VOLUME I
551.5
Indonesia Inggris
air cair kelewat dingin supercooled liquid water
angin ribut gust
angin ribut mendadak squall
arus currents
arus keluar outflow
arus masuk inflow
arus udara keatas updraft
arus udara kebawah downdraft
awan induk mother cloud
awan panas warm cloud
badai guruh thunderstorm
badai guruh konvektif convective thunderstorms
bawah permukaan subsurface
bayangan hujan rain shadow
belalai air waterspout
butiran droplet
cuaca buruk (bengis) severe weather
curah hujan rainfall
dewasa mature
es lapis, hujan yang membeku glaze
endapan (presipitasi) konveksi convectional precipitation
gaya gabung affinity
garis awan badai squall line
garis badai guruh line of thunderstorm
garis-garis arus stream lines
gelombang timuran easterly wave
gema echo
gerimis drizzle
guruh, guntur thunder
hujan campur salju sleet
hujan lebat heavy rainfall
(1.1)
Efek dari revolusi dan rotasi bumi adalah musim, yaitu musim
dingin, musim semi, musim panas, dan musim gugur. Tetapi, Indonesia
tidak mengenal musim-musim tersebut karena temperatur udara
sepanjang tahun hampir konstan. Sebaliknya, Indonesia lebih
mengenal musim hujan dan musim kemarau, karena variasi curah
hujannya sangat besar. Jika persistensi angin dipakai sebagai dasar
penentuan musim, maka wilayah belahan bumi selatan (BBS)
Indonesia/belahan bumi utara (BBU) Indonesia mempunyai 4 musim
yaitu musim monsun barat laut/timur laut, musim pancaroba pertama,
musim monsun tenggara/barat daya, dan musim pancaroba kedua.
Musim pancaroba ditandai oleh angin yang berubah-ubah. Persistensi
angin adalah perbandingan antara kecepatan angin paduan yang
memperhitungkan arahnya dan kecepatan angin rerata.
Gambar 1.2. Posisi geografis dan meteorologis bumi Indonesia terhadap samudera
dan benua lain. Tanda menunjukkan migrasi tahunan matahari. Pada
tanggal 23 September dan 21 Maret matahari di ekuator, tanggai 22 Juni
dan 22 Desember, matahari masing-masing berada di atas tropis Cancer
dan tropis Capricorn.
Atmosfer berasal dari dua kata Yunani yaitu atmos berarti uap
dan sphaira berarti bulatan, jadi atmosfer adalah lapisan gas yang
menyelubungi bulatan bumi. Atmosfer bumi mempunyai ketebalan
sekitar 1000 km yang dibagi menjadi lapisan-lapisan berdasarkan profil
temperatur, komposisi atmosfer, sifat radioelektrik, dan lain-lain.
Karena sebaran panas tidak sama di dalam atmosfer, maka terjadi
gejala-gejala cuaca yaitu dari angin lemah sampai sangat kencang di
dalam badai atau siklon, dari cuaca cerah, cuaca berawan sampai
hujan deras (shower). Kajian tentang deskripsi dan pemahaman
fenomena atmosfer disebut Sains Atmosfer yang secara tradisi dibagi
menjadi Meteorologi dan Klimatologi.
Atmosfer tropis mencakup daerah antara 23,5 U (tropis
Cancer) dan 23,5 S (tropis Capricorn). Ahli meteorologi sering memakai
batas lain untuk mendefinisikan atmosfer tropis dengan memakai sumbu
sel tekanan tinggi subtropis yaitu batas sirkulasi atmosfer yang
didominasi oleh angin timuran di tropis dan angin baratan di subtropis.
Batas dari atmosfer tropis adalah lintang 30U dan 30S yang disebut
"lintang kuda" (horse latitude). Atmosfer ekuatorial dapat didefinisikan
sebagai atmosfer yang dibatasi oleh lintang 10U dan 10S. Jadi atmosfer
di atas wilayah Indonesia dapat dikatakan sebagai "atmosfer ekuatorial".
Gambar 2.1. Perubahan fasa air menjadi fasa uap dan fasa es.
Gas helium (He) dan hidrogen (H2) adalah gas yang paling
ringan, sehingga sering dipakai untuk mengisi balon meteorologi. Gas
ini sangat jarang terdapat di atmosfer bawah kecuali pada paras (level)
yang tinggi. Neon (Ne), argon (Ar), xenon (Xe), dan kripton (Kr) tidak
mudah bergabung dengan unsur lain, disebut gas mulia. Meskipun gas
ini kurang penting di atmosfer, tetapi neon biasanya dipakai dalam
pemasangan iklan atau reklame (advertisement) dan argon dipakai
untuk bola lampu cahaya listrik.
Gambar 2.3. Lapisan atmosfer berdasarkan profil temperatur vertikal. Garis titik-titik
menunjukkan puncak dari masing-masing lapisan.
a. Troposfer
Secara harafiah troposfer (tropo : berubah, dan sphaira :
bulatan atau lapisan) adalah lapisan yang berubah-ubah. Gejala cuaca,
misalnya awan, hujan, badai guruh, dan sebagainya terjadi pada lapisan
troposfer. Akibat adanya percampuran vertikal yang kuat dan curah
hujan maka waktu tinggal rerata aerosol dalam troposfer agak pendek,
berkisar dari beberapa hari sampai minggu.
Troposfer adalah lapisan atmosfer paling bawah dengan
ketebalan lapisan rerata 10 km. Di atas ekuator puncak troposfer
(tropopause) mencapai sekitar 18 km (paling tinggi) sedangkan di atas
(2.1)
Gambar 2.5. Lapisan troposfer dan stratosfer yang dibatasi oleh tropopause.
(2.2)
keterangan :
k : konstanta Boltzmann
-23 -1
= 1,38 x 10 JK
T : temperatur mutlak (absolut)
p : tekanan atmoster
a : penampang tumbukan molekul
2 2 9 2
40 A = 0,4 nm = 0,4 x 10 m
3. Nomenklatur Lapisan Atmosfer Berdasarkan Sifat
Radioelektrik
Fotoionisasi (photoionisation) molekul-molekul atmosferik
hanya terjadi pada lapisan di atas ketinggian 50 km sampai lebih dari 500
km. Lapisan di bawah ketinggian 60 km disebut netrosfer dan lapisan
ionosfer meluas dari ketinggian 60 km sampai pada paras (level) yang
sangat tinggi, tetapi dalam hal ini ditinjau lapisan ionosfer yang terletak di
bawah rumbai-rumbai (fringe) bumi. Beberapa molekul udara terionosasi
oleh radiasi ultraviolet dari matahari yang menghasilkan gas terionisasi,
disebut plasma, dan daerah ini disebut ionosfer. lonisasi adalah sebuah
b. Pembentukan lonosfer
0
Gambar 2.10. Struktur ionosfer.
Gambar 2.11. Distribusi bulanan tinggi isoterm 0 C dan tinggi tropopause di atas
Jakarta
(2.3)
Keterangan :
h : tinggi geopotensial (m)
g : percepatan gravitasi (ms-2)
z : tinggi geometrik (m)
g0 : percepatan gravitasi permukaan bumi rata-rata secara global
= 9,8 ms-2
Jelas bahwa pada atmosfer bawah, nilai z dan h hampir sama karena
g ~ g0, dan makin tinggi maka beda z dan h makin besar.
1011.0 0 27.3 87
1000 95 26.6 90
850 1 526 19,9 78
700 3 156 10.5 74
800 4.432 05.2 60
500 5 896 - 03,1 55
400 7 679 13,9 39
300 9.756 - 21.7 33
250 11.031 -38.2 51
200 12.526 - 50.5 47
175 13.400 - 57.5 -
150 14 350 - 65,1 -
125 15.490 - 72,3
100 16.730 - 80,5
80 17.995 -83,5
60 19.620 - 76,2
50 20 846 - 69.1
40 22.080 - 63.0
30 23.786 - 58,7
g (ms-2) 9,80 9.80 9.77 9.74 9.71 9.62 9.53 9.44 9.21
b. Pembentukan Ozonosfer
Ozon di stratosfer dihasilkan dari fotodisosiasi molekul oksigen
oleh radiasi matahari ultraviolet (UV). Proses ini menghasilkan dua atom
oksigen, satu diantaranya bergabung dengan molekul oksigen untuk
membentuk ozon :
Catatan :
Radiasi elektromagnetik (EM) dapat digambarkan sebagai arus
foton dimana energi tiap foton diberikan ofeh persamaan :
E = h
Keterangan :
-34
h = 6,625 x 10 J.s disebut konstanta Planck
u : frekuensi radiasi
Proses pertama dan ketiga adalah fotokimia yang memakai
energi foton matahari untuk memulai reaksi kimia. Proses kedua dan
keempat adalah reaksi kimia eksotermis (melepas panas). Hasil neto
dari keempat proses tersebut adalah daur (siklus) di mana energi
radiasi matahari diubah menjadi energi panas. Daur ozon di stratosfer
menyebabkan kenaikan temperatur yang mencapai maksimum pada
stratopause.
c. Lubang Ozon
2.6. Resume
Atmosfer melindungi kehidupan di bumi, karena benda langit
(meteor) yang jatuh melaluinya mengalami gesekan dan terbakar
sebelum mencapai permukaan bumi. Atmosfer mempunyai sifat
kompresibel, sehingga makin ke atas atmosfernya makin tipis dan
tekanannya makin berkurang. Gas atmosfer yang penting dalam
proses cuaca ialah uap air (H2O) karena dapat berubah fasa menjadi
fasa cair dan fasa padat atau es, karbondioksida (CO2) karena
bertindak sebagai gas rumah kaca, dan ozon (O3) karena dapat
menyerap radiasi ultraviolet matahari berenergi tinggi yang sangat
berbahaya bagi tubuh manusia.
(3.1)
(3.2)
Keterangan :
p : tekanan atmosfer
z : ketinggian atmosfer
: densitas parsel udara
g : percepatan gravitasi
t : waktu
(3.3)
(3.4)
Keterangan :
R : konstanta gas individu untuk udara
T, T : temperatur parsel udara dan udara lingkungan
z disebut gaya apung per satuan massa yang bekerja pada parsel
udara. Untuk udara basah (moist air) maka T dan T diganti dengan
temperatur virtual Tv, dan Tv , dimana:
dan
( z = T T (3.6)
Jika persamaan (3.6) disubstitusikan ke persamaan (3.4), maka
diperoleh:
(3.7)
Jadi nilai percepatan vertikal parsel udara adalah fungsi beda susut
temperatur lingkungan dan susut temperatur individu . Susut
temperatur dapat didefinisikan sebagai penurunan temperatur (T)
terhadap ketinggian (z). Secara matematik, susut temperatur dapat
diekspresikan :
(3.8)
z = A sin Nt (3.9)
atau
(3.12)
labil :
netral :
stabil :
di mana :
d : susut temperatur adiabatik udara kering
: susut temperatur udara lingkungan
Dari persamaan (3.12), maka stabilitas statik S dapat dinyatakan dengan
temperatur potensial sebagai berikut
(3.14)
SIANG MALAM
Kecepatan
angin (m/s) Insolasi Awan Tipis
Liputan
pada 10 m atau awan
awan < 3/8
Kuat Sedang Lemah rendah > 4/8
<2 A A-B B - -
2-3 A-B B C E E
3-5 B B-C C D E
5-6 B C-D D D D
>6 C D D D D
T/Z1,5 A A A B C D
1,4 T/Z1,2 A B B B C D
1,1 T/Z0,9 B B C C D D
0,8 T/Z0,7 C C D D D D
0,6 T/Z 0,0 D D D D D D
0,1 T/Z 2,0 F F E D D D
T/Z 2,0 F F F E E D
1. Sinar cahaya yang tegak lurus bidang antar muka media tidak
mengalami refraksi (pembiasan). Jadi sebuah sinar yang sejajar
dengan garis NOP tidak dibelokkan.
2. Jika sinar cahaya datang dari medium rapat ke medium kurang
rapat (seperti pada Gambar 3.2a) maka sinar akan dibelokkan
menjauhi garis normal. Jadi sudut refraksi (NOB) lebih besar dari
sudut datang (AOP).
3. Jika sinar cahaya datang dari medium kurang rapat ke medium
yang lebih rapat maka sinar akan dibelokkan mendekati garis
normal. Jika BO adalah sinar datang maka sinar akan dibelokkan
arah AO, jadi AOP adalah sudut bias.
v (11)
(3.15)
Keterangan :
1 : kapasitas induktif listrik (permitivitas medium)
1 : kapasitas induktif magnet
Karena sifat massa udara cukup bervariasi maka kecepatan
penjalaran gelombang elektromagnetik mengalami perubahan kecil
yang mengakibatkan refraksi dan menimbulkan perubahan arah
penjalaran gelombang elektromagnetik. Dalam ruang bebas (hampa),
kecepatan gelombang elektromagnetik sama dengan kecepatan
cahaya c, dan diberikan oleh :
c (00)
(3.16)
(3.17)
di mana :
= 10 adalah konstanta dielektrik medium
= 10 adalah pemieabilitas medium
Karena dalam kebanyakan media ~ 1 maka :
n = (3.18)
Keterangan :
K : konstanta = K1 R
R : konstanta gas individu untuk udara
: densitas udara
p : tekanan udara dalam milibar
T : temperatur mutlak dalam kelvin
e : tekanan uap air parsial dalam milibar
Gambar 3.3. Variasi jalannya sinar terhadap indeks refraksi (n2 n1).
Gambar 3.5. Bagan sinar radar pada bumi nyata (a) dan pada burnt fiktif (b).
a. Stabilitas Statis
Gambar 3.7. Distribusi vertikal stabilitas statis bulan Januari dan Juli jam 19.00 W.L,
Jakarta.
musim kering (Juli) adalah 3,70 C/km. Pada pagi hari stabilitas rata-
rata lebih besar dibandingkan pada sore hari untuk bulan yang sama
(Januari).
temperatur potensial antara lapisan atas (z2) dengan lapisan bawah (z1)
dan z adalah ketebalan lapisan di troposfer yang dinyatakan dalam
milibar.
Frekuensi (%) Is
Interval Titik
Kelas Is Tengah Musim Musim Musim Musim
Hujan Peralihan I Kemarau Peralihan II
5,9 4,5 5,2 1 0 0 0
4,4 3,0 3,7 0 0 0 1
2,9 1,5 2,2 5 19 8 8
1,4 0,0 0,7 38 29 17 28
0,1 1,5 0,8 27 27 23 45
1,6 3,0 2,3 19 11 26 10
3,1 4,5 3,8 9 9 10 7
4,6 6,0 5,3 2 4 11 1
6,1 7,5 6,8 0 0 4 0
7,6 9,0 8,3 0 1 0 0
9,1 10,5 9,8 1 0 1 0
Catatan :
Is : Indeks stabilitas Showalter rata-rata
s : Simpangan baku
Tabel 3.7. Interval kelas predominan indeks stabilitas Showalter (Is) di atas Jakarta,
1980.
Gambar 3.8. Histogram indeks stabilitas Showalter menurut musim di atas Jakarta,
1980.
dengan:
1000
= T
p (3.31)
Keterangan :
T : temperatur udara
P : tekanan udara
: temperatur potensial
Gambar 3.10. Distribusi vertikal refraktivitas radio N dalam bulan Januari () dan
Oktober () di atas Jakarta.
Tabel 3.10, Simpangan baku (SB) refraktivitas radio troposfer di atas Jakarta
Tekanan (mb) 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100
SB, Januari 9,7 2,0 1,7 3,3 0,9 1,0 1,0 0,3 0,2 0,1
SB, Oktober 14,1 3,4 6,3 8,7 3,4 1,5 0,7 0,3 0,1 0,1
3.5. Resume
Konsepsi stabilitas udara analogi dengan mekanika misalnya
kedudukan sebuah kerucut jika diletakkan dengan alas di bawah
dikatakan stabil, jika diletakkan dengan ujung kerucut di bawah
dikatakan labil, dan jika kerucut diletakkan miring, dikatakan netral.
Parsel udara dikatakan stabil, labil, dan netral terhadap lingkungannya
Gambar 5.2. Angin rata-rata pada ketinggian 5.000 kaki di atas Indonesia
Atas: Januari dan bawah: Juli.
a. Sirkulasi Hadley
Model pertama yang menggambarkan pola sirkulasi udara
global dikemukakan oleh G. Hadley pada tahun 1735. Sirkulasi Hadley
pada dasarnya adalah sirkulasi termal langsung seperti dideskripsikan
pada Gambar 5.3. Berdasarkan pengamatan, udara dalam lintang-
lintang rendah lebih panas dari pada udara dalam lintang-lintang tinggi.
Jadi udara tropis akan naik secara vertikal dan bergerak ke arah utara
dalam troposfer atas, sedangkan udara polar dingin akan turun dan
bergerak ke arah selatan dalam troposfer bawah. Udara tropis panas
yang bergerak ke utara akan kehilangan banyak energi panasnya
melalui pendinginan radiatif sebelum udara panas ini mencapai daerah
polar (kutub) untuk mengganti udara dingin yang turun dan bergerak ke
selatan. Udara dingin dan kutub akan menyerap panas dan tanah
(udara dingin ini dipanasi secara radiasi) dalam lintang-lintang rendah
dan kemudian naik dalam daerah ekuatorial. Bentuk esensial sirkulasi
Hadley diilustrasikan dalam Gambar 5.3. Sirkulasi termal jenis ini
dengan jelas mampu mengangkut energi termal ke arah kutub untuk
mengimbangi sekurang-kurangnya sebagian (dan diharapkan
semuanya) kelebihan (surplus) energi radiasi di daerah ekuatorial dan
kekurangan (deficit) energi radiasi di daerah polar. Meskipun demikian
model ini mempunyai beberapa cacat dinamis yang cukup serius.
Gambar 5.3. Model sel Hadley. Udara naik secara lambat di daerah tropis panas dan
bergerak ke utara, kehilangan energi termal oleh radiasi, kemudian turun
di atas daerah polar dingin dan kembali ke lintang-lintang rendah dalam
atmosfer bawah dekat permukaan bumi.
Gambar 5.5. Pola sirkulasi atmosfer meridional skematik di belahan bumi utara (BBU).
Tanda panah pada setengah lingkaran belahan bumi menunjukkan arah
angin permukaan.
(5.2)
(5.3)
Keterangan :
Vg : kecepatan angin geostrofik
p : beda tekanan tinggi dan tekanan rendah
n : jarak dua isobar
: densitas udara
f : parameter Coriolis, f = 2 sin
: lintang geografis
: kecepatan sudut rotasi bumi
5 1
= 7,29 x 10 rad . s
Tanda negatif pada persamaan (5.2) menunjukkan bahwa
gaya gradien tekanan Fp mempunyai arah dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah.
Gambar 5.6. Gaya gradien tekanan dalam musim dingin dan musim panas
(5.4)
Keterangan :
Fjan : frekuensi arah angin utama rata-rata dalam bulan Januari
(%)
Fjul : frekuensi arah angin utama rata-rata dalam bulan Juli (%)
e. Sirkulasi Walker
Fc = 2 sin V sin
dimana V adalah kecepatan angin, adalah lintang geografis, dan
adalah kecepatan sudut rotasi bumi yang besarnya sama dengan
5 1
7,29 x 10 detik .
Gambar 5.13. Pola dasar angin lembah dan gunung : (a) angin lembah atau arus
anabatik, siang hari dan (b) angin gunung atau arus katabatik malam
hari. Gans-garis horizontal menunjukkan permukaan isobar*.
Gambar 5.14. Beda area zona konvektif lepas pantai sekitar Papua New Guinea
selama (a) monsun barat laut (musim basah) dan (b) monsun tenggara
(musim kering). Sumber Mc Gregor and Nieuwolt, 1998.
c. Angin Fhn
Angin Fhn dikenal di Austria dan Jerman di mana angin ini
sering ditemukan pada lereng utara pegunungan Alpen. Di sebelah barat
Amerika Serikat dan Kanada, angin ini disebut chinook. Biasanya angin
chinook disertai dengan aktivitas siklonik yang menghasilkan awan dan
endapan pada lereng di atas angin (windward). Setelah angin Fhn turun
pada lereng di bawah angin (leeward), maka udara mengalami
pemanasan secara adiabatik sehingga kelembapannya kecil dan
Gambar 5,16. Jumlah global badai tropis bulanan, Sumber Anthens, 1982.
(5.4a)
dengan:
(5.4b)
Keterangan:
-2
g : gravitasi = 9,8 ms
Ux : kecepatan gesekan yang didefinisikan dalam persamaan
(5.4b)
: tegangan permukaan
: densitas udara permukaan
Gambar 5.18. Garis arus udara permukaan pukul 12.00 waktu universal (W.U),
14 Januari 1982.
Tabel 5.2. Jumlah curah hujan di beberapa stasiun terpilih dalam dasarian 2 Januari
1982.
Nama Stasiun Curah hulan Curah hujan normal Porsentase torhadap curah
dasarian 2, Januari satu dasarian, Januari hujan normal, Januari
Bengkulu 125.0 mm 102.2 mm 123%
Tanjung Karang 138.0 mm 89,3 mm 155%
Banyuwangi 128.0 mm 59.7 mm 214%
Sumbawa Boar 303,0 mm 106,7 mm 284%
Arnakai (P. Seram) 123.0 mm 34,7 mm 355%
Manokwarin 290.0 mm 103.7 mm 280%
Jayapura 197,0 mm 113,0 mm 174%
Catatan :
Data curah hujan berasal dari BMG. Jakarta
Dasarian 1: tanggal 1-10. dasarian 2: tanggal 11-20, dasarian 3: tanggal
21-akhir bulan
Susilo P., dan Bayong Tjasyono HK., 1981. Aplikasi data radiosonde
untuk analisis ketidakstabilan lapisan udara di
atas Jakarta, Lap. Riset No. 5142381, DIP - ITB,
Bandung.
fohn Angin kering panas yang terjadi pada lereng di bawah angin
pegunungan. Nama fohn berasal dari pegunungan Alpen,
tetapi sekarang dipakai secara umum, misalnya fohn di
daerah Cirebon disebut angin kumbang, dll.
fotosintesis Pembuatan zat makanan karbohidrat dari karbondioksida
dan air dalam khlorofil dengan menggunakan energi
cahaya, dan melepaskan oksigen.
1 meter per sekon = 2,23 mil per jam 1 mil per jam = 0,447 ms-1
1 C (centigrade) = 1,8 F
1 F = 5/9 C
2. Bumi
Percepatan gravitasi permukaan = 9,81 m/s2
Jari-jari Bumi rata-rata = 6,37 x 106 m
Kecepatan sudut rotasi Bumi = 7,292 x 10-6 rad/s
Luas permukaan Bumi = 5,1 x 1014 m2
Jarak rata-rata Bumi - Matahari = 1,49 x 108 km
Jarak rata-rata Bumi - Bulan = 8,80 x 106 km
Konstanta Matahari = 2,0 kal/cm2 menit
1400 W/m2
3. Atmosfer
Tekanan atmosfer baku = 1 atm = 101.325 Pa
Massa total udara atmosferik = 5,3 x 1018 kg
Berat molekuler udara atmosfer
rata-rata, sampai ketinggian 100 km = 28,964 g/mol
Konstanta gas untuk udara kering = 287 JK-1 kg-1
Susut temperatur adiabatik kering = 9,76 K/km
5. Termodinamika
Panas spesifik udara pada tekanan tetap (cp) = 29,1 J/mol K
= 1005 J/kg K
Panas spesifik udara pada volume tetap (cv) = 20,8 J/mol K
= 718 J/kg K
Panas spesifik air (cw) = 76 J/mol K
= 4218 J/kg K
Panas laten peleburan (0 C) = 6,01 x 103J/mol
6. Air
Berat molekuler air = 18,02 g/mol
Konstanta gas untuk uap air = 461 JK-1 kg.
Densitas air cair pada 0 C = 103 kg/m3
Densitas es pada 0 C = 917 kg/m3
Panas spesifik uap air pada tekanan tetap = 1952 JK-1 kg-1
= 1463 JK-1 kg
-1
Panas spesifik uap air pada volume tetap
Panas spesifik uap air pada 0 C = 4218 JK-1 kg-1
Panas spesifik es pada 0 C = 2106 JK-1 kg-1
Nilai radius kritis dan nisbah jenuh kritis dapat diperoleh dari
ekspresi pendekatan (persamaan 7,9) sebagai berikut :
(7.9)
Simbol Kejelasan
F fluks radiasi
F satuan temperatur Fahrenheit
F, gaya Coriolis per satuan massa
Fd suku termodinamika yang berkaitan dengan difusi uap air
dalam udara
Fk suku termodinamika yang berkaitan dengan konduksi panas
FP gaya gradien tekanan per satuan massa
Fjan frekuensi arah angin utama rata-rata dalam bulan Januari
FJuli frekuensi arah angin utama rata-rata dalam bulan Juli
g percepatan gravitas
go percepatan gravitas permukaan bumi rata-rata
h konstanta Planck
h tinggi geopotensial
i bilangan kompleks
i faktor derajat disosiasi ionik
I intensitas radiasi total benda hitam
I indeks monsun
k konstanta Boltzmann
K koefisien konduktivitas termal udara
I lintasan bebas rerata molekuler
L panas laten perubahan fasa
L panas laten penguapan
Lf panas laten peleburan
Ls panas laten sublimasi
m massa yang hilang dalam teori relativitas Einstein
m massa tetes (benda)
ms berat molekuler zat larut
Ux kecepatan gesekan
V volume benda
V kecepatan angin
Vg kecepatan angin geostrofik
w kecepatan vertikal udara keatas (updraft)
z ketinggian atmosfer, tinggi geometrik
percepatan vertikal, gaya apung per satuan massa
ZKI zona konvergensi intertropis
Z0 parameter kekasaran
kesalahan sudut elevasi akibat refraksi atmosfer
volume spesifik, volume per satuan massa
dalam persamaan menyatakan nilai sebanding
susut temperatur udara
susut temperatur udara lingkungan
susut temperatur adiabatik udara tak jenuh
d susut temperatur adiabatik udara kering
s susut temperatur adiabatik udara basah
S simpanan air (storage)
u beda kecepatan jatuh antara keping salju dan kristal es
konstanta = Rd/Rv = 0,623
konstanta dielektrik medium
1,0 permitivitas (kapasitas induktif listrik) medium homogen
dan dalam ruang bebas (hampa)
viskositas kinematik udara
temperatur potensial udara
panjang gelombang