Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah berisi
rangkuman tentang “LINGKUNGAN FISIK WILAYAH DAN HUBUNGANNYA
DENGAN KEHIDUPAN MANUSIA SERTA KEMAJEMUKAN RAS, ETNIS, DAN
AGAMA” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sangat sempurna.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun.
Penyusun
1
Daftar Isi
DAFTAR ISI..……………………………………………………………………………2
2. Aspek Manusia……………………………………………………….………….... 7
1. Ras di Indonesia…………………………….…………………….………. 10
3. Kemajemukan Agama………………………..…………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA……………………………….………………………….. 13
2
LINGKUNGAN FISIK WILAYAH DAN HUBUNGANNYA
Meliputi letak, luas, batas, dan bentuk fisik wilayah. Terkait dengan kehidupan
sosial, ekonomi, budaya, dan politik dan sistem pertahanan dan keamanan. Secara
astronomis, terletak pada 6o LU (tepat melewati pulau weh / NAD) - 110LS (tepat
melewati pulau rote / NTT) dan 950BT (tepat melewati pulau breuh / NAD) - 1410BT
(tepat melewati Merauke / Papua).
Indonesia tergolong lintang rendah (Low ltitude), jalur khatulistiwaa melintasnya,
termasuk iklim tropik basah.
Perbedaan garis bujur Indonesia sebesar 46 0 (1410-950), terdapat selisih waktu 3 jam
berdasarkan Kepres RI No 41 tahun 1987. Dipenggal menjadi tiga daerah waktu yaitu:
1.WIB - GMT + 7 jam dengan derajat tolok 105 0, meliputi provinsi dipulau Sumatera,
Jawa-Madura, Kalimantan Barat, Kalteng.
2.WITENG - GMT + 8 jam derajat tolok 120 0BT, meliputi Kalsel, Kaltim, Bali, NTT,
serta seluruh provinsi dipulau Sulawesi.
3. WIT – GMT + 9 jam dengan derajat tolok 1350BT, meliputi Maluku dan Papua.
b. Geologi
Tatanan geologi Indonesia rumit, akibat interaksi tiga lempeng tektonik yaitu
lempeng Samudera Pasifik yang bergerak ke arah barat-barat daya dengan kecepatan 9
cm/tahun, lempeng Samudera Hindia – lempeng Benua Australia yang bergerak ke arah
Utara dengan kecepatan 7 cm/tahun, serta lempeng Benua Eurasia yang bergerak ke arah
3
timur-tenggara dengan kecepatan 1 cm/tahun. Menyebabkan terjadinya peristiwa geologi,
seperti magmatik dan terbentuknya zona-zona kegempaan yang tinggi, terangkatnya kerak
bumi, pembentukan cekungan-cekungan sedimenter yang kaya akan berbagai potensi
sumberdaya mineral dan pembentukan keanekargaman bentuk lahan dan berkembangnya
jenis tanah.
c. Geomorfologi
Keanekaragaman bentuk lahan (landform) baik di atas maupun di bawah paras laut
dipengaruhi pada genesis dan perkembangan lingkungan dinamakan Geomorfologi.
1)Wilayah darat Nusantara terdiri dari : bentuk lahan struktural, bentuk lahan vulkanik,
denudasional, fluvial, dan pelarutan (karst).
2)Wilayah pesisir terdiri dari : lahan biogen (mangrove, terumbu karang).
Keanekaragaman bentuk lahan tersebut terbentuk karena adanya :
1) Proses Endogenik : terjadi karena adanya interaksi antarlempeng litosfer
2) Proses Eksogenik : terjadi karena interkasi komponen geosfer dari luar bumi
3) Proses Biogenik : terjadi karena aktivitas hewan dan tumbuhan
4) Proses Antropogenik : terjadi karena aktivitas manusia
Gunung api adalah sebuah timbulan di permukaan bumi, pada umumnya berupa
kerucut raksasa, kerucut terpancung, kubah atau bukit yang diakibatkan oleh penerobosan
magma ke muka bumi. Pada waktu gunung api meletus, ada 3 jenis material yang keluar,
yaitu material padat, material cair, dan material gas. Material padat meliputi : batu batu
besar / bom, batu-batu besar / lapili, kerikil dan pasir, debu atau abu vulkanik.
4
Dataran tinggi digunakan sebagai pegunungan
Adapun kerugian gunung merapi yang meletus :
Lava pijar dapat menghanguskan apa saja
Gas panas yang membentuk awan panas dapat menghanguskan lebih cepat dari lava
Lahar panas dapat menghanguskan apa saja yang dilaluinya
Gunung api yang tinggi dan berderet dapat membentuk daerah bayangan hujan
Bila terjadi di dalam laut, ketika meletus dapat menimbulkan tsunami
e. Hidrologi
Hidrologi mempelajari seluk beluk air, kejadian dan distribusinya, sifat alami, dan
sifat kimiawi nya, serta reaksinya terhadap kebutuhan manusia dan makhluk hidup lain
nya. Sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografik yang menampung,
menyimpan, dan mengaliri curah hujan diatasnya dinamakan daerah aliran sungai (DAS).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 39 Tahun 1989 mengelompokkan 90 sungai
induk yang dinamakan Satuan Wilayah Sungai (SWS). Terdapat tiga pola SWS yaitu : (1)
satu DAS, (2) beberapa DAS, (3) satu pulau atau kepulauan sebagai satu kesatuan.
Cekungan luas di daratan yang kemudian digenangi air, dinamakan danau. Air danau
biasanya berasal dari air tanah dan air hujan. Danau-danau di Indonesia terbentuk karena
kegiatan gunung api, gerakan tektonik, dan dibuat manusia.
5
Persebaran air tanah di indonesia tidak merata. Ada beberapa ubahan yang
mempengaruhi ketersediaan air tanah pada suatu daerah yaitu : curah hujan, jenis batuan,
sifat fisik dan kimia batuan, umur batuan. Potensi sumberdaya air di Indonesia
dibedakan sebagai berikut : (1)daerah-daerah potensi rendah, kurang dari 10.000
m³/kapita/tahun: Jawa-Madura, Bali, NTB, dan NTT; Kedua, (2)daerah-daerah potensi
sedang, 10.000 m³/kapita/tahun – 100.000 m³/kapita/tahun: Sumatera, Sulawesi, dan
Maluku; (3)daerah-daerah potensi besar: > 100.000 m³/kapita/tahun: Kalimantan dan
Papua.
Oseanografi membahas tentang kajian aspek geologi, fisika, kimia, dan biologi
kelautan. Sebelah utara Australia terhampar paparan Sahul, dengan luas 1,5 juta km²,
dirinci Paparan Arafura 930.000 km², dan paparan Sahul dan paparan Rowley
masing-masing 300.000 km². Perairan laut dalam yang terletak di antara Paparan Sunda
dan Paparan Sahul, mempunyai topografi yang kompleks dengan berbagai bentuk basin
dan palung. Palung Weber merupakan bagian terdalam di perairan Indonesia. Kedalaman
maksimumnya 7.440 m yang berarti ± 1,5 kali puncak gunung tertinggi di
Indonesia (Puncak Jaya Wijaya di Papua 5.030 m). Basin besar Indo-Australia
terletak di sebelah barat dan selatan Sumatera dan Jawa. Basin besar ini dibagi atas
beberapa basin yang lebih kecil.
Suhu air laut pada permukaan perairan laut di Indonesia umumnya berkisar
antara 28º-31º C. Tinggi gelombang rerata di perairan laut Indonesia berkisar antara
1,5 – 2,5 meter. Gelombang di perairan Indonesia dapat berupa :
1) seas, gelombang yang timbul karena gerakan angin, masih dipengaruhi oleh
angin, bentuk yang tidak teratur, panjang dan periode gelombang bervarias
2) Swell, gelombang laut yang telah keluar dari daerah pembentukannya, tidak
dipengaruhi oleh angin, panjang gelombangnya lebih panjang daripada seas
6
3) Tsunami, yang terjadi karena gempa tektonik, lahan lahan longsor, dan letusan
gunung api laut, dengan panjang gelombang sangat panjang bisa
mencapai ratusan kilometer
4) Gelombang pasang surut, yang terjadi pada saat surut air laut.
2. Aspek Manusia
a. Kependudukan
7
b. Aktivitas ekonomi
c. Aktivitas sosial
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial. Sosialitas manusia terwujud dalam
kesejajaran dengan sesama. Manusia harus berusaha untuk ikut bertanggung jawab atas
kehidupan orang lain.Dalam interaksi sosial manusia Indonesia melakukan hubungan sosial
yang dinamis, baik hubungan antarindividu, antarkelompok dan hubungan antara individu
dengan kelompok.
d. Aktivitas budaya
8
e. Aktivitas Publik dan Pertahanan Keamanan
9
B. Kemajemukan RAS, Etnik, dan Agama Nusantara
1. Ras di Indonesia
Secara rasial penduduk Indonesia terdiri dari ras Paleomongolid, merupakan campuran
Mongolid asli dan Weddid yang hitam. Menurut Howells mereka merupakan keturunan
dari tiga ras sekaligus, yaitu hitam, kuning, dan putih (Daldjoeni, 1987).
Pertama, faktor bentuk fisik yang berbentuk kepulauan. Faktor ini merupakan faktor yang
sangat besar pegaruhnya terhadap terciptanya pluralitas etnik di Indonesia.
Kedua, kenyataan bahwa Indonesia terletak di antara samudera Hindia dan samudera
Pasifik, sangat mempengaruhi terciptanya pluralitas agama di dalam masyarakat Indonesia.
Produk final dari semua pengaruh kebudayaan tersebut kita jumpai dalam bentuk
pluralitas agama di dalam masyarakat Indonesia di luar Jawa, hasilnya kita lihat pada
timbulnya golongan Islam modernis terutama di daerah-daerah yang strategis berada di
dalam jalur perdagangan Internasional pada waktu reformasi agama Islam, golongan Islam
conservative-tradisinalist di daerah pedalaman, dan golongan Kristen (Katholik dan
Protestan) di daerah Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Tapanuli dan
Kalimantan Tengah ; serta golongan Hindu Bali (Hindu Dharma) terutama di pulau Bali.
Di pulau Jawa, kita jumpai golongan Islam modernis terutama di daerah-daerah Pantura
Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan kebudayaan pantainya, serta sebagian besar daerah
Jawa Barat; golongan Islam conservative-tradisional di daerah-daerah pedalaman Jawa
10
Tengah dan Jawa Timur; dan golongan Islam nominal yang biasa disebut juga golongan
abangan, terutama di daerah-daerah Jawa tengah dan Jawa timur, serta golongan minorotas
Kristen yang tersebar hampir di setiap daerah perkotaan di pulau Jawa.
Ada tiga hal dalam kebudayaan nasional yang dibanggakan, yaitu : (1). adanya satu
bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia yang jarang dimiliki Negara multietnik lain, (2).
adanya toleransi yang tinggi terhadap kebudayaan suku bangsa lain, yang memudahkan
bangsa Indonesia yang terdiri dari ratusan suku bangsa, dengan kebudayaan, bahasa,
agama dan kepercayaan yang berbeda dapat bersatu, (3). Hasil-hasil karya seni,
terutama yang tradisional, banyak yang indah dan bermutu tinggi.
Manusia semestinya selalu menjadi sesama orang lain. Hal ini dapat ditunjukkan
lewat sikap saling menghormati dan menghargai, saling membantu dan melayani
serta saling mencintai. Agama Hindu, Budha, Islam, Konghuchu, Katolik, Kristen
Protestan, dan Aliran Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempunyai ajaran
dan cara mengungkapkan diri yang berbeda dalam kehidupan konkret, namun
semuanya mempunyai satu tujuan, yakni mau membimbing dan menuntun manusia
kepada keselamatan lewat ajarannya tentang kebenaran, keadilan dan cinta kasih.
Di tengah kemajemukan kehidupan beragama di tanah air tercinta ini, para warga
negara dituntut untuk terlibat secara aktif dalam setiap kehidupan berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat Setiap agama dituntut untuk mengabdikan dirinya dalam pelbagai
bidang kehidupan. Kesetiaan menghayati nilai-nilai hidup keagamaan menjadikan
seseorang atau kelompok mampu memajukan kehidupan sosial yang lebih manusiawi.
Kesetiaan dan kepatuhan menghayati nilai-nilai hidup religius atau keagamaan menjadi
jiwa atau semangat dasar, sumber inspirasi, motivasi dan tonggak pedoman arah
bagi manusia Indonesia dalam menentukan dan mengambil sikap yang tepat dan benar
terhadap setiap perkembangan dan kemajuan yang ada. Masyarakat Indonesia terdiri
dari berbagai etnik, Masing-masing etnik tersebut memiliki dimensi wujud dan isi
kebudayaan yang yang berbeda. Masing- masing etnik memiliki sistem budaya, sistem
sosial, dan kebudayaan fisik yang tidak sama. Demikian pula dimensi isi kebudayaan,
yang berupa bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian hidup atau ekonomi,
organisasi sosial, sistem pengetahuan, kesenian, dan religi.
11
3. Kemajemukan Agama
Kebinekaan agama (Islam, Protestan, Hindu, Budha, Katolik, Konghuchu dan Aliran
Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.) merupakan kenyataan hidup dalam
masyarakat Indonesia. Setiap agama itu mempunyai ajaran dan cara mengungkapkan diri
yang berbeda dalam kehidupan konkret, namun semuanya mempunyai satu tujuan, yakni
mau membimbing dan menuntun manusia kepada keselamatan.
Dengan demikian manusia tidak kehilangan identitas dan jati dirinya sebagai homo
religious dan man for other’s di tengah arus kemajuan tingkat peradabannya sendiri.
12
Daftar Pustaka
Angin, Ignasius Suban, 1994, Geomorfologi Indonesia, Kupang: Jurusan
Pendidikan Geografi FKIP Undana.
Departemen Pertambangan dan Energi RI, 1985, Kamus Minyak dan Gas Bumi, Jakarta:
Departemen Pertambangan dan Energi RI.
Bintarto, R., 1984, Letak Posisi Silang Indonesia Dilihat Dari Geografi, Yogyakarta:
Fakultas Geografi UGM.
Dahuri, Rochmin, J.Rais, S.P. Ginting, M.J. Sitepu, 2001, Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Jakarta: Pradnya Paramita.
Hadisumarno, Surastopo, 1982, Geografi Fisik dan Manfaatnya Bagi Beberapa Aspek
Pembangunan di Indonesia, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Ilmu Geografi pada
Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta, 20 November 1982.
Koentjaraningrat, 1992, Pembangunan Kebudayaan Nasional, Kompas, 10 Oktober
1992.
Mann, K.H., Ecology of Coastal Waters: A Systems Approach, in Anderson. D.J., P. Greic-Smith,
and F.A. Pitelka (eds), Study in Ecology, California: University of California Press, 322-352.
Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: C.V Rajawali.
Nasir, A. Abujamin, 1992, Ruang Lingkup Klimatologi, dalam Handoko (eds.), Klimatologi Dasar:
13
Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur- Unsur Iklim, Jakarta:Pustaka Jaya, 1-12.
Nontji, Anugerah, 1992, Laut Nusantara, Jakarta: Djambatan.
Rais, Jacub., 2004, Menata Ruang Darat-Laut-Atmosfer Terpadu Dengan Pendekatan Interaksi
Daerah Aliran Sungai-Pesisir, dalam Jacub Rais, et al., Menata Ruang Laut Terpadu, Jakarta:
Pradnya Paramita, 1-29.
Sandy, I Made., 1982, Republik Indonesia:Geografi Regional, Jakarta: Jurusan
Geografi FMIPA UI
Siswanto, Andy., 1986, Pudarnya Arsitektur Tropik Indonesia, Kompas, 13
Desember 1986.
Sumaatmadja, Nursid., 2004, Perspektif Pembangunan Geografi Dalam Pembangunan Berbasis
Otda,. Makalah Seminar Nasional, dan Pertemuan Ilmiah Tahunan IGI VI, Kupang 10-11
Desember 2004.
Santoso, Djoko., 1993, Hidup di Daerah Bencana, Kompas, 13 Desember 1993. Soeprapto,
Tjoek Azis. 2004, Pengelompokan Pulau-Pulau Berdasarkan
Genesanya Untuk Perencanaan Tata Ruang Wilayah Laut, dalam Jacub
Rais, et al., Menata Ruang Laut Terpadu, Jakarta: Pradnya Paramita, 199-
137.
Sunarto, 1997, Paleogeomorfologi Dalam Analisis Perubahan Lingkungan
Kompleks Gua Karst Maros, Sulawesi Selatan, Majalah Geografi Indonesia,
19 (11): 31-51.
14
Supriharyono, 2000, Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah
Pesisir Tropis, Jakarta: Pradnya Paramita.
Sutanto, Rachman., 2005, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Yogyakarta: Kanisius. Sri Harto, Br., 1993,
Analisis Hidrologi, Jakarta: Gramedia.
Van Bemmelen, R.W., 1970, The Geology of Indonesia, Martinus Nijhoff: The
Hague.
Verstappen, H.Th., 1983, Applied Geomorphology: Geomorphological Survey for
Environmental Development, Amasterdam: Elsevier.
, 2000 Outline of Geomorphology of Indonesia: A Case
Study on Tropical Geomorphology of Tectogene Region, Enchede: ITC.
15