Anda di halaman 1dari 7

NILAI-NILAI KEHIDUPAN

Pengertian
Selama hidupnya seorang manusia berusaha mencari "sesuatu" yang dianggapnya
berharga dan bermanfaat bagi kehidupannya. "Sesuatu" yang dicari oleh manusia itu
kemudian disebut dengan "nilai". Ada banyak macam nilai. Agama yang dianut oleh manusia
oleh para ahli juga dikategorikan sebagai suatu jenis nilai, atau lebih tepatnya "sistem" nilai,
karena agama mengajarkan berbagai jenis nilai. Kesusilaan, keadilan, kejujuran, kekuasaan,
dan kesejahteraan adalah di antara contoh nilai. Nilai-nilai yang dicari oleh manusia dalam
perjalanannya menjadi nilai-nilai kolektif (bersama), ketika sekelompok manusia berkumpul
membentuk kelompok sosial. Anggota kelompok sosial tersebut menyatakan dirinya sebagai
bagian dari kelompok dengan menerima dan mempraktikkan nilai-nilai kelompoknya. Nilai-
nilai tersebut kemudian dengan sengaja diwariskan dari generasi ke generasi.
Konsekuensinya, ketika kita berada dalam sebuah kelompok sosial, entah itu keluarga,
sekolah, masyarakat umum, kita seolah dituntut untuk menyadari, menerima, menghayati,
dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai sosial, dan kemudian mengadopsinya untuk dijadikan
sebagai nilai¬nilai pribadi. Karena nilai-nilai ini ada dan terus berproses selama hidup
manusia, maka nilai-nilai tersebut disebut nilai-nilai kehidupan.
Dengan demikian, nilai-nilai kehidupan yang dianut oleh seseorang terdiri atas nilai
pribadinya dan nilai sosialnya. Manusia merasa tenteram ketika ia merasa bahwa apa yang ia
jalani mengandung atau sejalan dengan nilai hidupnya.

Kategori dan Aspek Nilai


Ketika seseorang memilih nilai kehidupannya, ada tiga kategori nilai yang harus ia
tunjukkan, yang menyatakan bahwa ia mengadopsi suatu nilai, yaitu: memilih,
menghargar/menjunjung, dan bertindak. Ketiga kategori ini bisa dikembangkan menjadi tujuh
aspek nilai, yaitu sebagai berikut.
1. Memilih dengan bebas. Nilai menuntut adanya kebebasan dari bentuk tekanan, tidak
adanya paksaan dari lingkungan hidup seseorang, berdasarkan pada keyakinan diri
sendiri, dan kerelaan untuk memilih nilai.
2. Memilih dengan bebas dari berbagai alternatif. Ketika seseorang memilih menganut
suatu nilai, ia akan dihadapkan pada lebih dari satu alternatif pilihan nilai. Ia bebas
untuk memilih nilai mana pun yang ia sukai
3. Memilih dengan bebas dari berbagai alternatif dengan mempertimbangkan akibat dari
masing-masing alternatif. Ketika seorang memilih untuk menganut suatu nilai, ia harus
sudah memperhitungkan risiko/ konsekuensi atau akibat pemilihan nilai itu, tahu yang
akan terjadi karena pilihannya itu.
4. Setelah memilih suatu nilai, seseorang harus menghargai dan merasa senang dengan
pilihannya itu. Nilai yang ia pilih adalah sesuatu yang dipandang positif. Untuk itu,
nilai itu ia hargai, hormati, dan pelihara. Nilai itu membuat perasaan orang yang
memilihnya bahagia.
5. Setelah memilih suatu nilai, seseorang hendaknya bersedia mengakui, menjunjung
tinggi, dan menegaskan pilihannya itu di muka umum.
6. Setelah memilih suatu nilai, seseorang seharusnya bertindak dan berperilaku sesuai
dengan pilihan nilainya itu. Nilai itu memberi arah pada hidupnya. Bobot nilai itu dapat
diukur dengan banyaknya waktu, tenaga, dan harta yang dikorbankan demi nilai yang
diyakininya.
7. Seseorang yang memilih suatu nilai kehidupan akan berulang-ulang bertindak sesuai
dengan pilihannya itu sehingga akhirnya menjadi pola hidupnya. Orang yang
menghargai nilai kejujuran akan selalu berusaha jujur, karena itu jujur akan menjadi
kebiasaan hidupnya.

Beberapa Contoh Nilai-nilai Kehidupan


Di dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal dan menganut bermacam nilai kehidupan. Di
antara nilai-nilai kehidupan itu bisa saja dianggap tidak penting bagi seseorang, tetapi bisa agak
penting, penting, atau sangat penting bagi orang lain. Semuanya tergantung pada pilihan dan
pertimbangan masing-masing pribadi, serta dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kehidupannya.
Beberapa contoh nilai kehidupan itu antara lain adalah sebagai berikut.
1. Nilai kekuasaan, seperti persepsi (pandangan) atas keinginan untuk menundukkan atau
mempengaruhi orang lain.
2. Nilai cinta atau kasih sayang, seperti ikatan batin, saling menghargai, saling setia, saling
menghormati, saling tolong, memikirkan kepentingan dan kebaikan orang lain.
3. Nilai keindahan, seperti kemampuan untuk menghargai dan menikmati hal-hal yang
indah, serasi, dan bagus.
4. Nilai keadaan fisik, seperti persepsi atas keadaan tubuh yang dianggap ideal atau serasi.
5. Nilai kesehatan, seperti keinginan memiliki keadaan tubuh yang jauh dari sakit.
6. Nilai keterampilan, seperti keinginan memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai
hal dengan tepat, mudah, dan cepat.
7. Nilai rasa sejahtera dan aman, seperti memiliki keinginan untuk bebas dari tekanan,
kecemasan, dan konflik-konflik batin.
8. Nilai pengetahuan, seperti tuntutan diri atas informasi, kebenaran, hal-hal yang dapat
memuaskan rasa ingin tahu, atau memiliki kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang
diinginkan.
9. Nilai moral, seperti keinginan memiliki pemikiran, keyakinan, dan tindakan yang sesuai
dengan norma-norma yang diterima oleh masyarakat.
10. Nilai keagamaan/kepercayaan, yaitu iman terhadap Tuhan, dan kenginan untuk dapat
hidup sesuai dengan agama kepercayaan. Nilai keadilan, seperti keinginan memiliki
sikap adil, sifat tidak memihak atau membeda-bedakan manusia, menghargai kebenaran
dan fakta, serta mampu memperlakukan orang lain secara adil.
12. Nilai altruisme, yaitu memiliki kemauan dan kemampuan untuk memperhatikan
kebutuhan, kepentingan, dan kebahagiaan orang lain.
13. Nilai pengakuan/penghargaan, seperti keinginan mengakui bahwa diri sendiri adalah
penting, berharga, dan layak mendapat perhatian serta penghargaan dari orang lain.
14. Nilai kesenangan, seperti keinginan merasakan kenikmatan atau kegembiraan.
15. Nilai kebijaksaan, seperti memiliki kemauan menggunakan akal budi, pengalaman, dan
pengetahuan dengan tepat, dan dapat mengambil keputusan dengan cermat/teliti.
16. Nilai kejujuran, seperti memiliki keluhuran hati, ketulusan hati, kesungguhan hati, dan
keterusterangan.
17. Nilai prestasi, seperti penghargaan atas basil yang baik dari usaha keras.
18. Nilai kemandirian/otonomi, seperti kemampuan untuk berdiri sendiri, dan tidak dikuasai
oleh orang lain.
19. Nilai kekayaan, seperti keinginan memiliki banyak harta benda yang berharga dan atau
banyak uang.
20. Nilai kesetiaan, seperti keinginan keteguhan hati dalam persahabatan, dalam ikatan
dengan kelompok, atau lembaga tertentu.
21. Nilai tanggung jawab.
22. Nilai kedewasaan.
23. Nilai kedisiplinan.
24. Nilai kerendahan hati.
25. Nilai keberanian.
26. Nilai toleransi.
27. Nilai kebhinekaan.
28. Nilai cinta tanah air dan bangsa.
29. Nilai keteladanan.
3o. Nilai kedermawanan.

Beberapa contoh nilai di atas perlu kamu cari pengertiannya dalam buku referensi.
Lakukanlah sebagai bentuk penugasan pribadi!
BUDI PEKERTI LUHUR
Manusia dikodratkan sebagai makhluk individu dan sosial. Sebagai makhluk individu
manusia melakukan berbagai kegiatan sebagai upaya memenuhi kebutuhan pribadi mereka.
Sedangkan sebagai makhluk sosial manusia sating berinteraksi satu sama lain. Terdapat empat
macam norma yang mengatur hubungan dalam bermasyarakat, yaitu norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum.

A. Setiap Orang Terlahir dalam Keadaan Baik


Setiap orang dilahirkan di dunia ini dalam keadaan fitrah (suci) tanpa dosa dan balk.
Walaupun keadaan ibu dalam berperilaku sehari-hari mungkin tidak baik. Manusia terlahir di
dunia ini dibekali dengan segala kernurahan dan potensi kebaikan. Terkadang tidak semua orang
menyadari bahwa sebenamya mereka memiliki potensi yang banyak. Namun dengan pertumbuhan
dan perkembangannya, ia mampu bergaul dengan Iingkungan sekitarnya. Lingkungan ini yang
mampu ikut membentuk kepribadian, kecerdasan dan segala macam aspek yang dimiliki individu.
Menurut Allport (seorang tokoh psikologi kepribadian) yaitu anak kecil telah menunjukkan
perbedaan-perbedaan kualitas, misalnya perbedaan ekspresi-ekspresi emosional yang cenderung
untuk tetap dan terbentuk menjadi cara penyesuaian din pada masa-masa yang selpnjutnya. Jadi
beberapa tingkah laku anak itu merupakan perintis bagi pola-pola kepribadian selanjutnya.
Tingkah laku anak akan terbentuk mulai usia 2 - 5 tahun, kita akan membentuk anak menjadi
balk atau buruk sangat dipengaruni oleh lingkungan sekitarnya, terutama orang tuanya. Seorang anak
yang lahir ibarat sebagai selernbar kertas putih, yang bisa ditorehkan tinta warna-warni sebagai
proses pembelajarannya yang nantinya menjadi apa anak-anak itu setelah besar nanti tergantung pola
pendidikan orang tuanya dan Iingkungannya.
B. Pengaruh Lingkungan terhadap Perilaku Manusia
Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Konsep
behaviouristik memandang bahwa tingkah laku seseorang dipengaruhi ofeh lingkungannya. Individu
bisa menjadi baik atau tidak ditentukan oleh lingkungan. Dengan perkembangan zaman dan sejalan
dengan waktu, manusia berinteraksi dengan lingkungannya, balk lingkungan sosial maupun don
sosial. Seorang remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan sosialnya. Bila lingkungan
sosialnya baik, maka ada kecenderungan remaja tersebut balk, demikian pula sebaliknya. Maka
tidak heran apabila orang tuanya seorang ahli agama, namun anaknya bertingkah laku rnenyimpang
dari ajaran agamanya.
Setiap orang mempunyai potensi yang berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang
lainnya sehingga potensi bawaannya yang membentuk tujuan-tujuannya serta memberi arch
perkembangannya, dan perbedaan lingkungan serta kebudayaan tempat mereka hidup, mereka hams
menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan kebudayaan tersebut, serta mendapat persediaan bagi
perkembangannya.
C. Norma-Norma yang Berlaku di Masyarakat
Manusia dikodratkan hidup sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia sebagai
makhluk individu melakukan berbagai kegiatan sebagai upaya memenuhi kebutuhan pribadi mereka.
Untuk itu mereka berinteraksf satu sama lain. Interaksi tersebut dapat berjalan dengan baik apabila
ada batasan yang menjadi kesepakatan bersama dan ditaati oleh semua pihak. Aturan itu biasa
disebut dengan etiket. Etiket berarti aturan sopan santun dalam menjalin pergaulan.
Apabila seseorang mengabaikan sopan santun maka akan menimbulkan perselisihan atau
kesalahpahaman. Etiket merupakan sarana atau alat untuk kelancaran pergaulan yang dapat
membantu seseorang dalam mencapai cita-cita. Sedangkan etika merupakan pedoman cara hidup
yang benar dilihat dari sudut pandang budaya, susila dan agama. Etika memuat kriteria apa yang
'baik’ (dan yang 'tidak baik', asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, serta nilai apakah suatu
perbuatan boleh atau tidak boleh dilakukan. Pergaulan yang beretika membuat manusia saling
menghormati satu sama lain sehingga keamanan dan kenyamanan dalam menunaikan kewajiban dan
menikmati hak masingmasing dapat terjamin. Semua itu membuat hidup terasa lebih aman, nyaman
dan harmonis.
Masyarakat yang menginginkan hidup aman, tentram, dan damai tanpa ada gangguan, maka
baginya perlu mempunyai pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup
sehingga kepentingan masing-masing dapat terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat
mengetahui hak dan kewajiban masing-masing. Tata peraturan itu lazim disebut kaidah (berasal dari
bahasa Arab) atau norma (berasal dari bahasa Latin) ukuran-ukuran.
Norma-norrna itu mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud perintah dan
larangan. Apakah yang dimaksud perintah dan larangan menurut isi norma tersebut? Perintah
merupakan kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya
dipandang tidak baik. Ada bermacam-macam norma yang berlaku di masyarakat. Macam-macam
norma yang telah dikenal lugs ada empat, yaitu: norma agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum.
1. Norma Agama
Norma agama adalah peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagal perintah-perintah,
larangan-larangan, dan ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggaran
terhadap norma ini akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa berupa "siksa" kelak di
akhirat. Contoh norma agama ini diantaranya ialah larangan untuk membunuh dan mencuri, perintah
untuk beribadah dan berbuat balk terhadap sesama.
2. Norma Kesusilaan
Norma adalah peraturan hidup yang berasal dari suara hall sanuban manusia. Pelanggaran
norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang berakibat penyesalan. Norma kesusilaan bersifat
umum dan universal, dapat diterima oleh seluruh umat manusia. Contoh norma ini diantaranya ialah
larangan mencuri milik orang lain, berlaku jujur atau berbuat balk terhadap sesama manusia.
3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah norma yang timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri untuk
mengatur pergaulan sehingga masing-masing anggota masyarakat sating hormat menghormati.
Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini adalah dicela sesamanya, karena sumber norma ini
adalah keyakinan masyarakat yang bersangkutan itu sendiri.
Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan atau kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat. Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata krama atau adat istiadat. Norma
kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat dunia, melainkan bersifat khusus dan setem pat
(regional) dan hanya berlaku bagi segolongan masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan
bagi golongan masyarakat, mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian. Contoh norma ini
diantaranya ialah: mendahulukan wanita ketika di dalam kereta api, bus dan lain-lain, terutama
wanita yang tua, hamil, atau membawa bayi, tidak makan sambil berbicara, tidak meludah di lantai
atau sembarang tempat, dan orang muda harus menghormati orang yang lebih tua.
4. Norma Hukum
Norma hukum adalah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan
Negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala
paksaan oleh alat-alat Negara, sumbemya bisa berupa perundang-undangan, yurisprudensi,
kebiasaan, doktrin dan agama. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa,
sanksinya berupa ancaman hukuman. Penataan dan sanksi terhadap pelanggaran peraturan-peraturan
hukum bersifat heteronom, artinya dapat dipaksakan oleh kekuasaan dari luar, yaitu kekuasaan
Negara. Contoh norma ini diantaranya ialah tidak menghilangkan nyawa orang lain, dihukum karena
membunuh dengan hukuman setinggi-tingginya 15 tahun, larangan mengganggu ketertiban umum,
dan lain-lain. Hukum biasanya dituangkan dalam bentuk peraturan tertulis, atau disebut juga
perundang¬undangan. Perundang-undangan baik yang bersifat nasional maupun peraturan daerah
dibuat oleh lembaga formal yang diberi wewenang untuk membuatnya. Oleh karena itu, norma
hukum sangat mengikat bagi warga Negara.
5. Hubungan Antar Norma
Kehidupan manusia dalam masyarakat, selain diatur oleh hukum juga diatur oleh norma-
norma agama, kesusilaan dan kesopanan serta kaidah-kaidah lainnya. Kaidah-kaidah sosial itu
mengikat dalam arti dipatuhi oleh anggota masyarakat di mana kaidah itu berlaku. Hubungan antara
hukum dan kaidah-kaidah sosial lainnya sating mengisi. Artinya kaidah sosial mengatur kehidupan
manusia dalam masyarakat dalam hal-hal hukum tidak mengaturnya. Selain sating mengisi, juga
saling mem perkuat. Suatu kaidah hukum misalnya "Anda tidak boleh membunuh" diperkuat oleh
kaidah sosial lainnya seperti kaidah agama, kesusilaan dan adat juga berisi aturan yang sama.
Dengan demikian, tanpa adanya kaidah hukum pun dalam masyarakat sudah ada larangan untuk
tidak membunuh sesamanya. Hal yang sama juga berlaku untuk "pencurian", "penipuan", atau
pelanggaran hukum lainnya. Hubungan antara norma agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum
yang tidak dapat dipisahkan itu dibedakan karena masing-masing memiliki sumber yang berlainan.
Norma agama sumbernya kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Norma kesusilaan
sumbernya suara hati (insan kamil). Norma kesopanan sumbemya keyakinan masyarakat yang
bersangkutan, dan norma hukum sumbemya peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai