNGKAN SESUATU DENGAN SESUATU, UNTUK SELANJUTNYA MENGAMBIL KEPUTUSAN KEPUTUSAN YANG DAPAT MENGATAKAN BERGUNA ATAU TIDAK BERGUNA, BENAR ATAU TIDAK BENAR, BAIK ATAU TIDAK BAIK, RELIGIUS ATAU TIDAK RELIGIUS SESUATU DIKATAKAN MEMPUNYAI NILAI APABILA SESUATU ITU - BERGUNA BENAR (NILAI KEBENARAN) - INDAH (NILAI ESTETIS) - BAIK (NILAI MORAL) - RELIGIUS (NILAI AGAMA)

Definisi nilai
Perbedaan cara pandang dalam memahami nilai berimplikasi pada perumusan definisi nilai (Mulyana, 2004: 9-10): a. Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya (Gordon Allport, 1964). b. Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif (Kuperman, 1983). c. Nilai adalah alamat sebuah kata ya atau nilai adalah sesuatu yang ditunjukkan kata ya (Hans Jonas Bertens, 1999).

d. Nilai sebagai konsepsi dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara tujuan antara dan tujuan akhir tindakan (Kluckholm Brameld, 1957).

nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan

KEGUNAAN NILAI

DIJADIKAN LANDASAN, ALASAN ATAU MOTIVASI DALAM SEGALA PERBUATANNYA PELAKSANAAN NILAI (BIDANG OPERASIONAL) DIJABARKAN DALAM BENTUK KAIDAH/NORMA/UKURAN (NORMATIF) SEHINGGA MERUPAKAN SUATU PERINTAH/KEHARUSAN, ANJURAN ATAU MERUPAKAN LARANGAN/TIDAK DIINGINKAN/CELAAN

Nilai dan fakta


a. Nilai itu ada, tapi tidak mudah difahami. b. Sifatnya yang abstrak dan tersembunyi di belakang fakta. c. Nilai lahir dari sebuah konsekuensi penyikapan atau penilaian atas sesuatu hal yang faktual. d. Nilai itu ada ketika seseorang melihat sesuatu kejadian, merasakan suatu suasana, mempersepsi suatu benda atau merenungkan suatu peristiwa. e. Jarak antara nilai dan fakta sifatnya relatif bergantung pengalaman dan pengetahuan seseorang. f. Nilai memiliki relativitas sedang fakta memiliki objektivitas.

Nilai dan tindakan


a. Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang. b. Nilai yang sesungguhnya hanya dapat lahir kalau diwujudkan dalam praktik tindakan. c. Sebagai sesuatu yang diinginkan, dikejar, dan diraih, maka nilai melekat pada tindakan.
Misalnya: seseorang berkata bahwa segala perikehidupan harus dilandasi keikhlasan, pada hal tindakannya banyak menampilkan kaidah untung-rugi secara material

Nilai dan norma


a. Nilai dapat merujuk pada sekumpulan kebaikan yang disepakati bersama. b. Ketika kebaikan itu sudah menjadi aturan atau menjadi kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur dalam menilai sesuatu, maka itulah norma. c. Nilai dan norma hanya memiliki harga jika diwujudkan dalam perilaku atau tindakan. d. Nilai dilukiskan suatu harga yang diyakini seseorang sedang norma lebih merupakan suatu keharusan yang datang dari konsekuensi sosial sebagai hasil kesepakatan bersama. Misalnya: ketika seorang anak muda melewati orang tua yang sedang duduk, ia harus berjalan setengah membungkuk sambil memiringkan badan seraya berkata permisi

Nilai dan moral


a. Nilai sebagai suatu keyakinan seseorang untuk bertindak atas dasar pilihannya. b. Sifat baik buruk yang dilekatkan pada moral, maka sifat tersebut sudah menyatu dengan tindakan sedang baik buruknya suatu nilai belum tentu diikuti oleh tindakan. c. Meskipun nilai tersebut dituntut adanya penerapan, sifat kebutuhan penerapannya tidak mendesak. d. Tema moral erat kaitannya dengan tanggungjawab sosial yang teruji secara langsung, sedangkan tema nilai meskipun memiliki tanggungjawab sosial dapat ditangguhkan untuk sementara waktu. Misalnya: ketika seseorang yang diduga memiliki kejujuran tetapi ternyata ia melakukan korupsi, maka dengan serta merta masyarakat menuduh dirinya sebagai orang yang tidak jujur.

Relativitas nilai kehidupan


a. Nilai yang bersifat abstrak dapat dilacak melalui tiga realitas, yaitu: pola tingkah laku, pola berpikir, dan sikap yang merupakan suatu kesatuan. b. Pelacakan realitas nilai dapat dilakukan dengan cara mengamati kecenderungan seseorang dalam berperilaku. c. Pengamatan realitas nilai terdapat perbedaan kultural meskipun rukukannya sama.

d. Prinsip-prinsip relativitas nilai 1) Nilai itu relatif karena perbedaan situasi, kondisi, dan lingkungan masyarakat. 2) Nilai tidak selalu disadari, seseorang sebenarnya jarang menyadari semua nilai dalam hidupnya kecuali berusaha menemukannya. 3) Nilai adalah landasan bagi perubahan dan merupakan daya pendorong bagi kehidupan seseorang atau kelompok. 4) Nilai ditanamkan melalui sumber yang berbeda (keluarga, masyarakat, agama, media massa, tradisi atau kelompok sebaya).

Nilai Instrumental

Terminal

Bercita-cita keras Berwawasan luas Berkemampuan Ceria Bersih Bersemangat Pemaaf Penolong Jujur Imajinatif Mandiri Cerdas Logis Cinta Taat Sopan Tanggung jawab Pengawasan diri

Hidup nyaman Hidup bergairah Rasa berprestasi Rasa kedamaian Rasa keindahan Rasa persamaan Keamanan keluarga Kebebasan Kebahagiaan Keharmonisan Kasih sayang yang matang Rasa aman secara luas Kesenangan Keselamatan Rasa hormat Pengakuan sosial Persahabatan abadi Kearifan

Contoh
a. Perilaku yang nampak pada saat seseorang memelihara kebersihan/hidup bersih, akan berujung pada nilai terminal yang secara internal telah konsisten dimilikinya adalah keindahan atau kesehatan. b. Perilaku yang nampak pada saat seseorang mampu mengendalikan dirinya, akan berujung pada nilai terminal yang secara internal telah konsisten dimilikinya adalah kearifan. c. Perilaku yang nampak pada saat seseorang melaksanakan sopan santun, akan berujung pada nilai terminal yang secara internal telah konsisten dimilikinya adalah pengakuan sosial.

PEMBAGIAN NILAI

NILAI MATERIAL (SEGALA SESUATU YANG BERGUNA BAGI UNSUR JASMANI MANUSIA) NILAI VITAL (SEGALA SESUATU YANG BERGUNA BAGI MANUSIA UNTUK DAPAT MENGADAKAN KEGIATAN AKTIVITAS NILAI KEROKHANIAN (SEGALA SESUATU YANG BERGUNA BAGI ROKHANI MANUSIA) - NILAI KEBENARAN/KENYATAAN BERSUMBER DARI AKAL MANUSIA - NILAI KEINDAHAN BERSUMBER DARI UNSUR RASA MANUSIA - NILAI KEBAIKAN ATAU NILAI MORAL BERSUMBER DARI UNSUR KEHENDAK/KEMAUAN MANUSIA - NILAI RELIGIUS MERUPAKAN NILAI KETUHANAN BERSUMBER PADA KEPERCAYAAN/KEYAKINAN MANUSIA

MEMBANGUN JATI DIRI


PRIBADI UNGGUL YANG EFEKTIF DIBENTUK OLEH 11 KEBIASAAN (RUMUS 5 + 3 + 3)

5 SIKAP DASAR
JUJUR TERBUKA BERANI MENGAMBIL RESIKO DAN BERTANGGUNG JAWAB KOMITMEN BERBAGI

3 SYARAT
NIAT DOA UNTUK MENGAWALI PEKERJAAN MEMOHON PERKENAN TUHAN BERSYUKUR

3 CARA
DOA/SHALAT MEWUJUDKAN PERUBAHAN MENJADI SURI TAULADAN

1. JUJUR

Seseorang dapat menyatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah Orang yang menyatakan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan tidak disisipi kepentingan apapun, kemudian menyatakan dengan segala ketulusan dan kaikhlasan hatinya mengenai yang sebenarnya. Tampil dalam sikap ikhlas, tulus dan lurus.

2. TERBUKA

Keterbukaan akan membuat diri kita terbuka dengan modal kejujuran Menjadikan segala masalah menjadi jelas dan gamblang membuat orang menjadi transparan dan tidak menutup-nutupi apapun Tampil dalam sikap adil, bersih, dan memiliki wawasan yang luas

3. BERANI MENGAMBIL RESIKO DAN BERTANGGUNG JAWAB

Dengan modal jujur dan terbuka, seseorang akan berani mengambil resiko bahwa memang apa yang ia katakan dan lakukan mempunyai konsekuensi Ia berani melakukan apapun, tetapi dengan penuh rasa tangung jawab Tampil dalam sikap berani (bukan nekat atau pengecut), tegar, sabar, bersih diri dan ini merupakan awal dimilikinya watak terpuji

4. MEMENUHI KOMITMEN (MENEPATI JANJI SESUAI HATI NURANI)

Ia akan seseorang yang menepati janji, memegang ucapannya, dan dapat dipercaya serta diandalkan. Tampil dalam sikap, perkataan dan perbuatan menepati janji betapapun kecilnya, dan dapat diandalkan, terpercaya, beriman dan bertakwa.

5. MAMPU BERBAGI

Ia akan berbagi dalam apa yang dimilikinya baik yang bersifat benda maupun pengalaman, pengetahuan, kearifan dan sebagainya Ia akan menjadi orang yang mampu melaksanakan kepemimpinan yang menerapkan sistem musyawarah dan mufakat. Tampil dalam sikap ahli musyawarah. Memiliki kepemimpinan yang mengayomi, pendengar yang baik dan aktif, memadukan IQ, EQ dan SQ.

Paul G. Stolz membagi manusia menjadi tiga golongan yang digambarkan sebagai orang yang mendaki gunung, yaitu: Golongan 1: The Quiter Orang yang takut sebelum melaksanakan sesuatu atau orang yang kalah sebelum bertanding. Orang seperti ini akan senang menjadi pelaksana Golongan 2: The Camper Orang ini mendaki gunung, sampai di tengah ketika melihat tempat berteduh ia sudah merasa puas. Ia beranggapan bahwa sudah mendaki gunung walaupun belum sampai puncak, ia lebih senang memanfaatkan tempat berhenti dan berteduh, serta sudah merasa puas. Orang semacam ini adalah orang yang tidak mempunyai kegigihan dan kemampuan mencapai cita-cita yang lebih tinggi. Orang seperti ini akan senang menjadi staf atau pembantu pimpinan. Golongan 3: The Climber Orang yang tahu bagaimanapun susahnya, akan berusaha mencapai puncak. Orang seperti ini potensial untuk menjadi pemimpin atau leader

POLA PIKIR MEMBENTUK WATAK SECARA BOTTOM UP

MEMBENTUK WATAK: BANGSA MASYARAKAT LINGKUNGAN KELUARGA PRIBADI

MENGGUNAKAN JALUR DARI BAWAH KE ATAS

DIAWALI DARI DIRI SENDIRI

SUMBER NILAI PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA


1. Agama
* Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh sebabtiu kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. * Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

2. Pancasila:

* Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. * Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

3. Budaya * Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada

manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. * Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. * Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

4. Tujuan Pendidikan Nasional * Rumusan kualitas yang harus dimiliki

setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. * Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia.

Tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

MULAI

BERSIH, RAPI, NYAMAN

DISIPLIN

SOPAN SANTUN

NILAI PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA


1. RELIGIUS 2. JUJUR 3. TOLERANSI 4. DISIPLIN 5. KERJA KERAS 6. KREATIF 7. MANDIRI 8. DEMOKRATIS 9. RASA INGIN TAHU 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. SEMANGAT KEBANGSAAN CINTA TANAH AIR MENGHARGAI PRESTASI BERSAHABAT/KOMUNIKATIF CINTA DAMAI GEMAR MEMBACA PEDULI LINGKUNGAN PEDULI SOSIAL TANGGUNG JAWAB

NNILAI DAN DISKRIPSI NILAI


1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

Nilai kejujuran dikembangkan dengan praktik langsung melalui warung kejujuran, tidak diajarkan sebagai materi atau pokokbahasan dalam mata pelajaran. Pembeli membayar sesuai dengan harga yang ditentukan

4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis: Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air: Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/Komuniktif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14. Cinta Damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung-jawabSikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

NILAI PPBKB
18 + 31 = 49 NILAI
19. PERCAYA 20. RESPEK 21. SALING BERBAGI 22. BERANI 23. KRITIS 24. TERBUKA 25. HUMOR 26. KEMANUSIAAN 27. OPTIMIS 28, TELITI 29. TEKUN 30. PANTANG MENYERAH 31. KASIH SAYANG 32. RUKUN 33. TAHU DIRI 34. PENGHARGAAN 35. KEBAHAGIAAN 36. KERENDAHAN HATI 37. PEDULI KESEHATAN 38. EMPATI 39. NILAI INTELEKTUAL 40. NILAI SUSILA 41. ESTETIKA 42. HEMAT 43. PERCAYA DIRI 44. SKEPTIS 45. OBYEKTIF 46. NILAI EKONOMI 47. SABAR 48. SPORTIVITAS 49. KEPEMIMPINAN

PRINSIP PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA


1. Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses
pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.

2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah; 3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; mengandung
makna bahwa materi nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan

4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan; prinsip ini menyatakan bahwa proses
pendidikan nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip tut wuri handayani dalam setiap perilaku yang ditunjukkan pesertadidik.

When Wealth is loss, nothing is lost When Health is loss, something is lost When Character is loss, everything is lost
Bila Kekayaan hilang, sebenarnya tidak ada apapun yang hilang Bila kesehatan yang hilang, maka ada sesuatu yang hilang Bila watak hilang, maka segalanya akan hilang

Knowledge is POWER, but Character is MORE


(Pengetahuan adalah kekuatan, tetapi watak mempunyai nilai lebih)

TANAMKAN PEMIKIRAN, KAMU AKAN MANUAI TINDAKAN TAMANLAH TINDAKAN, KAMU AKAN MANUAI KEBIASAAN TANAMLAH WATAK, KAMU AKAN MENUAI NASIB TUHAN TIDAK AKAN MENGUBAH NASIB SUATU BANGSA, KALAU BANGSA ITU TIDAK BERUSAHA UNTUK MENGUBAH NASIB YANG ADA PADA DIRINYA

SEORANG YANG BANYAK BICARA MENDOMINASI PEMBICARAAN YANG ADA, TETAPI PENDENGAN YANG BAIK JUSTRU MENGENDALIKAN PEMBICARAAN TERSEBUT TIDAK ADA SEORANGPUN DAPAT DISEBUT SEBAGAI PEMIMPIN BESAR YANG BERHASIL, JIKA IA TIDAK MENUNJUKKAN ADANYA KEBAHAGIAAN YANG TULUS DENGAN KEBERHASILAN SIAPAPUN YANG BERADA DI BAWAHNYA JANGAN TANYAKAN APA YANG NEGARA DAPAT LAKUKAN UNTUKMU, TETAPI TANYAKANLAH PADA DIRIMU SENDIRI, APA YANG DAPAT KAMU LAKUKAN UNTUK NEGERIMU

DALAM DIRI MANUSIA ADA SEGUMPAL DAGING; APABILA DAGING ITU RUSAK, RUSAKLAH SELURUH TUBUHNYA. SEGUMPAL DAGING ITU DINAMAKAN HATI

ALLAH MELIHAT, MALAIKAT MENCATAT

Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh


Berani karena benar, takut karena salah

Jujur berarti mujur

Sudah rapikah saya

Berbicaralah secara sopan dan santun

Orang pemaaf disayang Tuhan


Tuhan selalu mengawasi kita dimana saja

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA INDONESIA

KRISTALISASI DARI NILAI-NILAI YANG DIMILIKI OLEH BANGSA INDONESIA YANG DIYAKINI KEBENARANNYA DAN MENIMBULKAN TEKAD UNTUK MEWUJUDKANNYA (MENJADI PETUNJUK HIDUP, PEDOMAN HIDUP SEHARI-HARI, MENJADI PETUNJUK ARAH SEMUA KEGIATAN HIDUP DAN KEHIDUPAN DI SEGALA BIDANG KEHIDUPAN BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA KEHIDUPAN SEHARI-HARI : WUJUD TINGKAH LAKU; TINDAK TANDUK; PERBUATAN TIDAK BOLEH BERTENTANGAN DENGAN NORMA AGAMA, KESUSILAAN, SOPAN SANTUN DAN NORMA HUKUM YANG BERLAKU

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PANCASILA DIGUNAKAN SEBAGAI DASAR UNTUK MENGATUR PENYELENGGARAAN NEGARA PANCASILA SEBAGAI SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM NEGARA (UU RI NO. 10 Th. 2004) MENEMPATKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR DAN IDEOLOGI NEGARA SERTA SEKALIGUS DASAR FILOSOFIS BANGSA DAN NEGARA SETIAP MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN TIDAK BOLEH BERTENTANGAN DENGAN NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA

IDEOLOGI

EIDOS (MELIHAT, MEMANDANG PIKIRAN, IDEA ATAU CITA-CITA LOGOS, LOGIA (PENGERTIAN, ILMU) IDEOLOGI BERARTI SEPERANGKAT CITA-CITA, GAGASANGAGASAN (CITA-CITA) YANG MERUPAKAN KEYAKINAN, TERSUSUN SISTEMATIS, DISERTAI PETUNJUK CARA-CARA MEWUJUDKAN CITA-CITA TERSEBUT IDEOLOGI NASIONAL MERUPAKAN KESELURUHAN IDE ATAU GAGASAN YANG BERSUMBER DAN BERDASAR PADA PRINSIP-PRINSIP PEMIKIRAN (FILSAFAT BANGSA; PANCASILA) YANG TERMAKTUB DI DALAM PEMBUKAAN DAN PASAL-PASAL UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945, SEBAGAI PEDOMAN YURIDIS KONSTITUSIONAL UNTUK PELAKSANAAN GUNA MENCAPAI CITA-CITA DAN NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA

NILAI-NILAI PANCASILA

PANCASILA TERGOLONG NILAI KEROKHANIAN YANG MENGAKUI ADANYA NILAI MATERIAL DAN NILAI VITAL PANCASILA YANG TERGOLONG NILAI KEROKHANIAN ITU DI DALAMNYA TERKANDUNG PULA NILAI-NILAI YANG LAIN SECARA LENGKAP DAN HARMONIS SUSUNAN SILA-SILA PANCASILA SECARA SISTEMATIS HIERARKHIS NILAI-NILAI PANCASILA JUGA MEMPUNYAI SIFAT OBYEKTIF DAN SUBYEKTIF

SIFAT OBYEKTIF

OBYEKTIF BERARTI SESUAI DENGAN OBYEKNYA, UMUM, UNIVERSAL - RUMUSAN DARI SILA-SILA ITU MENUNJUKKAN SIFAT ABSTRAK, UMUM DAN UNIVERSAL - INTI DARI SILA-SILA PANCASILA AKAN TETAP ADA SEPANJANG MASA DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA, MUNGKIN JUGA PADA BANGSA LAIN - PANCASILA YANG TERKANDUNG DALAM PEMBUKAAN UUD NEGARA RI TAHUN 1945 SEBAGAI KAIDAH POKOK NEGARA YANG FUNDAMENTAL, TIDAK DAPAT DIUBAH

SIFAT SUBYEKTIF

SUBYEKTIF BERARTI ADANYA NILAI ITU TERGANTUNG PADA MANUSIA - NILAI-NILAI PANCASILA TIMBUL DARI BANGSA INDONESIA (SUBYEK YANG MENEMUKANNYA) - NILAI-NILAI PANCASILA ADALAH FILSAFAT HIDUP, PETUNJUK HIDUP YANG PALING SESUAI BAGI BANGSA INDONESIA, DIPERCAYAI SEBAGAI SESUAI YANG PALING BENAR, PALING ADIL, PALING BIJAKSANA, PALING BAIK - NILAI-NILAI PANCASILA MENGANDUNG 4 MACAM NILAI KEROKHANIAN YANG MANIFESTASINYA SESUAI DENGAN SIFAT BUDI NURANI BANGSA INDONESIA

NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM SILA-SILA PANCASILA


NILAI
NILAI

NILAI
NILAI

NILAI

RELIGIUS KEMANUSIAAN PERSATUAN BANGSA KERAKYATAN KEADILAN SOSIAL

PANCASILA SEBAGAI LEITSTAR DALAM USAHA PEMBUDAYAAN

LEITSTAR ADALAH SUATU KIASAN, SUATU METAFOR ATAU SUATU IBARAT, ATAU TAMSIL PERUMPAMAAN PANCASILA IBARAT BAHTERA NEGARA YANG DALAM PELAYARANNYA KE PELABUHAN YANG DITUJU MEMERLUKAN MEMERLUKAN ADANYA BINTANG PETUNJUK AGAR JALANNYA JANGAN SAMPAI KELIRU DAN KEHILANGAN ARAH PELABUHAN YANG DITUJU ITUPUN MERUPAKAN KIASAN ATAU METAFOR BAGI TUJUAN KITA BERSAMA YAIU MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR BERDASARKAN PANCASILA

STRATEGI PEMBUDAYAAN NILAI-NILAI PANCASILA

KETELADANAN ATAU CONTOH KEGIATAN YANG BERSIFAT SPONTAN TEGURAN PENGKONDISIAN LINGKUNGAN KEGIATAN RUTIN KEGIATAN YANG DIPROGRAMKAN GERAKAN PEMBELAJARAN

KETELADANAN SPONTANITAS PEMBIASAAN PENGKONDISIAN LINGKUNGAN PEMBELAJARAN

FUNGSI PEMBUDAYAAN

PENGEMBANGAN (MENINGKATKAN PERILAKU BAIK) PENYALURAN (MEMANDU BAKAT) PERBAIKAN (MEMPERBAIKI KESALAHAN, KEKURANGAN DAN KELEMAHAN) PENCEGAHAN (MENCEGAH PERILAKU NEGATIF) PEMBERSIH (MEMBERSIHKAN DIRI DARI PENYAKIT HATI) PENYARING (MENYARING BUDAYA YANG TIDAK SESUAI)

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN

PROGRAM KEGIATAN KOORDINASI PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENILAIAN INDIKATOR KEBERHASILAN - TINGKAT PENGAMALAN - TINGKAT KEIMANAN, KETERTIBAN - TINGKAT PENURUNAN FREKUENSI DAN INTENSITAS KENAKALAN - TINGKAT PENGETAHUAN, PEMAHAMAN, DAN PENGALAMAN TERHADAP NILAINILAI PANCASILA

Anda mungkin juga menyukai