Anda di halaman 1dari 38

NILAI BUDAYA, TATA KRAMA DAN ETIKA

KEILMUAN

Oleh:
Suhardi Mukhlis

Dibentangkan pada kegiatan pengenalan kehidupan kampus bagi


mahasiswa baru
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Raja Haji
Jumat, 03 september 2021
Pukul 10.00 s.d 11.30

1
Pengertian, hakekat, dan
makna nilai
 Pengertian Nilai
 Nilai dalam bahasa Inggris value, bahasa Latin valere (berguna,mampu
akan, berdaya, berlaku, kuat).

 Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar


pilihannya. Definisi ini dilandasi oleh pendekatan psikologis, karena itu
tindakan dan perbuatannya seperti keputusan benar-salah, baik-buruk,
indah-tidak indah, adalah hasil proses psikologis. Termasuk kedalam
wilayah ini seperti hasrat, sikap, keinginan, kebutuhan dan motif.

 Nilai adalah patokan normative yang mempengaruhi manusia dalam


menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternative.

2
 Penekanan utama definisi ini pada faktor
eksternal yang mempengaruhi prilaku
manusia. Pendekatan yang melandasi
definisi ini adalah pendekatan sosiolgis.
Penegakan norma sebagai tekanan utama
dan terpenting dalam kehidupan sosial akan
membuat seseorang menjadi tenang dan
membebaskan dirinya dari tuduhan yang
tidak baik.
3
 Nilai adalah konsepsi ( tersurat atau
tersirat, yang sifatnya membedakan
individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa
yang diinginkan, yang mempengaruhi
tindakan pilihan terhadap cara, tujuan
antara dan tujuan akhir.

4
 nilai itu sangat erat kaitannya dengan
kebaikan atau dengan kata „baik‟,
walaupun fakta baiknya bisa berbeda-
beda satu sama yang lainnya

5
 Definisi ini berimplikasi terhadap
pemaknaan nilai-nilai budaya. Ada enam
implikasi terpenting sebagai berikut:

 1). Nilai merupakan konstruk yang


melibatkan proses kognitif (logic dan
rasional) dan proses ketertarikan dan
penolakan menurut kata hati.;
6
 2). nilai selalu berfungsi secara potensial,
tetapi selalu tidak bermakna apabila
diverbalisasi;

 3). apabila hal itu berkenaan dengan


budaya, nilai diungkapkan dengan cara
yang unik oleh individu atau kelompok;

7
 4). karena kehendak tertentu dapat bernilai
atau tidak, maka perlu diyakini bahwa pada
dasarnya disamakan (equated) dari pada
diinginkan, ia didefinisikan berdasarkan
keperluan system kepribadian dan sosio
budaya untuk mencapai keteraturan atau
menghargai orang lain dalam kehidupan
sosial;

8
 5). pilihan di antara nilai-nilai alternative
dibuat dalam konteks ketersediaan
tujuan antara (means) dan tujuan akhir
(ends), dan;

9
 6). nilai itu ada, ia merupakan fakta alam,
manusia, budaya dan pada saat yang sama
ia adalah norma-norma yang telah disadari.
Segala sesuatu yang diinginkan baik itu
materi, benda atau gagasan mengandung
nilai, karena dipersepsikan sebagai sesuatu
yang baik, seperti makanan, uang, rumah,
kebenaran, kejujuran dan keadilan.

10
Hakekat dan makna nilai

 Berdasarkan beberapa pengertian diatas,


dapat dikemukakan bahwa nilai itu adalah
rujukan dan keyakinan dalam menentukan
pilihan.

 Hakikat nilai
 kualitas (mutu) suatu hal yang menjadikan hal
itu dapat disukai,diinginkan, berguna, atau
dapat menjadi objek kepentingan.
11
 Sejalan dengan definisi itu maka yang
dimaksud dengan hakikat dan makna nilai
adalah berupa norma, etika, peraturan,
undang-undang, adat kebiasaan, aturan
agama dan rujukan lainnya yang memiliki
harga dan dirasakan berharga bagi seseorang.
Nilai bersifat abstrak, berada dibalik fakta,
memunculkan tindakan, terdapat dalam moral
seseorang, muncul sebagai ujung proses
psikologis, dan berkembang kearah yang lebih
kompleks.
12
 hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara:
 1. nilai sepenuhnya berhakekat subyektif, tergantung kepada pengalaman
manusia pemberi nilai itu sendiri.
 2. nilai merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontology, namun
tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi
logis dan dapat diketahui melalui akal.
 3. nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan
mengenai makna.
 Nilai mempunyai beberapa macam makna, makna nilai itu adalah bahwa
sesuatu itu harus mengandung nilai (berguna), merupakan nilai (baik, benar,
atau indah), mempunyai nilai artinya merupakan objek keinginan, mempunyai
kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap „menyetujui‟ atau
mempunyai sifat nilai tertentu, dan memberi nilai, artinya menanggapi sesuatu
sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai
tertentu

13
Keistimewaan nilai

 apa yang dihargai, dinilai tinggi atau


dihargai sebagai sesuatu kebaikan.
Lawan dari suatu nilai positif adalah
“tidak bernilai” atau “nilai negative”. Baik
akan menjadi suatu nilai dan lawannya
(jelek, buruk) akan menjadi suatu “nilai
negative” atau “tidak bernilai”.

14
budaya
 Budaya digambarkan sebagai pola pikiran dan adat
istiadat (tata kelakuan) masyarakat yang
membedakannya dengan kelompok masyarakat lain
(kebudayaan ideel), berbentuk gagasan, fikiran yaitu
kumpulan ide-ide, kayakinan, adat kebiasaan, nilai,
norma, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur,
mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan
atau perbuatan, bersifat abstrak, letaknya di dalam
kepala-kepala atau dalam alam pikiran dari warga
masyarakat dimana kebudayaan hidup, dan apabila
dituliskan maka berada dalam karangan dan buku-
buku hasil karya para penulis, peraturan dan tata tertib.

15
 Nilai budaya Melayu berdasarkan teori nilai
dalam agama Islam. Dalam Islam nilai (etik)
direntang menjadi lima kategori, yaitu: 1) baik
sekali, 2) baik, 3) netral, 4) buruk, 5) buruk
sekali (wajib, sunnah, mubah, makruh, dan
haram). Nilai dalam Islam ditentukan oleh
Tuhan. Mengikut Weber (2006) nilai-nilai
agama sangat berguna untuk menjamin
keselamatan jiwa manusia. Ajaran agama
menjadi sangat bernilai untuk diri seseorang
sehingga sangat mempengaruhi prilakunya.

16
Nilai budaya Melayu
1. Tau diri (peranan, fungsi vs jabatan)
2. Sadar diri, tingkat kesadaran:
a. Indrawi,
b. rasional (logika, etika, dan estetika),
c. spiritual (syariat, hakekat, tarekat, dan makrifat),
d. Tauhid/unity
3. Sadar diuntung/rasa syukur, manusia yang:
a. Merendahkan diri
b. Pemalu/penyegan
c. Suka damai/toleransi
d. Sederhana,
e. Sentimental/periang,
f. Mempertahankan harga diri/marwah

17
4. Harga diri/marwah, manusia yang:
1) berakal budi (berilmu),
2) budi pekerti (sikap dan prilaku),
3) budi bahasa (komunikasi),
4) budi bicara (pengambilan keputusan).

Tanam padi, selain padi, rumput dan lalang pasti jadi, pocus proses , hasil
pasti diraih, binatang sukses lebah, raja alim raja disembah, raja zalim raja
disanggah, transformasional/rahmatan lillalamin vs transaksional, teori
Abraham maslow harus dibalik.

18
 “adat duduk di rumah orang, adat lembaga hendaklah
pegang, lidah jangan berkata sumbang, tingkah jangan
berlalu lalang, tahu memandang muka orang, tahu
menyimak kerlingan orang, tahun mendengar cakap
orang, tahu menjaga aib malu orang” atau

 “adat duduk di rantau orang, jauhkan sifat sewenang-


wenang, adat orang hendaklah pandang, kepantangan
orang hendaklah kenang, jasa orang jangan dibuang,
tahulah diri hidup menumpang, supaya persaudaraan
menjadi panjang” (Effendi, 2004:249).
19
 Kalau minat hendak belajar, tinggalkan sifat
berkepala besar,
 Kalau minat hendak pintar, kuatkan hati
banyakkan sabar,
 Kalau hendak menuntut ilmu, sifat pemalas
buang dahulu,
 Kalau mau menuntut ilmu, sifat sok tau buang
dahulu,

20
Tata krama (sopan
santun)
 Tata krama adalah sebuah tata atau aturan yang baik yang dianjurkan
untuk dilakukan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

 Tata krama sangat penting bagi seseorang untuk dapat diterima di


lingkungan masyarakat luas (masyarakat kampus).

 Setiap kampus memiliki tata krama yang berbeda. Pasalnya tata krama
berkaitan dengan kebiasaan atau etika yang sudah ada di kampus
masing-masing.

 Tata krama diajarkan sejak dini oleh orang tua kepada anaknya.

21
 Tata krama juga dapat menggambarkan kepribadian seseorang di mata
orang lain. Tata krama juga sangat penting bagi manusia untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Tata krama terdiri dari
beberapa macam, seperti.

 Tata krama berpakaian


 Tata krama berperilaku
 Tata krama berbicara
 Tata krama makan
 Tata krama menuntut ilmu (kuliah, uts, uas, seminar, sidang, wisuda)

22
Etika keilmuan

 Etimologi
secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani (ethos), berarti
sikap (individu, kelompok, masyarakat), kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu.

Kata ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat


tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat;
akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk
jamak (ta etha) artinya adalah: adat kebiasaan. Dan arti terakhir
inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika”.

23
• Etika terbentuk oleh kebiasaan,
pengaruh budaya, serta sistem nilai yang
diyakini.
• Dari kata etika dikenal kata etos, etiket
yang hampir mendekati pengertian
akhlak (nilai-nilai yang berkaitan dengan
baik buruk/moral).

24
 Dalam etika terkandung semangat untuk
menyempurnakan segala sesuatu dan
menghindari segala kerusakan (fasad)
sehingga setiap pekerjaannya diarahkan
untuk mengurangi bahkan
menghilangkan sama sekali cacat dari
hasil pekerjaan. Dikenal dengan sifat
ihsan.
25
• 1. kecenderungan terhadap waktu,
• 2. moralitas yang bersih (ikhlas),
• 3. Jujur (terhadap diri sendiri),
• 4. memiliki komitmen (aqidah, aqad,
I’tiqad)
• 5. istiqamah (kuat pendirian),
• 6. Candu disiplin,
26
• 7. konsekuen dan berani menghadapi
tantangan,
• 8. sikap percaya diri,
• 9. kreatif,
• 10. bertanggungjawab,
• 11. bahagia melayani,
• 12. harga diri,
• 13. jiwa kepemimpinan,
• 14. berorientasi ke masa depan
27
• 15. hemat dan efisien,
• 16. jiwa wiraswata (entrepreneurship),
• 17. insting bertanding (fastabiqul khairat),
• 18. mandiri
• 19. kecenderungan belajar dan haus
mencari ilmu,
• 20. semangat perantauan,
28
• 21. menjaga kesehatan dan gizi,
• 22. tangguh dan pantang menyerah,
• 23. berorientasi pada produktivitas (focus
pada proses).
• 24. memperkaya jaringan silaturahmi,
• 25. memiliki semangat perubahan (spritit
of change).
29
 pada hakikatnya upaya manusia dalam memperoleh
pengetahuan didasarkan pada tiga masalah pokok:

 1. Apakah yang ingin diketahui/apa pengetahuan


(ontologi)?
 2. Bagaimanakah cara memperoleh
pengetahuan/bagaimana
 mengeahui (epistomologi)? dan
 3. apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita/untuk
apa pengetahuan (aksiologi)?
30
 Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para
ilmuwan itu antara lain adalah:
 1. tidak ada rasa pamrih
(disinterestedness), artinya suatu sikap
yang ditujukan untuk mencapai
pengetahuan ilmiah yang objektif dengan
menghilangkan pamrih atau kesenangan
pribadi,
31
 2. bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan
mampu mengadakan pemilihan terhadap pelbagai hal yang dihadapi.
Misalnya hipotesis yang beragam, metodologi yang masing-masing
menunjukkan kekuatannya masing-masing, atau, cara penyimpulan yang satu
cukup berbeda walaupun masing-masing menunjukkan akurasinya;
 3. adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun
terhadap alat-alat indera serta budi (mind),
 4. adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan
merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu
telah mencapai kepastian,

 5. adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak
puas terhadap penelitian yang dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk
riset, dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya,

32
 6. seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlaq) yang selalu
berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk
kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk pembangunan bangsa dan
negara.

 Ada orang yang tahu ditahunya,


 Ada orang yang tahu ditidak tahunya,
 Ada orang yang tidak tahu ditahunya,
 Ada orang yang tidak tahu ditidak tahunya

 Orang yang tidak tahu ditidak tahunya tetapi merasa tahu segala-galanya
dan tidak mau tahu itulah kebodohan

33
Etika dalam Aksiologi (untuk apa Ilmu
Pengetahuan)

 Aksiologi ilmu terkait dengan persoalan nilai ilmu pengetahuan yang


dalam kajian filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu:

 1.Nilai Logika:Benar–Salah

 yaitu nilai mengenai benar atau salahnya tindakan/kejadian. Dalam hal ini
nilai logika berkaitan dengan tindakan/kejadian yang dilakukan oleh
seseorang. Sebagai contoh seorang mahasiswa menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh dosen, kemudian ia berhasil menjawab dengan benar,
maka secara logika mahasiswa tersebut dianggap benar bukan baik, dan
ketika jawabannya keliru maka secara logika jawaban tersebut dianggap
salah bukan buruk.

34
 2. Nilai Etika:

Nilai tentang Baik dan Buruk Nilai etik/etika adalah nilai tentang baik-buruk
yang berkaitan dengan perilaku manusia. Jadi, kalau kita mengatakan
etika orang itu buruk, bukan berarti wajahnya buruk, tetapi menunjuk
perilaku orang itu buruk. Nilai etik adalah nilai moral. Jadi, moral yang di
maksudkan disini adalah nilai moral sebagai bagian dari nilai.

 3.Nilai Estetika:

Nilai tentang Indah-Jelek Estetika merupakan nilai yang berkaitan dengan


keindahan, penampilan fisik, bukan nilai etik.Nilai estetika berkaitan
dengan penampilan, sedangkan nilai etik atau buruk moral berkaitan
dengan perilaku manusia.

35
Penutup
benar
LOGIKA ilmuan
salah

baik
ETIKA budiman
buruk

indah
ESTETIKA seniman
jelek
36
 Dengan ilmu hidup jadi mudah
 Dengan agama hidup jadi berkah
 Dengan seni hidup jadi indah

37
wassalam

38

Anda mungkin juga menyukai