PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etika?
2. Apa sajakah jenis – jenis etika?
3. Bagaimana peran etika dalam IPTEK?
4. Bagaimana etika dalam menerapkan IPTEK?
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian etika.
2. Mendeskripsikan jenis – jenis etika.
3. Untuk mengetahui peran etika dalam IPTEK.
4. Untuk mengetahui etika dalam menerapkan IPTEK.
1.4 Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini yaitu agar dapat menambah dan memperluas
wawasan penyusun dan pembaca mengenai “Etika dalam Mengembangkan
IPTEK dan Menerapkan IPTEK”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Etika menurut kamus besar bahasa indonesia adalah ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika
berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun. Dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai ethics dan etiquette. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang
filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia.
Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan
bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh
bermacam-macam norma. Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum,
norma moral, norma agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari
hukum dan perundang-undangan, norma agama berasal dari agama sedangkan
norma moral berasal dari suara batin. Norma sopan santun berasal dari kehidupan
sehari-hari sedangkan norma moral berasal dari etika.
Menurut para ahli, etika dapat di definisikan sebagai berikut:
W. J. S. Poerwadarminto
Menurut W. J. S. Poerwadarminto, etika merupakan ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak atau moral.
Hamzah Yakub
Menurut Hamzah Yakub, etika yaitu menyelidiki suatu perbuatan mana
yang baik dan mana yang buruk.
Soegarda Poerbakawatja
Menurut Soegarda Poerbakawatja, etika adalah sebuah filsafat berkaitan
dengan nilai-nilai, tentang baik dan buruknya tindakan dan kesusilaan.
Drs. O. P. Simorangkir
Menurut Drs. O. P. Simorangkir, etika merupakan pandangan manusia
terhadap baik dan buruknya perilaku manusia.
H. A. Mustafa
Menurut H. A. Mustafa, etika merupakan ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh
yang dapat diketahui oleh akar pikirannya.
Aristoteles
Aristoteles membagi pengertian etika menjadi dua, yaitu Terminius
Technikus dan Manner and Custom. Terminius Technikus merupakan etika
yang dipelajari sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu problema
tindakan atau perbuatan manusia. Manner and Custom merupakan suatu
pembahasan etika yang berhubungan atau berkaitan dengan tata cara dan adat
kebiasaan yang melekat dalan kodrat manusia atau in herent in human nature
3
yang sangat terkait dengan arti baik dan buruk suatu perilaku, tingkah laku
atau perbuatan manusia.
K. Bertens
Menurut K. Bertens, etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral,
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur perilaku.
Menurut Prof. DR. Franz Magnis Suseno, Etika adalah ilmu yang mencari
orientasi atau ilmu yang memberikan arah dan pijakan dalam tindakan
manusia.
Martin
Menurut Martin. Etika adalah suatu disiplin ilmu yang berperan sebagai acuan
atau pedoman untuk mengontrol tingkah laku atau perilaku manusia.
Maryani dan Ludigdo
Ahmad Amin
Menurut Drs. Sidi Gajabla. Etika merupakan teori tentang perilaku atau
perbuatan manusia yang dipandang dari segi baik dan buruknya sejauh
mana dapat ditentukan oleh akal manusia.
4
Drs. H. Burhanudin Salam
Menurut Drs. H. Burhanudin Salam. Etika ialah suatu cabang ilmu filsafat
yang berbicara tentang nilai -nilai dan norma yang dapat menentukan
perilaku manusia dalam kehidupannya.
James J. Spillane SJ
Asmaran
Menurut Asmaran. Etika adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia, tidak
hanya menentukan kebenaran seperti mereka, tetapi juga untuk menyelidiki
manfaat atau keuntungan dari semua perilaku manusia.
5
Etika dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain :
a. Etika Filosofis
Etika filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Kata filosofis
sendiri berasal dari kata “philosophis” yang asalnya dari bahasa Yunani
yakni: “philos” yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kebenaran atau
kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang menguraikan pokok-pokok etika
atau moral menurut pandangan filsafat. Dalam filsafat yang diuraikan terbatas
pada baik-buruk, masalah hak-kewajiban, masalah nilai-nilai moral secara
mendasar. Disini ditinjau hubungan antara moral dan kemanusiaan secara
mendalam dengan menggunakan rasio sebagai dasar untuk menganalisa.
2. Etika yang didasarkan pada individu, aliran ini mencari norma baik-
buruk itu di dalam nafsu atau di dalam keberuntungan.
4. Etika nilai-nilai, aliran ini mencari norma baik-buruk itu di dalam nilai-
nilai tertentu, misalnya: kebaikan, kebenaran, keindahan.
2. Etika heteronom, mengambil norma-normanya dari si-Aku, tetapi dari yang lain
(heteros) di dalam masyarakat kemanusiaan. Misalnya, dari rakyat (moral
6
fasisme), dari kaum proletar (moral marxisme), atau dari kemanusiaan (moral
humanisme).
- Emanuel Kant
Setiap orang yang mempelajari etika Kant dengan cermat tidak akan meragukan
bahwa etika ini sangat mengesankan. Meskipun memiliki berbagai keunggulan,
bukan berarti etika Kant tanpa masalah, masalah kewajiban dalam pandangan
Kant masih sangat abstrak. Apakah dalam kenyataannya orang bertindak
melakukan kewajiban demi kewajiban belaka? Seandainya kita memenuhi
kewajiban demi kewajiban semata-mata, apakah sikap tersebut dapat
dipertanggungjawabkan di hadapan akal budi yang sehat? Bukankah orang
melakukan kewajiban tidak secara buta demi kewajiban itu sendiri, melainkan
demi nilai-nilai yang ingin diperjuangkan? Dengan demikian, kewajiban bertujuan
pada pelaksanaan nilai-nilai ( kritik dari Max Scheler, 1874-1924 ). Max Scheler
adalah filsuf dari Jerman. Menurut Scheler orang bertindak bukan demi untuk
kewajiban belaka sebagaimana yang di ajarkan Kant, melainkan demi nilai-nilai.
Scheler memperlihatkan nilai-nilai itu dapat digolongkan ke dalam empat bagian.
Pertama, nilai-nilai enak-tidak enak yang berhubungan dengan kenikmatan-
kenikmatan penglihatan. Kedua, nilai-nilai vital: kesehatan keberanian, kebesaran
hati. Ketiga, nilai-nilai rohani yang meliputi: nilai-nilai estetis ( indah-jelek ),
nilai-nilai etis (keadilan dan kebenaran), nilai-nilai yang berhubungan dengan
pengetahuan murni yang dijalakan tanpa pamrih (filsafat). Keempat, nilai-nilai
yang menyangkut objek-objek absolut (yang kudus, yang profan, nilai religius).
b. Etika Teologis
7
Etika pertama kali ada mulai sejak abad pertama, namun etika tersebut tidak
secara khusus dipelajari. Namun seiring berjalannya waktu, pokok-pokok etika
pun dibuat. Tokoh-tokoh yang mulai memberikan pemikiran pada pembuatan
pokok-pokok itu seperti: Tertullianus yang menulis tentang hal-hal apa saja yang
boleh dilakukan oleh seorang Kristen, Ambrosius yang fokus pada etika yang
mengatur tentang kewajiban-kewajiban para pejabat, dan Agustinus yang fokus
pada etika tertentu yaitu tentang kesabaran, tentang dusta karena terpaksa, dan
sebagainya.
Kemudian dalam abad pertengahan, hal-hal tentang etika dibicarakan lagi
dalam “Libri poenitentiales” (kitab-kitab mengenai pengakuan dosa). Di masa
reformasi ketiga tokoh reformator (Luther, Calvin, dan Zwingi) juga memberikan
suaranya mengenai etika politik dan etika jabatan. Selain tokoh reformator, ada
juga Schleiermacher yang baginya etika mencoba menerangkan tentang
kehidupan orang-orang beriman. Di abad ke-19 dan awal abad-20 banyak orang
yang mengikutinya. Berbeda dengan Kuyper yang menurutnya etika itu termasuk
golongan dogmatika dan dapat diuraikan secara khusus dan pendirian ini
dipertahankan oleh Prof. Dr. W. Geesink dan Prof. Karl Bath.
Bertolak dari sejarah yang diuraikan, dapat disimpulkan bahwa etika teologis
adalah sebuah etika yang bertolak dari praanggapan-praanggapan tentang
Allah/ilahi. Sehingga, secara singkat dapat dikatakan bahwa etika teologis
adalah sebuah etika yang didasarkan atas unsur-unsur agama. Etika teologis
memiliki sifat transempiris yaitu pengalaman manusia dengan Allah yang
melampaui kesusilaan tidak dapat diamati manusia dengan pancainderanya.
Karena etika teologis berhubungan dengan yang ilahi, maka sumber utama yang
dijadikan bagi etika ini ialah Alkitab dan alat bantu lainnya.
Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa
yang diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara
agama yang satu dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam
merumuskan etika teologisnya.
Etika teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk
berdasarkan ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua perbuatan moral
sebagai:
8
kehidupan sehari-hari. Sumber pengetahuan dan kebenaran etika ini adalah
kitab suci.
c. Etika Sosiologis
Etika sosiologis berbeda dengan dua etika sebelumnya. Etika ini menitik
beratkan pada keselamatan ataupun kesejahteraan hidup bermasyarakat. Etika
sosiologis memandang etika sebagai alat mencapai keamanan, keselamatan, dan
kesejahteraan hidup bermasyarakat. Jadi etika sosiologis lebih menyibukkan diri
dengan pembicaraan tentang bagaimana seharusnya seseorang menjalankan
hidupnya dalam hubungannya dengan masyarakat.
1) Etika Diskriptif
Etika ini berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan
perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam kehidupan sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika ini berbicara tentang kenyataan sebagaimana adanya
tentang nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan
situasi dan realitas konkrit. Dengan demikian etika ini berbicara tentang realitas
penghayatan nilai, namun tidak menilai. Etika ini hanya memaparkan, karenanya
dikatakan bersifat diskriptif.
2) Etika Normatif
Etika ini berusaha untuk menetapkan sikap dan pola perilaku yang ideal
yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam bertindak. Jadi etika ini berbicara
tentang norma-norma yang menuntun perilaku manusia serta memberi penilaian
dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya. Dengan
demikian etika normatif memberikan petunjuk secara jelas bagaimana manusia
harus hidup secara baik dan menghindari diri dari yang jelek.
e. Etika Teleologis
Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yakni “telos” yang berati tujuan.
Etika teleologis menjadikan tujuan menjadi ukuran untuk baik buruknya suatu
tindakan. Dengan kata lain, suatu tindakan di nilai baik kalau bertujuan untuk
mencapai sesuatu yang baik atau kalau akibat yang ditimbulkan baik.
Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala
kejadian menuju pada tujuan tertentu. Istilah teleologi dikemukakan oleh
Christian Wolff, seorang filsuf Jerman abad ke-18. Teleologi merupakan sebuah
studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan,
akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai
dalam suatu proses perkembangan. Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah
9
studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun
dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius
tentang eksistensi tujuan dan “kebijaksanaan” objektif di luar manusia.
Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral
akan baik buruknya suatu tindakan dilakukan. Teleologi mengerti benar mana
yang benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir, yang
lebih penting adalah tujuan dan akibat. Betapapun salahnya sebuah tindakan
menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu
dinilai baik. Ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya menghalalkan segala
cara. Dengan demikian tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan yang benar
menurut hukum. Perbincangan “baik” dan “jahat” harus diimbangi dengan
“benar” dan “salah”. Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat
menciptakan hedonisme, ketika “yang baik” itu dipersempit menjadi “yang baik
bagi diri sendiri.
Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya
bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
Contoh : (mungkin masih ada) para petinggi politik yang saling berebut kursi
“kekuasaan” dengan melakukan berbagai cara yang bertujuan bahwa dia harus
mendapatkannya.
Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu
perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut
bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
10
IPTEK adalah singkatan dari ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu suatu
sumber informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan ataupun wawasan
seseorang dibidang teknologi. Dapat juga dikatakan, definisi IPTEK ialah
merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi, baik itu
penemuan yang terbaru yang bersangkutan dengan teknologi ataupun
perkembangan di bidang teknologi itu sendiri.
11
yang lebih penting untuk dibeli. Orang berlomba-lomba untuk memiliki
handphone dengan fitur-fitur terbaru yang telah muncul di pasaran. Semakin
banyaklah dari mereka berganti-ganti model handphone karena gengsinya.
Seharusnya sikap atau etika yang harus kita miliki saat ini dalam
berkembangnya IPTEK yaitu kita harus memanfaatkan atau menggunakan
kemajuan teknologi dengan sebaik-baiknya dan dengan sebagaimana mestinya
alat tersebut digunakan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
IPTEK adalah singkatan dari ‘ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu suatu
sumber informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan ataupun wawasan
seseorang dibidang teknologi. Dapat juga dikatakan, definisi IPTEK ialah
merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi, baik itu
penemuan yang terbaru yang bersangkutan dengan teknologi ataupun
perkembangan dibidang teknologi itu sendiri. Sebenarnya kecanggihan teknologi
alat komunikasi sekarang ini sangat membantu manusia dalam menjalani
aktivitasnya sehari-hari. Namun dengan kehadiran alat komunikasi yang semakin
canggih ini sering disalah gunakan, kini handphone telah menjadi semacam gaya
hidup bagi para pemiliknya. Kepemilikan atas barang-barang yang bersifat
material telah menjadi salah satu tolak ukur bagi masyarakat yang ingin dikatakan
modern.
3.2 Saran
Sebaiknya sikap atau etika yang harus kita miliki saat ini dalam
berkembangnya IPTEK yaitu kita harus memanfaatkan atau menggunakan
kemajuan teknologi dengan sebaik-baiknya dan dengan sebagaimana mestinya
alat tersebuat di gunakan.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://megainfo92.blogspot.co.id/2014/01/etika-pengembangan-ilmu.html
http://imadiklus.com/filsafat-ilmu-etika-dalam-pengembangan-ilmu-dan-
teknologi/
http://etikadalamiptek.blogspot.co.id/
http://ringgaparlian.blogspot.co.id/2010/04/peran-etika-dalam-pengembangan-
ilmu.html
http://www.pelajaran.co.id/2016/29/pengertian-etika-dan-fungsinya-menurut-
para-ahli.html (20 September 2017)
14