Anda di halaman 1dari 216

METEOROLOGI INDONESIA

VOLUME I

KARAKTERISTIK DAN SIRKULASI ATMOSFER

Bayong Tjasyono HK.

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


Bayong Tjasyono HK.

Meteorologi Indonesia I: Karakteristik dan Sirkulasi Atmosfer/ Bayong Tjasyono-


Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

xvi+173 hlm: 16x21 cm


ISBN: -979-99507-5-9
1.Meteorologi 1.Judul

551.5

Penulis : Bayong TjasyonoHK.

Editor &Reviewer : Suratno


Welly Fitria
Dyah Lukita Sari

Penerbit : Badan Meteorologi Klimatologi danGeofisika


Jl. Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta, Indonesia 10720
Telp. (6221) 4246321; Faks. (6221) 4246703

Cetakan I, Tahun 2006


Cetakan II, Tahun 2007
Cetakan III, Tahun 2009
Cetakan IV, Tahun 2012

© Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2009


Kata Pengantar Penerbit
Cetakan ke-4

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


hanya atas perkenanNya, buku Meteorologi Indonesia 1,
Karakteristik & Sirkulasi Atmosfer dapat diterbitkan kembali untuk
cetakan ke-4. Buku ini diterbitkan kembali atas dasar banyaknya
permintaan dari para pengguna, yaitu peneliti, mahasiswa, dan dari
lingkungan BMKGsendiri.
Penerbitan kembali untuk cetakan ke-4 ini dilakukan setelah
prosespenyempurnaanyaitudenganmengkompilasiusulanperubahan/
koreksi dari pengguna dan Reviewer yang secara khusus ditunjuk untuk
memberikan masukan/koreksi baik dari segi penulisan maupun
substansinya. Reviewer untuk buku ini adalah Drs. Suratno, M,Si yang
dianggap mempunyai kompetensi di bidang ini. Usulan perubahan
tersebut kemudian disampaikan kepada Penulis untuk mendapat
persetujuannya.
Besarharapankami,bukuinidapatdigunakanmenjadiacuan
baik untuk pembelajaran maupun penelitian, sehingga dapat
mempunyaiandildalampengembanganilmupengetahuan,utamanya di
bidangmeteorologi.
Kepada Reviewer dan Penulis kami mengucapkan terima
kasih, mudah-mudahan usaha penyempurnaan buku ini bisa
berlanjut, sehingga menjadi buku yang semakin berbobot.
Jakarta, Agustus 2012

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan


Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Dr. Masturyono, M.Sc

Meteorologi Indonesia Volume 1


i
Prakata
BukuMeteorologi Indonesia disusunberdasarkan
pengalaman memberikuliah-kuliah padaProgramSarjana
Meteorologi dan Program Pascasarjana (Magister dan Doktoral) Ilmu
Kebumian bidang khusus Sains Atmosfer di Fakultas Ilmu Kebumian
danTeknologiMineral,InstitutTeknologiBandung.NaskahMeteorologi
Indonesia juga ditunjang oleh pengalaman penelitian di bidang
Meteorologi dan Sains Atmosfer yang dibiayai oleh ITB, BMG
(sekarangBMKG),Depdiknas,RUT,BankDunia,danlain-lain.
Pada dasarnya buku ini dapat dimanfaatkan untuk umum,
namun lebih khusus sebagai buku referensi operasional penelitian dan
pengembanganbidangMeteorologidiBadanMeteorologidanGeofisika
(BMG). Buku ini dapat dimanfaatkan sebagai buku ajar pada fakultas-
fakultas ilmu kebumian, kelautan, geografi, lingkungan, pertanian,
kehutanan,geohidrologi,hidrologi,meteorologi,sainsatmosfer,danlain-
lain. Buku ini terdiri dari dua volume yaitu Volume I : Karakteristik dan
SirkulasiAtmosferdanVolumeII:AwandanHujanMonsun.
Buku Meteorologi Indonesia Volume I membahas Posisi
Indonesia secara geografis dan meteorologis, Aplikasi dan divisi
meteorologi, Komposisi dan struktur atmosfer, Sifat fisis atmosfer
Indonesia, Proses transmisi panas dan pemanasan atmosfer, Insolasi
dan teori radiasi benda hitam, Gerak fluida atmosferik, Sirkulasi
atmosfer global dan lokal, Siklon tropis di sekitar perairan Indonesia
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika melalui Pusat
Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) BMG yang telah
mensponsori dan mendanai penyusunan buku Meteorologi Indonesia
sampaiselesai.KepadaPakMamanyangtelahmembantupengetikan
danPakOtangyangmembuatgambar-gambarnaskahbukuini,serta
kepada semua pihak yang mendukung penyelesaian buku ini kami
mengucapkan terima kasih. Akhirnya penulis mengharapkan semoga
buku Meteorologi Indonesia dapat mencapai sasarandan
bermanfaat bagipenggunanya.
Bandung, Agustus 2006
Bayong Tjasyono HK.

Meteorologi Indonesia Volume 1


ii
Pengantar

Meteorologi berkembang dari negara-negara maju yang


pada umumnya terletak di daerah subtropis dengan 4 musim yaitu
musimpanas(summer),musimgugur(autumn),musimdingin(winter)
dan musim semi (spring). Meteorologi Indonesia mempunyai
keistimewaan dan keunikan tersendiri. Wilayah Indonesia adalah
bagian sistem bumi sebagai kesatuan alam antara : i). atmosfer yaitu
lapisan gas yang sangat cepat tanggap terhadap gaya eksternal
sepertimatahari,(ii).biosferyaitulapisankehidupantermasuktumbuh-
tumbuhan, hewan dan manusia yang aktivitasnya mempunyai efek
terhadap iklim lokal maupun global, (iii). hidrosfer yaitu lapisan air
permukaanyangmempunyaikapasitaspanasbesar,(iv).kriosferyaitu
bagian permukaan bumi dengan temperatur rata-rata di bawah titik
bekusepertidiPuncakJayaWijaya(Papua),(v).pedosferyaitulapisan
padatpermukaan.Kelimakomponenlapisanbumiinidimilikiolehbumi
Indonesiadaninteraksikelimakomponeninimenghasilkancuacadan
iklim Indonesia yang khusus terutama keunikan pembentukan
awannyadankompleksitasatmosfernya.
Bumi sebagai anggota sistem matahari (tata surya) berevolusi
mengelilingi matahari melalui orbit eliptik dengan eksentrisitas 0,017 dan
periode 1 tahun (365,3 hari). Bumi juga berotasi mengelilingi sumbu
imaginernya dengan periode 1 hari (23 jam, 56 menit, 42 sekon),
sehingga kecepatan sudut rotasinya adalah 7,29 x 10-5 rad.s-1. Dua
gerakan revolusi dan rotasi bumi menyebabkan migrasi tahunan (gerak
semu)mataharidarilintangtropisCancer(23,5°U)padatanggal22Juni, ke
lintang ekuator (0°) pada 23 September, ke lintang tropis Capricorn
(23,5° S) pada tanggal 22 Desember dan ke ekuator kembali pada
tanggal 21 Maret. Dampak dari migrasi tahunan matahari adalah 4
musim. Tetapi meteorologi Indonesia tidak mengenal 4 musim yang
disebutkan di atas karena kita pada umumnya tidak tahu kapan bulan
terpanas dan kapan bulan terdingin, sebaliknya kita lebih tahu bulan
denganjumlahcurahhujanberlimpahdanbulandenganjumlahcurah

Meteorologi Indonesia Volume 1


iii
hujan sedikit. Jadi, Indonesia Iebih lazim mempunyai musim hujan (rainy
season) dan musim kering (dry season).
WilayahIndonesiaadalahnegarakepulauanterbesardibumi
yang mempunyai garis pantai 80.791 km, terdiri dari 17.508 pulau
besardankecil,dibatasiolehlintangtempatsekitar7°Uatauvortisitas
-5 -1 -5 -1
bumi 1,8 x 10 s dan 10° S atau vortisitas bumi 2,5 x 10 s , terletak
antara dua benua (Asia dan Australia) dan antara dua osean (Pasifik
dan Hindia), dilalui oleh ekuator geografis, dilalui oleh ekuator
klimatologis(atauzonakonvergensiintertropis),dilaluioleharuslintas
Indonesia(Arlindo)darisamuderaPasifikkeHindia,menerimainsolasi
maksimumdanpanaslatendalamjumlahbesar,dikuasaiolehmonsun
Australasia dan arus monsun Indonesia (The Indonesian Monsoon
Current),danterjadiekinoks2kalisetahun.Ekinoksadalahkedudukan
matahari tepat pada ekuator terjadi pada tanggal 21 Maret dan 23
September yang disebut hari kulminasi. Di Pontianak wisatawan
mancanegara berdatangan pada hari kulminasi untuk membuktikan
bahwa pada jam 12.00 di tugu ekuator tidak terjadi bayangan. Ketika
ekinoks panjang siang dan malam hari sama yaitu 12 jam, insolasi
maksimumdiekuatordanmenujunoldikutub-kutubbumi.
Indonesia sebagai daerah ekuatorial (10° U 10° S)
menerimasurplusenergipanasuntuksegalamusim.Dampakekinoks
terlihat pada distribusi curah hujan bulanan yang menunjukkan
maksima ganda seperti di Pontianak. Energi panas ini dipakai untuk
menggerakan atmosfer secara global ke daerah-daerah lintang
menengah dan tinggi melalui awan Cumulus tinggi (Cumulonimbus)
yangterbentukdidaerahekuatorial.Adatigadaerahekuatorialdimana
konveksi troposfer dan formasi awan Cumulusnya menjadi penting,
yaitu Indonesia, Afrika ekuatorial (Afrika Tengah),dan Amerika
ekuatorial (Amerika Selatan). Tetapi diantara ketiganya, Indonesia
adalahdaerahkonvektifsangataktif,pembentukanawanCumulusnya
bervariasi secara musiman dan non musiman ataupun tahunan oleh
fenomenamonsun,ElNino/LaNina,OsilasiSelatan,OsilasiMaddenJuli
an, oleh fenomena lokal seperti angin laut darat, arus
anabatikkatabatik,anginsepertiFöhndanlain-lain.

Meteorologi Indonesia Volume 1


iv
Curahhujanmaksimumdalammusimpanasberkaitandengan
intensifikasi tekanan rendah panas (heat low). Curah hujan di daerah
monsundisebabkan:a)olehCumulusbermenaraatauCumulonimbus
jikageserangin(windshear)vertikaldankonvergensitroposferikbawah
keduanyakecil,hujannyadisebut"hujanderas"(shower),ataub)oleh
Nimbostratus kuat (deep Ns) dengan dibarengi Cumulonimbus jika
geser angin vertikal dan konvergensi troposferik bawah keduanya
besar. Meskipun intensitas hujan cukup besar tetapi pada umumnya
langitmendungdanhujannyadisebut"hujanbiasa"(rain).
Sebagai wilayah kepulauan (benua maritim) yang
berpegunungan, cuaca dan iklim Indonesia dipengaruhi oleh sistem
anginlokalsepertiangindarat-lautdananginlembah-gunung.Sistem
angin harian (diurnal) sangat penting dalam klimatologi karena terjadi
secara reguler dan sering. Kasus ini terjadi di beberapa tempat di
benua maritim Indonesia. Perubahan panas antara slang dan malam
merupakan gaya penggerak utama sistem angin harian, karena ada
bedapanasyangkuatantaraudaradiatasdaratdandiataslautatau antara
udara di atas tanah tinggi (pegunungan) dan tanah rendah.
Karenadurasinyaterbatas,makasistemanginharianbiasanyahanya
efektifpadaarea-arearelatifkecil,danjarangmeluasataumenembus ke
daerah yang jauh, karena itu sistem angin ini kebanyakan
menyebabkan variasi lokal. Ada dua tipe utama lokasi angin harian
yaitu: daerah pantai, sepanjang laut, dan dekat danau besar dimana
sistem angin darat dan laut (atau danau) sering terjadi, dan daerah
pegunungan dimana beda tipe lembah dan gunung menyebabkan
terjadinya angin lembah dangunung.
Cuaca mempengaruhi kehidupan baik terhadap manusia,
binatang maupun tanaman. Karena itu memanfaatkan cuaca dan iklim
dengan balk dan tepat merupakan suatu usaha meningkatkan produksi.
Banjir merupakan masalah yang kompleks dan tidak bisa ditinjau dari
satu segi saja. Jumlah curah hujan yang sama mungkin menyebabkan
banjir di tempat yang satu tetapi belum tentu di tempat lain. Menjaga
keseimbangan air (water balance) merupakan salah satu langkah yang
sebaiknyadilakukan.Perkembangankotamisalnyatanpaditunjangdata

Meteorologi Indonesia Volume 1


v
iklim terutama curah hujan dapat dilanda banjir jika jalan atau
bangunan tidak dilengkapi dengan saluran yang memadai. Jalan
beraspaldanbangunanbetondisuatukotajikatidakdiimbangidengan
lahan-lahan yang disediakan untuk tanaman, maka daya resap tanah
terhadapairhujanmakinlamamakinberkurangdaninimenyebabkan
pori-pori permukaan tidak mampu lagi meresapkan air hujan yang
mempunyaiukuranteteslebihbesar.
Faktor meteorologi utama yang menyebabkan banjir adalah
curahhujan.Jenishujanakanmempengaruhihidrologiairpemukaan,
misalnya hujan gerimis (drizzle) biasanya mempunyai diameter tetes
hujankurangdari1mm,danintensitascurahhujankecil,sehinggaair hujan
mempunyai banyak kesempatan untuk meresap ke dalam pori-
poritanah,tetapihujanderas(shower)yangmempunyaidiametertetes
antara 4 - 6 mm dengan intensitas curah hujan tinggi, memungkinkan
tertutupnyapori-poritanaholehteteshujanbesar,sehinggabanyakair
hujan yang tidak sempat meresap ke dalam tanah dan terjadi air bah
ataubanjir.Faktorlainyangbukanmeteorologisadalahsifat-sifattanah itu
sendiri, misalnya tanah gundul, tanah dengan tutupan tanaman,
tanah miring, tanah datar, tanah lembap, tanah keras, pendangkalan
sungai, semuanya akan mempengaruhi terjadinya banjir. Analisis
frekuensi banyak dipakai dalam menanggulangi banjir yaitu dalam
perencanaanbendunganatauwaduk,gorong-gorongdansebagainya.
Secara praktis suatu keharusan untuk membuat kantong-kantong air,
meningkatkan daya serap tanah terhadap air hujan yang berarti
menjaga keseimbangan air dan daurhidrologi.
Memang curah hujan merupakan salah satu bagian yang
penting bagi semua aspek kemasyarakatan baik dalam
pertanian,hidrologi dan lain-lain. Curah hujan ditempat yang tinggi
mempunyaienergi potensial yang dapat diubah menjadi energi lain,
misalnya energi
listrik.Karenaitulahkesadaranumatmanusiaterhadapkelestarianalam
sangat didambakan agar setiap tetes hujan yang jatuh ke permukaan
bumi dapat dikelola dengan baik dan tepat sehingga mendatangkan
manfaatbagi kita semuadan bukansebaliknyamendatangkan
malapetaka(katastrol)danmenimbulkanbencanaalamkebumian.

Meteorologi Indonesia Volume 1


vi
Daftar Gambar
Halaman
Gambar 1.1. Penampangvertikalbagian-bagianbumi Indonesia
yang interaksinya membentuk sistem
cuacadaniklimyangkhas. 4
1.2. Posisi geografisdan meteorologisbumi
Indonesiaterhadapsamuderadanbenualain 5
Gambar 2.1. Perubahan fasa air menjadi fasa uapdanfasa 22
es.
2.2. Komponen atmosferik yang berubah dengan 23
ketinggian.
2.3. Lapisan atmosfer berdasarkanprofittemperatur 25
vertikal. 26
2.4. Tropopausedalambidangmeridian.
2.5. Lapisan troposfer danstratosferyangdibatasi 27
tropopause.
2.6. Lapisan homosfer dan heterosferyang dibatasi 29
turbopause. 32
2.7. Daerahionosferdanprofildensltaselektron
2.8. Sumber radiasi yang menyebabkan ionisasidi 33
ionosfer. 35
2.9. Pengukuran ionosferdenganionosonde. 36
2.10. Strukturionosfer.
2.11. Distribusi bulanan tinggi isoterm 0°C dan 38
tropopause diatasJakarta. 42
2.12. Distribusispektralpenampangabsorpsi
2.13. Pengukurankonsentrasirata-ratatahunanozon 48
troposferikdanstratosferikdiJerman.
56
Gambar 3.1. Definisi stabilitasudara.
3.2. (a).Sifat sinar cahaya dalamprosesrefraksi. 65
(b).Sudutkritisdanrefleksitotal. 70
3.3. Variasijalannyasinarterhadapindeksrefraksi. 70

Meteorologi Indonesia Volume 1


vii
3.4. Refraksigelombangradioelektrikolehatmosfer.
3.5. Bagan sinar radar pada bumi nil (a) dan bumi 71
fiktif(b).
3.6. Kesalahan sudut elevasi (a) akibat refraksi 72
atmosfer. 74
3.7. DistribusivertikalstabilitasstatisdiatasJakarta.
3.8. Histogram indeks 79
stabilitasShowaltermenurutmusimdiatasJakart 81
a
3.9. Profitvertikaltemperaturpotensialekivalen. 83
3.10. Distribusivertikalrefraktivitasradiodalambulan 84
JanuaridanOktoberdiatasJakarta.
91
3.11. VariasiharianrefraktivitasradiodiatasJakarta.
Gambar 4.1. Konveksidalamzatcairyangdipanasi. 99
4.2. Deret waktu jumlah noda mataharirerata 100
tahunandalambeberaparatustahunyanglalu 101
4.3. Insolasidaneteknyaterhadapatmosfer. 101
4.4. Sudutinklinasidanintensitasinsolasi
4.5. Lintangtempatdaninsolasi. 102
4.6. Sudut jatuh sinar matahari dilembah
(pegunungan). 103
4.7. Panjang slang sepanjang tahun untukberbagai 107
lintangtempat. 109
4.8. Keseimbangan panasbumi. 111
4.9. Insolasidikutubselatan.
4.10. Kedudukanekinoks. 112
4.11. Hubungan inklinasi 113
denganperubahanmusimdiBBU. 114
4.12. SolstismusimpanasdiBBU.
4.13. SolstismusimpanasdiBBS.
4.14. Distribusi energi yang
117
dipancarkanbendahitampada6000K(vertikalkiri
danhorizontalbawah) dan pada 300 K (vertikal
kanan dan horizontal atas).

Meteorologi Indonesia Volume 1


viii
Gambar 5.1. Sistem angin dan tekanan terestrialidaman
(ideal). 124
5.2. Rata-ratatekanandanangindiIndonesia
a). Januari dan b). Juli. 125
5.3. ModelselHadley.5.4.Ilustrasi skematik
distribusi tekanan dan angin yang diamati. 129
5.4. Ilustrasi skematik distribusi tekanan danangin
yang diamati. 131
5.5. Polasirkulasiatmosfermeridionalskematikdi
BBU. 132
5.6. Gaya gradien tekanan dalam musim dingindan
musim panas. 135
5.7. Bagangayagravitasionalmonsun. 136
5.8. SirkulasizonalekuatorialtahunnonElNirio. 138
5.9. SirkulasizonalekuatorialtahunElNino. 139
5.10. Bagan sirkulasi dasar dalam tahun El Nino. 139
5.11. Pola dasar angin darat dan laut 141
5.12. Perbedaan temperatur permukaan darat laut
dan hubungannya dengan kecepatan angin laut. 145
5.13. Pola dasar angin lembah dan gunung. 146
5.14. Beth area zona konvektif lepas pantai sekitar
Papua New Guinea dalam monsun barat laut
dan monsuntenggara. 147
5.15. Terjadinya angin Föhn. 148
5.16. Jumlah global badai tropis bulanan. 150
5.17. lsoterm permukaan taut. 153
5.18. Garis arus udara pukul 12.00 waktu universal,
14 Januari1982. 153

Meteorologi Indonesia Volume 1


ix
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 2.1. Gasdalamudarakering. 20
2.2. DataRadiosondedialasJakarta. 40
2.3. Hubungantinggigeometrikdantinggigeopotensial. 40
Tabel 3.1. Kategoristabilitasatmosfer. 63
3.2. StabilitasatmosfertermodifikasimenurutPasquill. 64
3.3. Stabilitas troposfer rata-rata (derajat perkm)
Januari 1979,Jakarta 73
3.4. Stabilitas troposfer rata-rata (derajat per km) Juli
1979,Pukul19.00W.L,Jakarta 74
3.5. Stabilitas rata-rata bulanan (derajat per km) diatas
Jakarta,1979 75
3.6. DistribusifrekuensiindeksstabilitasShowalter(I.)di
atasJakarta,1980 78
3.7. Intervalkelas predominanindeks stabilitas
Showalter(I.)diatasJakarta,1980. 78
3.8. Refraktivitasradiorata-ratabulanJanuari,diatas
Jakarta. 82
3.9. Refraktivitas radio rata-rata bulan Oktober, di atas
Jakarta. 83
3.10. Simpanganbaku(SB)refraktivitasradiotroposferdi
atasJakarta. 84
3.11. Refraktivitasradiodalamlapisantroposferbawah. 85
Tabel 4.1. KarakteristikfisisPlanetterestrial. 93
4.2. Sumberradiasilainrelatifterhadapenergimatahari
yang diterimabumi. 97
4.3. Energitotalberbagaifenomenadanproseslokaldala
matmosfer. 98
4.4. Lamanyaslangharipalingpanjang. 110
Tabel 5.1. Skalagerakatmosfer. 123
5.2. Jumlah curah hujan di beberapa stasiun terpilih
dalamdasarianke2,Januari1982. 154

Meteorologi Indonesia Volume 1


xi
Padanan Kata

Indonesia — Inggris
air cair kelewat dingin supercooled liquid water
angin ribut gust
angin ribut mendadak squall
arus currents
arus keluar outflow
arus masuk inflow
arus udara keatas updraft
arus udara kebawah downdraft
awan induk mother cloud
awan panas warm cloud
badai guruh thunderstorm
badai guruhkonvektif convective thunderstorms
bawah permukaan subsurface
bayangan hujan rain shadow
belalai air waterspout
butiran droplet
cuaca buruk (bengis) severe weather
curah hujan rainfall
dewasa mature
eslapis,hujanyangmembeku glaze
endapan(presipitasi)konveksi convectional precipitation
gayagabung affinity
garis awan badai squall line
garis badai guruh line ofthunderstorm
garis-garis arus stream lines
gelombang timuran easterly wave
gema echo
gerimis drizzle
guruh, guntur thunder
hujan campur salju sleet
hujan lebat heavy rainfall

Meteorologi Indonesia Volume 1


xiii
hujan meteor meteorshower
hujan torensial (amat lebat) torrential rains
jalur track
jeda waktu time lag
jutaan tahun millions
kabus, kabuttipis mist
kabut beku rime
kebasahan moisture
kecuraman steepness
kedadalan breakdown
kekeringan drought
kekurangan gizi malnutrition
kelembapan humidity
kelewatjenuh supersaturation
kelistrikan, elektrisitas electricity
keping saiju snowflake
kestabilan, stabilitas stability
ketakstabilanbersyarat conditional instability
ketakstabilan,labilitas instability
ketinggian altitude
kilat, halilintar lightning
kondisi kering aridity
kondisi mantap steady stateconditions
korban jiwa victim
kristal embun beku rimed crystal
kumpulan kristal crystal aggregate
labil, tak mantap unstable
lempung (tanah liat) clay
lenyap dissipation
luah listrik, pelucutan listrik discharge
Iuah listrik penghubung connecting discharge
lubang cangkulan swath
nisbah(perbandingan)percampuran mixing ratio
olakanbergolak turbulent eddy
padang rumput steppe

Meteorologi Indonesia Volume 1


xiv
paras peleburan melting level
paras laut sea level
peluncuran elektron electron avalance
pembekuan coagulation
pemicuan triggering
pemuatan listrik, elektrifikasi electrification
penakar hujan raingage
penakar hujan pencatat otomatik recording raingage
peng-es-an icing
pengumpulan aggregation
perintis berlangkah stepped leader
perintis lembing dart leader
pertambahan accretion
puing-puing awan, runtuhan awan cloud debris
puting beliung, belalai gajah tornado
ribuan tahun millennia
ratusan tahun centuries
rerata (rata-rata) tahunan annual mean
sambaran balik return strike
sambaran ganda multiple strike
sambaran utama mainstrike
serpihan embun beku rime splintering
setan-setandebu dust devils
setara equivalent
stabil, mantap stable
tak berhenti - henti incessant
tangkapan coalescence
tidak bergerak immobile
titik awal starting point
tetes drop
tetes hujan raindrop
tumbukan collision

Meteorologi Indonesia Volume 1


xv
Daftar Isi
Halaman
Prakata
Pengantar
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Padanan Kata
Daftar Isi
Bab 1. Pendahuluan 1
1.1. Hubungan ManusiadenganMeteorologi 1
1.2. Posisi Wilayah Indonesia Secara Geografis dan
Meteorologis 3
1.3. AplikasiMeteorologi 6
1.4. Studi MeteorologidiIndonesia 14
1.5. Resume 18
Bab2. KomposisidanStrukturAtmosferBumi 19
2.1. KomposisiAtmosfer 19
2.2. StrukturVertikalAtmosfer 24
2.3. AtmosferdiAtasIndonesia 38
2.4. LapisanOzonStratosferik 41
2.5. DampakAktivitasManusiaTerhadapAtmosfer 48
2.6. Resume 51
Bab 3.Sifat Fisis AtmosferIndonesia 55
3.1. KonsepsiStabilitasAtmosfer 55
3.2. Konsepsi RefraktivitasAtmosfer 64
3.3. StabilitasTroposferdiAtasIndonesia 72
3.4. RefraktivitasTroposferdiAtasIndonesia 82
3.5. Resume 86
Bab 4.RadiasiMatahari 89
4.1. ProsesTransmisiPanas 90
4.2. Proses PembentukanEnergiMatahari 94

Meteorologi Indonesia Volume 1


xvii
4.3. Insolasi 100
4.4. PemanasanAtmosfer 104
4.5. Musim 108
4.6. TeoriRadiasiBendaHitam 114
4.7. Resume 119
Bab 5. Sirkulasi Atmosfer 121
5.1. GerakFluidaAtmosferik 121
5.2. SistemAngindanTekananPlaneterIdaman 123
5.3. SirkulasiAtmosferGlobal 127
5.4. AnginLokaldanAnginFöhn 140
5.5. SiklonTropisdiSekitarPerairanIndonesia 149
5.6. Resume 155
Daftar Pustaka 159
Lampiran 1. DaftarIstilah
Lampiran 2. Padanan Metrik Inggris
Lampiran 3. Konstanta
Lampiran 4. Sistem Satuan
Lampiran 5. Radius dan Nisbah Jenuh Kritis
Lampiran 6. Daftar Simbol
Biodata

Meteorologi Indonesia Volume 1


xviii
Bab 1
Pendahuluan

Dalam arti yang luas, geofisika dapat didefinisikan sebagai


sains (ilmu pengetahuan) yang mempelajari proses dan gejala fisis dari
pusatbumisampairumbai-rumbaibumi(fringeoftheearth)ataupuncak
atmosfer. Meteorologi adalah sains yang mempelajari proses fisis dan
gejala cuaca terutama pada lapisan atmosfer bawah (troposfer). Tubuh
ilmu yang lebih luas dari meteorologi disebut Sains Atmosfer
(atmospheric science) yang mencakup kajian seluruh lapisan atmosfer.
Meteorologi dapat dikatakan sebagai cabang ilmu geofisika yang dapat
bertindak sebagai ilmu murni (meteorology), ilmu terapan
(appliedmeteorology) dan rekayasa (engineering meteorology).
Meteorologi statistik sering disebut klimatologi yaitu studi (kajian)
tentang nilai rerata, variasi distribusi unsur-unsur cuaca, dan hubungan
statistik unsur-unsur cuaca tersebut. Meteorologi fisis mempelajari
gejala atmosfer ditinjau dari fisikanya, misalnya alih radiasi gelombang
elektromagnetik melalui atmosfer, prosesfisispembentukanawan dan
hujan,kelistrikan atmosfer, optik atmosfer, dan masalah lain yang
berkaitan dengan disiplin fisika dan kimia. Meteorologi dinamis, studi
tentang gerak atmosfer dengan memperhitungkan gaya yang
menyebabkannya, berdasarkan pendekatan analitik dinamika fluida.
Proses yang terlibat sangat kompleks tetapi pada dasarnya sirkulasi
atmosfer terjadi akibatadanya perbedaan pemanasan bumi-atmosfer
yang secara geografis danmusimantidaksama,sertaadanyarotasibumi.

1.1. Hubungan Manusia dengan Meteorologi


Hubungan antara manusia dan meteorologi secara positif
semakin rumit. Oleh gangguan segala macam aktivitas manusia di
muka bumi, maka cuaca yang tampak sekarang semakin kompleks.
Pembangunan bukan hanya sekedar mendirikan industri besar,
membuatjalanraya,membangungedungbertingkat,membukahutan
untukpemukimanataulahanpertaniandansebagainya,tetapiyang

Meteorologi Indonesia Volume 1


1
tidakkalahpentingnyaadalahmemperhatikandanmenjagakelestarian
lingkungan hidup yang sehat dengan memperhitungkan faktor cuaca.
Banyak fakta dan contoh yang menggambarkan pentingnya faktor
cuacadiperhitungkan,misalnyajatuhnyapesawatterbangakibatcuaca
buruk, tanah longsor dan banjir akibat hujan torensial, gagal panen
akibatmusimkemaraupanjang,dansebagainya.PadahariSelasa11
April2006,diJakarta,diJI.AbdulMuisdibelakangKantorDepartemen
Komunikasi dan Informatika, juga di tempat lain terjadi badai hujan
disertaitornado(putingbeliung)danpetiryangmenewaskantigaorang
akibatmikroletdanjugamobilpribadiyangtertimpapohontumbangdan
menyebabkan banjir lokal (Pikiran Rakyat, 12 April 2006). Semua ini
disebabkan oleh perubahan cuaca yang datangnya secara tiba-tiba
tanpa isyarat dan berlalu dengan meninggalkan kerugian dan
kehancuranbaikhartamaupunjiwa.
Manusia hidup di dalam lapisan atmosfer paling bawah yang
disebut troposfer. Gejala cuaca juga terjadi pada troposfer. Manusia
dan cuaca saling bergantungan, karena itu pengaruh cuaca harus
diperhitungkan untuk segala macam aktivitas manusia. Dalam hal ini
meteorologi tidak lagi sebagai sains murni sebagaimana pendapat
banyak orang di masa lalu, terlebih di negara berkembang seperti
Indonesia, pendapat yang demikian tidaklah tepat. Meteorologi tidak
sekedarsainsmurnitetapitelahmenjadisainsterapanyanglangsung
dapat digunakan dan diterapkan sebagai salah satu faktor dan
parameterdalamoperasionalpembangunan.
Dalam menentukan daerah industri perlu dilakukan survei
meteorologi terlebih dulu agar zat pencemar yang keluar dari cerobong
pabriktidakmenimbulkankerugianbagimanusia,pertanian,perkebunan,
peternakan dan lain-lain, yang berada di sekitar daerah industri. Unsur
meteorologi yang menentukan pencemaran udara ialah arah
dankecepatan angin dominan seperti angin monsun dan angin lokal,
dankestabilan atmosfer. Kestabilan atmosfer ditentukan oleh distribusi
temperatur dengan ketinggian. Informasi mengenai cuaca dan iklimyang
baikdapatmembantu dalamperencanaan pembuatan jalanraya

Meteorologi Indonesia Volume 1


2
sehingga memungkinkan jalan tersebut tidak melewati daerah-daerah
yang berkabut tebal dan dapat dilengkapi dengan saluran-saluran air
yangmemadaigunamencegahterjadinyabanjirpadawaktuhujanlebat. Di
dalam pembangunan di sektor pertanian perlu ada kerjasama antara
ahli meteorologidan ahli pertanian. Aplikasimeteorologidi dalam
pertanian adalah penting mengingat tiap jenis tanaman pada
berbagaitingkat pertumbuhan memerlukan kondisi cuaca yang berbeda-
beda. Banyak lagi aplikasi meteorologi di dalam bidang-bidang lain
seperti: di dalampenerbangan,pelayaran,pariwisata,kedokteran,danlain-
lainnya.

1.2. PosisiWilayahIndonesiaSecaraGeografisdanMeteorologis

WilayahIndonesiaadalahnegarakepulauanterbesardidunia
yangterbentangdarilintanggeografis7°20’Usampai14°S,danbujur
92°Tsampai141°Tdenganpanjanggarispantaitotal43.670milatau
80.791 km. Dari aspek meteorologis, benua maritim Indonesia
mempunyai kompleksitas dalam fenomena cuaca dan iklim. Atmosfer
diatasIndonesiasangatkompleksdanpembentukanawannyasangat
unik.
Indonesia adalah massa bumi yang terdiri dari 17.508 pulau
besar dan kecil yang digenangi air laut sampai sejauh 200 mil, terdiri
dari zona pesisir, landas benua, lereng benua, cekungan samudera
dan atmosfer di atasnya sampai sejauh rumbai-rumbai bumi 1000 km
dari paras laut. Wilayah Indonesia diapit oleh Samudera Pasifik dan
SamuderaHindiasertadiapitolehBenuaAsiadenganBenuaAustralia
yangmerupakanposisisilangdunia.
Wilayah Indonesia adalah bagian dari sistem planet bumi yang
merupakan satu kesatuan alamiah antara litoster (lapisan padat),
hidrosfer (lapisan cair), atmosfer (lapisan gas), dan kriosfer (lapisan es),
lihat Gambar 1.1. Interaksi keempat lapisan tersebut membentuk sistem
cuacadaniklimdiIndonesia.Bumiadalahsalahsatuanggotatatasurya yang
berevolusi mengelilingi matahari melalui orbit elips yang
mempunyaieksentrisitas0,017denganperiodesatutahun,danberotasi
Meteorologi Indonesia Volume 1
3
mengelilingi sumbu imajinernya dengan periode 23 jam 56 menit 42
sekon ~ 1 hari. Dengan demikian kecepatan sudut rotasi bumi adalah:

(1.1)

Efekdarirevolusidanrotasibumiadalahmusim,yaitumusim
dingin,musimsemi,musimpanas,danmusimgugur.Tetapi,Indonesia
tidak mengenal musim-musim tersebut karena temperatur udara
sepanjang tahun hampir konstan. Sebaliknya, Indonesia lebih
mengenal musim hujan dan musim kemarau, karena variasi curah
hujannya sangat besar. Jika persistensi angin dipakai sebagai dasar
penentuan musim, maka wilayah belahan bumi selatan (BBS)
Indonesia/belahan bumi utara (BBU) Indonesia mempunyai 4 musim
yaitu musim monsun barat laut/timur laut, musim pancarobapertama,
musim monsun tenggara/barat daya, dan musim pancaroba kedua.
Musimpancarobaditandaiolehanginyangberubah-ubah.Persistensi
angin adalah perbandingan antara kecepatan angin paduan yang
memperhitungkanarahnyadankecepatananginrerata.

Gambar 1.1. Penampang vertikal bagian-bagian bumi Indonesia yang interaksinya


membentuk sistem cuaca dan iklim yang khas.

Interaksi antara atmosfer dan Samudera Pasifik menimbulkan


peristiwa El Niño dan La Niña. El Niño adalah episode panas dan
La Niña adalah episode dingin di bagian tengah Samudera Pasifik,
biasanya di antara daerah Nino 3 (daerah 5°U 5°S,150°B 90°B) dan
Nino 4 (daerah 5°U 5°S,160°T 150°B) yang disebut daerah Nino 3.4
(daerah5°U10°S,180°B120°B).FenomenaElNiñomenyebabkan

Meteorologi Indonesia Volume 1


4
musim kemarau panjang dan La Niña musim kemarau lebih basah di
Indonesia. lnteraksi antara atmosfer dan Samudera Hindia yaitu laut
pantai barat Sumatera dan Afrika Timur menyebabkan fenomena
Dipole Mode. Dipole Mode positif jika temperatur permukaan laut
pantai barat lebih dingin dan negatif jika lebih panas dibandingkan
temperatur permukaan laut pantai timur Afrika. Dipole Mode bernilai
positif menyebabkan kurang hujan dan negatif menyebabkan banyak
hujan di Indonesia. Indonesia berada pada daerah monsun, karena
daerah monsun dibatasi oleh garis lintang 35°U dan 35°S dan garis
bujur 30°B dan 170°T menurut Ramage (1971). Gambar 1.2,
menunjukkan posisi geografis dan meteorologis bumi Indonesia.
Indonesiatermasukpadadaerahekuatorialyangdidefinisikan
sebagaidaerahyangdibatasiolehlintang10°Udan10°Sataudaerah
yangdibatasiolehvortisitasbumif=2sin=2x7,29x10-5xsin10°= 2,5 x
10-5s-1 dengan adalah kecepatan sudut rotasi bumi danadalah
lintang tempat. Daerah ekuatorial menerima surplus energi di
semuamusim.

Gambar 1.2. Posisi geografis dan meteorologis bumi Indonesia terhadap samudera
dan benua lain. Tanda menunjukkan migrasi tahunan matahari. Pada
tanggal23Septemberdan21Maretmataharidiekuator,tanggai22Juni
dan22Desember,mataharimasing-masingberadadiatastropisCancer
dan tropisCapricorn.

Meteorologi Indonesia Volume 1


5
1.3. Aplikasi Meteorologi

Meteorologi terapan (applied meteorology) adalah istilah


umum yang mencakup aplikasi meteorologi pada aktivitas manusia.
Dari segi kegunaannya, meteorologi dapat dibagi menjadi :

a. Meteorologi Pertanian (agrometeorologi) yaitu aplikasi


meteorologi di dalam bidang pertanian dan kehutanan. Dalam
pertanian lebih mengutamakan unsur iklim (rerata cuaca) daripada
unsur cuaca. Iklim mempengaruhi produksi pangan, karena itu
aplikasi klimatologi (meteorologi statistik) dalam pertanian
adalahsangatpentingmengingattiapjenistanamanpadaberbagaiting
kat pertumbuhan memerlukan kondisi cuaca/iklim yang berbeda.
Jelas bahwa salah satu tugas kemanusiaan bagi meteorologiwan
(ahli meteorologi) adalah memberi bantuan tentang aplikasi
meteorologi (terutama klimatologi) dalam setiap usaha
memproduksi bahan pangan. Perlu adanya kerjasama antara ahli
meteorologi dan ahli pertaniandalampembangunandi
sektorpertanian,karena kerjasama ini akan dapat mengemukakan
gagasan-gagasan baru yang sangat bermanfaat bagi peningkatan
produksi nasional dan kesejahteraan bangsa. Mengurangi
deforestasi (kerusakan hutan) dan meningkatkan usaha-usaha
reforestasi (penghutanan kembali) akan sangat bermanfaat karena
akan meminimalkan terjadinya bencana alam akibat perubahan
iklim, kerusakan siklus hidrologi dan akan mengurangi emisi
karbon dioksida. Pentingnya aplikasimeteorologi dalam bidang
pertanian mengharuskan Organisasi Meteorologi se-Dunia
(OMD) atau World Meteorological
Organization(WMO)seringmengadakansimposium/seminar dalam
bidang meteorologi pertanian sebagai upaya untuk
meningkatkanproduksitanamanpangan.

b. MeteorologiPenerbangan(aeronautik)yaituaplikasimeteorologi
dalam dunia penerbangan. Informasi cuaca yang diperlukan dalam
penerbangan biasanya meliputi berita cuaca untuk lepas landas
(takeoff),cuacaketikapesawatakanmendarat(landing)dancuaca
sepanjang jalur penerbangan. Dari peta cuaca dapatdipelajari
Meteorologi Indonesia Volume 1
6
keadaan cuaca sepanjang jalur penerbangan, sekurang-
kurangnyauntukbeberapajamkemudian.Seorangpilotberusaha
untukberjuangmelawananginyangmemperlambatlajupesawat
terbang dengan cadangan bahan bakar yang semakin menipis,
lebih-lebih jika ada kabut yang sangat mempengaruhi visibilitas
(jarak penglihatan) seorang pilot. Keadaan yang gawat (kritis) ini
sangat sulit dihindari tanpa mengetahui cuaca lokal sebelumnya.
Seorangpilotkemungkinanmasihdapatmenghindaricuacaburuk
demikian, dengan mengubah rute (jalur) penerbangan semula,
atau dengan melakukan pendaratan darurat selagi masih ada
waktu dan masih sempat, atau jika kondisinya mengijinkan dan
persediaan bahan bakar masih cukup banyak, maka pesawat
dapat berputar-putar dahulu di udara sambil menunggu kondisi
cuacabaik,cerahdanamanuntukmelakukanpendaratan.Salah
satu kondisi cuaca yang sangat berbahaya dalam penerbangan
ialah munculnya awan cumulonimbus (Cb).Awan jenis ini sangat
berbahaya dan ganas, karena di dalam awan ini terdapat hujan
deras, badai atau batu es (hailstones), selain itu pesawat yang
terbang di bawah awan Cb dapat diangkat masuk kedalamawan
sehingga pilot mendapat kesulitan untuk mengendalikan
pesawatnya.Awanjeniscumulusterutamacumulonimbusdisebut
"jalurmaut"bagiduniapenerbangandanharusdihindari.
c. Meteorologl Sinoptik, mempelajari gejala cuaca yang
pengamatan unsur cuacanya dilakukan secara simultan
(bersamaan) dan meliputi daerah yang luas. Kajian ini dipakai
untuk meramalkan kondisi cuaca yang lalu dan sekarang.
Pengamatansinoptikdilakukansetiap6jamyaitupadajam00.00,
06.00, 12.00, dan 18.00 waktu universal. Data cuaca dari setiap
daerahkemudiandikirimkeKantorPusatBadanMeteorologidan
Geofisika (BMG) Jakarta, yang kemudian oleh BMG dikirim ke
negara-negaralainuntukdipakaisebagaidasarperamalancuaca
sinoptik. Pengiriman data cuaca dalam bentuk berita yang berisi
kode (sandi) cuaca dalam kelompok-kelompok dengan masing-
masingkelompokterdiridari5dijit,misalnyakelompokNddffyaitu
dataN:perawananataujumlahawanyangmenutupilangitdiatas

Meteorologi Indonesia Volume 1


7
stasiunpengamatdalamperdelapanan,N=2berartiseperempat
langittertutupawan,N=0langitcerahdanN=8langitmendung, dd:
arah angin dalam puluhan derajat, dd = 09 berarti arah angin
90° atau angin timur, dd = 36 berarti arah angin 360° atau angin
utara,dd=0berartiangintenang(calm).Dalammeteorologiarah
angin yang dinyatakan dengan derajat diubah menjadi 8 penjuru
angin misalnya angin utara, timur laut, timur ...., dan seterusnya,
tetapi dalam penerbangan diubah menjadi 16 penjuru angin
misalnya angin utara (U), utara timur laut (UTL), timur laut (TL),
timurtimurlaut(TTL)danseterusnya.Sandi-sandicuacayanglain
dapat dilihat pada stasiun cuaca utama, BMG. Observasi
meteorologi yang paling utama adalah observasi sinoptik yang
dilakukan lebih sering dan lebih rinci, datanyakemudian
ditransmisikan ke biro meteorologi atau ke pusat peramalan
secara regional. Jaringan stasiun meteorologi ditentukan oleh
Organisasi Meteorologi se Dunia (OMD). Untuk stasiun sinoptik
atau klimatologi di darat sebaiknya jarak stasiun satu sama lain
150kmataukurangdanuntukstasiunudaraatasdidaratberjarak
maksimum 300 km. Observasi unsur cuaca dilakukan secara
teratur (regular) oleh lebih dari 700 stasiun yang tersebar di
permukaanbumi.
d. Hidrometeorologi yaitu aplikasi meteorologi dalam bidang
penampungan air (water supply) seperti bendungan (waduk) air,
irigasi dan lain-lain. Hidrometeorologi dapat didefinisikan
sebagaistudi (kajian) proses fisis atmosfer yang mempengaruhi
sumber air di bumi, bidang ini diminati oleh ahli hidrologi. Definisi
hidrometeorologi menurut Organisasi Meteorologi se Dunia (OMD)
dalamKongreskeempat(1963)adalahstudifasasiklushidrologidi
atmosfer dan di darat dengan menekankan pada hubungan antara
unsur-unsur yang terlibat. Ahli hidrometeorologi yang mengetahui
kebutuhan ahli teknik dapat memberikan jenis data yang lebih teliti
danmenyajikannyadalambentukyangterbaik.Airberubahmenjadi
uap melalui penguapan air laut dan tawar atau melalui
transpirasitanaman. Uap air yang naik menjadi dingin dan
mengkondensasi
menjaditetesawandankristalesyangkemudianjatuhsebagai
Meteorologi Indonesia Volume 1
8
presipitasi (hujan dan salju). Sebagian presipitasi yang jatuh
kembali ke laut, sebagian dibutuhkan oleh tanaman, hewan dan
manusia. Sebagian besar curah hujan mengalir di darat sebagai
limpasan (run off) yang bergabung dengan lelehan salju, dan
sebagian lagi mengalir ke sungai yang pada akhirnya menuju ke
laut.Semuaairtawar(freshwater)dimukabumiberasaldaricurah
hujandansalju.Sebagianairinimerembeskedalamtanahsebagai
cadanganairtanahdanarusbawahtanah,sisanyaakankembalike
atmosfermelaluipenguapan. Transformasi air melaluisemua
fasanya(cair,uap,danes)dibumidisebutsiklus(daur)hidrologi.
e. Meteorologi Bangunan yaitu aplikasi meteorologi dalam bidang
arsitektur, agar estetikanya lebih indah dan bangunannya terasa
lebih nyaman. Ketika manusia belum mampu untuk membangun
tempattinggal,makamerekaberlindungsecaraalamdidalamgua- gua.
Di dalam gua mereka merasa terlindungi bukan saja oleh
serangan musuh atau binatang buas tetapi juga terlindungi oleh
cuacadan iklimburuk.Perkembanganselanjutnya,mereka membuat
tenda yang memberi perlindungan dari curah hujan dan
radiasimatahariyangterik.Ketikaorangtelahmapan,makamereka
mulai memperhatikan sumber daya alam yang dimiliki seperti kayu
dan batu yang dipakai sebagai bahan bangunan untuk melindungi
keluarganya agar sesuai dengan musim yang terjadi dan
memperkecil ancaman cuaca ekstrim di daerahnya. Ribuan tahun
yanglaluorangtelahmemikirkancarapemanasanbuatandancara
menyejukkan udara untuk melawan serangan dingin ekstrim dan
panas terik dari intensitas radiasi matahari yang kuat.
Pemikiranorang terdahulu ini kemudian diwujudkan sekarang
dalam bentukalat pemanas (heater) untuk mengatasi musim dingin
dan alat pengatur udara (air conditioning) untuk mengatasi musim
panas. Tetapi alat-alat semacam ini masih terbatas pemakaiannya
karena biayanya belum terjangkau oleh masyarakat luas.
Pentingnyapengaruh cuaca pada bangunan, sekarang
direalisasikan oleh sebagian besar ahli arsitektur. Seorang arsitek
dapat
menyiapkanrancangbangundenganmengetahuifaktorfundamentals
eperti:
Meteorologi Indonesia Volume 1
9
(a) jenis bangunan yang dibutuhkan apakah rumah, mesjid,gereja,

Meteorologi Indonesia Volume 1


10
kantor, atau toko; (b) lokasi bangunan dan (c) perkiraan biaya,
tetapisangattidakmenguntungkanjikahalitutidakdidukungoleh
pengetahuan meteorologi yang memadai. Aspek estetika tentu
tidak boleh diabaikan, tetapi dalam hal ini antara seni dan
meteorologi harus dipadukan. Idealnya, seorang arsitek
sebaiknya mengetahui temperatur udara, radiasi matahari ,
kelembapan udara, dan kecepatan angin, ditambah dengan
pengetahuananalisisfrekuensidanhubunganantarpeubahiklim
tersebut. Tetapi dalam praktek idealisme semacam ini jarang
dilaksanakan kecuali untuk proyek-proyek penelitian khusus.
Dalam praktek seorang arsitek akan menjumpai masalah-
masalahyangberkaitandenganiklimmakromaupundenganiklim
mikrodisitus(site)bangunan.Konsultasidenganahlimeteorologi
yang kompeten akan segera memberi penguasaan tentang iklim
makro,iklimregional,daniklimlokalsitusbangunan.
f. MeteorologiKedokteranyaituaplikasimeteorologidalambidang
kedokteranyangdikaitkandengankesehatanmanusia.Hubungan
iklim dengan penyakit sangat rumit. Kerjasama penelitian antara
ahli meteorologi dan ahli kedokteran sangat diperlukan untuk
menentukan peranan iklim sebagai penyebab penyakit khusus.
Banyakpenyakityangberkaitandenganiklimataumusimtertentu,
terutama dengan temperatur dan kelembapan udara. Sejumlah
parasit yang menyerang manusia terbatas pada daerah yang
panas dan lembap. Beberapa penyakit bergantung pada hewan
perantara dan terbatas pada lingkungan yang menguntungkan
hewantersebut,misalnyademamkuningdanmalariadisebabkan
olehjenisnyamuktertentuyangberkembangbiakdenganpesatdi
daerah beriklim tropis. Sebagian besar penyakit mengikuti pola
musimanyangberbeda.Radangparu-parudaninfluensabiasanya
merupakan penyakit musiman. Penyakit ini sering terjadi dalam
musim dingin yang disebabkan oleh lemahnya daya tahan pada
sistem pernafasan bagian atas. Campak atau cacar air dan
penyakitjengkering(scarletfever)kebanyakanterjadipadamusim
semi. Kondisi atmosfer yang baik dapat membantu tubuh untuk
menangkis penyakit. Udara segar, temperatur sejuk,dan

Meteorologi Indonesia Volume 1


1
1
kelembapan sedang, semuanya mengandung nilai pengobatan.
Udarasegardancahayamataharitelahlamadimanfaatkandalam
perawatan penyakit TBC (tuberculosis). Perubahan iklim sering
menyebabkan berbagai jenis penyakit, dalam hal ini dibutuhkan
istirahatdanmakanyangcukup.

g. AplikasiMeteorologidalamBidangLain
i. MeteorologiLingkungandanPencemaranUdara
Studi pencemaran udara memerlukan koordinasi
berbagaidisiplin ilmu. Cara zat pencemar dari sumbernya
masuk ke atmosfer termasuk bidang rekayasa. Bagaimana zat
pencemar dapat mempengaruhi manusia, hewan, tanaman
termasuk bidang biologi dan kedokteran. Proses bagaimana
zat
pencemardansumbemyasampaipadaorganismedanstruktur
termasukbidangmeteorologi.lstilahkabas(smog)pertamakali
dipakai untuk menggambarkan pencemaran udara di
daerahindustri. Lingkungan atmosfer di mana ada kehidupan
bergantung pada aktivitas industri, pertanian, percobaan nuklir,
dan teknologilainnya.Di antarabanyakmasalahyang
mempengaruhi kualitas lingkungan adalah karbon dioksida
(CO2) yang dapat mempengaruhi pola cuaca dan iklim global.
Perkara gas rumah kaca pada akhimya merupakan tantangan
lingkungan yang berlanjut pada ancaman. Permasalahan
dengan berdampak pada manusia dan lingkungan mungkin
terjadi lebih besar lagi, karena gas penyebab rumah kaca
mempunyaiwaktutinggalyanglamadiatmosfersehinggagas- gas
ini biasanya bercampur dengan baik bahkan dapatdisebarkan
keliling dunia sebelum berkurang atau dibersihkan
keluardariatmosferolehcurahhujan.Peningkatankonsentrasi
gas rumah kaca seperti CO2 akan mempercepat proses
pemanasanglobaldan meningkatkanfrekuensiperistiwa cuaca
ekstrim. Konsentrasi zat pencemar di atmosfer ditentukan
oleh faktor meteorologis seperti stabilitas udara, arah dan
kecepatan angin, dan tinggi campuran.

Meteorologi Indonesia Volume 1


11
ii. Meteorologi ModifikasiCuaca
Modifikasi cuaca diartikan sebagai modifikasi awan secara
buatanatasusahamanusia.Sejarahmodifikasicuacadimulai
tahun 1946 sejak percobaan pembenihan awan dengan es
keringolehVincentSchaeferdanIrvingLangmuir.Satutahun
kemudian, Vonnegut menemukan perak iodida (Ag I), suatu
bahan yang dapat bertindak sebagai inti es. Di Indonesia,
sejarah modifikasi cuaca dimulai sejak dilakukan percobaan
hujan buatan di atas wilayah Perum Otorita Jatiluhur pada
tahun 1979 oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi) yang dibantu oleh tim ahli dari perguruan tinggi.
Sebelum sejarah modifikasi cuaca dimulai, orang berusaha
mendatangkan hujan melalui jampi-jampi (mantera), tari-
tarian,sembahyangatauberbagaiacararituallainnya.Tujuan
modifikasi cuaca adalah meningkatkan jumlah curah hujan,
menindas batu es hujan, melenyapkan kabut, dan melerai
siklon. UPT Hujan Buatan sedang melakukan penerapan
modifikasicuacadenganGroundBaseGenerator(GBG)untuk
menanggulangibanjirdiwilayahJakarta.
iii. MeteorologlMaritim
Yaitu aplikasi meteorologi dalam bidang maritim dan kelautan.
Jika kabut atau cuaca buruk dijumpai di laut atau di darat,
masalahnya tidak begitu serius dibandingkan jika terjadi di
udara. Pengemudi kapal dapat mengatur kecepatan kapalnya
ataudapatmenurunkan jangkar sampai keadaan cuaca
memungkinkan kembali melanjutkan pelayarannya. Meskipun
demikian angin kencang dapat menyebabkan gelombang
lautyangtinggi,sehinggadapatmembahayakanparanelayanyang
sedang mencari ikan. Para nelayan biasanya berangkat
padasore atau malam hari dan kembali pada siang hari
dengan memanfaatkan angin darat dan angin laut. Wilayah
Indonesia
yangterletakpadalintangantara7Udan10Sdanmempunyai
parameter Coriolis atau vortisitas bumi yang kecil yaitu antara
1,78 x 10-5 s-1 di belahan bumi utara (BBU) dan 2,53 x 10-5 s-1di
belahan bumi selatan, dapat dikatakan hampir bebas darijalur
Meteorologi Indonesia Volume 1
12
siklontropis.TetapikondisicuacadiIndonesiaterutamabagian
timurdapatdipengaruhiolehsiklontropisdiperairansebelah
utaraAustralia.Syaratutamapertumbuhansiklontropisadalah
temperatur laut di atas 26°C, parameter Coriolis harus lebih
besardarinilaipadalintang5°,kelembapanudaratroposferik
cukup besar. Siklon tropis menyebabkan bencana terutama
olehanginkencang,hujanlebat,dangelombangbadai(storm
surge). Gelombang badai adalah naiknya permukaan laut
sepanjangpantaisecaracepatolehgerakananginkepantai. Di
Bangladesh gelombang badai oleh siklon tropis pada
tanggal13November1970mencapaitinggiantara6dan9m
yang menelan korban jiwa 200 sampai 300 ribu orang mati
tenggelam.
iv. MeteorologiEnjiniring
Yaitu aplikasi meteorologi dalam bidang rekayasa atau teknik.
Meteorologi enjiniring adalah bidang ilmu yang mencakup
bidang antar muka antara meteorologi dan enjiniring atau
teknik,di mana prosesmeteorologisberinteraksidengan
sasaran rekayasa (engineering). Pada waktu sekarang
hubunganantaraahli meteorologidan ahli tekniktelah
berkembang dalam area dari kajian hidrologi sampai
pencemaran udara. Ada tiga area interaksi antara meteorologi
dan enjiniring yaitu hidrologi, pencemaran udara, dan beban
padabangunan.Bebanyangsangatmencolokpadabangunan
adalah gaya angin. Masalah-masalah enjiniring meningkat
karena variabilitas curah hujan secara spasial dan
temporalcukupbesar. ModelkepulanGaussdipakaiuntuk
memperhitungkan proses gerakan zat pencemar. dan
memformulasikankenaikankepulanasapdaricerobongpabrik.
Model kepulan Gauss dapat diperluas dari sumber titik menjadi
jenissumberyanglainmisalnyasumbergarisdansumberarea. Di
sekitar gedung medan arus menjadi sangat komplekssehingga
medan konsentrasi zat pencemar yang diproduksi oleh
sumber yang terletak dekat tanah di sekitar gedung dapat
secara signifikan berubah atau berbeda dari yangdihitung

Meteorologi Indonesia Volume 1


13
dengan formula difusi konvensional. Formula ini menganggap
bahwa medan arus mempunyai garis arus parallel yang
lurussehingga kecepatan angin dianggap tetap pada jarak
yang cukup jauh. Sebenarnya garis arus, kecepatan angin,
dan turbulensi berubah yang bergantung pada konfigurasi
sumber
dangeometribangunan.Meteorologienjiniringjugamembahas
efekdesktruktifanginpadagedung,menara,danjembatan.

1.4. Studi Meteorologi di Indonesia


Indonesia sebagai benua maritim dengan iklim monsun
ekuatorial memiliki dinamika atmosfer yang kompleks dan unik.
AtmosferdiatasIndonesiamempunyaiperananyangsangatdominan
dalamsistemcuacadaniklimglobal.Kondisiinimerupakantantangan dan
juga peluang bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan dan
mengembangkan IPTEK Meteorologi dan memanfaatkan informasi
cuacayangunikuntukmenunjangpembangunandalammenyongsong
eraglobalisasi.
Pentingnya Indonesia sebagai subjek riset atmosfer
ekuatorial telah ditunjukkan oleh kemauan dan minat ilmuwan dunia
untuk menyelenggarakan "The International Conference on the
Scientific Result of the Monsoon Experiment' pada tahun 1981,
Denpasar Bali, dan "The International Symposium on Equatorial
Atmosphere Observation over Indonesia" yang diselenggarakan di
Jakarta dan Bandung selama 5 tahun berturut-turut dart tahun 1989,
1990, 1991, 1992 sampai 1993. lni membuktikan bahwa pengamatan
atmosfer ekuatorial di atas Indonesia menjadi sangat penting.
Realisasi dari seminar-seminar internasional tentang
meteorologi dan sains atmosfer di Indonesia ialah didirikannya"Pusat
RisetCuacadanIklimEkuatorialInternasional"diKotoTabang(900m,
d.p.l)±20kmdariBukittinggi,KabupatenAgam,SumateraBaratyang
diresmikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik
Indonesia pada tanggal 26 Juni 2001. Dengan demikian terbuka luas
kesempatanuntukmelakukanpenelitianyangberskalalokal,nasional,
regional, dan internasional. Lembaga Riset yang mengkaji fenomena
cuacadansistemiklimdiIndonesiaadalahBadanMeteorologidan
Meteorologi Indonesia Volume 1
14
Geofisika (BMG), Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional
(LAPAN), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),
LembagaRisetdiPerguruanTinggisepertiInstitutTeknologiBandung
(Program Studi Meteorologi dan Kelompok Keahlian SainsAtmosfer),
InstitutPertanianBogor,danUniversitassertaInstansiRisetlainyang
mengkaji masalah cuaca dan iklim. Mungkin saja Fakultas Geografi
dan Fakultas Pertanian sebuah Perguruan Tinggi dapat melakukan
risetdalambidangmeteorologidanklimatologi.
Di area Pusat Riset Cuaca dan lklim Intemasional Koto
Tabang dioperasikan peralatan observasi atmosfer global (Global
Atmospheric Watch GAW) oleh Badan Meteorologi Dunia (World
MeteorologicalOrganizationWMO).DiareainijugadipasangRadar
Lapisan Batas (Boundary Layer Radar- BLR), Radar Akustik (Sodar),
Radiosonde, dan peralatan observasi cuaca lainnya. Akhir-akhir ini
dioperasikan Radar Atmosfer Ekuatorial (Equatorial Atmosphere
Radar EAR) yang mempunyai sistem antena kuasi sirkular dengan
diameter110msebanyak560buah.Dayakeluaran100kW,frekuensi
47MHz,lebarberkassinar3,4°danjangkauanobservasi1,520km
untukturbulensiatmosfer,lebihdari90kmuntukiregularitasionosfer.
Pusat Riset Cuaca dan Iklim Internasional merupakan kerjasama
antara WMO, RASC (Radio Science Center for Space and
Atmosphere) University of Kyoto, Jepang dan Pemerintah Indonesia
melaluiInstansiRisetBMG,LAPAN,danBPPT.
Ditinjaudariaspekmeteorologis,wilayahIndonesiamerupakan
salah satu daerah riset yang sangat menarik di muka bumi. Cuaca dan
iklimIndonesiatelahdiinvestigasisecaraintensifselamaperiodekolonial
Belanda yang karya ilmiahnya dipublikasikan dalam "Verhandelingen",
Koninklijk Magnetisch en Meteorologisch Observatorium (KMMO) te
Batavia.Salahsatupublikasiyanghinggakinimasihmenjadiacuanriset
meteorologi Indonesia ialah karya Braak (1929) yang membahas
sejumlah fenomena skala meso yang sangat penting dan menarik,
misalnya peristiwa "Bohorok" yaitu angin semacam Föhn di
Sumaterayang bersifat kering, panas, dan dapat merusak tanaman.
Peristiwa lain
ialah"Sumatera"yaitugarisawanbadaicumulonimbus(Cb)yangwaktu
hidupnyamencapaisatuhariataulebih.
Meteorologi Indonesia Volume 1
15
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 1945,
risetmeteorologidiIndonesiamasihditeruskanolehbeberapailmuwan
Belanda. Karya ilmiahnya sebagian diterbitkan oleh Djawatan
Meteorologi dan Geofisika, Jakarta. Salah satu contoh misalnya
Schmidt dan Ferguson (1952) mengkaji klasifikasi iklim di Indonesia
berdasarkan metode Mӧhr. Jenis iklimnya ditentukan oleh nilainisbah
antarajumlahbulankeringdanjumlahbulanbasah.Dannilainisbahini,
mereka menggolongkan 8 jenis iklim, dari iklim A yang paling basah
sampaiiklimHyangpalingkering.
Riset di daerah monsun sangat menarik, sehingga Organisasi
Meteorologi se Dunia (OMD) mengkoordinir pelaksanaan proyek besar
di bidang meteorologi monsun yang diberi nama MONEX
(MonsoonExperiment). Hasil-hasil risetnya diseminarkan secara
internasional dan salah satunya Indonesia melalui Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMG) ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan
Konferensi Intemasional tentang hasil-hasil MONEX. Konferensi ini
diadakan di Denpasar, Bali pada tanggal 26 30 Oktober, 1981.
Sampai sekarangbaru dua perguruantinggi yang
menyelenggarakan program studi meteorologi dengan terminal
program strata tiga (S3) yaitu di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan
Institut Pertanian Bogor (IPB). Program studi meteorologi di ITB lebih
menekankanpadaprosesfisisdandinamisatmosfer,prosesfisisawan
atau modifikasi cuaca, sedangkan di IPB lebih menekankan
meteorologiterapan,misalnyaagrometeorologi.Sejaktahun1998ITB
menyelenggarakan program Sarjana Meteorologi, dan Pascasarjana
yaitu program Magister dan Doktoral Sains Kebumian bidang khusus
Sains Atmosfer di Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral
(FIKTM).Sebelumnyameteorologidigabungdenganstudioseanografi
dan studi geofisika dalam Departemen Geofisika dan Meteorologi,
FMIPAITB.

JaringanstasiunmeteorologidiwilayahIndonesiamasihbelum
tersebarmeratabaikdidaratmaupundilaut,terutamadikawasantimur

Meteorologi Indonesia Volume 1


16
Indonesia. Jaringan stasiun atmosfer atas juga masih belum
memadaijika dibandingkan dengan luas wilayah Indonesia dan
kompleksitasnya atmosfer ekuatorial. Stasiun meteorologi khusus
seperti stasiun radar cuaca, stasiun listrik atmosfer dan sebagainya
masih jarang didirikan di wilayah Indonesia yang merupakan daerah
konvektif paling aktifdibandingkan daerah ekuatorial Afrika dan Amerika.
Untuk mengatasi kekurangan data meteorologi, Indonesia bekerjasama
dengan lembaga riset atau universitas luar negeri diantaranya dengan
Universitas Kyoto yang membangun radar atmosfer ekuatorial di Koto
Tabang, Bukittinggi,
SumateraBarat,yangberlokasipadalintang0,20°Sdanbujur100,32T.

Meteorologi Indonesia Volume 1


17
1.5. Resume
Meteorologi adalah cabang dari geofisika. Tubuh ilmu
meteorologi yang lebih luas disebut sains atmosfer yangmencakup
kajian seluruh Iapisan atmosfer. Meteorologi adalah sains yang
mengkaji proses fisis dan gejala cuaca. Akibat ulah dan aktivitas
manusia, cuaca yang tampak sekarang semakin kompleks.
Perubahan cuaca datangnya secara mendadak tanpa isyarat dan
berlaku dengan meninggalkan kerugian dan kehancuran harta
bahkan jiwa. Wilayah Indonesia adalah bagian dari sistem planet
bumi yang merupakan satu kesatuan alamiah antara litosfer,
hidrosfer, atmosfer, dan kriosfer (lapisan es di puncak pegunungan
Jayawijaya, Papua). Interaksi keempat lapisan ini membentuk
sistemcuacadaniklimyangkhasdiIndonesia.Indonesiatermasuk
daerahekuatorialyangmempunyaisurplusenergidisegalamusim.
Meteorologi dapat diterapkan pada kebanyakan aktivitas manusia,
misalnya dalam bidang pertanian, penerbangan, pengairan,
bangunan, kedokteran, Iingkungan dan pencemaran udara,
modifikasicuaca,maritim,enjiniring,peramalan,danlain-lain.
Pentingnya Indonesia sebagai subyek penelitian atmosfer
ekuatorial telah ditunjukan oleh kemauan dan minat ilmuwan dunia
untuk menyelenggarakan konferensi, simposium atau seminar
Intemasional tentang monsun dan atmosfer di alas Indonesia.
Aktivitas- aktivitas internasional inidirealisasikan dengan
didirikannyaPusatRisetCuacadanIklimEkuatorialInternasional,di
KotoTabang,Bukittinggi,SumateraBarat(0,20S-100,32T)yang
diresmikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik
Indonesia tanggal 26 Juni 2001 yang didukung oleh lembaga riset
BMG, LAPAN, BPPT, dan Perguruan Tinggi. Ditinjau dari aspek
meteorologis. Indonesia merupakan salah satu daerah riset yang
sangat menarik. Cuaca dan iklim Indonesia telah dikaji secara
intensif sejak zaman kolonial Belanda. Sampai sekarang baru ada
dua perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi
meteorologi strata satu (program Sarjana), strata dua (program
Magister) dan strata tiga (program Doktoral) yaitu Institut Teknologi
Bandung(ITB)danInstitutPertanianBogor.

Meteorologi Indonesia Volume 1


18
Bab 2
Komposisi dan Struktur Atmosfer Bumi

AtmosferberasaldariduakataYunaniyaituatmosberartiuap dan
sphaira berarti bulatan, jadi atmosfer adalah lapisan gas yang
menyelubungi bulatan bumi. Atmosfer bumi mempunyai ketebalan
sekitar1000kmyangdibagimenjadilapisan-lapisanberdasarkanprofil
temperatur, komposisi atmosfer, sifat radioelektrik, dan lain-lain.
Karena sebaran panas tidak sama di dalam atmosfer, maka terjadi
gejala-gejala cuaca yaitu dari angin lemah sampai sangat kencang di
dalam badai atau siklon, dari cuaca cerah, cuaca berawan sampai
hujan deras (shower). Kajian tentang deskripsi dan pemahaman
fenomena atmosfer disebut Sains Atmosfer yang secara tradisidibagi
menjadiMeteorologidanKlimatologi.
Atmosfer tropis mencakup daerah antara 23,5U (tropis
Cancer) dan 23,5° S (tropis Capricorn). Ahli meteorologi sering memakai
batas lain untuk mendefinisikan atmosfer tropis dengan memakai sumbu
seltekanan tinggi subtropis yaitubatassirkulasi atmosfer yang didominasi
oleh angin timuran di tropis dan angin baratan di subtropis. Batas dari
atmosfer tropis adalah lintang 30U dan 30S yang disebut "lintang
kuda" (horse latitude). Atmosfer ekuatorial dapat didefinisikan
sebagaiatmosferyangdibatasiolehlintang10Udan10S.Jadiatmosfer
diataswilayahIndonesiadapatdikatakansebagai"atmosferekuatorial".

2.1. KomposisiAtmosfer
Tanpaatmosfer,manusia,hewan,dantumbuh-tumbuhanakan
mati. Atmosfer bertindak sebagai pelindung kehidupan di bumi dari
radiasi matahari yang kuat pada siang hari dan mencegah hilangnya
panas ke ruang angkasa pada malam hari. Sangat beruntung bahwa
atmosfer menyebabkan hambatan benda-benda yang bergerak
melaluinya, sehingga sebagian meteor yang melalui atmosfer akan
menjadi panas dan hancur sebelum mencapai permukaan bumi.
Atmosferbersifatdapatdimampatkan(compressible)sehinggalapisan

Meteorologi Indonesia Volume 1


19
atmosfer bawah lebih padat daripada lapisan diatasnya, akibatnya
tekanan udara berkurang dengan ketinggian. Massa total atmosfer
adalah sekitar 56 x 1014 ton. Setengah dari massa tersebut kira-kira
terletak di bawah 6.000 m dan lebih dari 99% terletak di bawah
ketinggian 35.000 m dari permukaan bumi.
Lapisan atmosfer merupakan campuran dari gas-gas yang
tidak tampak dan tidak berwama. Empat gas yaitu nitrogen, oksigen,
argon,dankarbondioksidameliputihampirseratuspersendarivolume
udarakering,(lihattabel2.1).Gaslainyangstabilsepertineon,helium,
metan, kripton, hidrogen, xenon dan kurang stabil termasuk ozondan
radonjugaterdapatdiatmosferdalamjumlahyangsangatkecil.
Tabel 2.1. Gas dalam udara kering.

Macam Gas Unsur Gas Fraksi Volume

GAS UTAMA N2 78,085%


O2 20,950%
Ar 0,930%
CO2 0,033%
GAS MINOR
a. Permanen Ne 18 ppm
He 5 ppm
Kr 1 ppm
Xe 0,09 ppm
b. Semi Permanen CH4 1,5 ppm
CO 0,1 ppm
H2 0,5 ppm
N2O 0,25 ppm
c. Variabel O3 sampai dengan 10 ppm di
ozonosfer (stratosfer), 5-50
ppb dalam udara tak terpolusi.
sampai dengan 500 ppb
dalam udara terpolusi di
permukaan tanah
H2S 0,2 ppb di atas tanah
SO2 0,2 ppb di atas tanah
NH3 6 ppb di atas tanah
No2 100 ppb di atastanah

Meteorologi Indonesia Volume 1


20
Simbolppmdanppbmenyatakansatuankonsentrasi“partper
million'”dan"partperbillion".Satuan-satuaninibiasanyadipakaiuntuk
menyatakangasperunut(tracegases)."Part"diartikansebagaibagian
volume(partsinvolume).

Dariwaktutinggaldiatmosfer,makaunsur-unsurudaradapat
diklasifikasikanmenjadi3golongan:
a. Gaspermanendenganwaktutinggalsangatlama,misalnyawaktu
tinggalHeadalah2jutatahun.
b. Gassemipermanendenganwaktutinggalbeberapabulansampai
tahun,misalnyaCO2=0,35tahun,danCH4=3tahun.
c. Gasvariabeldenganwaktutinggaldaribeberapaharisampai
minggu. Unsur-unsur ini adalah gas aktif secara kimia. Siklusnya
berkaitandengansiklusair(cuaca),misalnyawaktutinggaluapair
berorde 10 hari, SO2 berorde 5 hari, dan NH3 berorde 1 sampai
4hari.

Sampai pada ketinggian lebih dan 60 km, proporsi gas relatif


masih tetap, kecuali fasa gas air (uap air). Sekitar 99% didominasi oleh
gasnitrogendanoksigen,danyangpalingbanyakjumlahnyadiatmosfer
adalah nitrogen. Proporsi gas di atmosfer berubah jika udara
ditinjaubersama dengan komposisi uap aimya. Secara praktis, atmosfer
dapat
beradapadatempatyanglangkauapairdanpadatempatlainjumlahuap air
(kebasahan) dapat mencapai 4%. Meskipun berat molekuler uap air
lebihkecildaripadaberatmolekulerbeberapagaslain,namunuapairini
beradadalamketebalanbeberapakilometeratmosferpalingbawah.Hal ini
dapat dimengerti bila disadari bahwa sumber air atmosferik secara
langsung adalah lautan yang mencakup 70% luas permukaan bumi dan
bahwa temperatur udara atas didalam troposfer sangat dingin sehingga
air tidak dapat mempertahankan wujudnya dalam bentuk gas. Air di
atmosferdapatberadadalamketigawujud(fasa).Perubahanfasacair
Meteorologi Indonesia Volume 1
21
(air)menjadigas (uap air) disebutpenguapan(evaporasi)dan sebaliknya
disebut pengembunan (kondensasi). Perubahan fasa cair menjadi fasa
padat (es) disebut pembekuan dan sebaliknya disebut pencairan.
Perubahan fasa es menjadi fasa uap disebut sublimasi dan sebaliknya
disebut deposisi, lihat Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Perubahan fasa air menjadi fasa uap dan fasa es.

Di samping unsur-unsur gas yang disajikan pada tabel 2.1,


atmosfer juga mengandung jenis bahan yang bukan bagian dari
komposisi gas. Beberapa dari jenis bahan ini adalah partikel garam,
partikeldebu,dantetesair.Bilauapairyaitubagiandariudaranatural
(alam) berubah menjadi cair atau padat (partikel air atau es) maka
partikel-partikel ini menjadi benda asing dalam atmosfer, dan
menyebabkan awan, kabut, hujan, saiju, embun atau batu es
(hailstone). Perubahan wujud (fasa) uap air di udara sangat penting
dalammenentukankondisicuaca.
Nitrogen(N2)terdapatdiudaradalamjumlahpalingbesaryaitu
sekitar78%bagianvolume.N2tidakIangsungbergabungdenganunsur
lain,tetapinitrogenbagiandarisenyawaorganik.Oksigen(O2)sangat
pentingbagikehidupanyaitumengubahmakananmenjadienergihidup.
Meskipun nitrogen dan oksigen meliputi jumlah 99% volume udara,
tetapi kedua gas ini sangat pasif terhadap proses cuaca.Unsur-unsur
atmosfer yang berubah terhadap ketinggian sampai 240 km,
ditunjukkanpadaGambar2.2.

Meteorologi Indonesia Volume 1


22
Gambar2.2.Komponenatmosterikyangberubahdenganketinggian
(Sumber Donn,1975).

Gas-gas yang penting dalam proses cuaca ialah :


a. Uap air (H2O) yang dapat berubah fasa (wujud) menjadi fasa cair
(misalnyatetes-tetesawan)danfasapadat(misalnyasalju,batues).
b. Karbondioksida (CO2), yang bertindak sebagai gas rumah kaca
(GRK) dan menyebabkan efek rumah kaca (ERK), yaitu
transparan terhadap radiasi gelombang pendek matahari dan
menyerap radiasi gelombang panjang bumi. Kenaikan
kadarCO2akan menyebabkan kenaikan temperatur permukaan
bumi dan menimbulkan pemanasan global. Sejak revolusi
industri, konsentrasi CO2 terus naik yang disebabkan antara
lainkenaikan
pemakaianbahanbakarkarbon(BBK)danhidrokarbon.
c. Ozon (O3), gas ini terdapat terutama pada ketinggian antara 20
dan 30 km di atas permukaan laut (d.p.l). Ozon sangat penting
karenamenyerapradiasiultravioletyangmempunyaienergitinggi
danberbahayabagitubuhmanusia.Atmosferpadaketinggian2030
km biasanya sudah sangat tipis, sehingga jika seluruh ozon
yang ada ini dimampatkan di bawah kondisi tekanan permukaan
laut,makaketebalanlapisanozon(ozonosfer)hanyasekitarsatu
inci(25,4mm)saja.
Meteorologi Indonesia Volume 1
23
d. Aerosoldanasap,terutamapartikel-partikelhigroskopis(misalnya
partikelgaram)dapatbertindaksebagaiintikondensasiawan.
Gas helium (He) dan hidrogen (H2) adalah gas yang paling
ringan,sehinggaseringdipakaiuntukmengisibalonmeteorologi.Gas
inisangatjarangterdapatdiatmosferbawahkecualipadaparas(level)
yang tinggi. Neon (Ne), argon (Ar), xenon (Xe), dan kripton (Kr) tidak
mudahbergabungdenganunsurlain,disebutgasmulia.Meskipungas ini
kurang penting di atmosfer, tetapi neon biasanya dipakai dalam
pemasangan iklan atau reklame (advertisement) dan argon dipakai
untukbolalampucahayalistrik.

2.2. Struktur VertikalAtmosfer


Atmosferdapatditinjausebagailapisangassangattebalyang
menyelimutibumidaripermukaandanmeluaskeatasdengandensitas
(massajenis)terusmenerusmenjadikecil.Atmosferdipengaruhioleh
gaya tarik bumi yaitu gravitas (gravity), sehingga atmosfer semakin
tipisjikamenjauhipermukaanbumisampaipadaakhirnyatidakdapat lagi
dibedakan dari gas planet lain. Karena itu puncak atmosfer atau
batasatasatmosfertidakterdefinisisecarategas,tetapirumbai-rumbai
bumi (fringe of the earth) yang mencapai ketinggian sekitar 1000 km
dapat dianggap sebagai puncak atmosfer bumi. Penurunan massa
jenis sangat cepat pada setengah pertama lapisan atmosfer yang
terletakdibawahketinggian5,5km(3,5mil),dan75%massaatmosfer
terdapat pada lapisan di bawah 20 km atau 99,9% massa atmosfer
terletak pada lapisan di bawah 50 km atau pada tekanan atmosfer di
atas 1 mb (1 milibar = 100 pascal). Tebal atmosfer bumi (1000 km)
sangattipissekitar16%jikadibandingkandenganjejaribumi(6370m).

1. Nomenklatur (tata nama) Lapisan Atmosfer Berdasarkan


Temperatur

Berdasarkan distribusi temperatur vertikal, lapisan atmoster


mulai dari permukaan ke atas dibagi menjadi troposfer, stratosfer,

Meteorologi Indonesia Volume 1


24
mesosfer dan termosfer, masing-masing lapisan merupakan bulatan-
bulatan yang konsentris terhadap pusat bumi. Puncak dari masing-
masing lapisan disebut tropopause, stratopause, mesopause, dan
termopause, lihat Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Lapisan atmosfer berdasarkan profil temperatur vertikal. Garis titik-titik
menunjukkan puncak dari masing-masing lapisan.

Bataslapisan-lapisanatmosferditentukanolehdiskontinuitas
profil temperatur dan masing-masing lapisan mempunyai sifat fisis
khusussebagaiberikut:
a. Troposfer

Secara harafiah troposfer (tropo : berubah, dan sphaira :


bulatan atau lapisan) adalah lapisan yang berubah-ubah. Gejala cuaca,
misalnyaawan,hujan,badaiguruh,dansebagainyaterjadipadalapisan
troposfer. Akibat adanya percampuran vertikal yang kuat dan curah
hujan maka waktu tinggal rerata aerosol dalam troposfer agak pendek,
berkisar dari beberapa hari sampaiminggu.
Troposfer adalah lapisan atmosfer paling bawah dengan
ketebalan lapisan rerata 10 km. Di atas ekuator puncak troposfer
(tropopause)mencapaisekitar18km(palingtinggi)sedangkandiatas

Meteorologi Indonesia Volume 1


25
kutub hanya mencapai 6 km (paling rendah), lihat Gambar 2.4.
Tropopause tidak kontinu, tetapi terputus oleh adanya aerojet (let
stream) subtropis (JS) dan polar (JP) yaitu angin kencang di atas
troposfer atau di stratosfer bawah.

Gambar 2.4. Tropopause dalam bidang meridian. JS : aerojel subtropis dan JP :


aerojet polar (kutub).

Troposfer mempunyai susut temperatur (lapse rate) yang


nilainyaantara0,5dan1°Cper100mdengannilairerata0,65°Cper 100 m
atau 6,5°C per kilometer. "Susut temperatur" didefinisikan sebagai
penurunan temperatur terhadap ketinggian atmosfer atau
gradientemperaturvertikalnegatifdansecaramatematikdapatditulis:

(2.1)

dengan T adalah temperatur dan z adalah ketinggian atmosfer. Tanda


negatif berarti temperatur turun terhadap ketinggian. Berdasarkan
definisi di atas maka troposfer mempunyai susut temperatur positif.
Troposfer sangatsedikitmenyerapradiasimatahari,sebaliknya
permukaanbumi banyakmemberipanaspada troposfermelalui konduksi,
konveksi, dan panas laten kondensasi atau sublimasi yang
dilepaskanketikauapairberubahwujudmenjaditetesairataukristales.

Meteorologi Indonesia Volume 1


26
b. Stratosfer
Stratosfer (strata : lapisan, dan sphaira : bulatan)
artinyabulatan (lapisan) yang berlapis, karena pada lapisan stratosfer
terdapat juga lapisan ozon (ozonosfer). Stratosfer terletak di atas
troposfer pada ketinggian antara 10 dan 60 km. Karena tropopause
lebih tinggi di
ekuatordaripadadikutub,makastratosferlebihtipisdiekuatordaripada
dikutub,lihatGambar2.5.Diekuator,tropopausemempunyaiketinggian
18 km dengan temperatur sekitar 80C, sedangkan di kutub
tropopause hanya mencapai ketinggian 6 km dengan temperatur 40o C.

Gambar 2.5. Lapisan troposfer dan stratosfer yang dibatasi oleh tropopause.

Stratosfer ditandai oleh susut temperatur negatif atau kenaikan


temperatur terhadap ketinggian (inversi temperatur), disebabkan oleh
ozonosfer yang menyerap radiasi ultra violet berenergi tinggi dari
matahari. Pertukaran antara gas troposfer dan stratosfer sangat kecil
karena stratosfer adalah lapisan yang stabil atau inversi temperatur.
Bagianatasstratosferdibatasiolehpermukaandiskontinuitastemperatur
kedua (yang pertama adalah puncak troposfer), disebut stratopause
yang terletak pada ketinggian sekitar 60 km dengan temperatur berorde
0C. Stratosfer mempunyai percampuran vertikal yang sangat lemah.
Badai guruh yang mempunyai arus udara ke atas (updraft) sangat kuat
dapatmenembusbeberapakilometerkedalamstratosferbawah.
Meteorologi Indonesia Volume 1
27
c. Mesosfer
Mesosfer(meso:tengah,dansphaira:bulatan)artinyalapisan
gasbagiantengahyangmenyelubungibulatanbumi.Mesosferterletak di
atas stratopause dari ketinggian 60 sampai 85 km, yang ditandai
dengan susut temperatur positif dengan gradien temperatur berorde
0,4C per 100 meter. Penurunan temperatur ini disebabkan mesosfer
mempunyai keseimbangan radiatif negatif. Puncak mesosfer dibatasi
olehmesopauseyaitupermukaanyangmempunyaitemperaturpaling
rendah di atmosfer, sekitar -100C. Lapisan mesosfer tumpang tindih
(overlaps)bersamaandenganionosferbawah.
d. Termosfer
Termosfer(termo:panas,dansphaira:bulatan)artinyalapisan
panasyangmenyelubungibulatanbumipadaketinggian85kmsampai
300km.Termosferditandaiolehsusuttemperaturnegatifataukenaikan
temperaturdari-100°Csampairatusanbahkanribuanderajat.Bagian
atasmesosferdisebuttermopauseyangmeluasdariketinggian300km
sampaipadarumbai-rumbaibumi(fringeoftheearth)sekitar1000km.
Termopauseadalahparastransisikeprofiltemperaturyangmendekati
isotermalatautemperaturkonstan.Termosferdantermopausemeluas
keatassampaiberbaurdenganatmosfermatahariribuankilometerdi atas
permukaan bumi dan dalam perluasannya sebagian gas ini
terionisasi.Temperaturtermopauseadalahkonstanterhadapketinggian
tetapi bervariasi terhadap aktivitas matahari. Temperatur malam
berosilasi antara 300 dan 1200°C atau antara 600 dan 1500 K,
sedangkan pada siang hari temperatur berosilasi antara 700°C dan
1700°Catauantara1000dan2000K.Kenaikantemperaturdisebabkan
termosfermenyerapradiasiEUV(extremeultraviolet).Karenamakinke
atas konsentrasi (densitas) atmosfer makin kecil maka perpindahan
panasmenjadisulit,sehinggatemperaturkonstan.
2. Nomenklatur Lapisan Atmosfer Berdasarkan Komposisi
Atmosfer
Berdasarkan komposisi, atmosfer dapat dibagi menjadi dua
lapisan yaitu homosfer dan heterosfer. Lapisan homosfer terletak

Meteorologi Indonesia Volume 1


28
antara permukaan laut sampai ketinggian 85-100 km, yaitu sampai
mesopause,dimanaoksigendannitrogenpadaumumnyamasihdalam
bentuk molekul. Di dalam homosfer terdapat percampuran turbulen
sehingga komposisi udara cukup konstan atau massa molekuler udara
konstan, sama dengan 28,97 gram. Di atas ketinggian 100 km,
percampuranvertikalgas-gasatmosferikdikendalikanoleh difusi molekuler
akibat peningkatan nilai lintasan bebas rerata molekuler(mean free
path) terhadap ketinggian atmosfer. Paras (level)
antarapercampuranturbulendan difusimolekulerdisebutturbopause.
Lapisan percampuran di bawah turbopause disebut homosfer dan
lapisandiatasnyadisebutheterosferyangterletakdariketinggiansekitar
100sampai1000km.Heterosferditandaiolehdisosiasimolekuloksigen
danmolekulnitrogenmenjadiatomoksigendanatomnitrogen.Disosiasi
inimenyebabkanpenurunanmassamolekuleratmosferdari28,97gram
dalam homosfer menjadi 15,79 gram pada ketinggian 200 km, lihat
Gambar2.6.

Gambar 2.6. Lapisan homosfer dan heterosfer

Meteorologi Indonesia Volume 1


29
Ketinggian (km) atmosfer : 100 150 200
Massa molekuler (gram) : 26,22 20,06 15,79

Di atas lapisan heterosfer, dijumpai lapisan "eksosfer" yang


merupakan batas atas atmosfer bumi. Lapisan ini ditandai
olehkebocoran atom tertentu ke ruang angkasa terutama atom-atom
yang lebih ringan, karena itu eksosfer dikenal sebagai daerah
menghilang. Karena temperatur eksosfer tinggi dan massa jenis partikel
sangat rendah, maka kemungkinan terjadi pelepasan (pelarian)
beberapa atom
danmolekulgasdarimedangravitasibumi.Danteorikinematikgas,nilai
pendekatan lintasan bebas rerata molekul (l) yang didefinisikan sebagai
jarak rerata yang ditempuh molekul antara dua tumbukan, dapat
dinyatakanmenurutekspresiberikut:

(2.2)

keterangan :
k : konstantaBoltzmann
= 1,38 x 10-23 JK-1
T : temperatur mutlak (absolut)
p : tekananatmoster
a : penampang tumbukan molekul
2 2 9 2
40 A = 0,4 nm = 0,4 x 10 m
3. Nomenklatur Lapisan Atmosfer Berdasarkan Sifat
Radioelektrik
Fotoionisasi (photoionisation) molekul-molekul atmosferik
hanyaterjadipadalapisandiatasketinggian50kmsampailebihdari500 km.
Lapisan di bawah ketinggian 60 km disebut netrosfer dan lapisan
ionosfer meluas dari ketinggian 60 km sampai pada paras (level) yang
sangattinggi,tetapidalamhaliniditinjaulapisanionosferyangterletakdi
bawahrumbai-rumbai(fringe)bumi.Beberapamolekuludaraterionosasi
oleh radiasi ultraviolet dari matahari yang menghasilkan gas terionisasi,
disebut plasma, dan daerah ini disebut ionosfer. lonisasi adalahsebuah
Meteorologi Indonesia Volume 1
30
proses di mana elektron yang berrnuatan negatif terkelupas dari atom
ataumolekulnetraluntukmembentukionbermuatanpositifdanelektron
bebas.Ion-ioniniyangmemberinamalapisanionosferdalamatmosfer.
a. Daerah lonosfer

Berdasarkan sifat-sifat radioelektrik, ionosfer dapat dibagi


menjadi 3 daerah, yaitu :
1. Daerah D, ketinggian pendekatan antara 60 dan 80km,
memantulkan radiasi gelombang panjang kilometrik =1000
m atau lebih). Konsentrasi elektron bervariasi antara 103 dan
104 elektron percm3.
2. Daerah E, ketinggian pendekatan antara 80 dan 160 km,
memantulkanradiasigelombanghektometrik.Konsentrasi
5 3
elektron bervariasi dari 10 pada siang hari sampai 10 elektron
3
percm padamalamhari.
3. Daerah F, ketinggian pendekatan 160 km sampai paras yang
sangat tinggi, memantulkan radiasi gelombang metrik.
Konsentrasi elektron mencapai 2 x 106 elektron per cm3 pada
ketinggian400km.DaerahFterdiridaridualapisanyaituF1
dengan ketebalan sekitar 60 km, dan F2 yang mempunyai
ketebalan cukup besar. Ketinggian pendekatan F1 antara 160
dan 210 km dan lapisan F2 mempunyai ketebalan mulai dari
ketinggian di atas 210 km.
Pada siang hari, keempat daerah ionosfer D, E, F1, dan F2
muncul karena dikendalikan oleh matahari. Tetapi lapisan F2 selain oleh
matahari juga dikendalikan oleh faktor lain, misalnya medan
magnetikbumi dan angin atmosferik yang menyebarkan lagi
(redistribute) ion-ion
dalam lintang dan bujur. Akibatnya lapisan ionosfer F2 muncul pada
malam dan siang hari, sedangkan lapisan D, E, F1 hanya muncul pada
siang hari. Lapisan E-Sporadis (Es) seringkali juga muncul bila bumi
melewati daerah lintasan komet-komet besar. Keempat daerah ionosfer
ini sangat penting dalam komunikasi frekuensi tinggi. Gambar 2.7,
menunjukkan daerah-daerah ionosfer dan profil ketinggian densitas
elektron.
Meteorologi Indonesia Volume 1
31
Gambar 2.7. Daerah lonosfer D, E, F1, F2dan profil densitas elektron.

b. Pembentukan lonosfer

Ada dua jenis radiasi yang menyebabkan ionisasi dalam


atmosfer yaitu, sinar X dan radiasi ultraviolet ekstrim (EUV). Sinar X
luaran dari matahari adalah tak beraturan, meningkat kuat pada gejolak
panas matahari (solar flares) besar. Sinar X mengionisasi gas dalam
daerahDdanbagianbawahdaerahE.RadiasiEUV(extremeultraviolet)
adalah radiasi pengionisasi yang lebih penting. EUV dihasilkan dalam
khromosfer matahari pada daerah gangguan yang melapisi kelompok
noda matahari (sunspot). Pada umumnya luaran EUV dari matahari
mendekati konstan, tetapi berubah secara bulanan dan tahunan karena
perubahanjumlahnodamatahari,lihatGambar2.8.

Meteorologi Indonesia Volume 1


32
Gambar 2.8. Sumber radiasi yang menyebabkan ionisasi di ionosfer. Sumber : IPS
Radio dan Space Services, Australia. 1993.

Radiasi EUV diserap oleh atom-atom dan molekul-molekul


oksigendannitrogen(O,O2,N,N2)padaketinggian100-400kmdan
mengionisasi dalam daerah E, F1, dan F2. Radiasi matahari UV
(ultraviolet) mempunyai panjang gelombang lebih panjang dari pada
radiasi EUV. Radiasi UV tidak menyebabkan ionisasi, tetapi hampir
semuanyadiserapolehozon(O3)padaketinggiansekitar30km.
Radiasi EUV matahari diserap karena ia mengionisasi atom
dan molekul. Karena radiasi matahari menembus atmosfer bumi
sampai dalam, maka intensitasnya berkurang. Tingkat produksi
elektron sebanding dengan intensitas EUV dan densitas udara. Pada
puncak atmosfer intensitas EUV besar, tetapi densitas udara kecil,
sehingga ion dan elektron yang dihasilkan juga sedikit. Pada dasar
daerah E, densitas udara besar tetapi intensitas EUV sangat rendah
sehingga jumlah ion dan elektron yang diproduksi juga sedikit.

Meteorologi Indonesia Volume 1


33
c. Produksi dan Redistribusi Elektron

Foton (paket energi) radiasi EUV (ultraviolet ekstrim)


bertumbukan dengan atom atau molekul netral dan menginjeksikan
elektrondalambentukionpositifdanelektronbebas.Prosesinidikenal
sebagai fotoionisasi. Dalam daerah F2, jenis (species) utama adalah
atom oksigen terionisasi O+, sedangkan dalam daerah F1 dan E jenis
utamanyaialahmolekuloksigenO2+danoksidanitrikNO+terionisasi.
Jika elektron dan ion bertumbukan, kadang-kadang terjadi
proses penggabungan (recombination process), elektron bermuatan
negatif ditarik oleh ion bermuatan positif, yang menghasilkan sebuah
atom atau molekul netral. Penggabungan (rekombinasi) elektron
dengan ion molekuler lebih efisien dari pada rekombinasi dengan ion
atomik. Karena daerah F2 kebanyakan terdiri dari ion-ion atomik (O+),
rekombinasi di sini berjalan lambat, berbeda dengan daerah F1 dan
E yang kebanyakan terdiri dari ion-ion molekuler (O2+, NO+) yang
rekombinasinya berjalan lebih cepat. Hal ini merupakan salah satu
alasan,mengapadaerahF2 masihmunculpadamalamhariketika
semua ion dan elektron di daerah E dan F1 telah hilang melalui
rekombinasi. Waktu hidup khas (typical lifetimes) elektron bebas
dalam masing-masing daerah E, F1, dan F2 adalah 20 detik, 1 menit,
dan 20menit.
SebablainmunculnyadaerahF2sepanjangmalamhariadalah
angin atmosferik dalam gas netral. Selama siang hari, atmosfer atas
pada lintang-lintang rendah dipanasi oleh matahari, sedangkan angin
pada ketinggian sekitar 300 km bertiup ke arah lintang-lintang tinggi
seperti daerah polar (kutub). Angin dalam udara netral bertiup secara
horizontal tetapi ion-ion dan elektron-elektron tidak dapat bergerak
melintas(memotong)garis-garisgayamedanmagnetikbumi.Jadipada
siang hari, ion-ion dan elektron-elektron cenderung dihembus (ditiup)
sepanjanggaris-garismedanmagnetparas(level)yanglebihrendahdi
mana partikel-partikel bermuatan ini menghilang oleh rekombinasi
(penggabungan).Padamalamhari,atmosferatasdilintang-lintang

Meteorologi Indonesia Volume 1


34
rendah mendingin dan angin bertiup kearah ekuator. Ion-ion dan
elektron-elektron kemudian dipompa garis-garis medan ke paras
(ketinggian) yang lebih tinggi, di mana rekombinasi berlangsung lebih
lambat, karena itu daerah F2tetap muncul pada malam hari.
d. Refleksi Gelombang Radio HF olehlonosfer

Sifat yang sangat penting dari ionosfer dalam masalah


komunikasi radio adalah kemampuannya untuk memantulkan
gelombang-gelombang radio yang mempunyai frekuensi tertentu.
Berbagai metode telah dipakai untuk menyelidiki sifat-sifat reflektif
ionosfer. Instrumen yang banyak dipakai disebut ionosonde yaitu
radar frekuensi tinggi (high frequency HF). Pulsa-pulsa energi radio
yang sangat pendek ditransmisikan secara vertikal kedalam ionosfer.
Jika frekuensi radio tidak terlalu tinggi maka pulsa-pulsa akan
dipantulkan kembali ke bumi. lonosonde mencatat waktu tunda (time
delay)antaratransmisidanpenerimaanpulsa.Karenafrekuensipulsa
berubah, diperoleh rekaman waktu tunda pada frekuensi-frekuensi
berbeda,lihatGambar2.9.

Gambar 2.9. Pengukuran ionosfer dengan ionosonde.

Meteorologi Indonesia Volume 1


35
Dalam kasus refleksi (pemantulan) pulsa-pulsa radio oleh
ionosfer,waktutundatidakmudah(sederhana)dikaitkandenganjarak
aktuaI yang ditempuh atau tinggi refleksi. Waktu tunda tersebut
dikonversikan ke dalam besaran jarak yang dinamai tinggi refleksi
virtual. Data kemudian disimpan secara fotografik, setiap rekaman
disebut ionogram yang memberikan informasi tentang jangka (range)
frekuensiyangdipantulkandariionosferdantinggirefleksiuntukwaktu
dan lokasi khusus. lonogram memberikan mayoritas data ionosferik
dan mengungkapkannya secara rinci, lihat Gambar 2.10. Di dalam
setiap daerah ionosfer ada sebuah lapisan dengan densitas elektron
maksimum.DensitaselektronterbesarditemukanpadalapisanF2,lihat
Gambar2.7.

0
Gambar 2.10. Struktur ionosfer.

Meteorologi Indonesia Volume 1


36
Frekuensi yang direfleksikan pada setiap paras (level) ionosfer
sebanding dengan akar densitas elektron N pada lapisan tersebut, yaitu:

dengan fc adalah frekuensi yang dipantulkan oleh sebuah lapisan


ionosfer, dan N adalah densitas elektron lapisan tersebut pada titik
refleksi.JadifrekuensiyangdipantulkandarilapisanF2,yangdinamakan
frekuensi kritis daerah F2, adalah frekuensi tertinggi yang akan
direfleksikan ionosfer. Frekuensi ini di nyatakan dengan f0F2 yang
merupakan frekuensi yang sangat penting untuk komunikasi frekuensi
tinggi (HF). Frekuensi yang lebih tinggi dari pada f0F2 akan
menembusionosfer, jadi tidak terpakai untuk komunikasi HF (high
frequency). Frekuensi kritis untuk daerah F1 dan E masing-masing
ditunjukkan oleh
f0F1danf0E.Dalamionosfer,kehadiranmedanmagnetikbumimembelah
setiap gelombang radio menjadi dua gelombang terpolarisasi sirkular
berlawanan yang disebut komponen ordiner (o) dan ekstraordiner (x).
Gelombang o dan x menjalar secara bebas (tidak bergantungan), jadi
pada setiap ionogram ada dua jejak (trace). Jejak ordiner (o) dipakai
untukanalisa,sehinggamunculsubskrip"o"dalamsukuf0E,f0F1,danf0F2.
Pengukuran frekuensi sebuah ionosonde mulai dari sekitar
1 MHz, kemudian meningkat hingga 22,2 MHz. Awalnya pada frekuensi
kurang dari sekitar 1,5 MHz, tidak ada gema (echo) yang diterima.
Semua energi yang ditransmisikan diserap dalam daerah D. Ketika
frekuensiditingkatkan,gemamunculpertamadaridaerahEdansetelah itu
dari daerah F1 dan F2 dengan waktu tunda yang lebih besar. Waktu
tundaantaratransmisidanpenerimasebuahpulsaolehionosondetidak
secara langsung berhubungan dengan tinggi (atau jarak) ionosfer,
karena plasma ionosferik memperlambat pulsa yang menghasilkan
waktu tunda lebih besar daripada yang diperkirakan, jadi tinggi ionosfer
virtualselalulebihbesardaripadatinggisebenarnya.

2.3. AtmosferdiAtasIndonesia
Atmosfer di atas wilayah Indonesia memainkan peranan
pentingdanunikdalamdinamikaatmosferglobal.DiwilayahIndonesia
Meteorologi Indonesia Volume 1
37
di mana 70% adalah perairan, maka jumlah uap air yang dapat
diendapkan sangat besar, sehingga pembentukan awannya unik dan
jumlahcurahhujannyaberfluktuasidaribulankebulan,darimusimke
musim,ataudaritahunketahun.Kerumitandinamikaatmosferekuator
dan keunikan atmosfer benua maritim menyebabkan kesulitan untuk
melakukanprediksicuacadengantingkatketelitianyangtinggi.

Gambar 2.11. Distribusi bulanan tinggi isoterm 0C dan tinggi tropopause di atas
Jakarta

Meteorologi Indonesia Volume 1


38
Gambar 2.11, menunjukkan distribusi bulanan tinggi lapisan
isoterm 0C di troposfer dan tinggi tropopause pada pukul 7.00 dan
19.00 WIB di atas Jakarta. Tinggi lapisan isoterm 0C terletak antara
4.500 5.500 m, sedangkan tinggi tropopause terletak antara 16.000
dan 17.500 m dari paras laut. Makin tinggi tropopause makin rendah
suhunya. Suhu udara permukaan rata-rata sekitar 24C tetapi suhu
puncak troposfer dapat mencapai -85C, dengan susut suhu (lapse
rate) mendekati 0,65 C/100 m.

Tabel 2.2, menunjukkan salah satu hasil pengukuran


parameter atmosfer dari permukaan sampai stratosfer bawahdengan
radiosonde. Radiosonde mengukur 3 parameter atmosfer yaitu
tekanan (p), temperatur (T), dan temperatur titik embun (Td) atau
kelembapan relatif (RH) untuk setiap paras (ketinggian) dari
permukaan sampai stratosfer bawah. Ketinggian dinyatakan dalam
tinggigeopotensialdengansatuanmeteryangdidefinisikansebagai:

(2.3)

Keterangan :
h : tinggi geopotensial (m)
-2
g : percepatan gravitasi (ms )
z : tinggi geometrik(m)
g0 : percepatan gravitasi permukaan bumi rata-rata secara global
-2
= 9,8 ms
Jelas bahwa pada atmosfer bawah, nilai z dan h hampir samakarena
g~g0,danmakintinggimakabedazdanhmakinbesar.

Meteorologi Indonesia Volume 1


39
Tabel 2.2. Data Radiosonde di atas Jakarta
Tanggal : 15 Desember 1977
Pukul : 11.45 Waktu Universal
Kondisi Cuaca :Berawan
p (mb) h (m) T (C) RH%

1011.0 0 27.3 87
1000 95 26.6 90
850 1 526 19,9 78
700 3 156 10.5 74
800 4.432 05.2 60
500 5 896 - 03,1 55
400 7 679 13,9 39
300 9.756 - 21.7 33
250 11.031 -38.2 51
200 12.526 - 50.5 47
175 13.400 - 57.5 -
150 14 350 - 65,1 -
125 15.490 - 72,3
100 16.730 - 80,5
80 17.995 -83,5
60 19.620 - 76,2
50 20 846 - 69.1
40 22.080 - 63.0
30 23.786 - 58,7

Paras 0°C p = 544 mb h = 5.230 m RH =65%


Tropopause p = 86 mb h = 17.600 m T=84,3C
Tabel 2.3. Hubungan tinggi geometrik (z) dan tinggi geopotensial (h)

z (km) 0 1 10 20 30 60 90 120 200

h (km) 0 1.00 9.99 19.94 29.116 59.45 88.76 117.80 193.93

g(ms-2) 9,80 9.80 9.77 9.74 9.71 9.62 9.53 9.44 9.21

Radiosondeterdiridarikotakyangdilengkapidenganpemancar
radio dan alat pengindera atau sensor untuk tekanan, temperatur, dan
kelembapan nisbi (relatif). Hasil pengamatan dikirim ke stasiun di
permukaan dalam bentuk sinyal radio. Radiosonde dinaikkan dengan
sebuahbalonyangdiisidengangasyanglebihringandariudarasampai

Meteorologi Indonesia Volume 1


40
balon ini pecah, kemudian radiosonde akan turun dengan memakai
payung yang telah disediakan. Selain data tekanan, temperatur, dan
kelembapan, diperoleh informasi tambahan data laju dan arah angin
dengan memakai alat pencari arah elektronik yang mengikuti lintasan
danlajubalondenganradar,alatiniseringdisebutrawindsonde.Sensor
tekanan adalah dari jenis aneroid, ketelitiannya diperkirakan hingga
beberapa milibar. Sensor temperatur adalah dari jenis bimetal, yang
diperlengkapi dengan pelindung radiasi untuk mengurangi kesalahan
karenaradiasi.Kesalahanradiasibeberapaderajatmungkinterjadipada
parasyangtinggi.Sebagaisensorkelembapandipakaisejeniskulityang
panjangnyapekaterhadapkelembapannisbi(relatif).

2.4. Lapisan Ozon Stratosferik


a. Absorpsi Radiasi oleh Ozon dan Gas Lain
Setiap atom dan molekul atmosferik mempunyai beda efisiensi
dan beda panjang gelombang untuk menyerap radiasi. Pada panjang
gelombang yang terpendek, maka penyerap utama radiasi
mataharidalamatmosferbumiadalahmolekuloksigendanozon.Molekuloks
igen menyerap foton dengan panjang gelombang lebih pendek dari
-9
sekitar 240nm(1nm=10 m),lihatGambar2.12.
Penetrasi radiasi matahari melalui atmosfer sebagai fungsi
panjang gelombang sampai pada 310 nm ditunjukkan pada Gambar
2.14. Kebanyakan radiasi dengan panjang gelombang lebih pendek dari
sekitar 100 nm diserap dalam atmosfer pada ketinggian di atas 100 km
oleh N2, O2, N, O, dan senyawa ionik dari unsur-unsur ini. Pada panjang
gelombang di atas 100 nm, unsur N2, N, dan O berhenti menyerap,
sehingga radiasi dapat menembus lebih dalam lagi. Absorpsi yang kuat
olehmolekuloksigenmembatasifotondenganpanjanggelombanglebih
pendek dari sekitar 210 nm sampai pada ketinggian 50 km dan lebih
tinggi. Foton dengan panjang gelombang di atas sekitar 210 nm juga
diserapolehO2secaralemah,didugaozon(O3)sebagaiunsurpenyerap
terbesar pada pita gelombang 210 310 nm. Absorpsi ozon ini

Meteorologi Indonesia Volume 1


41
memberikan energi yang memanasi stratosfer dan mesosfer. Karena
itu, penurunan konsentrasi ozon stratosferik menyebabkan kenaikan
intensitassebagianbesarradiasienergetikyangmencapaipermukaan
bumi.

Gambar 2.12. (a). Distribusi spektral penampang absorpsi molekul oksigen.


(b). Kedalaman penetrasi radiasi matahari sebagai fungsi panjang
gelombang. Penyerap utama, batas disosiasi dan ionisasi juga
diberi tanda. Sumber Graedel and Crutzen, 1993.

b. PembentukanOzonosfer

Ozon di stratosfer dihasilkan dari fotodisosiasi molekul oksigen


olehradiasimatahariultraviolet(UV).Prosesinimenghasilkanduaatom
oksigen, satu diantaranya bergabung dengan molekul oksigen untuk
membentuk ozon:

O2(g) + h(< 242 nm) O(g)+O(g) (2.4)


tanda (g) artinya berbentuk gas, hv adalah energi foton dengan h :
konstanta Planck dan v : frekuensi radiasi.
Tinjaubagaimanaozonstratosferikterbentukdanbagaimana ia
menyerap energi foton. Di dalam lapisan stratosfer dan
mesosfer,konsentrasimolekul02,lebihbesardaripadakonsentrasiatomo
ksigen.
Karenaituatom0yangterbentukdalamlapisanstratosferdanmesosfer
Meteorologi Indonesia Volume 1
42
sering mengalami tumbukan dengan molekul O2, tumbukan ini
cenderung membentuk ozon :
O(g) + O2(g) O*(g)
3 (2.5)
tanda asterik (*) menunjukkan bahwa molekul ozon melepaskan energi.
Reaksi O dengan O2 yang membentuk O3 akan melepaskan energi
105kJ/mol.WaktuhidupmolekulO3sangatpendekdanakanterurailagi
menjadiO2danO.Dekomposisiiniadalahkebalikandariprosesdimana
O3terbentuk.Alihkelebihanenergidilakukanolehbenda(molekul)ketika M
melalui tumbukan. Benda M ini tidak ikut dalam reaksi,
hanyamengambil alih kelebihan energi dalam reaksi. Benda M biasanya
adalah molekul N2 atau O2, karena molekul-molekul ini sangat
banyakterdapat di atmosfer. Pembentukan ozon (O3) dan alih kelebihan
energi olehM,dapatdirangkumdenganpersamaanberikut:
O(g)  O(g)
2 O*(g)
3 (2.6)
O3*(g)  M(g) O(g)3  M*(g)
O(g) O2(g) M(g) O3(g) M*(g), neto (2.7)

Kecepatan pembentukan ozon (O3) bergantung pada


kecepatan relatif tumbukan antara O* dan M (persamaan 2.7), dan
3
disosiasi dari O* 3 kembali ke O2 dan O (proses kebalikan) dalam
persamaan (2.6). Peristiwa tumbukan sangat penting agar pembentukan
O3 lebih mudah.
Molekul ozon mampu menyerap radiasi matahari yang
menghasilkan dekomposisi menjadi O2 dan O. Jika tidak ada ozon
stratosferik,maka energifotonyang tinggiakan menembuske permukaan
bumi, sehingga tanaman, hewan, dan manusia kemungkinan tidak
akan hidup seperti sekarang.
Fotodekomposisi ozon akan membalikkan reaksi dengan
proses putaran kembali (recycling), sehingga proses siklis pengubahan
ozon, yaitu pembentukan dan dekomposisi ozon, dapat dirangkum
sebagai berikut:

Meteorologi Indonesia Volume 1


43
1. O2(g) + h( 242 nm)  O(g)  O(g)
2. O(g) + O2(g) + M(g)  O3(g)  M*(g)
(2.8)
3. O (g)
3 + h( 1140 nm)  O2(g)  O(g)
4. O(g) + O(g) + M(g)  O2(g)  M*(g)

Catatan :
Radiasielektromagnetik(EM)dapatdigambarkansebagaiarus
fotondimanaenergitiapfotondiberikanofehpersamaan:
E = h
Keterangan :
h = 6,625 x 10-34 J.s disebut konstanta Planck
u : frekuensiradiasi
Proses pertama dan ketiga adalah fotokimia yang memakai
energi foton matahari untuk memulai reaksi kimia. Proses kedua dan
keempat adalah reaksi kimia eksotermis (melepas panas). Hasil neto
dari keempat proses tersebut adalah daur (siklus) di mana energi
radiasimataharidiubahmenjadienergipanas.Daurozondistratosfer
menyebabkan kenaikan temperatur yang mencapai maksimum pada
stratopause.
c. Lubang Ozon
Siklus katalitik terhadap kerusakan ozon di stratosfer telah
ditemukanpadatahun1974yaituketerlibatankhlorinyangdikemukakan
oleh Richard Stolarski and Ralph Cicerone, Universitas Michigan dan
rantaikhlorfluorokarbon(CFC)ataufreonyangdikemukakanolehMario
Molina and Sherwood Rowland, Universitas California. Freon, terutama
CFCI3 (freon 11) dan CF2Cl2 (freon 12) telah banyak dipakai sebagai
bahanpembakar(propellants)dalamkaleng-kalengsemprotan,sebagai
gas alat pendingin atau sebagai gas pengatur udara (air conditioner),
dan sebagai agen busa untuk plastik. Freon (CFC) sebenamya tidak
reaktif di lapisan atmosfer bawah dan relatif tidak dapat larut (insoluble)
dalam air, sehingga CFC tidak jatuh ke permukaan bumioleh

Meteorologi Indonesia Volume 1


44
tetes-tetes hujan. Sangat disayangkan, kurang reaktivitasnya CFC
membuat bahan ini secara komersial bermanfaat, tetapi juga waktu
hidupCFCdiatmosfermenjadilebihlama,danakhirnyadapatberdifusi ke
dalam stratosfer. Diperkirakan beberapa juta tonkhlorfluorokarbon
sekarangberadadilapisanatmosfer.
Ketika CFC berdifusi ke lapisan stratosfer, maka ia menjadi
subyek terhadap aksi radiasi energi tinggi.Panjang gelombang dalam
daerah antara 190 dan 225 nm menyebabkan fotolisis atau
perpecahanikatankarbon-khlorindarifreon:

CFxCl4x(g) h(=190225 nm) CFxCl3x(g) Cl(g) (2.9)

Pembentukan atom khlor dengan kecepatan terbesar terjadi pada


ketinggian sekitar 30 km.
Atom khlor dapat bereaksi cepat dengan ozon untuk
membentuk khlor monoksida CIO dan molekul oksigen 02. CIO dapat
bereaksi dengan atom 0 untuk membentuk kembali atom khlor :

Cl(g) O3(g) CIO(g) O2(g) (2.10)

ClO(g)O(g) CI(g) O2(g) (2.11)

O3(g) O(g) 2O2(g), neto

Hasilreaksi-reaksidiatasadalahperubahanozonmenjadiO2.
Fungsi khlor dalam hal ini sebagai katalisator, karena CI dipakaipada
langkah pertama dalam mekanisme persamaan (2.10) kemudian
terbentuk kembali dalam langkah kedua (persamaan 2.11).
Diperkirakan bahwa setiap atom CI akan merusak sekitar 100.000
molekulozonsebelumkhloritusendiridirusakolehreaksi-reaksilain.

Meskipun kecepatan difusi dari molekul-molekul ke dalam


stratosferdaripermukaanbumikemungkinanrendah,tetapikerusakan
ozonosferolehfreon(CFC)telahdiyakinimelaluiobservasi.Sejakakhir

Meteorologi Indonesia Volume 1


45
tahun1970-an,peneliti-penelititelahmendapatkanpenipisantahunan
dari lapisan ozon di atas Kutub Selatan yang terjadi selama musim
semi austral (belahan bumi selatan). Ilmuwan sekarang dengan jelas
menemukan bahwa Kutub Utara juga mengalami peristiwa yang
serupa dengan belahan bumi selatan, tetapi kerusakan ozon selama
akhirmusimdinginkurangtegas.
d. Efek Reduksi OzonStratosferik

Efekperubahankonsentrasiozonstratosferikdirasakansecara
langsung oleh sistem biologis. Gambar 2.13, menunjukkan
bahwapenetrasiradiasimataharikepermukaanbumipadapanjanggelomba
ng diatassekitar210nmdibatasidengankuatolehabsorpsiozon.Absorpsi
ini dapat meluas sampai lebih dari 300 nm, meskipun efisiensinya turun
dengancepat.Pengurangankadarozonstratosferikakanmeningkatkan
iradiansdalamdaerahpanjanggelombangantara290dan320nmyang
disebut daerah ultraviolet B (UV-B) yaitu daerah di mana organisme
biologis sangat sensitif. Jadi setiap penurunan kadar ozon akan
meningkatkan penetrasi radiasi dalam daerah panjang
gelombangdimana DNA sangat sensitif. Keadaan semacam ini
membuat
pemeliharaanperisaiozonosferperlumendapatprioritasyangtinggi.

Radiasi UV-Bmenyebabkan kanker kulit manusia. Studi


menunjukkan bahwa reduksi lapisan ozon 1%, meningkatkan dosis
(takaran) UV-B efektif sebesar 2%. Kenaikan dosis ini padagilirannya
menyebabkan kenaikan sebesar 4% timbulnya carcinoma sel basal
dan kenaikan sekitar 6% dalam carcinoma sel squamous. Penurunan
10% ozon stratosferik akan menyebabkan kenaikan timbulnyakanker
sel basal sebesar 50% dan sel squamous sebesar 90%. Misalnya di
Jerman, reduksi 10% ozon stratosferik menyebabkan sekitar 20.000
tambahan kasus kanker kulit tiap tahun. Carcicoma ini, tidak sama
dengan kanker kulit melanoma yang juga disebabkan oleh
pencahayaan (exposure) UV-B. Peristiwa melanoma sangat jarang
tetapi lebih mematikan. Efek lain dari kenaikan radiasi UV-B pada
manusia adalah kejadian katarak yang lebih sering dan melemahnya
sistemkekebalan(immune)tubuh.
Meteorologi Indonesia Volume 1
46
Sekitar200jenistanamantelahdiujikepekaannya(sensitivity)
terhadap radiasi UV-B. Sekitar setengahnya menunjukkan efek
merugikan yang signifikan (nyata) termasuk reduksi luas daun rata-
rata, reduksi panjang tunas (shoot) dan berkurangnya kecepatan
fotosintesis.Informasidarihasilpertanianmenunjukkanbahwareduksi
ozon stratosferik sebesar 25% akan menimbulkan penurunan 50%
hasil kedelai (soybean). Ada kejelasan juga bahwa persediaan
nitrogenalamidipengaruhisecaranegatifolehkenaikanpencahayaan
UV-B.
Meskipun di bawah kondisi alamiah, banyak jenis plankton
yang peka (sensitive) terhadap dosis UV-B paras bawah (low-level).
Kehilangan ozon atmosferik protektif, berarti kerugian langsung dari
radiasi atau kerugian tidak langsung dari penurunan aktivitas
fotosintetisketikaplanktonbergerakmenujukekedalamanyanglebih
dalam. Reduksi jumlah plankton, diperkirakan mempunyai pengaruh
padaanggotaekosistemtingkatyanglebihtinggisepertizooplankton dan
ikan. Studi yang menguji proses ini secara lebih rinci sedang
dilakukansecaraaktifterutamadiAntartika.
Penelitian yang lebih ekstensif konsentrasi ozon troposferik
harus menunggu pengembangan instrumentasi yang lebih dapat
diandalkan (reliable), terutama teknik optik. Teknik spektografik telah
lama tidak praktis untuk dipakai pengamatan jangka panjang.
Pengukuran yang dilakukan dengan teknik optik dari tempat-tempat
paras (level) rendah yaitu kurang dari 1 km, pada pokoknya lebih
rendahdaripadayangdiukursekarangdenganteknikkimiadanoptik
modern pada stasiun representatif dalam area yang sama.
Pengukuran berulang (repetitive) di Hohenpeissenberg, Jerman
selamaperiode1967-1988jelasmenunjukkanbahwaozontroposferik
meningkatdanozonstratosferikmenurun,lihatGambar2.13.

Meteorologi Indonesia Volume 1


47
Gambar 2.13. Pengukuran konsentrasi rata-rata tahunan ozon troposferik dan
stratosferik di Hohenpeissenberg, Jerman selama periode 1967 - 1988
-9
yang dinyatakan sebagai tekanan parsial dalam nbar = 10 bar.
Sumber Graedel and Crutzen. 1993.

2.5. Dampak Aktivitas Manusia Terhadap Atmosfer

Jika orang yang berjalan-jalan sampai harus memakai alat


pelindunggas,sepertiyangpernahdialamidiKalimantanketikaterjadi
kabas (kabut-asap) atau smog (smoke-fog), maka sudah waktunya
diadakan penelitian terhadap lingkungan atmosfer. Proses industri
dapat mempengaruhi atmosfer dalam dua cara yaitu merubah
komposisi dan kadar panas atmosfer. Sejak revolusi industri tingkat
pencemaran atmosfer terus naik, jumlah zat pencemar tahunan dari
hasil pembakaran terus meningkat, yang sebagian besar berasal dari
pusat-pusatkotayangramaidanpadatpenduduknya.

Meteorologi Indonesia Volume 1


48
Efek pencemaran mempunyai beberapa tingkatan; pertama
adalahperubahankomposisigas-gasatmosferyangdapatberdampak
serius pada kesehatan manusia, kedua adalah penambahan partikel
atau aerosol ke dalam atmosfer, dan ketiga adalah perubahan
temperatur atmosfer. Karbondioksida bersifat transparan terhadap
radiasigelombangpendekmataharidanmenyerapradiasigelombang
panjang bumi, sehingga kenaikan kadar CO2 menyebabkan kenaikan
temperatur udara. Meskipun pemanasan akibat CO2 akan terjadi di
masa mendatang, tetapi efek tersebut mungkin dapat diimbangi oleh
kenaikan kandungan aerosol di atmosfer yang menyebabkan
pendinginan karena radiasi matahari yang datang akan dipantulkan
kembali.

Karbondioksida adalah hasil pembakaran sempurna bahan


bakar minyak (bbm) kendaraan bermotor. Meskipun CO2 dihasilkan
dalam jumlah sangat besar oleh kendaraan bermotor, oleh
pembakaran bahan bakar industri dan rumah tangga, tetapi gas ini
tidak berbahaya secara langsung terhadap manusia. Pengaruhnya
terutama pada kadar panas atmosfer sebagaimana sifat
karbondioksida terhadap radiasi gelombang pendek dan gelombang
panjang. Jika pembakaran karbon (bahan bakar minyak) kendaraan
bermotor tidak sempurna maka dihasilkan bentuk karbon monoksida
(CO). Secara kimia CO adalah gas aktif dan sangat beracun. Bahaya
kesehatan akan terjadi hanya dengan konsentrasi CO sebesar 100
ppm(partspermillion)=0,01%dalambeberapajam.Kondisisemacam ini
terjadi di dalam ruang yang penuh asap dan pada daerah yang
berventilasi jelek (angin tenang dan atmosfer stabil) dengan
pembuangangaskendaraanbermotoryangpekat.

Belerang dioksida (SO2) dan asam belerang (H2SO4) dihasilkan


daripembakarandalamjumlahyanglebihkecildaripadaCO,tetapiSO2 dan
H2SO4 lebih beracun. Jika asam belerang dihirup dalam pernafasan
maka akan terjadi kerusakan jaringan secara permanen. Gas
buangindustrihidrogensulfida(H2S) yang ditandaidengan bau telur
busukdalamdosistinggisangatmematikan.Prosesindustritertentu

Meteorologi Indonesia Volume 1


49
dapat menghasilkan hidrogen fluorida (HF), salah satu bahan kimia
yang sangat korosif dan dapat menyebabkan kerusakan tanaman
meskipun dalam konsentrasi 1 ppb (part per billion). Karbon disulfida
(CS2)adalahgasberbaubusukdanberbahayayangdihasilkandalam
jumlahbesardipabrik-pabrikkertas.

Disampingasapanorganikini,sejumlahsenyawaorganikyang
mudahmenguapdan beracundapatdihasilkanmisalnyaetilin,
formaldehida dan sejumlah larutan. Etilin adalah hidrokarbon dari asap
buang otomobil jenis bis dan truk. Sedikit bagian per milyar (ppb) dan
etilindapatmerusaktanamanberbungaterutamajenistanamanpangan
(penghasil makanan). Formaldehida, zat yang berkaitan dengan bahan
kimia yaitu komponen kabas (smog) yang sangat pedih dan
mengganggu. dihasilkan dari pembakaran sampah kandang ternak.
Larutanorganikberasaldariudaradidaerahindustriyangmenyebabkan
gangguanbiasasampaisangatberacun.
Percobaan dan pengujian born atom dan pabrik tenaga nuklir,
semuanyamerupakanancamanbarudengankadarracunkemungkinan
meningkat tinggi. Tidak ada seorangpun yang dapat memprediksi
dampak dan resiko nyata dari gas-gas radioaktif yang dilepaskan.
Bahaya radioaktif adalah yang berkaitan baik dengan medis maupun
dengan keturunan. Reduksi ozon stratosferik meningkatkan penetrasi
radiasi dalam daerah panjang gelombang di mana organisme
biologissangat sensitif. Dampak reduksi ozon stratosferik adalah kanker
kulit, peningkatan katarak, penurunan hasil pertanian, dan penurunan
jumlah plankton dilaut.

Sejumlah besar aerosol yang diinjeksikan ke atmosfer


disebabkan oleh aktivitas dan ulah manusia seperti yang diuraikan di
atas, dan sebagian aerosol atmosfer dihasilkan secara alamiah yang
terdiridariletusanvulkano(gunungapi),percikangaramdarigelombang laut,
debu yang dihembuskan angin, dan sebagainya. Aerosol yang berasal
dari pembakaran di permukaan tanah atau dari pesawat dalam
penerbangan mempunyai dampak klimatik. Dua efek aerosol yang
mungkinterjadi:pertama,partikelmungkinmemantulkankembaliradiasi

Meteorologi Indonesia Volume 1


50
matahari ke ruang angkasa, dengan demikian mempunyai efek
pendinginan bumi dan atmosfer; kedua, partikel mungkin menyerap
radiasi matahari, karena itu mempunyai efek pemanasan atmosfer.
Telah diketahui peningkatan kadar aerosol dalam jumlah besar
terdapat dalam daerah perkotaan, tetapi belum ada bukti nyata yang
menunjukkan bahwa efek tersebut telah menyebar ke seluruh dunia.
Karena urbanisasi berjalan terus maka penyebaran dampak (efek)
diperkirakan akan berlanjut dengan kemungkinan konsekuensi yang
serius bagi kehidupan melalui perubahan iklim.
Jelagayangadadiatmosferadalahpartikelkarbonyanghalus
dan sangat aktif. Karbon mempunyai kemampuan menyerap atau
melekatkanmolekul-molekulgasberacun,terutamahidrokarbonberat
yangseringterbentuksecarabersamaandenganprosespembakaran
yang menghasilkan jelaga. Asap yang sangat beracun yang disaring
pada jalan pernafasan atas, kemudian dibawa ke bagian dalam paru-
paru bersamaan partikel karbon halus. Sentuhan partikel-partikel ini
secaraterusmenerusdalamwaktuyanglamaakansangatberbahaya. Di
kota-kota besar, kecepatan jatuh jelaga setiap tahun dapat mencapai
2 6 2
1 pon / (kaki) atau mencapai 25 x 10 pon jelaga / mil dan jika
diperluas menjadi ukuran sebuah kota rata-rata maka jatuhnya
jelagasetiaptahunnyaadalahratusansampairibuanjutapon(1pon=
0,45kg,1kaki=30,5cm=0,305mdan1mil=1,61km).

2.6. Resume
Atmosfermelindungikehidupandibumi,karenabendalangit
(meteor) yang jatuh melaluinya mengalami gesekan dan terbakar
sebelum mencapai permukaan bumi. Atmosfer mempunyai sifat
kompresibel, sehingga makin ke atas atmosfernya makin tipis dan
tekanannya makin berkurang. Gas atmosfer yang penting dalam
prosescuacaialahuapair(H2O)karenadapatberubahfasamenjadi
fasa cair dan fasa padat atau es, karbondioksida (CO2) karena
bertindak sebagai gas rumah kaca, dan ozon (O3) karena dapat
menyerap radiasi ultraviolet matahari berenergi tinggi yang sangat
berbahayabagitubuhmanusia.

Meteorologi Indonesia Volume 1


51
Nomenklatur lapisan atmosfer berdasarkan profil temperatur
vertikal adalah troposfer,stratosfer,mesosfer,dan termosfer.
Berdasarkan komposisi, atmosfer dibagi menjadi homosfer dan
heterosfer.Sedangkanberdasarkansifatradioelektrik,atmosferdibagi
menjadilapisannetrosfer(lapisannetral)yaitulapisandaripermukaan
sampai ketinggian sekitar 60 km dan lapisan ionosfer yaitu lapisan di
atasketinggian50kmdimanaterjadifotoionisasimolekulatmosferik.
lonosfer dibagi menjadi daerah D, E, F1, F2 bergantung pada sifat
radioelektriknya. Pada siang hari daerah ionosfer D, E, F1, F2 muncul
karena dikendalikan oleh aktivitas matahari, tetapi pada malam hari
hanya lapisan F2 yang muncul karena lapisan ini selain dikendalikan
oleh matahari juga dikendalikan oleh angin atmosferik dan medan
magnetik bumi. Sifat reflektif gelombang radio frekuensi tinggi (HF)
ionosferdiselidikidenganionosondeyaituradarfrekuensitinggiHF.

PembentukandanintensitasionosferditentukanolehsinarX
dan radiasi EUV (extreme ultraviolet). Karena kelompok noda
matahari bervariasi secara bulanan dan tahunan, ini berarti bahwa
sifat-sifat ionosfer kemungkinan besar juga berubah dalam skala
waktu tersebut. Angin atmosferik mendistribusikan ion-ion dalam
lintang dan bujur (longitude), sehingga daerah F2 ionosfer muncul
pada malam dan siang hari. Puncak ionisasi maksimum berada
dalam masing-masing daerah E, F1, dan F2, dan masing-masing
lapisanmempunyaifrekuensikritisyaituf0E,f0F1,danf0F2.
Troposfer di atas Indonesia mempunyai ketebalan antara
16,0dan18,0km,sedangkanisoterm0Cterletakantaraketinggian
4,5dan5,5km.Temperaturudarapermukaanrata-ratasekitar24C
tetapi temperatur puncak troposfer dapat mencapai sekitar 85C
dengan susut temperatur sekitar 6,5C/km. Salah satu pengukuran
radiosonde di atas Jakarta, pada tanggal 15 Desember 1977
menunjukkanbahwaparas0Cterdapatpadaketinggian5,2kmdan
tinggi tropopause adalah 17,6km dengan temperatur sebesar -
84,3C. Atmosfer di atas wilayah Indonesia memainkan peranan
pentingdalamperubahanatmosferglobal.

Meteorologi Indonesia Volume 1


52
Dampakaktivitasmanusiaterhadapatmosferdanakibatnya
pada kesehatan manusia dan lingkungan sangat signifikan.Karbon
dioksida sebagai gas rumah kaca mempunyai efek pemanasan
permukaanbumi.Karbonmonoksida(CO)secarakimiaadalahgas
aktif dan sangat beracun. Gas ini berbahaya bagi kesehatan jika
kadar CO melebihi 100 ppm = 0,01%. Belerang dioksida (SO2) dan
asam belerang (H2SO4) lebih beracun lagi. Jika asam belerang
terhirup oleh pernafasan maka terjadi kerusakan jaringan secara
permanen. Gas buang industri hidrogen sulfida (H2S) dalam dosis
tinggisangatmematikan.Hidrogenfluorida(HF)yangdihasilkanoleh
proses industri adalah salah satu bahan kimia yang sangat korosif.
Aerosol atmosferik akibat aktivitas manusia maupun dihasilkan
secaraalamiahmempunyaidampakpendinginanterhadapatmosfer
jika partikel ini memantulkan kembali radiasi, atau mempunyai
dampak pemanasan jika partikel ini menyerap radiasi matahari.
Reduksi kadar ozon stratosferik atau penipisan ozonosfer dapat
menyebabkan kanker kulit, meningkatkan penyakit katarak,
menurunkansistemkekebalantubuh,penurunanjumlahplanktondi
laut,danpenurunanhasilpertanian.

Meteorologi Indonesia Volume 1


53
Bab 3
Sifat Fisis Atmosfer Indonesia

Dibandingkan dengan atmosfer lintang tengah yang


mempunyai kelabilan konvektif lemah, maka atmosfer Indonesia
menunjukkan kelabilan konvektif di segala musim. Refraksi atmosfer
ditentukan oleh kadar uap air, sehingga refraktivitas radio di troposfer
Indonesia lebih besar dibandingkan dengan wilayah lain. Ini
disebabkan Indonesia merupakan daerah monsun ekuatorial lembap.
Baikstabilitaskonvektifmaupunrefraktivitasradioatmosferbervariasi
terhadap musim di Indonesia. Dalam troposfer bawah sampai
ketinggian700mb(3150m)padaumumnyaudaratidakstabilataulabil
secara konvektif. Dalam troposfer bawah, beda kadar uap air sangat
penting dalam memperhitungkan indeks refraksi, tetapi pada lapisan
troposferatasketikakadaruapairrendah,makavariasiindeksrefraksi
terutama disebabkan oleh perubahan temperatur. Karena musim
monsunbaratlebihlembapdaripadamusimmonsuntimurdanmusim
monsun variabel di atas wilayah Indonesia, maka diperkirakan indeks
refraksi atau refraktivitas radio lebih besar dalam musim hujan
daripadadalammusim-musimlainnya.

3.1. Konsepsi StabilitasAtmosfer


a. Definisi stabilitas

Parsel udara (air parcel) dikatakan stabil, labil atau netral


terhadap lingkungan jika padanya diberi impuls gaya mula dan
kemudianparseludaratersebutkembalikeposisiasal,terusbergerak,
atau berhenti pada kedudukan terakhir, lihat Gambar 3.1. Dalam
keadaanstabil,parseludarasetelahbergerakdariposisi1kembalilagi
keposisisemula,dalamkeadaanlabil,parseludaradariposisi1akan terus
bergerak ke posisi 2, posisi 3, dan seterusnya, dalam keadaan
netral, parsel udara dari posisi 1 bergerak ke posisi 2 dan berhenti di
tempatterakhir.

Meteorologi Indonesia Volume 1


55
Misalkan tidak ada percampuran antara udara yang naik dan
lingkungannya, dari persamaan hidrostatik diperoleh :

(3.1)

yang menunjukkan percepatan vertikal sama dengan nol.

Gambar 3.1. Definisi stabilitas udara

Jika parsel tidak dalam keseimbangan hidrostatik maka parsel udara


mempunyai percepatan (z) yaitu :

(3.2)

Keterangan :
: gradien tekanan vertikal

: gaya gradien tekanan vertikal per satuan massa

p : tekananatmosfer
z : ketinggianatmosfer
 : densitas parseludara
g : percepatangravitasi
t :waktu

: percepatan waktu parseludara

Meteorologi Indonesia Volume 1


56
Suku ,dengan'adalahdensitasudaralingkungan.

Jadi persamaan (3.2) dapat diekspresikan menjadi :

(3.3)

atau dengan memasukan persamaan keadaan p= RT, diperoleh:

(3.4)

Keterangan :
R :konstanta gas individu untuk udara
T, T’ : temperatur parsel udara dan udara lingkungan

 :volumespesifikudaraatauvolumepersatuanmassa=

z disebut gaya apung per satuan massa yang bekerja pada parsel
udara. Untuk udara basah (moist air) maka T dan T’ diganti dengan
temperatur virtual Tv,danT’v ,dimana:

Tv = T(1 +0,61r) (3.5)

Temperatur virtual (Tv) adalah temperatur udara kering yang


mempunyai tekanan dan volume spesifik sama seperti udara basah,
dan perbandingan campuran (r) adalah perbandingan massa uap air
denganmassaudarakering.Persamaan(3.4)menyatakanbahwajika
parseludaralebihpanasdaripadaudaralingkunganmakagayaapung
konveksi bernilai positif dan awan akan terus tumbuh sampai
temperatur parsel udara sama dengan temperatur udara lingkungan
ataugayaapungkonveksisamadengannol.

Meteorologi Indonesia Volume 1


57
Dalam praktek meteorologi, temperatur aktual T sering
dipakai sebagai pengganti temperatur virtual TV, karena beda
keduanya sangat kecil. Jika y adalah penurunan temperaturterhadap
ketinggian (susut temperatur) dan To adalah temperatur parsel pada
parasreferensibawah,maka:

dan

dengan ’ adalah susut temperatur (lapse rate) udara lingkungan.


Dianggap bahwa suhu lingkungan dan suhu parsel pada paras
referensibawahadalahsamadenganT0.Jikakeduapersamaandiatas
dikurangkan, diperoleh:
(’ z = TT’ (3.6)

Jika persamaan (3.6) disubstitusikan ke persamaan (3.4), maka


diperoleh:

(3.7)

Jadi nilai percepatan vertikal parsel udara adalah fungsi beda susut
temperatur lingkungan ’ dan susut temperatur individu . Susut
temperatur dapat didefinisikan sebagai penurunan temperatur (T)
terhadap ketinggian (z). Secara matematik, susut temperatur dapat
diekspresikan :

TinjauTinjausuatukasusdimanaparasreferensiadalahpada
permukaan tanah. Jika parsel udara diberi impuls gaya mula ke atas,
dan:

Meteorologi Indonesia Volume 1


58
i. Jika z positif atau ’ , maka parsel terus bergerak ke atas,
dan atmosfer menjadilabil.
ii. Jika z = 0 atau ' = 0, maka parsel dalam keadaan seimbang,
dan atmosfer menjadinetral.
iii. Jika z negatifatau ’ < , maka parsel kembali ke posisi
semulanya (parsel turun kembali ke paras referensi), dan
atmosfer menjadistabil.
Jikaparasreferensistabilmakaparseludaraakankembalike
paras keseimbangansetelah bergerak, tetapi inersianya
menyebabkanparselmelewatiparasreferensi,sehinggaterjadiosilasi.
DefinisikanbilanganpositifNsedemikianrupasehingga:

(3.8)

d adalah susut temperatur adiabatik udara kering. Persamaan (3.7)


kemudian dapat ditulis :
z = N z
2

N disebut frekuensi Brunt - Vaissala. Solusi persamaan di atas adalah:

z = Asin Nt (3.9)

danparseludaraberosilasisekitarparasz=0denganamplitudoAdan
periodenya t = 2/N. Karena susut temperatur biasanya mendekati
adiabatikkering,makaperiodeosilasibiasanyaagaklebihlama.
b. Stabilitas udara kering, jenuh dan tak jenuh

Untuk udara kering :


Jika, ’ d : atmosfer labil
’ = d : atmosfer netral
’ d : atmosfer stabil

Meteorologi Indonesia Volume 1


59
Untuk udara jenuh :
Jika, ’ s : atmosferlabil
’ = s : atmosfer netral
’ s : atmosfer stabil
Untuk udara tidak jenuh :
Jika, ’ d : atmosfer labilmutlak
’ = d : atmosfer netral kering; netral untuk udara
kering dan labil untuk udara jenuh
’ = s : atmosfer netral jenuh; netral untuk udara
jenuh dan labil untuk udara kering
s ’ d : atmosfer labil bersyarat; stabil untuk udara
kering dan labil untuk udarajenuh
’ = s : atmosfer stabil mutlak
s adalah susut temperatur adiabatik jenuh untukudara
basah,s d.
Dalam praktek, dapat ditinjau susut temperatur adiabatik untuk
udarabasahtakjenuhdianggapsamasepertiuntukudarakering,yaitu:
= d = g/cpd
(3.10)
dimana :
 : susut temperatur adiabatik untuk udara takjenuh
d : susut temperatur adiabatik untuk udara kering
cpd : panas spesifik pada tekanan tetap untuk udara kering
g : percepatangravitasi
Nilai numerik susut temperatur adiabatik kering adalah :

Susut temperatur adiabatik untuk udara jenuh adalah:

Meteorologi Indonesia Volume 1


60
Keterangan :
rs : perbandingan campuran jenuh
L : panas laten transformasi (perubahan fasa)
Rd : konstanta gas untuk udara kering
R : konstanta gas untuk uap air
T : temperatur udara
Dari persamaan (3.11) dapat dilihat bahwa susut temperatur
adiabatik jenuh s adalah fungsi jumlah uap air di udara. Jika udara
mendekati kering, maka rs = 0 dan s = d.
c. Kriteria stabilitas dengan temperaturpotensial

Stabilitas atmosfer dapat juga diekspresikan dalam susut


temperatur potensial yaitu dengan mendiferensiasi temperatur
potensialterhadapketinggianz.Temperaturpotensial,ditulisdengan
ekspresiberikut:

dengan cp adalah panas spesifik udara pada tekanan konstan.


Jika persamaan temperatur potensial dideferensiasi secara logaritmik
terhadap ketinggian, maka diperoleh :

atau

Meteorologi Indonesia Volume 1


61
denganmemasukkanpersamaanhidrostatikdanpersamaankeadaan
udara kering. Untuk udara kering dan udara tak jenuh, persamaan di
atas menjadi:

(3.12)

Prosedur serupa dapat dilakukan untuk udara jenuh. Kriteriastabilitas


dengan temperatur potensial untuk udara tak jenuh dapat ditulis
sebagai berikut:
labil :

netral:

stabil :
StabilitasstatikSdidefinisikansebagai:
S =d ’ (3.13)
di mana :
d :susut temperatur adiabatik udara kering
’ : susut temperatur udaralingkungan
Dari persamaan (3.12), maka stabilitas statik S dapat dinyatakan dengan
temperatur potensial sebagai berikut

(3.14)

d. Stabilitas atmosfer PGT danASME


Dalam teknik, stabilitas atmosfer dapat diperkirakan dari
observasi cuaca. Stabilitas atmosfer PGT (Pasquill, Gifford, dan
Turner) dibagi menjadi 6 kategori, yaitu :

Meteorologi Indonesia Volume 1


62
A : labilkuat D :netral
B : labilsedang E : stabil ringan
C :labilringan F :stabil

Stabilitas atmosfer ASME (American Society of Mechanical


Engineers)terdiridari4kategoriyangberkaitandenganstabilitasPGT
sebagai berikut:
labilkuat : kelas A danB
labil : kelasC
netral : kelasD
stabil : kelas E danF

Enam kelas stabilitas atmosfer berdasarkan pengamatan


cuaca ditunjukkan pada tabel 3.1 dan tabel 3.2. Definisi "malam" dalam
tabel ini berarti satu jam sebelum matahari terbit dan satu jam
setelahmatahari terbit. Perlu dicatat bahwa jika pengukuran kecepatan
-1
angin baku (ketinggian 10 m) lebih besar dari 6 ms dan kondisi
atmosfer berawan, maka terjadi stabilitas netral (kelas D).

Tabel 3.1. Kategori stabilitas atmosfer

SIANG MALAM
Kecepatan
angin (m/s) Insolasi Awan Tipis
Liputan
pada 10 m atau awan
awan < 3/8
Kuat Sedang Lemah rendah > 4/8

<2 A A-B B - -

2-3 A -B B C E E

3-5 B B-C C D E

5-6 B C-D D D D

>6 C D D D D

Meteorologi Indonesia Volume 1


63
Tabel 3.2. Stabilitas atmosfer termodifikasi menurut Pasquill

Gradien suhu Kecepatan angin rata-rata (u) dalam m/s


vertikal T/Z
C100m) U 1 1 u 2 2 u 3 3 u 5 5 u 7 u 7

T/Z 1,5 A A A B C D
1,4 T/Z 1,2 A B B B C D
1,1 T/Z 0,9 B B C C D D
0,8 T/Z 0,7 C C D D D D
0,6 T/Z 0,0 D D D D D D
0,1 T/Z 2,0 F F E D D D
T/Z 2,0 F F F E E D

Insolasi (incoming solar radiation) kuat terjadi bila tinggi


o
matahari lebih besar dari 60 di atas horison dan kondisi atmosfer
cerah.Insolasi(radiasimatahariyangditerima)lemahterjadibilatinggi
matahari antara 15dan 35di atas horizon dan langit cerah. Insolasi
moderat terjadi bila tinggi matahari antara 35dan 60di atashorizon
dan langit cerah atau tinggi matahari lebih besar 60 tetapi ada
sebagian langit tertutup awan.

3.2. Konsepsi RefraktivitasAtmosfer


a. PrinsipRefraksi
Refraksi (pembiasan) adalah proses dimana cahaya
dibelokkan ketika melalui sebuah medium yang berubah densitasnya
atau dari sebuah medium ke medium lain yang mempunyai densitas
(kerapatan) berbeda. Sebagai contoh misalnya sebuah batang
dicelupkankedalamairakantampakmembengkokpadagarisairsinar
cahaya dibiaskan ketika cahaya ini melintas dengan kecepatan
berbeda dalam media dengan densitas berbeda. Atmosfer bumi
mempunyai sifat kompresibel (dapat dimampatkan) jadi densitas
(kerapatan) yang terbesar terletak pada atmosfer bawah, kemudian
densitasberkurangdenganketinggian.
Gambar 3.2a, menunjukkan prinsip refraksi. Sinar AO
dibelokkan ketika muncul dari medium rapat (misalnya air) kedalam
medium kurang rapat (misalnya udara), dan mengikuti lintasan OB.

Meteorologi Indonesia Volume 1


64
Seorang pengamat yang matanya pada B melihat sumber cahaya
seolah-olah dalam arah OA’ dari pada arah sebenarnya, sebagai
konsekuensi refraksi (pembiasan). Garis NOP, tegak lurus bidang antar
muka media, disebut garis normal. Sinar AO yang menuju bidang antar
muka, disebut sinar datang dan OB disebut sinar bias. Sudut antara
sinar datang dan garis normal (AOP) disebut sudut datang, sedangkan
sudut antara sinar bias dan garis normal (NOB) disebut sudut bias.

Gambar 3.2. (a). Sifat sinar cahaya dalam proses refraksi


(b).Sudutkritisdanrefleksitotal.SinarBOmelebihisudutkritissehingga
dipantulkansempuma

Ada tiga kemungkinan prinsip refraksi yaitu :


1. Sinar cahaya yang tegak lurus bidang antar muka media tidak
mengalamirefraksi(pembiasan).Jadisebuahsinaryangsejajar
dengangarisNOPtidakdibelokkan.
2. Jika sinar cahaya datang dari medium rapat ke medium kurang
rapat (seperti pada Gambar 3.2a) maka sinar akan dibelokkan
menjauhigarisnormal.Jadisudutrefraksi(NOB)lebihbesardari
sudut datang(AOP).
3. Jika sinar cahaya datang dari medium kurang rapat ke medium
yang lebih rapat maka sinar akan dibelokkan mendekati garis
normal.JikaBOadalahsinardatangmakasinarakandibelokkan
arahAO,jadiAOPadalahsudutbias.

Meteorologi Indonesia Volume 1


65
Jikasinarcahayamemasukisebuahmediumyanglebihrapat,
makasinarakandibiaskanmendekatgarisnormal.JikasinarBOpada
Gambar 3.2a, dianggap sebagai sinar datang, maka sinar ini akan
dibelokkandalamarahAOataumendekatigarisnormal.Dalamhalini
sudutAOPadalahsudutrefraksi.
Prinsip refraksi nomor 2 dapat dikembangkan dalam kasus
sudut datang sinar mencapai sudut kritis. Ketika sudut datangsebuah
sinaryangbergerakdarimediumlebihrapatkekurangrapatbertambah
terus menerus yang pada akhirnya sampai pada situasi dimana sinar
bias dibelokkan jauh dari garis normal sehingga tidak memasuki
mediumkurangrapatseluruhnyatetapiberjalansejajardenganbidang
antar muka media. Sudut datang di mana situasi ini terjadi disebut
sudut kritis yang bergantung secara natural pada medium khusus
yangterlibat.Jikasudutkritisdilampauisudutsinardatang,makasinar bias
(retracted ray) dibelokkan seluruhnya kembali kedalam medium
rapat, fenomena ini disebut refleksi total, lihat Gambar 3.2b. Sudut
kritis dapat didefinisikan sebagai batas sudut datang agar tidakterjadi
refleksi (pemantulan) total atau sudut datang yang jika melebihi nilai
kritisakanterjadirefleksitotal.
Dispersi dapat ditinjau sebagai jenis refraksi yang berbeda.
Cahaya tampak sebenarnya terdiri dari cahaya dengan banyakwama
yang jika dipadukan menghasilkan cahaya putih. Jika cahaya putih
dilewatkanmelaluisebuahmediumdenganketebalanberubah,seperti
pada prisma gelas, komponen-komponen cahaya akan dibiaskan
secaraberbedasesuaidenganpanjanggelombangnyamasing-masing.
Pita warna yang dihasilkan disebut spektrum, yang terdiri dari daerah
warna merah, jingga (orange), kuning, hijau, biru, dan violet. Warna-
warna spektral ini biasanya diamati dalam pelangi atau bianglala
(rainbow).Jadidispersidapatdikatakanprosescahayaputihdiuraikan
kedalamwama-warnakomponennya.Panjanggelombangcahayabiru
kira-kira setengahnya cahaya merah, sehingga biru dibiaskan lebih
besardaripadamerah.

Meteorologi Indonesia Volume 1


66
b. Indeks RefraksiAtmosfer

Kecepatan penjalaran gelombang elektromagnetik dalam


medium homogen adalah :

v ()1½
1
(3.15)

Keterangan :
1 : kapasitas induktif listrik (permitivitas medium)
1 : kapasitas induktif magnet
Karena sifat massa udara cukup bervariasi maka kecepatan
penjalaran gelombang elektromagnetik mengalami perubahan kecil
yang mengakibatkan refraksi dan menimbulkan perubahan arah
penjalaran gelombang elektromagnetik. Dalam ruang bebas(hampa),
kecepatan gelombang elektromagnetik sama dengan kecepatan
cahayac,dandiberikanoleh:
½
c ()
00
(3.16)

di mana indeks nol menunjukkan kondisi dalam ruang bebas. Dalam


studi optik atmosfer, didefinisikan indeks refraksi yang diekspresikan
sebagai berikut:

(3.17)

di mana :
= 10 adalah konstanta dielektrik medium
= 10 adalah pemieabilitas medium
Karena dalam kebanyakan media ~1 maka :

n= (3.18)

Pada umumnya, konstanta dielektrik medium 1, maka n 1, artinya

Meteorologi Indonesia Volume 1


67
Dalam bentuk umum, indeks refraksi adalah sebuah fungsi
kompleks sebagaiberikut:
m  n  ik (3.19)
dimanasukunyatanadalahindekrefraksiordiner(biasa)=c/v. Suku
khayal ik berkaitan dengan absorpsi medium, k adalah koefisien
absorpsi medium dan i adalah bilangan kompleks. Suku ik ~0, untuk
dielektrik sempurna, suku ik menjadi penting dalam kaitannyadengan
hamburan (scattering) partikel-partikel awan dan presipitasi. Atenuasi
radiasielektromagnetikdalamatmosferdisebabkanolehabsorpsidan
hamburanhidrometeor.
Indeks refraksi dipengaruhi oleh temperatur udara, tekanan
udara dan uap air. Untuk udara kering, indeks refraksi n dinyatakan
dalam refraktivitas radio N adalah:

N = (n 1)106 = K1p/T (3.20a)

dengan mensubstitusikan persamaan keadaan, diperoleh:


N = (n 1)106 = K1 R= K . 
Untuk uap air, refraktivitas radio N diekspresikan sebagai berikut:

N = (n 1)106 = K2 e/T K3 e/T2


(3.20b)

Keterangan :
K : konstanta = K1 R
R : konstanta gas individu untuk udara
: densitas udara
p : tekanan udara dalam milibar
T : temperatur mutlak dalam kelvin
e : tekanan uap air parsial dalam milibar

Untuk gelombang mikro dengan panjang gelombang lebih


besar2cmataufrekuensikurangdan15GHz,makanilaiaproksimatif

Meteorologi Indonesia Volume 1


68
5 2
K1 = 77,6 K/mb, K2 = 5,6 K/mb, dan K3 = 3,75 x 10 K /mb
Untuk udara kering, indeks refraksi mempunyai nilai sama
dalam spektrum elektromagnetik, dan sama untuk gelombangcahaya
atau gelombang radio. Tetapi jika udara itu basah (moist air), maka
refraktivitas radio N bergantung pada jumlah uap air di udara. Indeks
refraksi untuk udara basah adalah jumlah dari indeks refraksi udara
keringdanuapair,jadi:
N = 77,6 p/T 5,6 e/T + 3,75 x 10 e/T
5 2

(3.21)
Karbondioksida (CO2) juga menyokong refraktivitas radio N,
tetapikontribusinyakurangdari0,1%sehinggadapatdiabaikan.Untuk
temperatur atmosfer maka suku kedua dari persamaan (3.21) sangat
kecildibandingkandengansuku-sukulain,sehinggasukukeduadapat
diabaikan.Untuktujuanpraktispersamaan(3.21)dapatditulissebagai
berikut:

N = 77,6/T (p + 4810 e/T), model linier (3.22)


Dekatpermukaanlaut,nilaikhasdarirefraktivitasradioN=300,
atau indeks refraksi n = 1,0003. Biasanya indeks refraksi berkurang
dengan ketinggian, karena penurunan tekanan barometrik (p) dan
tekanan parsial uap air (e) Iebih cepat dibandingkan dengan temperatur
udara.Penurunanindeksrefraksimenyebabkanpenambahankecepatan
penjalaran gelombang elektromagnetik dengan ketinggian, sehingga
sinar dibelokkan ke bawah. Indeks refraksi atmosfer dapat dihitung
berdasarkan pengukuran p, T, dan RH (kelembapan relatif) dengan
bantuan radiosonde. Ketelitian dari refraktivitas radio N bergantung pada
ketelitianpengukuranketigaparametermeteorotogistersebut.

c. Efek hukum Snell

Tinjau sinar yang bergerak dari lapisan atmosfer dengan


indeksrefraksin,kesuatulapisandenganindeksrefraksin2,dimanan1>
n2,danmenuruthukumSnellmaka:

Meteorologi Indonesia Volume 1


69
denganiadalahsudutdatangdanrsudutrefraksiyangdiukurterhadap
garis normal. vi dan vr masing-masing adalah kecepatan sinar datang
dansinardibiaskan.Karenan2n1,makaridanvrvi,sehinggasinar
dibiaskankebawah(menjauhigarisnormal),lihatGambar3.3.

Gambar 3.3. Variasi jalannya sinar terhadap indeks refraksi (n 2 n1).

Gambar 3.4, menunjukkan refraksi penjalaran gelombang


radioelektrik sebuah radar oleh atmosfer kompresibel. Tanpa indeks
refraksi maka sinar radar merupakan garis lurus. sedangkan dengan
indeks refraksi maka sinar radar akan dibelokkan.

Gambar 3.4. Refraksi gelombang radioelektrik oleh atmosfer.

Meteorologi Indonesia Volume 1


70
d. Bumi fiktif
Jika jari-jari bumi nyata R diganti dengan jari-jari bumi fiktif
Rdandianggapbahwaatmosferhomogensehinggapenjalarangelombang
elektromagnetik merupakan garis lurus, maka hubungan antara jari-jari
bumifiktifdanbuminyatadapatdinyatakandenganekspresiberikut:
R= kR (3.24)
di mana k adalah faktor yang bergantung pada kondisi meteorologis,
nilai k bervariasi dari 1,1 sampai 1,6. Faktor k, dimana penjalaran
gelombang radar merupakan garis lurus, dapat ditulis dalam bentuk
berikut :


k = 1 1  (3.25)

R(dn/dh)

dengan dn/dh adalah gradien vertikal indeks refraksi, h adalah


ketinggian.
Jika dianggap bahwa gradien vertikal indeks refraksi adalah
konstan terhadap ketinggian, artinya dn/dh linier dan sama dengan
8 1
 4x10 m yaitunilaidn/dhuntukatmosferbaku,makafaktork=4/3,
sehinggajari-jaribumifiktifR=4/3R.Gambar3.5,menunjukkanbagan
sinarradarpadabuminyatadenganjari-jariRdanbumifiktifdenganjari-
jariR’.BentukbumifiktifIebihdempakdaripadabuminyata.

Gambar 3.5. Bagan sinar radar pada bumi nyata (a) dan pada burnt fiktif (b).

Meteorologi Indonesia Volume 1


71
Model lain dari indeks refraksi atmosfer adalah bentuk
eksponensial sebagai berikut :
N = Ns exp {ln Ns/N1 (hhs)},modeleksponensial (3.26)
di mana:
Ns : refraktivitas radio pada permukaan bumi
h : tinggi sasaran
hs : tinggi radar
N1 : refraktivitas radio pada ketinggian 1 km.

Dengan adanya refraksi atmosfer, maka terjadi kesalahan


sudutelevasi()yaitubedaantarasudutelevasisemu(tampak)sebuah
sasaranyangdideteksiolehradardengansudutelevasinyata.Refraksi
dapat mengganggu pada jarak sasaran yang jauh pada sudut elevasi
yangkecildekathorizon.Padasudutlebihbesar=3,kesalahanini
dapatdiabaikan,lihatGambar3.6.

Gambar 3.6. Kesalahan sudut elevasi () akibat refraksi atmosfer

3.3. Stabilitas Troposfer di AtasIndonesia


a. Stabilitas Statis

Tabel3.3menunjukkandistribusivertikalstabilitasstatis,stasiun
Kemayoran (Jakarta) dalam bulan Januari dan tabel 3.4, menunjukkan
distribusi vertikal stabilitas statis, stasiun Kemayoran, Jakarta, dalam
bulan Juli. Stabilitas statis (S) tiap lapisan dihitung dengan persamaan
(3.14)

Meteorologi Indonesia Volume 1


72
berdasarkan data radiosonde bulan Januari jam 07.00 W.L (waktu
lokal) dan 19.00 W.L yang mewakili musim basah dan bulan Juli jam
7.00 W.L dan 19.00 W.L yang mewakili musim kering. Gambar 3.7,
menunjukkan distribusi vertikal stabilitas statis rata-rata bulanJanuari
danJulijam19.00W.L.Lapisantroposferbawahlebihstabildanpada
troposfer menengah kurang stabil, kemudian mendekati tropopause
stabilitas statis menjadi besar. Tropopause adalah batas antara
troposferyangmempunyaisusuttemperaturpositifdanstratosferyang
mempunyaisusuttemperaturnegatifyangmenandakanlapisaninversi
temperaturataulapisanstabil.
Tabel 3.3. Stabilitas troposfer rata-rata (derajat per km), Januari 1979, Jakarta

Pukul 07.00 W.L Pukul 19.00 W.L


Tebal
lapisan(m
Dasarian Dasarian Dasarian Dasarian Dasarian Dasarian
b)
1 2 3 1 2 3

1000 -850 4,80 4,70 4,74 3,89 4,05 4,39

850-700 4,67 5,05 4,95 4,26 4,49 4,40

700 -600 4.32 3.92 3,89 4,63 4,52 3,99

600 - 500 4,18 4,07 3,95 4,40 4,45 3.96

500 - 400 3.95 3,91 3,93 3,73 3,70 3,95

400 - 300 2,79 2,68 2,51 3,02 2,60 2,53

300 - 200 1,25 1,09 1,23 1,29 1,47 1,75


200 - 150 2,11 1,87 1,46 1,77 2,10 2,20

150 - 103 4,41 4,62 4,71 3,47 4,26 3,84

Meteorologi Indonesia Volume 1


73
Tabel 3.4. Stabilitas troposfer rata-rata (derajat per km), Juli 1979.
Pukul 19.00 W.L. Jakarta
Tebal lapisan Dasarian 1 Dasarian 2 Dasarian 3
(mb)
1000 850 3,95 3,92 4,02
850 700 4,33 4,57 5,12
700 600 5,65 5,11 5,02
600 500 4,00 3,70 3,17
500 400 4,04 3,72 4,94
400 300 2,27 2,22 1,98
300 200 1,24 1,19 1,34
200 150 2,60 1,41 2,41
150 100 4,51 6,46 6,94

Perubahanmusimandaristrukturvertikalstabilitasstatisdapat
dikaji melalui tabel 3.5 yang menunjukkan variasi vertikal perbedaan
stabilitas musiman dalam bulan Juli dan Januari. Lapisan troposfer
bawah agak stabil pada bulan Juli dibandingkan pada bulan Januari.
Secararata-ratastabilitasstatislebihbesardalambulanJulidaripada
Januari,halinimencerminkantropopauselebihrendahpadabulanJuli
dari pada tropopause bulan Januari. Pengukuran tinggi tropopause
pada tahun 1979 di atas Jakarta menunjukkan bahwa tinggi rata-rata
o
tropopausepadabulanJuliadalah16,4kmdengantemperatur80,4 C
danbulanJanuariadalah17,3kmdengantemperatur85,1°C.

Gambar 3.7. Distribusi vertikal stabilitas statis bulan Januari dan Juli jam 19.00 W.L,
Jakarta.

Meteorologi Indonesia Volume 1


74
Tabel 3.5. Stabilitas rata-rata bulanan (derajat per km) di atas Jakarta. 1979.

Tebal lapisan Januari Januari Juli


(mb) 07.00 W.L 19.00 W.L 19.00 W.L
1000 - 850 4,76 4,11 3,96
850 - 700 4,89 4,38 4,67
700 - 600 4,04 4,38 5,26
600 - 500 4,07 4,27 3,62
500 - 400 3,93 4,79 4,23
400 - 300 2,66 2,72 2,16
300 - 200 1,19 1,50 1,26
200 -150 1,81 2,02 2,14
150 - 100 4,58 3,86 5,97

Pada lapisan troposfer 1000 - 100 mb yang pada umumnya


terletak di bawah lapisan tropopause untuk atmosfer Jakarta, nilai

rata-ratapadamusimbasah(Januari) = 3,45 C/km danpada

musim kering (Juli) adalah 3,70 C/km. Pada pagi hari stabilitas rata-
rata lebih besar dibandingkan pada sore hari untuk bulan yang sama
(Januari).

Parameter stabilitasdiperolehdari  ,dimana adalah


b e d a

temperaturpotensialantaralapisanatas(z2)denganlapisanbawah(z1)
dan z adalah ketebalan lapisan di troposfer yang dinyatakan dalam
milibar.

b. Indeks StabilitasShowalter

Indeks stabilitas Showalter dihitung berdasarkan metode


berikut. Sebuah parsel udara dari 850 mb diangkat secara adiabatik
kering sampai menjadi jenuh. Dan kemudian secara adiabatik jenuh

Meteorologi Indonesia Volume 1


75
menggunakan 850 mb tetapi pada ketinggian yang lebih tinggi.
Temperatur dari parsel yang diangkat ke ketinggian 500 mbkemudian
dikurangkan secara aljabar dari temperatur keadaan pada ketinggian
500mbyangdiukurolehradiosonde.Selisihtemperaturyangdiperoleh
adalah indeks stabilitas Showalter. Indeks stabilitas yang negatif
menyatakan kelabilan, dan yang positif menyatakan kestabilan
atmosfer. Jadi indeks stabilitas Showalter adalah cara yang sangat
sederhanadansecaratermodinamismudahdimengertidanjelasuntuk
mengukurkestabilanataukelabilanatmosfer.
Kestabilan atau kelabilan atmosfer di atas Jakarta dinyatakan
dengan indeks stabilitas Showalter. Data yang dipergunakan
adalahdataradiosondediatasKemayoranpadapukul07.00W.Lselamatahu
n 1980. Indeks stabilitas ditentukan secara grafik dengan
menggunakandiagram skew T In p. Dalam diagram ini garis isobar
adalah lurus dan horizontal. Ordinat dari diagram ini adalah In p.
Sepanjang tiap isobar temperatur berubah secara linear, tetapi isoterm
miring ke atas kanandanmembuatsudutkira-kira45denganisobar.
Terlebih dulu dirajah (plot) data temperatur dari radiosonde
padaketinggian850,700,600,dan500mb.Darititiktemperaturpada
ketinggian850mbditentukanperbandingancampuranmaksimumnyars
ialahdenganmemperkirakangarisperbandingancampuranmaksimum
(jenuh) yang melewati titik temperatur tersebut. Kemudian dicari
perbandingan campuran dari parsel udara pada ketinggian 850 mb
denganmenggunakanhubungan:
r = RH . rs
(3.27)
Paraskondensasiangkat(PKA;liftingcondensationlevel,LCL)
ditentukan secara gratis sebagai perpotongan antara garis
adiabatikkering yang lewat titik temperatur 850 mb dan garis
perbandingan campuranjenuhyang nilainyasama denganr,
dihitungdengan persamaan (3.27) di atas. Setelah itu parsel diangkat
secara adiabatikjenuh sampai ketinggian 500 mb dengan menarik
adiabat jenuh melewati titik paras kondensasi angkat (PKA) sampai
memotong garisisobar 500 mb. Titik potong ini menunjukkan temperatur
T dariparsel
Meteorologi Indonesia Volume 1
76
Is = TT (3.28)
di mana Tadalah temperatur keadaan pada 500 mb.
Hasil perhitungan indeks stabilitas Showalter Is tersebut
tercantum dalam bentuk distribusi frekuensi tabel 3.6, yang meliputi
pengukuran radiosonde bulan Januari sampai dengan Desember
1980. Perhitungan indeks stabilitas Showalter menunjukkan bahwa Is
adayangpositif,yangnegatif,danyangnol.Telahdikemukakandiatas
bahwa Is adalah ukuran relatif kestabilan atau kelabilan atmosfer.
Makin besar nilai Is, makin stabil dan sebaliknya makin kecil nilai Is
makinlabilatmosfernya.Ispositif,atmosferdisebutstabildanIsnegatif,
atmosferlabil.
Maksimum relatif dari jumlah Is yang mempunyai nilai negatif
terdapat pada bulan-bulan Januari, April, dan Oktober. Sedangkan
dalam musim kemarau jumlah Is yang mempunyai nilai negatif adalah
minimum,yaitupadabulanJulidanAgustus.Untukdapatmemberikan
interpretasiyanglebihbaik,makadikajidistribusidariIs,baikdistribusi
frekuensinya,maupundistribusikumulatifnya.DistribusifrekuensidariIs
untukmasing-masingkeempatmusimdiJakartaditunjukkanpadatabel
3.6.Kolomke1daritabel3.6menyatakankesebelasintervalkelasdari Is.
Kolom ke 2 memuat titik tengah dari masing-masing interval kelas
dalamkolomke1.KolomberikutnyamenyatakanfrekuensidariIsuntuk
masing-masing interval kelas dinyatakan dalam persen. Di bagian
bawah dari tabel 3.6 dalam kolom masing-masing musim tercantum
nilairata-rataIsdandeviasistandarnyasuntukmasing-masingmusim.
Daritabel3.6digambarkanhistogramuntukmasing-masingmusimdan
hasilnyaadalahGambar38.
DariGambar3.8dapatdilihatbahwaintervalkelaspredominan
untukmasing-masingmusimadalahtidaksama,lihattabel3.7.Interval
kelas predominan untuk musim hujan dan musim peralihan I adalah
sama 1,40,0, yaitu interval kelas dari Is yang negatif. Sedangkan
intervalkelaspredominanuntukmusimkemaraudanmusimperalihanII
terletakpadadaerahIspositifataustabil.Danuntukmusimkemaraunilai
pada daerah Is positif yang paling besar, karenanya troposfer dalam
musimkemarauadalahyangpalingstabil.

Meteorologi Indonesia Volume 1


77
Tabel 3.6. Distribusi frekuensi indeks stabilitas Showalter (I s) di atasJakarta,1980.

Frekuensi (%) Is
Interval Titik
Kelas Is Tengah Musim Musim Musim Musim
Hujan Peralihan I Kemarau Peralihan II
5,9 4,5 5,2 1 0 0 0
4,4 3,0 3,7 0 0 0 1
2,9 1,5 2,2 5 19 8 8
1,4  0,0 0,7 38 29 17 28
0,1  1,5 0,8 27 27 23 45
1,6  3,0 2,3 19 11 26 10
3,1  4,5 3,8 9 9 10 7
4,6  6,0 5,3 2 4 11 1
6,1  7,5 6,8 0 0 4 0
7,6  9,0 8,3 0 1 0 0
9,1  10,5 9,8 1 0 1 0

Is=0,8 Is= 0,5 Is=1,8 Is =0,5

Catatan :
Is : Indeks stabilitas Showalter rata-rata
s : Simpangan baku
Tabel 3.7. Interval kelas predominan indeks stabilitas Showalter (I s) di atas Jakarta,
1980.

Musim Interval kelas predominan


Musim hujan 1,4 0,0
Musim peralihan 1,4 0,0
IMusim kemarau 1,6 3,0
Musim peralihan II 0,1 1,5

Dari nilai rata-rata Is dan simpangan baku s untuk masing-


masing musim yang tercantum pada tabel 3.7 dapat dilihat bahwa Is,

Meteorologi Indonesia Volume 1


78
untuk musim kemarau terletak di daerah yang paling stabil jika
dibandingkan dengan ketiga musim lainnya. Simpangan baku dan
distribusifrekuensiuntukmusimkemaraumempunyainilaiyangpaling
besardanuntukmusimperalihanIInilaiyangpalingkecil.

Gambar 3.8. Histogram indeks stabilitas Showalter menurut musim di atas Jakarta,
1980.

Meteorologi Indonesia Volume 1


79
c. StabilitasKonvektif

Stabilitas konvektif ditentukan oleh profil vertikal temperatur


potensialekivalene,yangdidefinisikansebagaitemperaturparseludara
yang akan dipunyai jika dibawa dari temperatur ekivalen (Te), sampai
pada tekanan 1000 mb dalam proses adiabatik kering. Temperatur
ekivalen adalah temperatur parsel udara yang akan dimiliki jika semua
uap air dikondensasikan oleh proses pseudoadiabatik, kemudian parsel
dibawa secara adiabatik kering ke tekanan asalnya. Secara pendekatan
temperaturekivalendiekspresikansebagaiberikut:
L rs
Te = T exp (3.29)
cp Tc
Keterangan :
L : panas laten kondensasi
rs : perbandingan campuran jenuh
Tc : temperatur kondensasi isentropik
cp : panas spesifik pada tekanan konstan

Temperatur kondensasi isentropik Tc adalah temperatur di mana


kejenuhan tercapai jika udara lembab di dinginkan secara adiabatik
dengan perbandingan campuran r dipegang konstan. Formula semi
empiristemperaturpotensialekivalen(e)dinyatakansebagaiberikut:

e = exp (2675 r/Tc)


(3.30)

dengan: 
1000
=T
p (3.31)

Keterangan :
T : temperatur udara
P : tekanan udara
: temperatur potensial

Meteorologi Indonesia Volume 1


80
cp cv
= cp = 0,286 :konstanta
-1 -1
cp= 1005 J kg K : panas spesifik pada tekanan konstan
-1 -1
cv = 718Jkg K : panas spesifik pada volumekonstan
Temperatur potensial ekivalen dapat ditentukan dengan
diagram aerologi skew TIn p. Gambar 3.9, menunjukkan profil
temperaturpotensialekivalenedalammusimhujan,musimkemarau,
dankeduaperiodetransisi.Temperaturpotensialekivalenlebihpanas jika
ada awan konvektif dibandingkan dengan jika tidak ada awan
konvektif atau pada kondisi cuaca cerah. Profil vertikal temperatur
potensial ekivalen menunjukkan nilai minimum pada troposfer tengah
bagianbawah(700mb)danmaksimumpadatroposferatas.

Gambar 3.9. Profil vertikal temperatur potensial ekivalen e rata-rata.


a). musim hujan (Januari) b). periode transisi pertama (April)
c). musim kemarau (Juli) d). periode transisi kedua (Oktober)

Meteorologi Indonesia Volume 1


81
Dibandingkan dengan atmosfer lintang tengah yang
mempunyai kelabilan Iemah, maka atmosfer tropis menunjukkan
kelabilan konvektif kuat. Atmosfer di atas wilayah Indonesia pada
umumnya labil secara konvektif, hal ini ditunjukkan oleh profil vertikal
temperatur potensial ekivalen e dari permukaan sampai padalapisan
700 hPa. Profil vertikal e lebih panas jika ada awan konvektif
dibandingkan dalam kondisi atmosfer cerah atau tidak ada awan
konvektif. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan awan konvektif
disebabkan oleh gaya apung konveksi akibat pemanasan permukaan
dari radiasimatahari.

3.4. Refraktivitas Troposfer di Atas Indonesia


a. Distribusi Vertikal RefraktivitasRadio

Indeks refraksi troposfer ditentukan oleh persamaan (3.22)


untuksetiapketinggian,hasilnyadisajikanpadatabel3.8dan3.9yang
menunjukkan nilai refraktivitas radio di lapisan troposfer pada bulan
JanuaridanOktober.Diatasketinggian10km,tekananparsialuapair
menjadi kecil yang dapat diabaikan, sehingga suku pertama
persamaan (3.21) yang disebabkan oleh udara kering menjadi
dominanpadadaerahini.
Tabel 3.8. Refraktivitas radio rata-rata bulan Januari, di atas Jakarta

Tekanan Waktu lokal


(mb) 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00 16.00 21.00 24.00
1000 386,3 385,0 369,4 364,8 366,1 384,6 387,8 379,6
900 326,5 326,1 321,4 325,0 327,1 326,5 327,4 327,8
800 283,0 278,9 277,8 280,4 280,0 278,7 281,4 179,1
700 236,2 234,1 231,7 235,0 235,6 239,0 242,4 237,7
600 199,7 200,0 199,1 199,4 199,0 201,7 200,7 200,0
500 162,9 163,6 163,0 163,3 163,7 163,2. 185,8 164,6
400 128,8 128,5 127,6 126,8 128,4 129,6 129,2 129,5
300 98,2 98,0 97,7 97,5 97,6 98,0 98,2 98,3
200 70,9 71,1 70,9 70,8 70,6 70,7 70,9 70,9
100 40,8 40,9 40,7 40,7 40,9 40,8 41,1 40,8

Meteorologi Indonesia Volume 1


82
Tabel 3.9. Refraktivitas radio rata-rata bulan Oktober, di atas Jakarta
Waktu lokal
Tekanan
(mb)
3.00 6.00 9.00 12.00 15.00 18.00 21.00 24.00
1000 384,1 377,8 354,8 344,3 358,9 373,0 371,7 381,2
900 325,7 318,6 315,2 317,4 319,9 321,5 322,3 323,6
800 277,5 272,7 265,4 289,0 273,3 285,0 260,4 277,4
700 204,8 206,0 203,3 206,9 215,4 225,7 216,1 223,4
600 188,2 182,0 182,1 181,1 184,0 188,4 186,9 190,4
500 156,7 153,8 153,6 153,9 152,9 155,8 156,4 155,9
400 125,5 124,7 124,1 123,8 124,5 126,0 124,8 125,3
300 96,7 96,7 98,9 96,5 97,8 97,5 97,2 97,1
200 70,8 70,9 70,9 70,8 70,9 70,9 70,8 70,8
100 40,0 40,1 39,9 39,9 39,8 39,8 40,2 40,2

Karena tekanan barometrik p dan tekanan parsial uap air e


turun secare cepat dengan ketinggian, sedang temperatur udara T
turun secara lambat dengan ketinggian, maka indeks refraksi turun
dengan ketinggian. Nilai khas indeks refraksi di permukaan adalah
sekitar 1,000378 atau refraktivitas radio 378 dalam musim hujan,
Januaridanindeksrefraksisekitar1,000368ataurefraktivitasradio368
dalammusimtransisi,Oktober.Bedanilaiindeksrefraksiinidisebabkan
olehbedakadaruapairantaramusimhujandanmusimtransisi.

Gambar 3.10. Distribusi vertikal refraktivitas radio N dalam bulan Januari () dan
Oktober () di atas Jakarta.

Meteorologi Indonesia Volume 1


83
Gambar 3.10, menunjukkan gradien vertikal indeks refraksi
dalammediumtroposfernonhomogen.Padaketinggiandibawah330 mb,
distribusi vertikal indeks refraksi menunjukkan variasi musiman,
sebaliknya pada ketinggian di atas 330 mb atau sekitar 9 km di atas
paras laut, profil vertikal indeks refraksi tidak menunjukkan variasi
musiman.
b. Variasi IndeksRefraksi
Unsur-unsur cuaca mengalami varlasi jam-jaman dan harian
terutama pada lapisan bawah troposfer. Efek ini menimbulkan variasi
harianindeksrefraksi.Gambar3.11,menunjukkangrafikharianindeks
refraksi terhadap ketinggian lapisan troposfer dalam musim hujan
Januari dan musim transisi Oktober. Fluktuasi harian indeks refraksi
tampak jelas pada troposfer bawah, sebaliknya fluktuasi ini tidak
tampak pada lapisan troposfer yang tinggi. Tabel 3.10, menunjukkan
simpanganbaku(standarddeviation)refraktivitasradioNdalambulan
Januari danOktober.
Tabel 3.10, Simpangan baku (SB) refraktivitas radio troposfer di atas Jakarta
Tekanan (mb) 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100
SB, Januari 9,7 2,0 1,7 3,3 0,9 1,0 1,0 0,3 0,2 0,1
SB, Oktober 14,1 3,4 6,3 8,7 3,4 1,5 0,7 0,3 0,1 0,1

Gambar. 3.11. Variasi harian refraktivitas radio N di atas Jakarta


Kiri: Januari, dan kanan: Oktober

Meteorologi Indonesia Volume 1


84
Karena musim monsun barat Iebih lembap dari pada musim
monsun timur dan musim monsun variabel (transisi) di atas wilayah
Indonesia, maka dapat diharapkan bahwa indeks refraksi Iebih besar
dalammusimhujanketimbangmusimlainnya.Jelasbahwatroposferdi
atas wilayah Indonesia Iebih lembap dalam musim hujan dan pada
periode transisi. Tabel 3.11, menunjukkan refraktivitas radio N, dalam
troposferbawahselamamusimmonsunbaratdanperiodetransisiatau
monsun variabel. Pada lapisan 2000 m di atas paras laut rata-rata,
refraktivitas radio Iebih besar dalam musim hujan dari pada periode
transisi.
Tabel 3.11. Refraktivitas radio N dalam lapisan troposfer bawah.

Tekanan Tinggi Januari -


Januari Oktober
(mb) (m) Oktober
1000 95 378,0 368,2 9,8
900 1020 326,0 320,5 5,5
800 2025 279,9 275,1 4,8

c. EfekRefraksiTroposferPadaRadarCuaca

Karenagradienvertikalindeksrefraksi(dn/dh)adalahnegatif,
makagelombangradarcuacaditroposferakandibelokkankebawah. Efek
refraksi troposfer adalah memperpanjang jarak horizon, jadi
meningkatkan cakupan radar cuaca. Pembelokan gelombang radar
dalam troposfer disebabkan oleh variasi kecepatan penjalaran
gelombangradioelektrikdenganketinggian.
Refraksi troposfer menyebabkan kesalahan pengukuran
sudut elevasi. Pada sudut elevasi yang kecil, terutama dekat horizon,
makarefraksitroposfermerupakansumbergangguan.Kesalahanatau
gangguan tersebut dapat diabaikan untuk sudut Iebih besar 3° dalam
kebanyakan aplikasi radar. Refraksi menyebabkan beda antara sudut
elevasisemudansudutelevasisebenarnya.Karenaituperludilakukan
koreksidataradarakibatrefraksiatmosfer.Padaumumnyauntuk

Meteorologi Indonesia Volume 1


85
mengatasi refraksi troposfer dilakukan pengamatan refraktivitas radio
permukaan.
Dalam troposfer bawah, beda uap air sangat penting dalam
memperhitungkanindeksrefraksin,tetapipadalapisantroposferyang
lebih tinggi di mana kadar uap air rendah, maka perubahan indeks
refraksi terutama disebabkan oleh perubahan temperatur udara.
Penjalaran gelombang elektromagnetik abnormal disebut pembuluh
(duct) atau kelewat refraksi (superrefraction). Pembuluh terjadi jika
indeks refraksi turun dengan cepat terhadap ketinggian. Inversi
temperatur sangat menentukan terjadinya kelewat refraksi.Pembuluh
(duct) bertindak sebagai pemandu (guide) yang mengarahkan energi
padajarakyangbesar.Pembuluhkelewatrefraksiyangdekatdengan
tanahdisebut"pembuluhdasar"(groundbasedduct)danyangterletak
diataspermukaandisebut"pembuluhtinggi"(elevatedduct).
Ada beberapa kemungkinan kondisi meteorologis yang
mengarah pada pembentukan pembuluh kelewat refraksi, yaitu :
a. Radiasi malam yang terjadi pada malam cerah ketika tanah
lembap dapat membentuk inversi temperatur pada tanah dan
penurunan tajam uap air dengan ketinggian. Kondisi ini sering
memproduksipenjalarangelombangradarabnormal.
b. Gerakan udara kering panas dari darat di atas badan air yang
lebih dingin memproduksi inversi temperatur. Kondisi ini
menyebabkan pembuluh kuat sehingga terjadi anomali ekstrim
penjalaran gelombang radar. Pada umumnya radar yang
ditempatkan rendah lebih rentan (mudah kena) kelewat refraksi
daripadaradaryangditempatkanlebihtinggi.

3.5. Resume

Konsepsi stabilitas udara analogi dengan mekanika misalnya


kedudukan sebuah kerucut jika diletakkan dengan alas di bawah
dikatakan stabil, jika diletakkan dengan ujung kerucut di bawah
dikatakan labil, dan jika kerucut diletakkan miring, dikatakan netral.
Parseludaradikatakanstabil,labil,dannetralterhadaplingkungannya

Meteorologi Indonesia Volume 1


86
jika padanya diberi impuls gaya awal. maka parsel akan kembali ke
posisi semula, akan terus bergerak, atau tetap pada posisi terakhir.
Dalam praktek, susut temperatur (lapse rate) adiabatik udara basah tak
jenuh dapat dianggap sama seperti untuk udara kering (= d). Selain
dengan temperatur, stabilitas udaradapatdinyatakan dengan
temperatur potensial. Dalam teknik, stabilitas udara dapat ditentukan
dengan observasi cuaca dan ketinggian matahari (sudut zenit matahari).
Dari perhitungan indeks stabilitas Showalter, dapat disimpulkan bahwa
troposfer pada musim kemarau adalah yang paling stabil dibandingkan
dengan pada musim hujan dan kedua musim transisinya. Tetapi dari
profil vertikal temperatur potensial ekivalen diperoleh bahwa pada
troposfer bawah sampai pada ketinggian 700 mb (1 mb = 100 Pa = 1 h
Pa) atau sekitar 3.150 m, troposfer di atas Jakarta tidak stabil secara
konvektif untuk segala musim.
Jika cahaya melalui medium yang berubah densitasnya maka
akan mengalami proses pembelokan. Jika sinar cahaya memasuki ke
medium kurang rapat, sinar akan dibelokkan menjauhi garis normal
dan jika sinar cahaya memasuki ke medium lebih rapat, sinar
akandibelokkanmendekatigarisnormal.Karenaatmosferbersifat
kompresibel maka kerapatannya makin ke atas makin tipis. Densitas
yangpaling besarberada di permukaan. Refraksi gelombang
elektromagnetikdi atmosferdipengaruhioleh tekananudara,
temperaturudara,danuapair.Karenatekananbarometrikdantekanan
parsial uap air turun secara cepat sedangkan temperatur udara turun
secaralambatdenganketinggianmaka indeksrefraksiatau refraktivitas
radio turun dengan ketinggian. Di Indonesia refraktivitas radio
bergantung pada musim. Musim basah lebih lembap jadi nilai
refraktivitasradiolebihbesardibandingkanpadamusimkemarauyang
kurang lembap. Sampai ketinggian 330 mb (sekitar 9 km) distribusi
vertikal refraktivitas radio menunjukkan variasi musiman, tetapi di atas
ketinggian 330 mb refraksivitas radio tidak menunjukkan variasi
musiman.Dalamtroposferbawah,bedauapairsangatpentingkarena
menentukan nilai refraktivitas radio, tetapi pada troposfer atas di mana
kadar uap air sangat rendah, maka perubahan refraktivitas radio
terutamadisebabkanolehperubahantemperaturudara.

Meteorologi Indonesia Volume 1


87
Meteorologi Indonesia Volume 1
88
Bab 5
Sirkulasi Atmosfer

Di atas daerah-daerah lintang rendah, pola arus atmosferik


sangat serbasama atau variasi dari hari ke hari kecil. Di atas lintang
menengah, migrasi siklon dan anti siklon menyebabkan variasi angin
terus menerus. Dengan meninjau gerak udara pada lintang-lintang
rendah yang serbasama dan rata-rata angin yang berubah pada
lintang-lintangyanglebihtinggi,makadapatdikembangkangambaran
anginrata-ratadiatasbumi.Anginrata-ratainimenggambarkansistem
anginplaneteratausirkulasiumumatmosfer.Sirkulasiatmosferumum
disebabkan oleh rotasi bumi terhadap sumbu semunya dan oleh
pemanasan geografis yang tidak sama baik pada permukaan bumi
maupun dalamatmosfer.
Perubahan panas antara siang dan malam merupakan gaya
gerak utama sistem angin harian, karena ada beda panas yang kuat
antara udara di atas darat dan laut atau antara udara di atas tanah
tinggi (pegunungan) dan tanah rendah (lembah). Karena durasinya
terbatas, maka sistem angin harian biasanya hanya efektif pada area
relatifkecil,sehinggasistemangininimenyebabkanvariasiiklimlokal. Ada
dua tipe utama lokasi angin harian yaitu di daerah pantaidengan
sistemangindarat-laut,dandaerahpegunungandengansistemangin
lembah-gunung.

5.1. Gerak Fluida Atmosferik


Gerak atmosfer dapat dibagi menjadi dua kelas besar,
keduanya disebabkan oleh adanya distribusi pemanasan diabatik
yang tidak merata dalam atmosfer ;
a. Gerak akibat gradien pemanasan horizontal baik secara langsung
maupun tak langsung, menyebabkan lebih dari 98% energi kinetik
atmosferik. Hampir semua energi kinetik ini dikaitkan dengan
medananginhorizontalskala-sinoptikdanplaneter.
b. Gerak akibat kelabilan (instability) konvektif menyebabkan kurang
dari 2% energi kinetik atmosferik. Konveksi disebabkan olehgradien

Meteorologi Indonesia Volume 1


121
pemanasan diabatik vertikal. Gerak konvektif mempunyai skala
ruangdenganjangka(ranging)darisekitar30kmdalambadaiguruh
yang terbesar turun sampai kurang dari 1 mm dalam gerak skala
mikro pada lapisan permukaan. Meskipun gerak konvektif
kontribusinya kecil terhadap energi kinetik atmosferik, tetapi gerak
inimemainkanperananpentingdalamtransportpanasterselubung
(latentheat)danpanasterasa(sensibleheat).
Gerak atmosfer pada dasarnya dikuasai olehpersamaan
gerak, persamaan kontinuitas dan hukum-hukum termodinamika.
Sirkulasi atmosfer yang diamati dapat ditinjau sebagai solusi khusus
persamaan-persamaanyangmenguasaigerakatmosfer.Sistemgerak
yang terjadi di atmosfer dapat diklasifikasikan bergantung pada
metode yang dipakai. Salah satu metode klasifikasi yang sangat
berguna adalah berdasarkan skala waktu dan jarak. Gerak atmosfer
seringtersusundarisebuahspektrumsistemsirkulasiskalawaktudan
skalajarakyangberbeda.Skalawaktubiasanyadihubungkandengan
skala jaraknya, makin besar skala jarak (panjang) makin lama skala
waktunya. Sistem sirkulasi atmosfer paling besar mempunyai skala
panjang (length) sebanding dengan diameter bumi. Sirkulasiatmosfer
yang paling kecil mempunyai skala jarak sebanding dengan lintasan
bebasreratamolekul-molekulindividu.
Menurut skala jarak, spektrum gerak atmosfer dapat dibagi
menjadi: gerak skala planeter, gerak skala sinoptik, gerak skalameso
dan gerak skala kecil (kadang-kadang disebut gerak skala mikro).
Batas-batas antara subdivisi (bagian-bagian) ini tidak terdefinisi
dengan baik, karena spektrum gerak atmosfer adalah kontinu (terus
menerus). Meskipun demikian, sistem gerak dalam setiapbagian
mempunyai bentuk dinamik khusus. Pendekatan yang berbeda dapat
dimasukkan ke dalam persamaan dinamik untuk sistem gerak dalam
tiap bagian (subdivisi). Klasifikasi gerak atmosfer merupakanalat
konseptualyangsangatbergunadalamkajiandinamikaatmosfer.
Gerak skala-planeter termasuk sistem sirkulasi denganskala
horizontal sebanding dengan dimensi bumi. Gerak skala-sinoptik
mempunyaiskalahorizontallebihkecildaripadagerakskala-planeter,
tetapimasihcukupbesaruntukdiatasidenganjaringanobservasi

Meteorologi Indonesia Volume 1


122
konvensional. Jarak antar stasiun dalam jaringan sinoptik berorde
ratusan kilometer. Kebanyakan sistem sirkulasi sinoptik berkaitan
denganperubahancuacaharian.Sistemgerakdenganskalahorizontal
yang mempunyai orde (golongan) 10 — 100 km disebut sistem gerak
skalameso.Contohsistemgerakskalamesoadalahbadaiguruh,garis
badai(squalllines),dansiklon.Sirkulasidengandimensihorizontallebih
kecil dari pada gerak skala meso disebut gerak skala-kecil, misalnya
awan cumulus kecil, olakan (eddies), turbulen konvektif, dan mekanis
dekat permukaan bumi. Sistem gerak skala-kecil ini memainkan
peranansangatpentingdalamdinamikaatmosferpalingbawah.Tabel
5.1. menunjukkanringkasanklasifikasigerakatmosfer.
Tabel 5.1. Skala gerak atmosfer

Skala Jarak Dimensi Tipik (km) Contoh


Planeter 10.000 Sel Hadley
Sinoptik 1.000 Siklon
Skala meso 100 Badai guruh
Skala kecil 10 Cumulus kecil

Adabeberapacaramenggolongkangerakatmosfer,misalnya
menurutderajatregularitas(sifatketeraturan)dapatdibagimenjadiarus
laminer dan arus turbulen (bergolak). Beberapa gerak udara
disebabkanterutamaolehgayagradientekanan,beberapadipicuoleh
gayaapung(bouyancyforce).Gerakudarajugadapatditimbulkanoleh
beberapa mekanisme kelabilan (instability mechanism). Beberapa
proseskelabilandisebabkanterutamaolehsifattermalsepertikelabilan
vertikal,danyanglainterutamaolehbentukmekanis,sepertikelabilan
geser (shear instability) yang sering diamati dekat permukaan bumi.
Pembahasan sistem gerak atmosfer dalam bab ini lebih menekankan
padaklasifikasimenurutskalajarak(lengthscales).

5.2. Sistem Angin dan Tekanan PlaneterIdaman


Gambar 5.1, menunjukkan gambaran umum distribusi
angintekanan terestrial (bumi). Pola sebenamya sangat berbeda dari
pada yang ditunjukkan pada Gambar 5.1, akibat ketidakteraturan

Meteorologi Indonesia Volume 1


123
(irregular) pemanasan permukaan bumi dan efek perpindahan
(migration) daerah tekanan rendah dan tekanan tinggi. Perlu dicatat
bahwa angin memusat (convergence) pada pita (band) tekanan
rendah, yang ditandai oleh gerak udara naik, dan menyebar
(divergence)darisabuktekanantinggi,yangditandaiolehgerakudara
turun secaravertikal.

Gambar 5.1. Sistem angin dan tekanan terestrial ideal (idaman).

Karena sifat permukaan bumi tidak homogen, maka pola


skematik pada Gambar 5.1 mengalami banyak modifikasi seperti
terlihat pada Gambar 5.2 yang menunjukkan angin rata-rata untuk
bulanJanuaridanJulidiIndonesia.Petaangininimenunjukkankondisi
rata-rata. Sabuk (belt) tekanan dan angin pada umumnya dari hari ke
hari kondisinya dapat sangat berbeda.Akan sangat bermanfaat untuk
meninjau sabuk tekanan dan angin dengan menunjuk pada kondisi
rata-rata riil dan kondisi ideal, agar dapat menganalisa faktor-faktor
yang menyebabkan perbedaan pola angin ideal (idaman) dan angin
rata-ratarill.
Sabuk (belt) tekanan planeter terdiri dari:
a. Daerah Angin TenangEkuatorial
Sepanjangtahunterdapatsabuktekananrendahmengelilingi
bumidalamdaerahekuatorialakibatpemanasanbumiberlebihanpada
daerahini.Setelahtengahhari(sorehari)biasanyaterjadihujanderas

Meteorologi Indonesia Volume 1


124
(shower) dari konveksi kuat dan pendinginan adiabatik di mana
temperatur hariannya paling tinggi. Kebanyakan gerak udara di sini
adalahvertikaldengananginlemahdanberubah-ubah(variable),yang
biasanya mempunyai gerakan ke arah barat. Jadi, daerah ini dikenal
sebagai sabuk angin tenang ekuatorial (belt of equatorial calms).
Atmosferterik(hot),lembap,lengket(sticky)danmenyesakkannapas
dengan angin tenang dan laut seperti kaca yang licin disebut daerah
melempem atau daerah angin tenang (doldrums). Selamamusim
dinginbelahanbumiutara(BBU),tekananrendahekuatorialbergerak
kearahselatanakibatefekpemanasanbenuaAustraliadalammusim
panas belahan bumi selatan (BBS). Tetapi selama musim panas BBU
ketikamatahariberadadiutaraekuator,terjadigerakansabuktekanan
rendah agak jauh ke utara akibat pemanasan daerah-daerah
kontinental yang luas. Perlu diperhatikan bahwa posisi daerah
melempem (doldrums) rata-rata tahunan pada umumnya terletak di
utaraekuatorataudibelahanbumiutara(BBU).

Gambar 5.2. Angin rata-rata pada ketinggian 5.000 kaki di atas Indonesia
Atas: Januari dan bawah: Juli.

Meteorologi Indonesia Volume 1


125
b. Sabuk Angin TenangSubtropis
Dalamgambarideal(Gambar5.1)adaduasabuk(belt)yang
ditandai oleh tekanan tinggi (sering disebut tekanan tinggi subtropis)
dan angin relatif lemah atau tenang yang terjadi secara simetris
terhadap ekuator pada lintang 30° U dan 30° S. Subsidensi
(penurunan) udara yang mempertahankan pola tekanan tinggi
dipanasi secara adiabatik, sehingga menghasilkan kelembapanrelatif
rendahdanlangitcerah.Sifatkeringudarayangturuninimenyebabkan
gurun-gurun besar pada atau di sekitar lintang-lintang kuda (horse
latitudes) yaitu lintang 30° utara dan selatan. Pada BBS, lintang kuda
kebanyakanberadadiataslaut,sehinggakondisinyaagakserbasama
(uniform)sepanjangtahun.Konfigurasitahunanhampirserupadengan
pola idaman, kecuali pada kontinental yang mematahkan punggung
tekanan tinggi. Patahan-patahan ini menjadi kurang nyata dalam
musim dingin BBS (Juli) akibat pendinginan darat yangmeningkatkan
subsidensiudaradanmemperbesarsabuktekanantinggi.PadaBBU,
terjadi modifikasi pola idaman tahunan lebih drastis (tegas)yang
mengikuti variasi temperatur di lautan (osean). Selama musim dingin
BBU, sabuk tekanan tinggi secara kasar mengelilingi bumi, meskipun
posisinya di atas kontinen bergeser ke utara dan di atas osean ke
selatan dari lintang paralel 30°. Juga, tekanan tinggi secara rata-rata
diperkuat di atas kontinen, terutama di atas Asia, di mana tekanan
tinggi Siberia sangat kuat sebagai konsekuensi pendinginan
(refrigeration)yangnyatamassadaratanluasini.Selamamusimpanas
BBU ada sebagian pembalikan tekanan di atas Amerika Utara dan
pembalikan sangat kuat di atas Asia. Pada waktu bersamaan,
intensifikasi sabuk tekanan tinggi terjadi di atas lautan karena relatif
dinginterhadapkontinen.DaerahtekanantinggisebelahbaratAmerika
Serikat dikenal sebagai tekanan tinggi Pasifik, sedangkan di atas
Samudera Atlantik sering menunjukkan ganda (doublet) yang dikenal
sebagaitekanantinggiBermudadanAzores.
b. Sabuk Tekanan Rendah Subpolar
Meskipun observasi pada lintang-lintang oseanik tinggi BBS
relatif jarang, tetapi cukup memberi indikasi bahwa ada perubahan
kecil dari musim panas ke musim dingin. Keadaan ini diduga terjadi

Meteorologi Indonesia Volume 1


126
pada daerah lautan BBS yang menempati cukup besar pada lintang-
lintang subpolar. Tetapi di BBU terjadi perubahan tahunan yangcukup
besarpadadaerahiniakibatbedatemperaturyangnyataantaradarat dan
air. Dalam bulan Januari, tekanan rendah membalikmenjadi tekanan
tinggi di atas darat untuk membentuk tekanan tinggi Kanada dan
Siberia, tetapi menjadi daerah tekanan rendah sangat kuat dan
berpotensial menjadi badai (stormy) di atas Samudera Atlantik Utara
danPasifikUtarayangrelatifpanasdenganmemakaireferensitekanan
rendahIcelanddanAleutian.
d. Tekanan Tinggi Polar
Secararata-rata,daerahtekanantinggiberadadiataskedua
daerahpolar(kutub).Tetapi,intensitasdanlokasipusattekanantinggi ini
diketahui berubah, jarang terpusat pada kutub-kutub geografis.
Hasil-hasil eksplorasi daerah polar selama Tahun Geofisika
IntemasionaldanKooperasiGeofisikaIntemasional(19571959)telah
banyak menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang
meteorologi daerahpolar.

5.3. Sirkulasi AtmosferGlobal


Karena angin planeter secara fisis adalah bagian dari pola
global yang melibatkan sabuk tekanan seperti diuraikan pada subbab
5.2, maka angin ini sangat berbeda dari pola idaman (ideal). Variasi ini
sangat jelas, ketika darat dan air menyebabkan beda distribusi dan
variasi temperatur. Dalam subbab 5.3 akan dibahas tentang
pengetahuan angin planeter dalam sebuah sistem tunggal yang mampu
menjelaskan pola-pola angin global yang diamati. Karena pengetahuan
angin paras atas (upper level) masih terbatas maka penjelasan sumber
sirkulasi umum (general) masih mengandung banyak masalah dalam
Sains Atmosfer. Salah satu cara pendekatan masalah yang baik adalah
dengan meninjau, pertama, teori klasik berdasarkan pada konveksi,
kemudian kedua, dengan mengembangkan pandangan-
pandanganyang lebih baru.
Pola gerak atmosfer pada saat tertentu selalu menunjukkan
kompleksitas yang besar. Gerak udara di atas bumi mempunyai
karakteristik bentuk umum yang sebenarnya tersembunyi oleh

Meteorologi Indonesia Volume 1


127
superposisi banyak unsur gerak udara skala yang lebih kecil. Harus
dipahami bahwa atmosfer adalah sebuah sistem yang sangat nonlinier
yaitu selalu ada interaksi antara sistem-sistem gerak skala berbeda.
Konsekuensinya, sistem gerak skala besar secara fisis tidak dapat
dipisahkan dari sistem skala yang lebih kecil. Salah satu metode untuk
mengeluarkanbentuk-bentukkecilini adalahmelakukanrata-rata
membujur(longitudinal)ataurata-ratawaktu.Gerakskalakecilbiasanya
mempunyai perluasan membujur sangat terbatas, dan
mempunyaiperiode waktu relatif singkat. Kompleksitas pola gerak udara
yang disebabkan oleh kehadiran gerak-gerak skala kecil ini dapat
dikeluarkan dengan merata-ratakan medan angin di atas lingkaran
membujur dan/atau pada periode waktu yang diperpanjang, misalnya
satu bulan. Medan-medanyangdirata-
ratakansecaramembujur(longitudinally)dan
waktuadalahpokokpembicaraandalamsubbab5.3ini.

a. Sirkulasi Hadley
Model pertama yang menggambarkan pola sirkulasi udara
globaldikemukakanolehG.Hadleypadatahun1735.SirkulasiHadley
padadasarnyaadalahsirkulasitermallangsungsepertidideskripsikan
pada Gambar 5.3. Berdasarkan pengamatan, udara dalam lintang-
lintangrendahlebihpanasdaripadaudaradalamlintang-lintangtinggi.
Jadiudaratropisakannaiksecaravertikaldanbergerakkearahutara
dalam troposfer atas, sedangkan udara polar dingin akan turun dan
bergerak ke arah selatan dalam troposfer bawah. Udara tropis panas
yang bergerak ke utara akan kehilangan banyak energi panasnya
melaluipendinginanradiatifsebelumudarapanasinimencapaidaerah
polar(kutub)untukmenggantiudaradinginyangturundanbergerakke
selatan. Udara dingin dan kutub akan menyerap panas dan tanah
(udaradingininidipanasisecararadiasi)dalamlintang-lintangrendah
dankemudiannaikdalamdaerahekuatorial.Bentukesensialsirkulasi
Hadley diilustrasikan dalam Gambar 5.3. Sirkulasi termal jenis ini
dengan jelas mampu mengangkut energi termal ke arah kutub untuk
mengimbangi sekurang-kurangnya sebagian (dan diharapkan
semuanya)kelebihan(surplus)energiradiasididaerahekuatorialdan
kekurangan(deficit)energiradiasididaerahpolar.Meskipundemikian
modelinimempunyaibeberapacacatdinamisyangcukupserius.
Meteorologi Indonesia Volume 1
128
Ada hubungan antara distribusi tekanan dan sirkulasi yang
digerakkan secara termal. Menurut Gambar 5.3, ada perubahan
(gradient)tekanandariekuatorkekutub,karenanyaadagayagradien
tekanandarikutubkeekuatordalamtroposferbawahdangayagradien
tekanandariekuatorkekutubdalamtroposferatas.
Rotasi bumi menimbulkan gaya deflektif (penyimpang) yang
disebut gaya Coriolis yang menyimpangkan angin ke arah sejajar
denganisobarsehinggakeseimbangangeostropiksecarapendekatan
dapat dipertahankan. Ini berarti bahwa angin di troposfer akan
mempunyai komponen timuran (easterly) kuat di lapisan bawah dan
komponenbaratan(westerly)kuatdilapisanatas.BesargayaCoriolis
adalah:
Fc = 2. sin.v (5.1)
Keterangan :
2
Fc: gaya Coriolis per satuan massa dalam ms
: kecepatan sudut rotasi bumi
5 1
= 7,29 x 10 rad . s
: lintang tempat geografi dalam derajat
1
v : kecepatan angin dalam ms

Gambar 5.3. Model sel Hadley. Udara naik secara lambat di daerah tropis panas dan
bergerakkeutara,kehilanganenergitermalolehradiasi,kemudianturun di
atas daerah polar dingin dan kembali ke lintang-lintang rendah dalam
atmosferbawahdekatpermukaanbumi.

Meteorologi Indonesia Volume 1


129
Disebabkan oleh gaya gesekan antara permukaan bumi dan
troposferbawah,angintimurandalamatmosferbawahmengarahpada
alih momentum baratan yang konstan dari bumi ke atmosfer atau
sebuah alih momentum timuran dan atmosfer ke bumi. Perubahan
konstanta momentum sudut antara bumi dan atmosfer demikian tidak
dipenuhi dalam keadaan mantap (steady state). Jika kecepatanangin
rata-ratadalamatmosferbawahmempunyaikomponentimurandalam
daerahyangsatu,makadibeberapadaerahlainkecepatananginrata- rata
harus mempunyai komponen baratan, sehingga pertukaran
momentumsudutnetoantarabumidanatmosferadalahnol.

b. Observasi Sirkulasi Global


Ada perbedaan yang besar antara model Hadley dan pola
sirkulasi global yang diamati. Pengamatan distribusi tekanan dan angin
permukaan disajikan secara skematik dalam Gambar 5.4. Di atas
ekuator ada sabuk tekanan rendah ekuatorial (equatorial low
pressurebelt),padasekitarlintang30°Udan30°S(lintang-
lintangkuda)terdapat sabuk tekanan tinggi subtropis (subtropical high
pressure belts). Antara sabuk tekanan rendah ekuatorial dan sabuk
tekanan tinggi subtropis, angin adalah timur lautan (northeasterly) di
BBU dan tenggaraan (southeasterly) di BBS, masing-masing disebut
angin pasat timur laut dan tenggara. Nama angin pasat (trade winds)
muncul karena sirkulasi angin ini sangat penting untuk navigasi kapal
layar "perdagangan" ("trader”).

Antara sabuk tekanan tinggi subtropis dan kedua sabuk


tekanan rendah yang dijumpai pada lintang sekitar 60° U dan 60° S,
angin utama adalah baratan. Pada kutub utara dan selatan biasanya
daerah tekanan tinggi, dan angin di daerah polar biasanya timuran.
DistribusitekanandananginsecaraskematikditunjukkanpadaGambar
5.4. Lokasi batas-batas antara berbagai daerah mempunyai variasi
musiman yang besar. Pada setiap hari khusus, distribusi tekanan dan
anginjugamempunyaivariasizonal(timurbarat)yangbesar.

Meteorologi Indonesia Volume 1


130
Gambar 5.4. Ilustrasi skematik distribusi tekanan dan angin pennukaan yang diamati.

c. Model Triseluler SirkulasiAtmosfer

Sampai pertengahan abad ke 20, penjelasan sirkulasiumum


atmosfer berdasarkan pada gradien (beda) temperatur ekuatorial
polar dan rotasi bumi. Pusat panas (tekanan rendah) ekuatorial dan
pusatdingin(tekanantinggi)polarsebagaidasarmodelsirkulasiHadley
tidak lagi menggambarkan sirkulasi global yang diamati. Sirkulasi
langsungsecaratermalmodelHadleytidakmungkindapatmenjelaskan
tekananyangdiamati.Distribusianginpermukaanyangdiamatiadalah
paduankeseimbangangayagradientekanan,gayaCoriolis,dangaya
gesekanpermukaan.
Menurut Maury (1855), sirkulasi atmosfer meridional terdiri
atas dua sel, yaitu satu sel pada daerah antara ekuator dan lintang
sekitar30°UtaraatauSelatandisebutsirkulasiHadleydansatuseltak
langsung(indirectcel)padalintangtinggi.Ferrel(1856)telahmengkaji
bahwatekanantinggi(H)dilintangsekitar30°UatauS(lintangkuda)
dantekananrendahterdapatdidaerahekuatordankutub.Sirkulasi

Meteorologi Indonesia Volume 1


131
atmosfer meridional yang diusulkan Ferrel (1856) mirip dengan teori
Maury (1855), tetapi terdiri atas 3 sel sirkulasi, yaitu sel Hadley, sel
Ferrel, dan sel Polar (lihat Gambar 5.5). Teori baru tentang sirkulasi
meridional telah banyak dikaji oleh beberapa ahli, misalnya, Rossby
(1941),Palmen(1954),danlain-lain.Paraahliinimengemukakanteori
sirkulasiatmosfermeridionalyangmiripdenganteoriFerrel,yaituterdiri
atas3selsirkulasi.

Gambar5.5.Polasirkulasiatmosfermeridionalskematikdibelahanbumiutara(BBU).
Tandapanahpadasetengahlingkaranbelahanbumimenunjukkanarah
anginpermukaan.

Gambar 5.5, menunjukkan ilustrasi skematik penampang


vertikal sirkulasi meridional rata-rata di BBU. Ada tiga sel (triseluler)
sirkulasi atmosfer yaitu; set Hadley termal langsung yang meluas
sampailintang30°U,selFerreltermaltidaklangsungyangmencakup
daerahantara30°Udan60°U,danselsirkulasipolaryangagaklemah.
Sirkulasitermallangsungdenganudaranaik di daerah ekuatorial
yang dikemukakan Hadley, keberadaannya sekarang disebut
selHadley,tetapipenjalarankearahkutubselinihanyamencapailintang
sekitar 30° U. Antara lintang 30° U dan 60° U yang terdapat gradien
temperatur utaraselatan paling kuat, sirkulasi meridional rata-
rataberlawananarahdengansirkulasitermallangsung.Sirkulasitermaltidak
langsung ini disebut sel Ferrel, udara naik di daerah lebih dingin pada
lintang sekitar 60° U dan turun di daerah lebih panas sekitar lintang30°
U. Selain sel Hadley dan Ferrel, ada sel ketiga di atas daerah polar,
disebut sel Polar yang mempunyai sirkulasi sangat lemah.

Meteorologi Indonesia Volume 1


132
Daridatapengamatanpadamusimdingindanmusimpanasdi
BBU,diperolehbahwaterdapatvariasimusimanyangbesarbaikposisi
maupunkekuatanselsirkulasi.SelHadleyjauhlebihkuatdalammusim
dingindaripadadalammusimpanas.Selamamusimpanas,selHadley
digerakkan ke arah utara ke dalam daerah antara 15° U dan 45° U.
Penurunan cabang sel Hadley BBS menjalar ke utara sejauh 15° U.
Juga sel Ferrel mengalami variasi posisi musiman. Selama musim
panas, sel Ferrel berlokasi dalam daerah antara 45° U dan 65° U.
Selamamusimdingin,selinimencakupdaerahantara35°Udan75°U. Sel
polar kurang terdeteksi karena data pengamatan di daerah polar
sangatjarangdansirkulasiselpolarsangatlemah.
Permukaan bumi di daerah tropis kebanyakan diliputi oleh
laut,karenaudaradalamdaerahanginpasatbergerakkeekuatoryang
mengumpulkanpanassensibel(panasyangdapatdirasakan)danuap air
dari permukaan laut, maka terdapat lapisan udara lembap dalam
troposfer bawah. Stratifikasi vertikal lapisan udara lembap biasanya
adalah labil bersyarat (conditionally unstable) yaitu stabil di luar awan
dan labil di dalam awan. Konveksi lembap dari awan-awan cumulus
dapatteramatididaerahini.
Karena angin pasat berhembus ke ekuator, maka
makinbanyak uap air terakumulasi dalam lapisan lembap, sehingga
lapisan lembap menjadi lebih tebal dan awan cumulus tumbuh lebih
tinggi.
KetikaudaramencapaicabangselHadleyyangnaik,biasanyaudaraini
mempunyaikadaruapairsangattinggi,kondisiinibiladigabungdengan
gerak udara naik yang mantap (steady) akan menghasilkan awan
cumulonimbus yang sangat tebal dan tinggi. Pita (band) awan timur -
barat biasanya dapat diidentifikasi dari citra satelit terutama di atas
Samudera Atlantik dan Pasifik, ini adalah daerah yang disebut Zona
Konvergensi Antar Tropis, ZKAT (Inter-Tropical Convergence Zone -
ITCZ). Karena distribusi darat dan laut antara BBU dan BBS tidak
simetris, maka ITCZ kebanyakan terletak dalam daerah antara ekuator
dan 10°U.

Meteorologi Indonesia Volume 1


133
d. Angin Monsun
Kata"monsoon"artinyaseason(bahasaInggris)ataumausim
(bahasa Arab) atau musim (bahasa Indonesia).Angin monsun adalah
anginyangarahnyaberbaliksecaramusiman.Pembalikanarahangin
jelas membutuhkan pembalikan gaya gradien tekanan (gaya yang
disebabkan oleh beda tekanan atmosfer). Gaya gradien tekanan (Fp)
dapatdieksresikansebagaiberikut:

(5.2)

Angin di mana ada keseimbangan antara gaya gradien tekanan dan


gaya Coriolis disebut angin geostrofik. Angin geostrofik sejajar isobar
dan terjadi pada ketinggian sekitar 1500 m di mana efek gesekan
permukaan dapat diabaikan. Angin geostrofik dapat diekspresikan
sebagai berikut:

(5.3)

Keterangan :
Vg : kecepatan angin geostrofik
p : beda tekanan tinggi dan tekanan rendah
n : jarak dua isobar
: densitas udara
f : parameter Coriolis, f = 2sin
: lintang geografis
: kecepatan sudut rotasi bumi
5 1
= 7,29 x 10 rad . s

Tanda negatif pada persamaan (5.2) menunjukkan bahwa


gayagradientekananFpmempunyaiarahdaritekanantinggiketekanan
Meteorologi Indonesia Volume 1
134
rendah.

Meteorologi Indonesia Volume 1


135
Angin monsun disebabkan oleh beda sifat fisis antara osean
dan kontinen; kapasitas panas osean lebih besar dari pada kontinen.
Permukaan osean memantulkan radiasi matahari lebih banyak dari
pada permukaan daratan (kontinen), dan radiasi matahari dapat
memasuki air sampai dalam dengan bantuan gerakan air (arus laut),
sedangkandidaratpanashanyamencapaibeberapasentimetersaja.
Hasildaribedasifatfisisiniadalahoseanlambatpanasbilaadaradiasi
matahari dan lambat dingin bila tidak ada radiasi matahari,
dibandingkan kontinen. Akibatnya, osean lebih dingin dalam musim
panas dan lebih panas dalam musim dingin dibandingkan kontinen.
Pergantian dari musim dingin ke musim panas atau sebaliknya,dapat
membalikkan arah gaya gradien tekanan, dengan demikian angin
monsun mengalami pembalikan arah, lihat Gambar 5.6. Arah gaya
gradien tekanan dari kontinen ke osean dalam musim dingin dan dari
oseankekontinendalammusimpanas.

Gambar 5.6. Gaya gradien tekanan dalam musim dingin dan musim panas

Secara latitudinal (melintang) dan longitudinal (membujur),


Indonesia di bawah pengaruh kekuasaan (regime) sirkulasiekuatorial
dan monsunal yang sangat berbeda karakteristiknya. Monsun dapat
digambarkansebagaifenomenaanginlautraksasaakibatbedapanas
BBUBBSyangdikaitkandenganmigrasimataharitahunan.Anggap
bahwa udara dingin di BBS (belahan bumi selatan) dipisahkan oleh
udara panas di BBU (belahan bumi utara) oleh sebuah dinding yang
berdiripadaekuator,sepertiditunjukansecarabaganpadaGambar5.7.

Meteorologi Indonesia Volume 1


136
Gambar 5.7. Bagan gaya gravitasional monsun.

Tekananpermukaan(berattotalkolomudarapersatuanluas)
lebih besar di BBS dari pada di BBU. Gradien tekanan dari selatanke
utaramenunjukkanadanyaenergipotensial.Jikadindingdiambilmaka
udaradinginmulaiturundanbergerakkeutara,sedangkanudarapanas
naik dan bergerak ke selatan, jadi ada kenaikan energi kinetik akibat
energipotensial.Jungkirbalikvertikalinibergantungpadamusimyang
mendefinisikan sirkulasi monsun. Beda panas utara — selatan yang
sangat penting diperkirakan antara benua Asia dan ocean Hindia.
Selamamusimpanasboreal(BBU),benuaAsiadipanasisecaraefektif
dan luas. Puncak gunung yang tinggi seperti dataran tinggi (plateau)
Tibet,memberikontribusisecaralangsungudaratroposferistengah.
Daerah monsun adalah daerah di mana sirkulasi atmosfer
permukaan dalam bulan Januari dan Juli memenuhi persyaratan
berikut (Ramage,1971).
a. Arah angin utama pada bulan Januari dan Juli berbeda paling
sedikit120°.
b. Frekuensi angin utama rata-rata dalam bulan Januari dan Juli
lebih dari40%.
c. Kecepatan angin paduan rata-rata sekurang-kurangnya satu
1
bulanmelebihi3ms .
d. Indeks monsun 40%, daerah non monsunal mempunyai
indeksmonsun40%.

Meteorologi Indonesia Volume 1


137
Untuk menghitung indeks monsun (I), pertama ditinjau angin
utama yang rnempunyai penyimpangan sekurang-kurangnya 120°
antara bulan Januari dan Juli, kemudian dianalisa frekuensi rata-rata
arah angin utama (prevailing winds) masing-masing dalam bulan
Januari dan Juli sebagai berikut :

(5.4)

Keterangan :
Fjan : frekuensi arah angin utama rata-rata dalam bulan Januari
(%)
Fjul : frekuensi arah angin utama rata-rata dalam bulan Juli (%)

Monsun adalah angin periodik dengan periodemusiman.


Daerah monsun dibatasi oleh garis bujur 30° B dan 170° T dan oleh
garislintang35°Udan25°S(Ramage,1971).Jadijelasbenuamaritim
Indonesiatermasukdalamdaerahmonsun.

e. SirkulasiWalker
SirkulasiWalker adalahsirkulasizonal(timur— barat) sepanjang
ekuator. Pada tahun normal, sirkulasi ini ditandai oleh kenaikan udara di
Samudera Pasifik bagian barat dekat benua maritim Indonesia dan
penurunan udara di Samudera Pasifik bagian timur lepas pantai
Amerika Selatan, lihat Gambar 5.8. Sirkulasi ini dinamakan Sirkulasi
Walker sebagai penghargaan bagi Sir Gilbert Walker yang pada tahun
1920an telah mengetahui adanya variasi tekanan atmosfer
timurbaratsepanjangSamuderaPasifik.Tekananjungkat-
jungkit(seesaw) Walker disebut Osilasi Selatan untuk
membedakannya dari osilasi
tekananserupasepertiOsilasiAtlantikUtaradanOsilasiPasifikUtara.

Meteorologi Indonesia Volume 1


138
Gambar 5.8. Sirkulasi zonal ekuatorial dalam tahun-tahun non El Nino.

Intensitas sirkulasi Walker dikendalikan oleh variasi


temperatur permukaan laut (TPL) di Samudera Pasifik bagian timur
dan bagian barat. Perubahan dalam TPL dan karenanya kadarpanas
oseankemudiandialihkankedalamatmosferdalambentukperubahan
tekanan atmosfer. Berdasarkan pengamatan ini diketahui bahwa ada
kopel (perangkai) yang kuat antara osean dan atmosfer. Peristiwa
ikatan osean dan atmosfer demikian disebut peristiwa ENSO (El
Nino—Southern Oscillation). Dalam tahun-tahun El Nino terjadi
subsidensi di atas benua maritim Indonesia dan awan-awankonvektif
bergerak ke Pasifik bagian tengah, sehingga sebagian besar wilayah
Indonesia mengalami kekeringan atau musim kemarau panjang.
ENSOdapatdikajidarisistemsirkulasipadaparas(level)850mbdan
200mb,lihatGambar5.9.
Model dasar interaksi osean adalah kenaikantemperatur
SamuderaPasifikEkuatorial.Diataspusatanomalitemperaturiniakan
terjadi banyak penguapan dan konveksi kuat. Akibat gerak vertikal ini
maka angin pasat di sebelah barat pusat anomali temperatur akan
melemahdananginpasatdisebelahtimurpusatiniakanmenguat,lihat
Gambar5.10.

Meteorologi Indonesia Volume 1


139
Gambar 5.9. Sirkulasi zonal ekuatorial dalam tahun-tahun El Nino.

Gambar 5.10. Bagan sirkulasi dasar dalam tahun El Nino.

Peristiwa El Nino ditandai oleh indeks osilasi selatan (IOS)


negatif. IOS dihitung dari beda tekanan atmosfer di atas Tahiti dan di
atas Darwin. keduanya terletak di belahan bumi selatan. IOS bernilai
negatifartinyatekananatmosferdiatasDarwin(Australia)lebihbesar
dibandingkantekananatmosferdiatasTahiti.
ENSO menyebabkan variasi iklim tahunan. Ketika terjadi
peristiwaENSO,sirkulasizonaldiatasIndonesiamenyebar,sehingga

Meteorologi Indonesia Volume 1


140
terjadi subsidensi udara atas yang lebih kering. Divergensi massa
udara mengakibatkan awan-awan yang terbentuk bergeser ke Pasifik
bagian tengah dan timur, sehingga di atas wilayah Indonesia terjadi
defisiensicurahhujanbahkandapatterjadibencanaalamkekeringan.
Keterlambatan musim tanam padi terjadi pada tahun-tahun
ENSO dibandingkan dalam kondisi normal. Tanpa bantuan irigasi
maka produksi pangan akan turun. Tahun ENSO jugamengakibatkan
musimkemaraupanjangataumusimhujanpendek.

5.4. Angin Lokal dan AnginFöhn


a. Angin Darat dan Laut
Proses terjadinya angin darat dan laut pada dasarnya sama
dengan angin monsun yaitu disebabkan oleh beda sifat fisis antara
permukaan darat dan laut. Periode angin monsun adalah musiman,
sedangkan angin darat dan laut adalah harian. Beda panas antara
permukaandaratdanairadalahpenyebabutamapembentukanangin
daratdanlaut.Padasianghari,daratagakcepatpanasjikaadaradiasi
matahari,sedangkanpermukaanairlebihdingin,karenapanashilang
pada lapisan air yang lebih tebal oleh turbulensi dan gelombang dan
oleh penetrasi langsung dan absorpsi. Akibatnya terjadi sel konveksi
kecil sehingga angin dekat permukaan bumi berhembus ke darat
disebut angin laut (the sea breeze), lihat Gambar 5.11. Pada malam
hari, darat lebih cepat dingin akibat kehilangan radiasi gelombang
panjang,sedangkanairkarenainersiatermalnyamenjaditetappanas
dengan temperatur hampir sama seperti ketika siang hari, sehingga
pola tekanan harian berbalik dan terbentuk angin darat (the land
breeze) karena udara darat yang relatif dingin bergerak ke area
tekananlebihrendahdiataslaut.

Meteorologi Indonesia Volume 1


141
Gambar 5.11. Pola dasar angin darat dan laut : a) angin laut slang hari dan b) angin
darat malam hari. Garis-garis horizontal menunjukkan permukaan
isobaris.

Angin laut biasanya lebih kuat dibandingkan angin darat,


kecepatannya mencapai 4-8 ms-1 dan ketebalan lapisan udara
mencakupketinggian1000m.Anginlautditropisdapatmasukkedarat
sejauh 100 km. Di beberapa lokasi, angin laut mungkin dapat
mendorong rintangan (barrier) topografis pantai dan menembus ke
darat.Membedakananginlautpadajaraklebih50kmdaripantaiakan sulit
karena angin ini berinteraksi dengan sirkulasi lokal lain. Pada
beberapa jarak di darat. udara naik pada bagian konveksi angin laut
dankembalikelautpadasekitar1500-3000m.
Anginlautbiasanyamunculdekatpantaibeberapajamsetelah
matahariterbitdanmencapaimaksimumketikabedatemperaturdarat
 laut mencapai maksimum. Secara musiman, angin lautpaling

Meteorologi Indonesia Volume 1


142
kuat jika insolasi (insolation) kuat, karena itu pertumbuhan angin laut
paling baik selama musim kering. Di luar tropis, musim panas
merupakan musim angin laut kuat karena kecepatan angin sirkulasi
umum lemah dan massa udara labil menguntungkan pembentukan
angin laut.
Kekuatan dan arah angin laut dikendalikan oleh faktor-faktor
lokal; temperatur air permukaan dingin disebabkan oleh arus laut
dingin atau kenaikan (upwelling) air dari bawah akan meningkatkan
kekuatan angin laut. Faktor-faktor yang meningkatkan temperatur di
atas darat pada siang hari, misalnya kurangnya tanaman dan
permukaan kering mempunyai efek yang sama. Tutupan tanaman
lebat, rawa atau sawah yang kebanjiran (flooded ricefield) biasanya
menurunkan kekuatan angin laut karena kondisi ini akanmenurunkan
beda temperatur darat laut. Adanya gunung dekat pantai sering
menimbulkansistemangingabungananginlautlembah.
Jika angin laut memusat (konvergen) dengan angin dariarah
berbeda maka sering terbentuk "front angin laut" yang dapat
menyebabkanpembentukanawanlokaldanhujan.Misalnyaanginlaut di
Kepulauan Hawaii berinteraksi dengan angin pasat. Awan tumbuh
dalam zona konvergensi antara sistem skala sinoptik dan lokal yang
berlawanan ini. Di atas pulau dan semenanjung (peninsulas), sistem
angin laut yang konvergen dan pantai yang berhadapan (opposite
coasts) dapat menyebabkan curah hujan maksimum sore hari
(afternoon) yangreguler.
Angindaratlebihlemahdaripadaanginlautdalamkebanyakan
iklim tropis. lni disebabkan beda temperatur darat — laut di tropis jauh
lebih besar akibat pemanasan slang hari dari pada akibat pendinginan
waktu malam hari. Penyebab utamanya adalah pendinginan cepat
permukaan darat sepanjang malam hari. Pengaruh pendinginan ini
terbataspadalapisanudarapermukaanyangtipis,sehinggaangindarat
jarangmempunyaikecepatanmelebihi3ms',tetapikecepatannyadapat
meningkat oleh arus katabatik (katabatic flow). Ketebalan lapisan udara
dalam angin darat biasanya hanya beberapa meter. Angin darat secara
normaltidakmencapailebihdari1520kmkelaut.Angindaratbiasanya

Meteorologi Indonesia Volume 1


143
mulai sekitar 3 jam setelah matahari terbenam dan meningkat
kecepatannya sampai matahari terbit dan masih terus berhembus
setelah matahari terbit. Malam yang panjang dan cerah yang terjadi
selamamusimkering,untukdaerahdiluartropisselamamusimdingin
jugakondisimenguntungkanterjadinyaangindarat.
Semuasirkulasilokaldipengaruhiolehanginsirkulasigeneral
tanpakecualianginlautdandarat.Jikaanginskalasinoptikkuatmaka
angin laut dan darat tidak terjadi, karena turbulensi mencegah beda
temperatur dan tekanan lokal antara permukaan air dan darat. Untuk
angin general yang lebih lemah maka angin laut dan darat umumnya
tidak berubah baik arah maupun kecepatannya. Di daerah angin
melempem (doldrum) dan dekat ekuator di mana angin skala sinoptik
sangatlemahmakasirkulasilokalmendominasi.
Variasilainanginlautdandaratdikaitkandenganbentukumum
garis pantai yang dapat menyebabkan konvergensi atau divergensi.
Konvergensidan pembentukanawan didukungdi atas tanjung
(headlands) sedangkan divergensi dan garis-garis patah pembentukan
awan lebih didukung di atas teluk (bays). Sistem angin laut — darat
terjadidiataspulauyangtidaksangatkecil(minimumdiametersekitar15 km).
Di atas laut, seperti Selat Malaka, konvergensi angin darat yang
berlawanandapatterjadipadamalamhariyangmenimbulkanhujan.
Seperti halnya kebanyakan angin lokal, maka angin laut dan
darat tidak dipengaruhi oleh gaya Coriolis, kecuali jika angin ini
berhembuspadajarakyangjauhpadalintang-lintangekstra—tropis.Di
luar tropis, gaya Coriolis dapat menyebabkan sedikit penyimpangan
yang menjadi sejajar dengan pantai, tetapi situasi ini jarang ditemui
pada lintang-lintang rendah. Angin darat dan laut dapat berinteraksi
denganangingradienskalasinoptikyangmenghasilkananginpaduan
(resultant winds) yang berhembus miring terhadap garis pantai.
Misalnyaangingradienyangberhembusparaleldenganpantaidiatas
darat dapat berinteraksi dengan angin laut yang menghasilkan angin
pantaipaduan(resultantonshorewind)yangbertiupdengansudut45°
terhadap garispantai.

Meteorologi Indonesia Volume 1


144
Dalam praktek angin laut dan darat sangat penting. Secara
tradisional nelayan (fisherman) menggunakan angin darat untuk
melaut pada pagi-pagi sekali dan kembali ke darat dengan angin laut
pada sore hari. Sirkulasi pantai lokal tidak menguntungkan karena
pada dasarnya sel sirkulasi tertutup. Karena alasan ini maka lokasi
aktivitas yang menimbulkan pencemaran udara dalam daerah pantai
tropisdimanaanginlautdandaratsecaraklimatotogismenjadipenting
sebaiknya harus dihindari. lni disebabkan polutan yang diemisikan
padasiangharimeskipundihamburkansecaravertikaldalamkenaikan
sel angin laut menuju darat (landward), akan kembali ke permukaan
menujulautdandarat.Padamalamharisubsidensidiatasdaratdapat
pulamembawapolutankembaliturunkepermukaan.
Di Jakarta angin laut dapat terjadi sepanjang tahun, tetapi di
daerah-daerah lintang menengah dan tinggi angin laut dibatasi oleh
musim-musim yang lebih panas. Meskipun di Indonesia pengaruh
angin musim cukup besar, tetapi pengaruh angin laut dan angin darat
masih dapat dirasakan, terbukti dengan perahu-perahu layar nelayan
yangpergimencariikanpadamalamharidenganbantuanangindarat dan
perahu-perahu layar tersebut kembali ke pantai besok siangnya
dengan bantuan angin laut. Di Indonesia dimana lintanggeografisnya
cukup kecil, gaya Coriolis tidak banyak berpengaruh. Gaya Coriolis
padapersamaan(5.1)dapatdituliskandenganekspresiberikut:
Fc = 2 sin V sin 
dimana V adalah kecepatan angin, adalah lintang geografis, dan
adalah kecepatan sudut rotasi bumi yang besarnya sama dengan
5 1
7,29 x 10 detik .

Kekuatan dari angin laut bergantung pada perbedaan


temperatur antara darat dan laut, makin besar perbedaannya makin
kuat anginnya. Gambar 5.12, menunjukkan perbedaan temperatur
antaradaratdanlaut,danhubungannyadengankomponenkecepatan
anginlautpadaketinggian900m.

Meteorologi Indonesia Volume 1


145
Gambar 5.12. Perbedaan temperatur permukaan darat—laut dan hubungannya
dengan kecepatan angin laut (Wyatt, 1963).

b. Angin Gunung dan Lembah


Di daerah pegunungan tropis. sering terjadi sistem angin
harian yang kuat dan reguler, yang disebabkan oleh pemanasan dan
pendinginan udara pada lereng. Pada siang yang bermatahari lereng
gunung mendapat panas secara cepat akibat radiasi yang diterima
besar.Atmosferbebasdiatasdataranrendahkurangdipengaruhioleh
masukan insolasi besar ini sehingga udara sedikit lebih dingin
dibandingkan udara di atas lereng gunung. Karena itu udara lereng
gunung menjadi labil dan cenderung menaiki lereng disebut angin
lembah (valley wind) atau arus anabatik, lihat Gambar 5.13a. Angin
lembahdenganmudahdapatdikenalikarenaseringdibarengidengan
formasi awan cumulus dekat puncak gunung atau di ataslereng
gunung (escarpments). Pada malam hari, terjadi perbedaan
temperatur kebalikannya, ketika dataran tinggi menjadi dingin secara
cepatakibatkehilanganradiasigelombangpanjang.Udarayanglebih
dingin (densitas lebih besar) kemudian bergerak menuruni lereng di
bawah pengaruh gravitasi dan disebut angin gunung (mountain wind)
atauaruskatabatik,lihatGambar5.13b.
Arus anabatik (anabatic flows) biasanya lebih kuat dan lebih
persisten(tidakberubah-ubah)daripadaaruskatabatik.Arusanabatik
cenderung kuat di luar daerah tropis pada waktu musim panas,ketika

Meteorologi Indonesia Volume 1


146
insolasisangatkuatdanmalamnyapendek.Dalamkeadaandemikian
angin anabatik (anabatic winds) dapat kontinyu sepanjang malamjika
terjadi pada skala luas. Ini terjadi misalnya pada kaki bukit (foothills)
gunung Himalaya. Untuk daerah Tanah tinggi Papua New Guinea
dimana gunung besar mengelilingi cekungan terbuka (open basin),
arus anabatik mantap pada sore hari mempunyai kecepatan 12 — 13
m/s. Angin anabatik biasanya memperkuat monsun atau angin pasat
pada lereng di atas angin (windward side) gunung. Angin ini dapat
memberi kontribusi pada curah hujan orografik, dan daerah ini sering
memperlihatkan curah hujan maksimum pada sore hari (afternoon).
Tetapi pada lereng di bawah angin (leewards slopes) angin anabatik
biasanyaditindasolehanginsirkulasiumum(ataumonsun).

Gambar 5.13. Pola dasar angin lembah dan gunung : (a) angin lembah atau arus
anabatik, siang hari dan (b) angin gunung atau arus katabatik malam
hari. Gans-garis horizontal menunjukkan permukaan isobar*.

Anginkatabatikbiasanyalebihlemahdaripadaanginanabatik
karena beda termal biasanya lebih kecil dan gesekan mengurangi
kecepatan angin dekat permukaan bumi. Tetapi angin katabatikdapat
menjadikuatkeadaaniniterjadiuntukgunungtropisyangtinggi,karena
efekelevasimakapendinginanmalamharidapatsangatcepatdibawah
keadaanlangitcerah.Dalamkeadaanini,aruskatabatikdapatsangat
kuat, kecepatannya melebihi 15 m/s pada Gunung Wihelm di Papua
NewGuinea.Efekutamayangtampakdarianginkatabatikadalah

Meteorologi Indonesia Volume 1


147
pembuyaran cepat awan-awan dekat puncak gunung atau di atas
lerengsepertiGunungKenya.Udaradinginyangturunmengakibatkan
formasi kabut lembah dan cekungan karena arus katabatik
mendinginkanudaralembahsampaitemperaturtitikembunnya.Dalam
anomalikondisiiklimsepertiyangterjadidiPapuaNewGuineaselama
peristiwaElNino,aruskatabatiksepoi-poi(gentlekatabaticflow)dapat
meningkatkan potensial formasi embun beku (frost). Arus katabatik
dan angin darat dapat juga bergabung dalam area topografi pantai
yang curam untuk meningkatkan arus udara lepas pantai (offshore)
malam hari. Arus ini dapat memusat dengan arus musiman skala
sinoptik yang arahnya berlawanan dan menghasilkan zona konveksi
lepaspantaimalamhari,lihatGambar5.14.

Gambar 5.14. Beda area zona konvektif lepas pantai sekitar Papua New Guinea
selama(a)monsunbaratlaut(musimbasah)dan(b)monsuntenggara
(musimkering).SumberMcGregorandNieuwolt,1998.

c. Angin Föhn

Angin Föhn dikenal di Austria dan Jerman di mana angin ini


seringditemukanpadalerengutarapegununganAlpen.Disebelahbarat
Amerika Serikat dan Kanada, angin ini disebut chinook. Biasanya angin
chinook disertai dengan aktivitas siklonik yang menghasilkan awan dan
endapanpadalerengdiatasangin(windward).SetelahanginFöhnturun
pada lereng di bawah angin (leeward), maka udara mengalami
pemanasansecaraadiabatiksehinggakelembapannyakecildan

Meteorologi Indonesia Volume 1


148
temperaturnya menjadi semakin panas (Gambar 5.15). Angin yang
lembapjikamenaikigunungakanmenghasilkanhujan,kemudianpada
waktuturundaripegununganakanbersifatpanasdankering.
Tinjau proses terjadinya angin Föhn pada Gambar 5.15.
Anggap bahwa angin relatif lembap menaiki daerah pegunungan
dengan puncak 4000 m. Setelah udara naik setinggi 1500 (dasar awan)
maka udara akan mengalami kondensasi dan terjadi pembentukan
awan.Jikatemperaturpermukaantanahadalah10°C,makaudaraakan
mengalami pendinginan sebesar 1°C/100 m, yaitu pada susut
temperatur (lapse rate) adiabatik kering, dan temperatumya menjadi5
°C pada dasarawan.Kenaikanudaraselanjutnyamenyebabkan
o
pendinginan 0,6 C/100 m pada susut temperatur adiabatik jenuh karena
adanya panas laten kondensasi yang diberikan pada udara.

Gambar 5.15. Terjadinya angin Föhn

Pada ketinggian 5500 m yaitu pada puncak awan maka


temperaturnyamenjadi29°C.Padalerengdibawahangin(leeward),
udaraakanmenjadipanasdengan1°C/100molehprosesadiabatikdi
bawahangin(leeward)menjadi11°Cdibandingkan5°Cpadalereng
diatasangin(windward)ketinggian1,5km,danpadawaktumencapai
o
permukaantanahkembalitemperaturnyamenjadi26 Cdibandingkan
dengan10°Cpadawaktuudarabelummenaikipegunungan.lniberarti

Meteorologi Indonesia Volume 1


149
pada waktu angin Föhn turun dari pegunungan, temperaturnya 16 °C
lebih panas dari pada sebelum menaiki lereng pegunungan.
Föhn yang sangat kuat tidak menyenangkan, karena angin
tersebut panas, kering, dan kencang, sehingga dapat mempengaruhi
macam-macam reaksi fisiologis (fisik) atau psikologis (jiwa) misalnya
dapatlekasmarah,sakitkepaladansebagainya.Selainitudapatjuga
menimbulkankekeringanpadatanah,pohon-pohon,ranting,sehingga
mudahmenimbulkankebakaranhutan.
Di Indonesia, angin Föhn sering terjadi pada waktu musim
kemarauataumusimtimur,misalnya:"anginGending"diProbolinggo,
"angin Kumbang" di Tegal/Brebes, "angin Bohorok" di Deli, "angin
Padang Lawas" di Sumatera Barat dan "angin Brubu" di Sulawesi
Tenggara.
Umumnya pegunungan di pulau Jawa berderet dari barat ke
timur.Padamusimkemarauangintimurmembelokkeutara,kemudian
turun di sebelah utara pegunungan yang bersifat kering, panas, dan
kencang.Sedangkandilerengbagianselatanpegunungananginakan
naikdanakibatpengaruhorografimakaangininidapatmendatangkan
hujandilerengbagianselatan.

5.5. SiklonTropisdiSekitarPerairanIndonesia
Siklontropismunculdisamuderatropisyangdisertaidengan
angin dahsyat berputar dan hujan sangat lebat. Pelepasan panas
kondensasi oleh awan konvektif dalam badai merupakan sumber
energi utama siklon tropis. Kebanyakan siklon tropis terbentuk pada
daerahlintangantara10°dan20°dariekuator.Tidakmunculnyasiklon
tropis di daerah ekuatorial, menunjukkan pentingnya efek rotasi bumi
atau gaya Coriolis yang menghasilkan vortisitas untuk pembentukan
siklon tropis. Sekitar 67% kejadian siklon tropis terdapat di belahan
bumiutara.
Gelombang badai (storm surge) adalah meningkatnya
permukaanlautsepanjangpantaisecaracepatakibatanginsiklontropis
yang menggerakkannya ke pantai. Siklon tropis yang menghantam
Bangladesh pada tanggal 28 April 1991 berkecepatan 235km/jam,

Meteorologi Indonesia Volume 1


150
menyebabkan gelombang badai mencapai setinggi 6 meter dan
menelan korban lebih dari 125.000 jiwa mati. Sebelumnya pada
tanggal13November1970,Bangladeshjugaditerpagelombangbadai
yangmencapaiketinggian9meterdanmenelankorbansekitar
300.000 mati tenggelam. Tiap tahun muncul antara 80 dan 100 siklon
tropis, menyebabkan kerugian ekonomi 6 sampai 7 milyar dolar A.S.
KarenabenuamaritimIndonesiaterletakdidaerahyangdilalui
ekuatorgeografismakavortisitasakibatrotasibumitidakcukupuntuk
mengintensifkan siklon tropis. Gangguan dan depresi tropis dapat
terjadi pada perairan Indonesia tetapi intesifikasi dan pertumbuhan
selanjutnyamenjadibadaiatausiklontropisterjadipadalintang-lintang
yang jauh dari ekuator yang mempunyai vortisitas cukup besar dan
mengikutipunggungpanas(thermalridge)temperaturpermukaanlaut.
Distribusi badai tropis bulanan menunjukkan bahwa badai
tropismunculsebagianbesarpadaakhirmusimpanasdanawalmusim
gugur, meskipun siklon tropis dapat terbentuk pada bulan apa saja di
Pasifikbagianbarat,lihatGambar5.16.Waktuhidupsiklontropisdari
beberapa jam sampai dapat bertahan dua minggu, dan secara rata-
ratawaktuhidupsiklontropisberkisar6harisejaksiklontersebutmulai
terbentuk sampai memasuki daratan atau membelok ke perairan
subtropisyanglebihdingin.

Gambar 5,16. Jumlah global badai tropis bulanan, Sumber Anthens, 1982.

Meteorologi Indonesia Volume 1


151
Jika siklon tropis bergerak menjauhi lingkungan udara tropis
yang lembap dan panas atau bergerak ke daratan maka siklon akan
melemahintensitasnyayangselanjutnyaakanmati.Adatigaefekfisis
utamayangmenyebabkankematiansiklontropisdiatasdaratan:
I. Jika siklon tropis meninggalkan osean maka penguapan yang
memberikanuapairuntukkonveksidanpanaslatenkondensasi
akanberkurang.
ii. Daratanlebihcepatdingindaripadaosean,sehinggatemperatur
potensialekivalenturundanudarayangnaikmenjadilebihdingin.
iii. Meningkatnya parameter kekasaran (Z0) di darat. Di atas air
parameterkekasarandinyatakanolehpersamaanCharnock:

(5.4a)

dengan:

(5.4b)

Keterangan:
g : gravitasi = 9,8 ms-2
Ux : kecepatan gesekan yang didefinisikan dalam persamaan
(5.4b)
: tegangan permukaan
: densitas udara permukaan
Padakondisisiklontropis,nilaiUx=1danjikadimasukkanke
dalam persamaan (5.4a), diperoleh parameter kekasaran di atas air
sebesarZ0=0,3cm,sedangkandiatasdaratannilaiZ0berkisarantara
10dan100cm.
Siklon tropis dikenal dengan nama berbeda bergantung pada
lokasikejadiannya.DiAtlantikdanPasifikbagiantimursiklontropisdiberi
nama"hurricanes",sebuahnamayangberasaldarisukupribumikunodi
Amerika Tengah yang dikenal sebagai Tainos. Untuk suku Tainos,
"Huracan" adalah "Dewa Kejahatan" dan dari sinilah Hurricanediterima

Meteorologi Indonesia Volume 1


152
sebagainamasiklontropis.DiPasifikbagianbaratsiklontropisdikenal
sebagai “typhoons", di Filipina disebut "baguio" sebuah nama yang
berasal dari kota Baguio di mana curah hujan dalam periode 24 jam
bulan Juli 1911 mencapai 1168 mm. Penamaan hurricanes di Atlantik
dan typhoons di Pasifik hingga tahun 1978 memakai nama-nama
wanita. tetapi adanya pengaduan tentang prasangka diskriminasi
jendermakanamalaki-lakisekarangbiasajugadipakai.
Untuk mengenal Hurricane sejak tahun 1973 dipakai nama-
nama gadis. Hal ini tidak ada referensi dimaksudkan terhadap
oranghidup atau yang sudah mati. Pengalaman menunjukkan bahwa
dengan menggunakan nama-nama gadis dapat membantu di dalam
komunikasi yang jelas. Dalam tahun 1960 daftar semi permanen dari
nama-namaHurricane menurut alphabet telah disusun. Pada umumnya
nama HurricanetidakmenggunakanhurufpertamaQ.U,X,YdanZ.Sebagai
contoh daftar nama-nama Hurricane pada tahun 1973 adalah : Anna,
Blanche, Carol, Debbie, Eve, Francelia, Gerda, Holly, Inga, Jenny, Kara,
Martha,Netty,Orva,Peggy,Rhoda,Tanya,Virgy,Wenda.
Siklontropismenyebabkanberbagaikerusakandankerugian.
Kerusakan ini terutama disebabkan oleh angin kencang, gelombang
badai, dan hujan lebat. Kerusakan harta milik yang disebabkan oleh
angin saja bervariasi terutama dengan kualitas bangunan dan
kecepatan anginmaksimum.
Siklontropismunculpadalautyangpanasdengantemperatur
permukaan 26,5 °C atau lebih. Dari pola isoterm permukaan laut,
kemudiansel-selpanasdihubungkansatusamalainsehinggadiperoleh
punggungpanas(thermalridge),lihatGambar5.17.Petaisotermdan
punggung panas digambar bersamaan munculnya badai tropis Bruno
dan Errol. Meskipun di laut Banda ada sel temperatur permukaanlaut
o
panas (30,5 C), tetapi gaya Coriolis masih terlalu lemah, maka badai
tropis belum muncul pada perairan ini. Sel panaskemudian
berkembangdanmakinpanasdisekitarlautTimordanlautArafuru.

Meteorologi Indonesia Volume 1


153
Gambar 5.17. lsoterm permukaan laut dalam 0,1C

Gambar 5.18. Garis arus udara permukaan pukul 12.00 waktu universal (W.U),
14 Januari1982.

Diperairaninimunculdepresitropistanggal15Januari1982di
sebelahtimurlautArafuru.Depresiinikemudianmeningkatintensitasnya
menjadisiklontropisBRUNOpadatanggal19Januari1982.Di

Meteorologi Indonesia Volume 1


154
samudera Indonesia. terdapat sel panas dengan temperatur
permukaan laut 30,5oC dimana muncul badai tropis pada tanggal 13
Januari1982.Badaiinibergerakkebaratdanmeningkatintensitasnya
menjadisiklontropisERROLpadatanggal18Januari1982.
Gambar 5.18, menunjukkan garis arus udara permukaan
pada tanggal 14 Januari 1982 yaitu periode kejadian badai tropis di
belahan bumi selatan. Pada peta sinoptik ini terlihat adanya dua
putaran garis arus udara searah jarum jam karena gaya Coriolis
membelokkan angin kekiri di belahan bumi selatan. Dua putaran arus
udara ini berhubungan dengan munculnya siklon tropis BRUNO dan
ERROL. Kecepatan angin di pulau-pulau wilayah Indonesia bagian
selatan tercatat sekitar 20 knot atau lebih pada waktu badai tropis.
Beberapa stasiun hujan di wilayah Indonesia bagian selatan
yangdekatdenganlintasansiklontropismenunjukkankenaikancurah
hujan dari nilai curah hujan normal yang berkisar dari 123% sampai
355%, lihat tabel 5.2. Selama periode siklon tropis dasarian 2 Januari
o
1982tinggigelombanglautdisebelahselatanekuator(lintangantara7
o
dan11 S)tercatat2sampai5meter.
Tabel 5.2. Jumlah curah hujan di beberapa stasiun terpilih dalam dasarian 2 Januari
1982.

Curah hulan Curah hujan normal Porsentase torhadap curah


Nama Stasiun dasarian 2, Januari satu dasarian, Januari hujan normal, Januari
Bengkulu 125.0 mm 102.2 mm 123%
Tanjung Karang 138.0 mm 89,3 mm 155%
Banyuwangi 128.0 mm 59.7 mm 214%
Sumbawa Boar 303,0 mm 106,7 mm 284%
Arnakai (P. Seram) 123.0 mm 34,7 mm 355%
Manokwarin 290.0 mm 103.7 mm 280%
Jayapura 197,0 mm 113,0 mm 174%

Catatan :
DatacurahhujanberasaldariBMG.Jakarta
Dasarian 1: tanggal 1-10. dasarian 2: tanggal 11-20, dasarian 3: tanggal
21-akhirbulan

Meteorologi Indonesia Volume 1


155
5.6. Resume
Sirkulasi atmosfer disebabkan oleh rotasi bumi terhadap
poros semunya dan oleh pemanasan geografis yang tidak merata
pada permukaan bumi bersama atmosfernya. Menurut skala jarak,
gerak atmosfer dapat dibagi menjadi: gerak skala planeter, gerak
skalasinoptik,gerakskalameso,dangerakskalamikro.Karenasifat
permukaan bumi tidak homogen maka pola skematik sistem angin
terestrialidaman(ideal)mengalamibanyakmodifikasidibandingkan
pola angin yang diamati. Sistem angin terestrial ditentukan oleh
sabuk(belt)tekananplaneteryangterdiridarisabuktekananrendah
ekuatorial, sabuk tekanan tinggi subtropis, sabuk tekanan rendah
subpolardantekanantinggipolar.
Harus dipahami bahwa atmosfer adalah sebuah sistem
nonlinieryaituselaluadainteraksiantarasistem-sistemgerakskala
berbeda,sehinggasistemgerakskalabesarsecarafisistidakdapat
dipisahkandarisistemskalayanglebihkecil.Modelpertamasirkulasi
atmosfer global dikemukakan oleh Hadley pada tahun 1735 yang
terdiri satu sel yaitu udara naik di daerah ekuatorial dan turun di
daerah polar. Sirkulasi Hadley adalah sirkulasi meridional termal
langsung. Kemudian Maury (1855) mengemukakan sirkulasi
atmosfer meridional yang terdiri atas dua sel, satu sel pada daerah
antara ekuator dan sekitar lintang kuda (30° U dan 30° S) yang
disebut sel Hadley dan satu sel tak langsung (indirect cell) pada
lintang tinggi. Sirkulasi atmosfer meridional yang diusulkan Ferrel
(1856) mirip dengan teori Maury (1855), tetapi terdiri atas 3 sel
sirkulasiyaituselHadley,selFerrel,danselpolar.
Angin monsun disebabkan oleh sifat fisis antara osean dan
kontinen.Oseanlambatpanasketikaadaradiasimataharidanlambat
dingin ketika tidak ada radiasi matahari dibandingkan kontinen.
Akibatnya osean lebih dingin/panas dalam musim panas/dingin
dibandingkankontinen.Pergantiandarimusimdinginkemusimpanas
atau sebaliknya dapat membalikkan arah gaya gradien tekanan dan
arah angin monsun. Untuk menentukan daerah monsun dannon

Meteorologi Indonesia Volume 1


156
monsun dihitung indeks monsun yaitu jumlah frekuensi arah angin
utama rerata (%) dalam bulan Januari dan Juli dibagi dua. Daerah
monsun, jika indeks monsun > 40% dan non monsun jika indeks
monsun <40%. Wilayah Indonesia sebagian besar adalah daerah
monsun.
Sirkulasi Walker adalah sirkulasi zonal sepanjang ekuator
yangditandaiolehkenaikanudaradiPasifikbagianbaratdanbagian
timur. Intensitas sirkulasi Walker dikendalikan oleh variasi
temperaturpermukaanlaut(TPL).EpisodepanassamuderaPasifik
Tengah disebut tahun El Nino, dan episode dingin disebut tahun La
Nina. Peristiwa El Nino ditandai oleh indeks osilasi selatan (IOS)
negatif.IOSmenyatakanbedatekananatmosferdiatasTahitidandi
atas Darwin. El Nino menyatakan parameter laut, sedangkan IOS
adalah parameter atmosfer. Peristiwa kopel laut atmosfer disebut
ENSO (El NinoSouthern Oscillation). ENSO menyebabkan
defisiensicurahhujandankemaraupanjang,sehinggamusimtanam
padidiIndonesiamengalamipenundaan.

Bumi Indonesia merupakan campuran darat, laut dan


pegunungan sehingga angin lokal juga dominan misalnya angin
darat dan laut, angin gunung dan lembah, dan angin Föhn. Angin
semacam Föhn dapat terjadi di Indonesia, misalnya di Jawa angin
Föhn terjadi pada musim kemarau atau musim monsun tenggara.
Monsun tenggara setelah melewati pegunungan di Jawa yang
membujurdaribaratketimurkemudianturundibagianutaradengan
sifat kering dan panas, disebut angin Kumbang di daerah Brebes,
dananginGendingdidaerahProbolinggo.
Sebagian besar (65%) siklon tropis terbentuk pada daerah
lintang tempat antara 10dan 20dari ekuator. Siklon tropis tidak
muncul pada daerah lintang sekitar 5dari ekuator, karena gaya
Coriolistidakcukupmenghasilkanvortisitasrelatifuntukpertumbuhan
badai tropis. Siklon tropis juga sedikit sekali (sekitar 13%)
terbentukpadadaerahlintangtempatdiatas22U.

Meteorologi Indonesia Volume 1


157
Vortisitas relatif:
dengan disebutefekkelengkungan,

disebut efek geser angin, v adalah kecepatan angin dan r adalah


jejarisiklon.Vortisitasbumidengankecepatansudutrotasi,pada
lintang tempat sama dengan parameter Coriolis f = 2 sin .
MeskipunwilayahIndonesiapadaumumnyatidakterletakpadajalur
siklon tropis, tetapi pada tahap awal munculnya siklon tropis yaitu
pada tahap depresi sampai badai tropis dapat terjadi di perairan
Indonesia. Beberapa tempat di wilayah Indonesia yang dekat
dengan jalur siklon tropis menunjukkan kenaikan jumlah hujan di
atas normal, dan kenaikan tinggi gelombang laut akibat kenaikan
kecepatanangin.

Meteorologi Indonesia Volume 1


158
Daftar Pustaka

Anthes, R.A., 1982. Tropicalcyclones. Their evolution, structure and


effects, Meteorological Monograph. Vol. 19,
No.41,AmericanMeteo.Soc.
Australian Government, 1993. IPS radio and space service, User
Training Manual, Australia.
Battan, L. J., 1973. Radar observation of the atmosfer, the Univ. of
Chicago.
Bayong Tjasyono H. K., 1987. Iklim dan Lingkungan, Penerbit
PTCendekiaJayaUtama,Bandung..
BayongTjasyonoH.K.,1992.KlimatologiTerapan,PenerbitPionirJaya,
Bandung.

BayongTjasyonoH.K.,1992.StudiENSOdanPengaruhnyaTerhadap
Musim di Kontinen Maritim Indonesia, Lap. Riset
No.11960492,OPF—ITB,Bandung.
Bayong Tjasyono H. K., 1998. Klimatologi Umum, Penerbit ITB, Bandung.
Bayong Tjasyono H. K., and Djakawinata S., 1999. The Influence of
meteorological factors on tropospheric refractive
index over Indonesia, J. Matematika dan Sains,
Vol. 4, No. 1.
Bayong Tjasyono H. K., 2003. Geosains, Penerbit ITB, Bandung.
Bayong Tjasyono H. K., 2004. Klimatologi, Penerbit ITB, Bandung.
Braak, C., 1929. The climate of the Netherlands Indies, Volumes I and
II, Verhandelingen No. 8, KMMO to Batavia.
DewanHankamnas,1996.BenuaMaritimIndonesia,BPPT,ISBN979-
95038-1,Jakarta.

Meteorologi Indonesia Volume 1


159
Donn, WI. L., 1975. Meteorology, Mc Graw Hill Book Company,
NewYork.

Erich J. Plate, 1982. Engineering Meteorology, Elsevier Scientific


Publishing Company, Amsterdam.

Graedel, T. E., and P. J. Crutzen, 1993. Atmospheric Change,


W. H. Freeman and Company, New York.

Hashiguchi, H., S. Fukao, M. D. Yamanaka, S. W. B. Harijono and H.


Wirjosumarto,1996.AnoverviewofthePlanetary
Boundary Layer Observation over Equatorial
Indonesia with L. Band Clear Air Doppler Radar,
Beitr.Phys.Atmosph.,69:13—25.

Houghton, H. G., 1985. Physical Meteorology, MIT Press,


Cambridge.

Irving Sax, N., 1974. Industrial Pollution, Van Nonstrand Reinhold


Company, NewYork.

Mason, B. J., 1971. The Physics of Clouds, Clarendon Press, Oxford.

Mc Gregor, G. R. and Simon Nieuwolt, 1998. The Climates of the Low


Latitudes, John Wiley & Sons, New York.

Neiburger, M., J. G. Edinger, and W. D. Bonner, 1980. Understanding


ouratmosphericenvironment,W.H.Freemanand
Company, NewYork.

Pasquill, F., 1961. The estimation of dispersion of windborn material,


Meteorological Magazine-Vol. 90..

Ramage, C. S., 1971. Monsoon Meteorology, Academic Press,


NewYork.

Roger, R. R., and M. K. Yau, 1989. A Short Course in Cloud Physics,


Pergamon Press,Oxford.

Meteorologi Indonesia Volume 1


160
Schmidt, F. H., and J. H. A. Ferguson, 1952. Rainfall types based on
wet and dry period ratios for Indonesia with
Western New Guinea, Verhandelingen No. 42,
KMMO to Batavia.

Sellers, W. D., 1972. Physical Climatology, The University of Chicago


Press.

Showalter,A.K.,1953.AStabilityindeksforthunderstormforecasting,
Bul.Americ.Meteor.Soc.,Vol.34,No.6.

Skolnik, M. I., 1962. Introduction to radar systems, Mc Graw Hill,


NewYork.

Susilo P., dan Bayong Tjasyono HK., 1981. Aplikasi data radiosonde
untuk analisis ketidakstabilan lapisan udara di
atas Jakarta, Lap. Riset No. 5142381, DIP - ITB,
Bandung.

Tatom, F. B., and S. J. Vitton, 2001. The transfer of energi from a


tornado into the ground, Seismological Societyof
America.

Trenberth, K. E., 1996. El Nino Definition, Workshop on El Nino,


SouthernOscillationandMonsoon,ICTP,Trieste,
Italy.

Wallace,J.M.,andP.V.Hobbs,1977.AtmosphericScience,Academic
Press,NewYork.

Wyatt, R. A., 1963. The sea breeze at Hobart, Australia, Workshop,


Bul. Meteorology.

Meteorologi Indonesia Volume 1


161
Meteorologi Indonesia Volume 1
162
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar lstilah
Lampiran 2. Padanan Metrik - Inggris
Lampiran 3. Konstanta
Lampiran 4. Sistem Satuan
Lampiran 5. Radius dan Nisbah Jenuh Kritis
Lampiran 6. Daftar Simbol

Meteorologi Indonesia Volume 1


163
Meteorologi Indonesia Volume 1
164
Lampiran 1
Daftar Istilah
abroholos Hujan badai bengis di pantai Brazil yang terjadi terutama
antara Mei dan Agustus.
adiabatik Proses adiabatik adalah proses di mana panas tidak
masuk atau meninggalkan sistem.
adiabat jenuh Garispadadiagramyangmenyatakan susut
temperatur adiabatikjenuh.
adiabat kering Garis pada diagram aerologi yang menyatakan susut
temperatur adiabatikkering.
aeronomi Istilah yang menunjukkan cabang fisika atmosfer yang
mengkaji daerah atmosfer di atas 50 km di mana terjadi
proses disosiasi dan ionisasi.
aerosol atmosfer Partikel padat atau cair sangat kecil yang
mengapung di atmosfer.
agregasi (penggabungan) Proses pertumbuhan keping-keping saiju
oleh tumbukan dan pelekatan (adherence).
agrometeorologi Studi saintifik tentang cuaca dan iklim dalam
hubungannya denganpertanian.
akresi es Formasi lapisan es pada benda di bumi atau pada
pesawatudaradalampenerbangan.
akresi (pertambahan) Dalam meteorologi, biasanya menyatakan
pertumbuhan partikel es oleh tumbukan dan tangkapan
dengan tetes-tetes air. Istilah ini juga dapat dipakaiuntuk
pertumbuhantetesairataupartikelesolehtumbukandan
tangkapan.
alti - elektrograf Alat pada baton untuk memperoleh rekaman
komponen vertikal medan listrik di dalam badai guruh.

Meteorologi Indonesia Volume 1


165
anemometer Alat untuk mengukur kecepatan angin.
anemovane Alat untuk mengukur kecepatan dan arah angin.
anginageostrofikBedavektorantaraanginaktualdanangingeostrofik,
disebutjugasimpangangeostrofik.
anginFohnAngininiseringditemukanpadalerengutarapegunungan
Alpen. Angin Fohn adalah angin yang turun dari
pegunungan bersifat panas dan kering. Angin semacam
Fohn ditemukan juga di Indonesia, misalnya angin
KumbangdidaerahCirebon/Tegaldanlain-lain.
angin laut Angin yang bertiup ke arah darat akibat pemanasan yang
tidak sama antara massa tanah dan air, kebalikannya
disebut angindarat.
angin pasat Sistem angin di daerah tropis yang berhembus dari
tekanan tinggi subtropis kearah palung ekuatorial. Angin
adalah timurlautan di BBU dan tenggaraan di BBS.
angin planeter Sistem angin skala luas, relatif konstan yaitu angin
pasat timur laut dan tenggara di tropis, angin baratan di
subtropis dan angin timuran di daerah kutub.
angin puyuh atau setan debu Angin pusaran (whirlwind) di mana
debudanpasirdibawakeatasdaripermukaantanaholeh
konveksi sangat kuat dari daerah terik berpasir atau
beraspal.
angin ribut mendadak (squall) Angin kuat yang meningkat secara
tiba-tiba,biasanyaberakhirbeberapamenitdanmelemah
secaratiba-tibajuga,dibedakandengananginribut(gust)
yangmempunyaidurasilebihpanjang.
angin tenang Pada skala Beaufort, angin tenang dinyatakan dengan
skala 0 dan mempunyai kecepatan kurang dari 1 knot
(0,5 ms-1).
anginzonal Angin barat — timur. Angin timur — barat diperhitungkan
sebagaianginzonalnegatif.

Meteorologi Indonesia Volume 1


166
atmosferBerasal dari dua kata Yunani, yaitu atmos berarti uap dan
sphairaberartibulatan.Atmosferadalahlapisangasyang
menyelubungibumi.
atmosfer bebas Atmosfer di atas lapisan batas yang mengabaikan
pengaruh gesekan permukaan dan fluks panas pada
gerak udara.
awan Kumpulanbutiranair,kristales,ataucampurankeduanya
yang sangat kecil dengan dasarnya di atas permukaan
bumi. Batas diameter partikel cair sekitar 200 m, tetes
yanglebihbesardari200mdisebutgerimisatauhujan.
awan kristal es Awan yang tersusun hampir seluruhnyakristal-kristal
es,misalnyaawancirrus,cirrocumulus,dancirrostratus.
badai Istilah yang biasanya dipakai untuk fenomena atmosfer
bengissepertibadaiguruh,badaihujan,badaidebu,dan
badaisalju.
badai guruh Satu atau lebih luah listrik tiba-tiba diwujudkan dalam
cahaya kilat disertai dengan guruh.
baguio Nama lokal siklon tropis yang menghantam Filipina,
terjadidariJulisampaiNovember.
barat Angin kencang (squall) barat lautan pada pantai utara
Sulawesi yang sering terjadi dari Desember sampai
Februari.
belalai air (waterspout) Tornado yang terjadi di laut.
curah hujanProduk kondensasi cair total dari atmosfer yang diukur
dalam penakarhujan.
daerahekuatorialDaerahyangdibatasiolehlintang10°Udan10°S.
Daerah ini selalu mendapat surplus energi panas tidak
bergantung pada musim. Curah hujan ekuatorial selalu
maksimum dibandingkan daerah-daerah lintang yang
lebihtinggi.BenuamaritimIndonesiatermasukdidaerah
ekuatorial.

Meteorologi Indonesia Volume 1


167
daerahmelempem(doldrums)Istilahpelayaran(nauticalterm)yang
menggambarkanareaanginIemahdanvariabeldisekitar
ekuator;suatuareadengantekananatmosferikrendah.
daerah tropis Daerah yang dibatasi oleh tropis Cancer (23,5° U) dan
tropisCapricorn(23,5°S)ataudaerahyangdibatasioleh
lintangkuda(horselatitudes)30°Udan30°S.
daur hidrologi Daur gabungan pertukaran air, termasuk perubahan
fasa, dengan transport vertikal dan horizontal, tentang
pertukaran air di antara bumi, atmosfer, dan osean.
dekad, dasarian Periode 10 hari berturut-turut. Di Indonesia dekad
1: tanggal 1-10, dekad 2: tanggal 11-20, dan dekad 3:
tanggal21-akhirbulan.
diabatik Proses termodinamika diabatik di mana panas masuk
atau meninggalkan sistem, misalnya evaporasi dan
kondensasi.
diagram adiabatik Alternatif untuk diagram aerologi atau diagram
termodinamika.
efek Coriolis Sebuah gaya semu akibat rotasi bumi yang bekerja
padapartikelyangbergerak.GayaCoriolismembelokkan
angin ke kanan di belahan bumi utara dan ke kiri di
belahan bumi selatan. Besarnya gaya Coriolis = 2 sin
.V, dimana adalah kecepatan sudut rotasi bumi, 
adalah lintang tempat, dan V adalah kecepatan angin.
efekrumahkacaHasilpenetrasiradiasimataharigelombangpendek
yang sebagianbesar diserappermukaanbumi,
sedangkan radiasi bumi gelombang panjang yang
diemisikan akan diserap oleh uap air, karbon dioksida
untuk pemanasanatmosfer.
efisiensi koalisensi Fraksi jumlah tumbukan antara tetes air yang
menghasilkan tetes yang lebih besar.

Meteorologi Indonesia Volume 1


168
efisiensikolisiFraksijumlahtotaltetes-tetesair(awanatauhujan)yang
terletak dalam sapuan volume geometrik yang
menyimpang tidak tertumbuk dengan yang tertumbuk oleh
tetesbesar.
ekinoks Kedudukan matahari tepat di ekuator. Tempat-tempat di
bumi mempunyai lama siang sama dengan lama
malam.Ekinoks musim semi terjadi pada tanggal 21 Maret
dan ekinoksmusimgugurterjadipadatanggal23September.
eksosferPuncak atmosfer bumi di mana atom-atom dapat
menghilang (escape) ke luar angkasa. Daerah di atas 500
km yang ditandai oleh transisi pelan-pelan dari atmosfer
bumi ke gas antar planet.
ekstingsi atmosferik Penurunanintensitascahayaketikamelalui
atmosfer.
elektrisitas atmosfer Berbagai fenomena listrik yang terjadi secara
alamiah dalam atmosfer bawah. Badai guruh
merupakanmanifestasi elektrisitas atmosfer.
El Nino Fasa panas samudera Pasifik ekuatorial bagian tengah
dantimur.
evaporimeter Alat untuk mengukur besarnya penguapan.
fisika awan Studiprosesfisispembentukantermasukelektrifikasi partikel
awan.
fohn Anginkeringpanasyangterjadipadalerengdibawahangin
pegunungan. Nama fohn berasal dari pegunungan Alpen,
tetapi sekarang dipakai secara umum, misalnya fohn di
daerahCirebondisebutanginkumbang,dll.
fotosintesisPembuatan zat makanan karbohidrat dari karbondioksida
dan air dalamkhlorofildenganmenggunakanenergi cahaya,
dan melepaskan oksigen.

Meteorologi Indonesia Volume 1


169
geofisika Dalam arti luas adalah studi tentang proses-proses fisis
dari pusat bumi sampai atmosfer atas, dan dalam arti
sempit disebut geofisika padat (solid earth geophysics)
yaitu studi tentang proses-proses fisis dalam bumi padat
atau litosfer. Sesungguhnya geofisika berarti fisika bumi
(physicsoftheearth)sebagaicabangfisikaeksperimental.
geografi Adalah studi yang mendeskripsikan permukaan bumi
seperti roman (ciri-ciri) fisis, iklim, vegetasi, tanah,
penduduk,dandistribusiunsur-unsurtersebut.
guruh Suara yang menyertai cahaya kilat, disebabkan oleh
pemanasandanekspansiudarasepanjanglintasankilat.
hari berawan Hari ketika perawanan rerata pada jam-jam observasi
lebih dari enam okta (perdelapanan).
hariguruh Hariketikaterdengarguruhpadalokasitertentu.

hidrosfer Bagianbumiyangdicakupolehair.
higrometer Alat untuk mengukur kelembapan udara.
hujan Presipitasi cair dalam bentuk tetes-tetes air dengan
diameterlebihdari500m(batasukurantetesgerimis).
hujan asam Deposisi basah senyawa sulfur dan nitrogen. Prosesnya
dapat melalui tetes hujan (rainout) di mana senyawa
sulfur dan nitrogen bertindak sebagai inti kondensasi
yang larut dalam tetes awan atau melalui penghanyutan
(washout) di mana aerosol-aerosol disapu oleh air hujan
yang jatuh dari awan.
hurricane Badai siklonik, biasanya berasal dari tropis, yang
mencakup area yang luas dan mempunyai kecepatan
angin 120 km/jam atau lebih. Nama yang berasal dari
bahasa Spanyol atau Portugal, dipakai dalam siklon tropis
yang terjadidi daerahSamuderaHindia barat, Teluk

Meteorologi Indonesia Volume 1


170
Meksiko dan pantai Queensland. Pada dasamya
mempunyai tipe yang sama seperti taifun di Pasifikbarat
dansiklonditelukBenggala.
iklim lklim suatu tempat adalah sintesis nilai dari hari ke hari
unsur cuaca yang mempengaruhi tempat. Sintesis disini
tidakberartisekedarreratasederhana,tetapijugamencari
nilai-nilai ekstrim, frekuensi tipe cuaca yang berkaitan
dengan nilai unsur-unsur cuaca. Data iklim biasanya
dinyatakan dalam bulanan atau musiman danditentukan
dalam periode cukup panjang (biasanya 30 tahun) untuk
menjaminnilai-nilairepresentatifbulananataumusiman.
iklim arid Suatu iklim yang curah hujannya tidak cukup untuk
mendukung tanaman.
indeks refraksiIndeks refraksi n sebuah medium adalah tingkatrefraksi
gelombang energi yang lewat melalui medium. Indeks
refraksi adalah perbandingan kecepatan
gelombangelektromagnetikdalamvakumc dengan
kecepatannya dalam medium v, yaitu n = c/v, tidak
berdimensi.
indeks Showalter Indeks labilitas diturunkan dengan menganggap
kenaikan parsel udara adiabatik yang berasal dari 850
mb ke paras 500 mb kemudian temperatur T' yang
diperoleh dikurangkan pada temperatur lingkungan
paras 500 mb yang diukur dari radiosonde T.
insolasi Berasal dari insolation (incoming solar radiation) artinya
radiasi matahari (langsung) yang diterima bumi.
inversi temperatur Kenaikan temperatur dengan ketinggian,
kebalikan susuttemperatur
ionisasi Proses dimana elektron-elektron yang bermuatan negatif
terkelupasdariatomataumolekulnetraluntukmembentuk
ion-ionbermuatanpositifdanelektron-elektronbebas.

Meteorologi Indonesia Volume 1


171
ionosfer Lapisan atmosfer bumi yang tebalnya sekitar 60 sampai
700 km di atas permukaan, terdiri terutama dari oksigen
dan nitrogen terionisasi, dan bertindak sebagai reflektor
signal-signal komunikasi bumi. Daerah atmosfer dimana
gas terionisasi oleh radiasi ultraviolet ekstrim (UVE).
LapisanionosferdibagimenjadilapisanD,E,F1,danF2.
isoterm Garis yang menghubungkan titik-titik dengan temperatur
sama.
jendela atmosfer lstilah yang dipakai pada daerah spektrum radiasi
uap air 8,5 sampai 11 m. Radiasi bumi pada jangka
panjang gelombang ini sedikit diserap oleh uap air dan
dalamkondisitidakadaawan,radiasipanjanggelombang
8,5-11mkeluarkeatmosferluarbumi.
kabas(smog)Singkatandarikabutdanasap(smokeandfog)adalah
kabuttebalyangseringdijumpaidikawasanindustriyang
lembap.
kabutadveksiKabutyangterbentukolehudararelatifpanas,lembap
danstabillewatdiataspermukaandingin.
keping salju Pengumpulan kristal es yang terjadi pada berbagai
bentuk.
keseimbanganhidrologiAnggaranhidrologisyaituhubunganantara
evaporasi E, presipitasi P, limpasan Q, drainase bawah
permukaanD,danperubahansimpananairSuntukarea
dan periode waktu tertentu dan dinyatakan oleh
persamaan:
P = E + 0 + D +S
S dapat bernilai positif atau negatif
kilat Luah (pelucutan) listrik yang tampak atau cahaya kilat,
dikaitkandenganbadaiguruh.
klimatologi Adalah studi tentang hasil proses fisis atmosfer atau studi
tentang iklimbumi.

Meteorologi Indonesia Volume 1


172
kondensasi Proses pembentukan air cair dari uap air.
konstanta matahari Jumlah energi radiatif matahari yang jatuh
(datang) tegak lurus pada bidang 1 cm2 di puncak
atmosferbumipersekonpadajarakrata-rata150jutakm,
6 -2 -1 -2
nilainya adalah 1,37 x 10 erg cm s atau 2,0 kal cm
menit-1atau2,0lymenit-1.
konveksi Alih panas yang dibawa oleh molekul-molekul di dalam
fluida.Proseskonveksiseringberoperasidalamatmosfer
yangsangatpentingdalampertukaranpanasvertikaldan
sifat massa udara lain (uap air, momentum, danlain-lain)
melaluitroposfer.
kriosfer Bagian permukaan bumi yang tertutup oleh salju atau es,
misalnya G. Jaya Wijaya di Papua.
kristal es Kristal-kristal es di atmosfer yang terbentuk pada inti es
dengan temperatur di bawah titik beku.
la Nina Fasa dingin samudera Pasifik ekuatorial bagian tengah
dantimur,kebalikanElNino.
langley Satuanenergipersatuanluas,1langley=1kal.cm-2.
litosfer Bagianpadatbumitermasukkerakbumi.
meteorologi Adalah studi tentang proses fisis atmosfer dan gejala
cuaca.
meteorologi terapan Aplikasi meteorologi dalam berbagai aktivitas,
seperti industri, lalu lintas, hidrologi, dan pertanian.
2 -2
milibar Seperseribubar,1mb=100Pa=1hPa=10 Nm .
monsun Nama angin musiman berasal dari bahasa Arab "mausim"
yang artinya season atau musim.
musim Periode dengan unsur iklim mencolok, misalnya musim
panas ditandai oleh temperatur yang tinggi, musimhujan
ditandaiolehjumlahcurahhujanberlimpah.

Meteorologi Indonesia Volume 1


173
oseanografi Adalah studi tentang osean (laut), termasuk sifat
air,arus,temperatur,kedalaman,dasarlaut,tanaman(flora),
danhewan(fauna)laut,dansebagainya.
ozonosfer, lapisan ozon Lapisan atmosfer yangmempunyai
konsentrasi ozonterbesar.
palung ekuatorial Palung dangkal tekanan rendah, biasanyaterletak
dekatekuator,ditandaiolehzonakonvergensiudarayang
bergerak ke arah ekuator dari tekanan tinggi (antisiklon)
subtropisbelahanbumiutaradanselatan.
panas (heat) Bentuk energi biasanya diukur dalam kalori atau joule,
dimensinya ML2T-2.
panas laten Panas yang dilepaskan atau diserap per satuan massa
oleh sistem yang mengalami perubahan fasa (wujud)
pada temperatur dan tekanan konstan.
panas spesifik Besaran panas yang diperlukan untuk menaikkan
temperatur 1 gram zat sebesar 1 °C. Satuannya adalah
kalori per gram per °C.
panjang gelombang Jarak horizontal punggung-punggung atau
lembah-lembahgelombangberturutan,diukurtegaklurus
terhadappunggungataulembah.
paras kondensasi Paras (geometrik atau tekanan) dimana kondensasi
terjadi dalam atmosfer.
paras laut rata-rata Tinggi permukaan laut rata-ratadengan
memasukkantingkatairpasangdalamperiode19tahun.
pengintian, nukleasi Inisiasi perubahan fasa dari uap air menjadi air
cair atau dari air cair menjadi es.
pentad, 5-hari Periode 5 hari berturut-turut. Pentad sering dipakai
dalam meteorologi dibandingkan dekad, karena setahun
habis dibagi 5 hari = 73 kecuali tahun kabisat kelebihan
1 hari, lihat juga dekad.

Meteorologi Indonesia Volume 1


174
perawanan (cloudiness) Jumlah awan yang menutupi langit. Dalam
beritasinop,perawanandiberisimbolN,dinyatakandalam
perdelapanan.N=4artinyaseparolangittertutupawan,N
= 0 artinya langit cerah, dan N = 8 artinya langit mendung.
persamaangasGasidaman(perfectgas)yangmemenuhipersamaan
keadaan:
= RT, dengan p tekanan, volume spesifik, densitas
gas, T temperatur dan R konstanta gas spesifik.
persamaan hidrostatik Dalam atmosfer diam terhadap bumi, variasi
tekanan dengan tinggi geometrik z diberikan oleh
persamaan :
p
g , dengan : densitas atmosfer
z
dan dalam tinggi geopotensial Z oleh persamaan:
p
9,80665
z
presipitasi Dipakai dalam meteorologi untuk menunjukkan endapan
dalambentukcairataupadatyangberasaldariatmosfer.
pulau panas kota Isoterm panas yang tertutup di pusat keramaian
(aktivitas) pendudukkota.
radiasi benda hitam Radiasi yang diemisikan oleh benda hitam.
Intensitas radiasi benda hitam hanya bergantung pada
temperatur bendahitam.
radiasi global Jumlah radiasi matahari Iangsung dan difus yang
diterima oleh permukaan (biasanya horizontal).
radiasi langit Alternatif untuk radiasi difus.
refraksi Perubahan arah gelombang energi (gelombang
cahaya,suara atau radio) ketika melewati medium (zat
perantara) dengan densitas yang berubah atau melalui
batasyangmemisahkanmediadengandensitasberbeda.

Meteorologi Indonesia Volume 1


175
satuatmosferSebuahsatuanukurantekananatmosferyaitutekanan
gas pada permukaan bumi yang disebabkan oleh
tumpukanseluruhatmosferdiatasnya.
1 atm = 76 cm Hg = 1,013 x 10-5 Pa = 1.013 mb,
1 mb = 1 hPa = 100 Pa.
sel Hadley Sistem semi tertutup gerak vertikal atmosfer bumi. Udara
panas, lembap, naik di daerah ekuatorial, bergerak ke dan
turun pada lintang tengah (30°U, 30°S), kemudian kembali
ke zona ekuatorial sebagai angin pasat. Sirkulasi termal
sederhana yang pertama kali dikemukakan oleh George
Hadley dalam abad ke 18 yang dapat menjelaskan angin
pasat(tradewinds)padatroposferantaralintang0dan30°.
sikion tropis Siklon yang terjadi pada lintang-lintang tropis.
sirkulasi Hadley Sering disebut sirkulasi angin pasat yaitu sirkulasi
meridional di daerah tropis.
sirkulasi Walker Sirkulasi udara zonal, arah barat — timur, di daerah
ekuatorial.
solstis Kedudukan matahari terjauh dari ekuator yaitu pada tropic
ofCancer(23,5°U)dantropicofCapricorn(23,5°S).
solstis musim panas BBU Terjadi pada tanggal 22 Juni, kedudukan
matahari pada 23,5° U.
solstis musim dingin BBU Terjadi pada tanggal 22 Desember,
kedudukan matahari pada 23,5° S. Kebalikannya terjadi
untuk belahan bumi selatan (BBS).
stasiun agromet Stasiun yang pengukurannya dikaitkan dengan
agrometeorologi.
stasiun curah hujan Stasiun yang hanya mengukur curah hujan. Di
Indonesiajumlahnyamencapairibuantetapidiantaranya
banyak yang tidak aktif, perlu perbaikan atau
pemasanganpenakarhujanbaru.

Meteorologi Indonesia Volume 1


176
stratosfer Lapisan atmosfer bumi di atastroposfer.

sublimasi/deposisi Transisi fasa padat suatu zat ke fasa gas dan


sebaliknya tanpa melalui fasa cair, misalnya es berubah
menjadi uap air (sublimasi) atau uap air menjadi es
(deposisi).
susut temperatur (lapse rate) Penurunan temperatur dengan
ketinggian.
susuttemperatursuperadiabatikSusuttemperaturyanglebihbesar
darisusuttemperaturadiabatikkering(1°C/100m).
taifun Nama Cina dari siklon tropis yang terjadi di Samudera
Pasifik bagianbarat.
tangkapan,koalisensiDalammeteorologi,dipakaiuntuk
pertumbuhantetes-tetesairolehtumbukan(kolisi).
temperatur celsius Temperatur berdasarkan pada skala dimana air
membeku pada 0° dan mendidih pada 100° (pada
tekananatmosferbaku);disebutjugatemperaturberskala
100 (centigradtemperature).
temperatur mutlak Temperatur yang diukur terhadap nol mutlak. Nol
mutlakadalahtemperatur-273,15°Cyaitunolpadaskala
temperaturkelvin.
termometer Alat yang dipakai untuk mengukur temperatur udara.
teoriBergeron-FindeisenTeoriyangmenjelaskaninisiasi (permulaan)
presipitasi dari sebuah awan oleh sublimasikonsentrasi
kristal es yang jumlahnya sedikit di antara butiran air
kelewat dingin yang dominan (paling besar
jumlahnya).Teoriinidisebutjugateorikristales.
tinggi skala atmosfer Ketinggianatmosferdi mana tekanan/
densitasnya menjadi e-1x tekanan/densitas permukaan.

Meteorologi Indonesia Volume 1


177
tornado Putaran bengis biasanya siklonik, mempunyai diameter
sekitar 100 m dan arus vertikal kuat pada pusatnyayang
mampumengangkatbendaberatkedalamudara.
tropopause Batas atas troposfer. Di ekuator mencapai sekitar 18 km
tetapi di kutub hanya 6 km.
troposfer Lapisan atmosfer bumi terbawah berdasarkan profil
temperaturvertikaltebalnyadikutubsekitar6km,tetapidi
atas ekuator sekitar 18 km. Pada troposfer temperatur
turundenganketinggian,diIndonesiasekitar0,65°Cper
100 m. Peristiwa cuaca seperti awan dan hujan terjadi
pada lapisanini.
udara alam Campuran udara kering, uap air dalam ketiga fasanya,
dan aerosol.
udara basah Campuran udara kering dan uap air. Dalammeteorologi
dipakaiuntukudaradengankelembapanrelatiftinggi.
udara keringKumpulangas-gasatmosferyang didominasioleh
nitrogen,oksigen,argon,dan karbondioksidayang meliputi
hampir 100% volume udara kering.

Meteorologi Indonesia Volume 1


178
Lampiran 2
Padanan Metrik - Inggris

1 centimeter = 0,39 inci 1 inci =2,54cm =25,4 mm

1 meter = 3,28 kaki 1 kaki = 0,305 m = 30,5cm

1 kilometer = 0,62 mil 1 mil = 1,61 km

1 gram = 0,035 ounce 1 ounce = 28,3 gram

1 kilogram = 2,20 pound 1 pound = 0,45 kg

1millibar = 0,025 inci air raksa 1 inciairraksa = 33,86mb


1
1 meterpersekon = 1,94knot 1 ms = 0,515knot
-
1 meterpersekon = 2,23 milperjam 1 milperjam = 0,447 ms
1
1 metrikton = 2.204,6pound

1 °C(centigrade) = 1,8°F

TemperaturCelsius = 5/9x (Temperatur Fahrenheit — 32)

1 °F = 5/9°C

TemperaturFahrenheit = 9/5 x Temperatur Celsius +32

Meteorologi Indonesia Volume 1


179
Lampiran 3
Konstanta
1. Konstanta FisisDasar
Konstantagasuniversal = 8,314 J/mol K
Bilangan Avogadro = 6,02 x 1023 mold
Konstanta Boltzmann = 1,38 x 1023 J/K
-34
KonstantaPlanck = 6,63x10 J s
Konstanta Stefan - Boltzmann = 5,67 x 10-8 Wm-2 K-4
Kecepatan cahaya dalam vakum = 2,998 x 108 m/s

2. Bumi
2
Percepatan gravitasi permukaan = 9,81 m/s
Jari-jari Bumi rata-rata = 6,37 x 106 m
Kecepatan sudut rotasi Bumi = 7,292 x 10-6 rad/s
Luas permukaanBumi = 5,1 x 1014 m2
Jarakrata-rataBumi-Matahari = 1,49 x 108 km
6
Jarak rata-rata Bumi - Bulan = 8,80 x 10 km
2
KonstantaMatahari = 2,0 kal/cm menit
1400 W/m2
3. Atmosfer
Tekanan atmosfer baku = 1 atm = 101.325 Pa
Massa total udara atmosferik = 5,3 x 1018 kg
Berat molekuler udara atmosfer
rata-rata,sampaiketinggian100km = 28,964 g/mol
Konstanta gas untuk udara kering = 287 JK-1 kg-1
Susuttemperaturadiabatikkering = 9,76 K/km

Meteorologi Indonesia Volume 1


180
Densitas udara kering pada 0 °C dan
1 atm (STP), berubah dengan P dan T = 1,29 kg/m3

4. Berat Molekuler danAtomik


H : hidrogen = 1,01 g/mol
He : helium = 4,00 g/mol
Ne :neon = 20,18 g/mol
Ar :argon = 39,95 g/mol
C :karbon = 12,01 g/mol
N :nitrogen = 14,00 g/mol
m :oksigen = 16,00 g/mol
S :sulfur = 32,06 g/mol
H2O : air = 18,02 g/mol
NaCI = 58,44 g/mol
CO2 = 44,01 g/mol
SO2 = 64,06 g/mol
H2S = 34,08 g/mol
NH3 = 17,02 g/mol
Udara kering = 28,96 g/mol

5. Termodinamika
Panas spesifik udara pada tekanan tetap (cp) = 29,1 J/mol K
= 1005 J/kg K
Panas spesifik udara pada volume tetap (cv) = 20,8 J/mol K
= 718 J/kg K
Panas spesifik air (cw) = 76 J/mol K
= 4218 J/kg K
Panas laten peleburan (0 °C) = 6,01 x 103J/mol

Meteorologi Indonesia Volume 1


181
Panas laten penguapan (0 °C) = 4,50 x 104J/mol
4
Panas laten sublimasi (0 °C) = 5,10 x 10 J/mol
Tekanan uap air jenuh pada 0 °C = 6,11 mb

6. Air
Berat molekuler air = 18,02 g/mol
Konstanta gas untuk uap air = 461 JK-1 kg.’
Densitas air cair pada 0 °C = 103 kg/m3
Densitas es pada 0 °C = 917 kg/m3
Panas spesifik uap air pada tekanan tetap = 1952 JK-1 kg-1
Panas spesifik uap air pada volume tetap = 1463 JK-1 kg-1
Panas spesifik uap air pada 0 °C = 4218 JK-1 kg-1
Panas spesifik es pada 0 °C = 2106 JK-1 kg-1

Meteorologi Indonesia Volume 1


182
Lampiran 4
Sistem Satuan

Biasanya dipakai sistem satuan internasional SI (System


International d' Unites atau sistem SI) yang didasarkan pada satuan-
satuandasarpanjangdalammeter,massadalamkilogramdan
waktudalamsekon,disingkatsatuanMKS.Temperaturabsolutdalam
kelvin(K),aruslistrikdalamampere(A)dansatuanmassakimiadalam
mole(mol).
Temperatur dalam °C didefinisikan oleh : t = T -273,15
dengan t dalam °C dan T dalam K
Tekanan 1 atmosfer (1 atm) = 1,01325 x 105 Pa
2
dengan 1 pascal (Pa) = 1 N/m , 1 milibar = 100 Pa
Energi 1 calori (cal) = 4,184 J
dengan joule (J) adalah satuan SI
1 elektronvolt = 1,6 x 1019 J, yaitu energi 1 elektron dengan
beda potensial 1 volt. Jika energi dinyatakan dengan satu
mole, maka satu elektronvolt sesuai dengan 96,3 kJ/mol
Sistem SI memakai awalan yang menunjukkan faktor
perkalian. Beberapa nama, simbol dan faktornya adalah :
Faktor Awalan Simbol Faktor Awalan Simbol
.1
10 deci d 10 deca da
2
10-2 centi c 10 hecto h
3
10-3 miii m 10 kilo k
6
10-6 mikro  10 mega M
9
10-9 nano n 10 giga G
10.12 pico p 10 12
tera T
10-15 femto f
10.18 atto a

Meteorologi Indonesia Volume 1


183
Lampiran 5
Radius dan Nisbah Jenuh Kritis
(Penjelasan Persamaan 7.11)

Nilai radius kritis dan nisbah jenuh kritis dapat diperoleh dari
ekspresi pendekatan (persamaan 7,9) sebagai berikut :

(7.9)

Jari-jari kritis (r-*):

Nisbah jenuh kritis (S*)

Meteorologi Indonesia Volume 1


184
Meteorologi Indonesia Volume 1
185
Lampiran 6
Daftar Simbol

Simbol Kejelasan

a absorptivitas radiasi, a =1 untuk benda hitam


a konstanta dalam hukum Wien
A luas penampang
A nomor massa : jumlah proton dan netron dalam inti atom
c kecepatan cahaya dalam ruang bebas (hampa)
cp panas spesifik udara pada tekanan konstan
cpd panas spesifik pada tekanan tetap untuk udara kering
cv panas spesifik udara pada volume konstan
C satuan temperatur Celsius
d.p.l di atas permukaan laut
D koefisien difusi molekuler uap air dalam udara
D drainase bawah permukaan (subsurface)
e tekanan parsial uap air
ei e tekanan uap jenuh di atas es
ses( tekanan uap jenuh di atas air
r) tekanan uap jenuh di atas permukaan tetes sferik dengan jari-jari r
es(~) tekanan uap jenuh di atas air datar
e(r) tekanan uap keseimbangan tetes larutan dengan jari-jari r
E energi foton radiasi elektromagnetik
E energi yang dilepas dalam teori relativitas Einstein
E efisiensi koleksi atau faktor koreksi
E evaporasi (penguapan)
Eb jumlah radiasi yang diemisikan benda hitam
f parameter Coriolis, vortisitas bumi

Meteorologi Indonesia Volume 1


186
Simbol Kejelasan

F fluks radiasi
F satuan temperatur Fahrenheit
F, gaya Coriolis per satuan massa
Fd suku termodinamika yang berkaitan dengan difusi uap air
dalam udara
Fk suku termodinamika yang berkaitan dengan konduksi panas
FP gaya gradien tekanan per satuan massa
Fjan frekuensi arah angin utama rata-rata dalam bulan Januari
FJuli frekuensi arah angin utama rata-rata dalam bulan Juli
g percepatan gravitas
go percepatan gravitas permukaan bumi rata-rata
h konstanta Planck
h tinggi geopotensial
i bilangan kompleks
i faktor derajat disosiasi ionik
I intensitas radiasi total benda hitam
I indeks monsun
k konstanta Boltzmann
K koefisien konduktivitas termal udara
I lintasan bebas rerata molekuler
L panas laten perubahan fasa
L panas laten penguapan
Lf panas laten peleburan
Ls panas laten sublimasi
m massa yang hilang dalam teori relativitas Einstein
m massa tetes (benda)
ms berat molekuler zat larut

Meteorologi Indonesia Volume 1


187
Simbol Kejelasan

M massa udara basah


M kadar air awan dalam satuan massa per satuan volume
M massa udara kering
d massa zat larut
M massa uap air
s indeks refraksi
M
v

n
N refraktivitas radio= (n— 1)106
N perawanan : jumlah langit yang tertutup awan
N jumlah proton dalam inti atom
N frekuensi Brunt — Vaisala
N refraktivitas radio
p tekanan atmosfer
pd tekanan udara kering
P presipitasi (endapan)
PKK paras kondensasi konvektif
q kelembapan spesifik
Q limpasan permukaan
r perbandingan campuran
r jari-jari butiran
r reflektivitas radiasi
r jari-jari awal tetes (droplet)
0 jari-jari kritis tetes
r perbandingan campuran jenuh
c jari-jari kritis tetes larutan
r
s
Meteorologi Indonesia Volume 1
188
r*

R jari-jari bumi
R konstanta gas individu untuk udara
R jari-jari tetes (drop)

Meteorologi Indonesia Volume 1


189
Simbol Kejelasan
RH kelembapan relatif (nisbi)
Rd konstanta gas untuk udara kering
Rv konstanta gas untuk uap air
R jari-jari bumi fiktif
S stabilitas statis
S konstanta matahari
S kelewat jenuh
SK suhu konveksi
Si rasio jenuh relatif terhadap es
*
S rasio jenuh kritis
S*-1 kelewat jenuh kritis
t waktu
T temperatur udara, temperatur parsel udara
T temperatur radiatif efektif permukaan matahari
T temperatur udara lingkungan
T temperatur udara harian rerata
T0 temperatur parsel udara pada paras referensi
Tc temperatur kondensasi isentropik
Te temperatur ekivalen
Tv temperatur virtual
T7 pengamatan temperatur udara pada jam 7.00 waktu lokal
T13 pengamatan temperatur udara pada jam 13.00 waktu lokal
T18 pengamatan temperatur udara pada jam 18.00 waktu lokal
Tmaks temperatur udara maksimum
Tmin temperatur udara minimum
u(R) kecepatan jatuh terminal tetes dengan jari-jari R
u® kecepatan jatuh terminal butiran dengan jari-jari r

Meteorologi Indonesia Volume 1


190
Simbol Kejelasan

Ux kecepatan gesekan
V volume benda
V kecepatan angin
Vg kecepatan angin geostrofik
w kecepatan vertikal udara keatas (updraft)
z ketinggian atmosfer, tinggi geometrik
percepatan vertikal, gaya apung per satuan massa
ZKI zona konvergensi intertropis
Z0 parameter kekasaran
 kesalahan sudut elevasi akibat refraksi atmosfer
 volume spesifik, volume per satuan massa
 dalam persamaan menyatakan nilai sebanding
 susut temperatur udara
 susut temperatur udara lingkungan
 susut temperatur adiabatik udara tak jenuh
d susut temperatur adiabatik udara kering
s susut temperatur adiabatik udara basah
S simpanan air (storage)
u beda kecepatan jatuh antara keping salju dan kristal es
 konstanta = Rd/Rv = 0,623
 konstanta dielektrik medium
1,0 permitivitas (kapasitas induktif listrik) medium homogen
dan dalam ruang bebas (hampa)
 viskositas kinematik udara
 temperatur potensial udara
 panjang gelombang

Meteorologi Indonesia Volume 1


191
Simbol Kejelasan

 viskositas dinamik udara


 perbandingan campuran kondensat dalam parse! udara
 perbandingan campuran kondensat dalam udara lingkungan
1, 0 kapasitas induktif magnetik dalam medium homogen dan dalam
ruang bebas (hampa)
 frekuensi radiasi elektromagnetik
 vortisitas relatif
 parameter pertumbuhan
1 parameter pertumbuhan kondensasi normalisasi
 densitas udara
 densitas udara lingkungan
d densitas udara kering
L densitas tetes
v densitas (massa jenis) uap air
 penampang tumbuhan molekul
 konstanta Stefan — Boltzmann
 tegangan permukaan tetes
 transmisivitas radiasi
 lintang termpat geografis
 kecepatan sudut rotasi bumi

Meteorologi Indonesia Volume 1


192
Prof. Dr. Bayong Tjasyono HK., DEA.,
adalah dosen tetap pada Program Sarjana
Meteorologi, Magister dan Doktoral Sains
Kebumian,ITBdansebagaidosenluarbiasa
pada Program Pascasarjana IPA, UPI,
Bandung.Sekarang(2005—2007)menjabat
Ketua Kelompok Keahlian Sains Atmosfer,
ITB. Menyelesaikan studinya di ITB dan
memperoleh Sarjana Muda Geofisika dan
Meteorologi (1970), Sarjana Satu Geofisika
danMeteorologi (1971) danSarjana
Geofisika dan Meteorologi (1972). Diplome d'Etudes Approfondies
(DEA), Meteorologi, diraih dari Universite de Clermont, Prancis pada
tahun (1976 —1977) dan Doktor Meteorologi, dari Universitas yang
sama pada tahun (1977 — 1979). Dalam pengajaran, beliaumemberi
kuliah di ITB, UPI Program Sarjana, Magister dan Doktoral dalam
matakuliah Meteorologi, Klimatologi, Geosains, Georiksa (IPBA),
Sains Atmosfer, Meteorologi Monsun, Meteorologi Fisis dan Dinamis,
Modifikasi Cuaca, Mikrofisika Awan dan Hujan, dan Atmosfer
Ekuatorial. Membimbing Skripsi S1, Tesis S2, dan Promotor Disertasi
S3dibidangMeteorologidanSainsAtmosfer.Penelitiandalambidang
Meteorologi dan Sains Atmosfer dibiayai oleh ITB, DPPM — P & K,
Bank Dunia, RUT, BMG, LAPAN, BPPT dan lain-lain. Beliau juga
melakukan percobaan dan eksperimen bersama instansi riset lain
seperti:
PeluncuranbalonstratosferdiWatukosek,JawaTimur,LAPAN.
Percobaan Hujan Buatan di Waduk Jatiluhur (Jawa Barat),
Waduk Riam Kanan (Kalimantan Selatan), Gunung Kidul
(Yogyakarta),Soroako(SulawesiSelatan),BPPT.
PercobaanpetirdiCiater,BandungdanKebunTehGunungMas,
Bogor, Kerjasama Universitas Jepang dan Indonesia (ITB,
LAPAN, PLN).
MonsoonExperiment,WorldMeteorologicalOrganization
(WMO).

Meteorologi Indonesia Volume 1


193
Hasil-hasil risetnya didesiminasikan melalui Prosiding seminar
nasionaldaninternasional,JurnalIlmiah,BukuReferensi,BukuAjar,dan
LaporanRiset.Pengabdianpada masyarakat,misalnyamemberi kursus,
Iokakarya dibidang meteorologi untuk media masa, instansi riset dan
lain-lain, seperti BMG, LAPAN, BPPT, Pusat Studi Lingkungan Hidup,
dan instansi lain yang terkait (penyiar radio, Wartawan, Penyiar TV).
Kunjungan Kerja (1996) ke Universitas Kyoto, Universitas Nagoya,
InstitutRisetMeteorologidanBadanMeteorologiJepang,sertamemberi
short course (kuliah singkat) di Universitas Tokyo tentang Iklim
BenuaMaritimIndonesia.Pengajarpada InternationalSummerCourse,
KerjasamaITB—UniversitasKyoto,2004.

Meteorologi Indonesia Volume 1


194

Anda mungkin juga menyukai