DISUSUN OLEH:
NIM : 19306141001
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Sirkulasi Atmosfer Indonesia tepat waktu. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas pengganti Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Meteorologi
dan Klimatologi di Universitas Negeri Yogyakarta. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai sirkulasi atmosfer di
Indonesia.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
Cover ......................................................................................................................... i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
5. Mengapa daerah di dekat khatulistiwa musim hujan terjadi di bulan Maret dan
September?
6. Mengapa curah hujan pada tahun-tahun tertentu sedikit dan begitu pula sebaliknya?
1.3 Tujuan
1. Mengtahui definisi atmosfer
2. Mengetahui penyebab pertumbuhan awan di Indonesia yang lebih banyak
dibandigkan dengan Eropa dan Jepang
3. Mengetahui penyebab Indonesia hanya memiliki 2 musim
4. Mengetahui penyebab terjadinya musim hujan di pulau Jawa terjadi dibulan
Desember-Februari (DJF) dan musim kemarau terjadi di bulan Juni-Agustus (JJA)
5. Mengetahui penyebab musim hujan terjadi di bulan Maret dan September pada daerah
di dekat khatulistiwa
6. Mengetahui penyebab curah hujan pada tahun-tahun tertentu berbeda.
1.4 Manfaat
Dengan adanya Makalah ini diharapkan pembaca dapat menambah pengetahuan tentang
sirkulasi atmosfer di atas Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Atmosfer
Atmosfer berasal dari dua kata Yunani yaitu ‘atmos’ berarti uap dan ‘sphaira’
berarti bulatan, jadi atmosfer adalah lapisan gas yang menyelubungi bulatan bumi.
Atmosfer bumi mempunyai ketebalan sekitar 1000 km yang dibagi menjadi lapisan-
lapisan berdasarkan profil temperatur, komposisi atmosfer, sifat radioelektrik, dan
lain-lain. Karena sebaran panas tidak sama di dalam atmosfer, maka terjadi gejala-
gejala cuaca yaitu dari angin lemah sampai sangat kencang di dalam badai atau siklon,
dari cuaca cerah, cuaca berawan sampai hujan deras (shower). Kajian tentang
deskripsi dan pemahaman fenomena atmosfer disebut Sains Atmosfer yang secara
tradisi dibagi menjadi Meteorologi dan Klimatologi. (Bayong, 2012:19)
Atmosfer terdiri dari beberapa komponen utama diantaranya: nitrogen (N2 )
sebanyak 78% yang berperan sebagai sumber nutrisi dengan bantuan kilat yang
masuk kedalam tanah, oksigen (O2 ) 21%, karbondioksida (CO2 ) 0,0391%, argon (Ar)
0,934%, serta komponen pendukung seperti: neon (Ne), helium (He), metana (CH4 ),
krypton (Kr) dan hydrogen (H). Semua komponen ini saling berinteraksi satu sama
lain sehingga membentuk suatu kesatuan yang memiliki fungsi tertentu. Secara
umum, fungsi atmosfer bagi bumi adalah sebagai pelindung dari paparan radiasi sinar
ultraviolet melalui lapisan ozon serta melindungi bumi dari benda-benda luar angkasa
yang jatuh akibat gaya gravitasi bumi. Sedangkan secara khusus atmosfer yang
mengandung nitrogen sebanyak 78% dapat memberikan manfaat bagi makhluk hidup.
Nitrogen digunakan oleh tumbuhan untuk merangsang pertumbuhan vegetative
tanaman khususnya dalam peretumbuhan akar, batang, dan daun. Selain itu nitrogen
juga berperan sebagai zat hijau daun (klorofil) yang sangat penting untuk melakukan
fotosintesis. Fungsi atmosfer secara khusus lainnya dalah oksigen yang terkandung
dalam atmosfer sebanyak 21%. Oksigen sangat berperan bagi makhluk hidup yang
bernafas menggunakan paru-paru seperti manusia. Oksigen juga dapat membantu
tubuh dalam meningkatkan metabolism tubuh serta mengganti jaringan tubuh yang
rusak.
Atmosfer memiliki ketebalan mencapai 1000 km yang diukur dari atas
permukaan air laut. Lapisan atmosfer tersebar secara vertikal dan horizontal. Secara
vertikal, atmosfir terdiri dari troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan ionosfer.
3
Masing-masing lapisan atmosfer memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Berikut
merupakan ilustrasi dari lapisan vertikal atmosfer.
4
km. Suhu termopause adalah konstan terhadap ketinggian, tetapi berubah dengan
waktu, yaitu dengan insolasi (incoming solar radiation).
e. Ionosfer
Pada lapisan ini terjadi salah satu peristiwa unik yaitu aurora. Aurora terjadi akibat
partikel bermuatan yang disemburkan matahari. Partikel tersebut akan dipengaruhi
gaya Lorentz sehingga berbelok ke kutub utara atau selatan yang semula dari
khatulistiwa.
5
musim panas, musim dingin, musim semi, dan musim gugur. Namun, Indonesia tidak
mengenal musim tersebut karena suhu udara sepanjang tahun hampir konstan. Di
Indonesia hanya terdapat 2 musim: musim kemarau dan musim hujan. Suhu yang
konstan ini diakibatkan karena Indonesia adalah negara yang kondisi geografisnya
dilalui oleh garis khatulistiwa atau garis ekuator sehingga Indonesia hampir setiap
tahun disinari oleh sinar matahari.
Musim terjadi akibat sumbu rotasi bumi tidak tegak lurus dengan bidang
1
eliptika (232°). Karena kemiringannya, bumi seolah olah dibagi menjadi 3 belahan:
Belahan Bumi Utara (BBU), Belahan Bumi Tengah (BBT), dan Belahan Bumi
Selatan (BBS). Berdasarkan buku Ilmu Kebumian dan Entariksa (2009) oleh
Tjasyono, di Bumi terdapat empat musim tersebut terbagi dalam periode yang berbeda
antara bumi utara dan bumi selatan, yaitu:
1. Musim dingin, di belahan bumi utara terjadi pada bulan Desember, Januari,
dan Februari. Sedangkan di belahan bumi selatan pada Juni, Juli, dan Agustus.
2. Musim semi, di belahan bumi utara terjadi pada Maret, April, dan Mei.
Sedangkan di belahan bumi selatan pada September, Oktober, dan November.
3. Musim panas, di belahan bumi utara terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus.
Sedangkan di belahan bumi selatar terjadi pada Desember, Januari, dan
Februari.
4. Musim gugur, di belahan bumi uatara terjadi pada September, Oktober, dan
November. Sedangkan di belahan bumi selatan terjadi pada Maret, April, dan
Mei.
6
yang diapit oleh dua benua dan dua samudra, ada beberapa factor yang dapat
mempengaruhi variasi dan tipe curah hujan di Indonesia. Factor tersebut antara lain:
pegunungan, perbedaan ketinggian, posisi lintang, pola angin, serta bentang darat dan
perairan. Beberapa factor ini telah meghasilkan tiga tipe curah hujan di Indonesia,
yakni: tipe monsoon, tipe ekuatorial, dan tipe local. Tipe monsoon terjadi karena
pengaruh tiupan angin musim (Angin Musim Barat), tipe ekuatorial proses terjadinya
berhubungan dengan zona konvergensi yang arah geraknya ke utara atau selatan
mengikuti gerak semu tahunan matahari, sedangkan tipe local lebih dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan fisik setempat.
Tipe curah hujan yang terjadi di belahan bumi selatan adalah tipe curah hujan
monsoon. Tipe ini dicirikan dengan adanya perbedaan yang jelas antara periode
musim hujan dan musim kemarau dalam satu tahun. Tipe monsoon terjadi akibat
adanya perbedaan suhu antara bumi selatan dan bumi utara. Pada bulan Desember-
Januari-Februari (DJF) matahari berada di belahan bumi selatan, akibatnya Australia
mengalami musim panas. Musim panas di Australia menyebabkan Australia
bertekanan rendah. Sementara itu, Asia memiliki tekanan tinggi karena sedang
mengalami musim dingin. Dari perbedaan tekanan inilah yang mengakibatkan
terjadinya pergerakan udara dari Asia ke Australia. Udara mengalir melewati
Samudra Hindia yang membawa banyak uap air sehingga pada umumnya di Indonesia
terjadi musim penghujan. Musim penghujan meliputi hampir seluruh wilayah
Indonesia, hanya saja persebarannya tidak merata. Makin ke Timur curah hujan makin
berkurang karena kandungan uap airnya makin sedikit. Kemudian pada bulan Juni-
Juli-Agustus (JJA) matahari berada di belahan bumi utara sehingga Asia sedang
mengalami musim panas yang memiliki tekanan rendah dan Australia mengalami
musim dingin yang memiliki tekanan tinggi. Akibatnya, angin bergerak dari Australia
menuju Asia melewati Indonesia. Karena tidak melewati lautan yang luas maka angin
tidak banyak mengandung uap air, oleh karena itu pada umumnya di Indonesia terjadi
musim kemarau. Beberapa pulau di Indoensia yang memiliki tipe curah hujan
monsoon adalah Pulau Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan
Maluku selatan. Periode musim yang terjadi di pulau tersebut adalah sebagai berikut:
Musim hujan = Desember-Januari-Februari (DJF)
Musim peralihan = Maret-April-Mei (MAM)
Musim kemarau = Juni-Juli-Agustus (JJA)
7
Musim peralihan = September-Oktober-November (SON)
8
Pertemuan dua massa udara atau disebut juga dengan konvergensi akan
menyebabkan massa udara naik dan membentuk potensi awan hujan konvektif.
Naiknya massa udara oleh ITCZ mengikuti sirkulasi Hadley dalam sirkulasi atmosfer.
Ciri cuaca yang terbentuk pada daerah yang dilewati oleh ITCZ berupa hujan deras
yang terkadang disertai petir dan angin kencang yang terjadi berhari-hari dengan
cuaca mendung terus menerus. ITCZ bergerak mengkuti gerakan semu tahunan
matahari. ITCZ akan berada di bumi bagian utara saat musim panas di belahan bumi
utara dan berada di selatan saat musim panas di belahan bumi selatan.
ITCZ bergerak kearah utara saat musim kemarau dibelahan bumi utara pada
bulan Juli dan bergerak kearah selatan saat musim kemarau dibelahan bumi selatan
pada Januari. ITCZ tepat berada diatas garis ekuator dua kali dalam setahun, yakni
pada bulan Maret dan September. Sehingga pada bulan tersebut daerah disekitar
ekuator akan terjadi konvergensi yang mengakibatkan meningkatnya curah hujan.
Curah hujan yang terjadi dua kali dalam setahun disebut dengan pola bimodal. Pola
curah hujan bimodal di Indonesia terjadi pada wilayah yang dilaului garis ekuator
seperti sebagian daerah di pulau Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra. Itulah sebabnya
di wilayah tersebut musim hujannya terjadi di bulan Maret dan September.
9
permukaan laut di daerah ekuator pada bagian timur dan tengah. Fenomena La Nina
dan El Nino memberikan dampak yang besar bagi iklim di Indonesia. Ketika
peristiwa La Nina maka musim hujan akan datang lebih awal dari biasanya dan ketika
peristiwa El Nino maka musim kemarau terasa lebih kering dan permulaan musim
hujan terlambat. Sebagian orang menamakan peristiwa La Nina dan El Nino dengan
sebutan salah musim karena La Nina dan El Nino dapat menyebabkan perbedaan
periode antara musim hujan dan musim kemarau pada tahun-tahun tertentu.
El Nino adalah fenomena perubahan iklim secara global yang diakibatkan oleh
memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada 2-7
tahun dan bertahan hingga 12-15 bulan. Ciri-ciri terjadi El Nino adalah meningkatnya
suhu muka laut di kawasan Pasifik secara berkala dan meningkatnya perbedaan
tekanan udara antara Darwin dan Tahiti. (Sani, 2015:153)
Proses terjadinya El Nino dimulai ketika air laut panas dari perairan Indonesia
bergerak ke timur hingga sampai di ke pantai barat Amerika Selatan (Peru-Bolivia).
Pada saat bersamaan, air laut panas dari Amerika Tengah bergerak menuju Peru.
Sehingga, terjadilah pertemuan antara air laut yang panas dari Indonesia dengan air
laut yang panas dan Amerika Tengah di pantai barat Peru yang mengakibatkan
terbentuknya sekumpulan massa air laut panas dalam jumlah yang besar dan
menempati wilayah yang luas. Kemudian, permukaan air laut yang panas
menyalurkan panasnya pada udara diatasnya terjadilah pertukaran udara secara
konveksi dan pantai barat Peru menjadi bertekanan rendah. Udara kering yang
mengandung sedikit uap air akan menyembur ke Indonesia sehingga terjadilah musim
kemarau yang panjang.
10
La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina menurut bahasa
penduduk lokal (Amerika Latin) berarti bayi perempuan. Peristiwa ini dimulai ketika
El Nino mulai melemah, dan air laut yang panas di pantai Peru-Equador kembali
begerak ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin),
dan up-welling muncul kembali, atau kondisi cuaca menjadi normal kembali. Dengan
kata lain La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah terjadinya El
Nino. (Sani, 2015:154)
Proses terjadinya La Nina dimulai ketika perjalanan air laut yang panas
sampai di Indonesia. Akibatnya, Indonesia akan bertekanan rendah dan Peru
bertekanan tinggi. Angin dari samudra Pasifik Selatan dan samudra Hindia yang
mengandung banyak uap air akan bergerak menuju Indonesia sehingga Indonesia
akan sering mengalami hujan lebat.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Atmosfer adalah lapisan gas yang menyelubungi bulatan bumi. Atmosfer bumi
mempunyai ketebalan sekitar 1000 km yang dibagi menjadi lapisan-lapisan
berdasarkan profil temperatur, komposisi atmosfer, sifat radioelektrik, dan
lain-lain. Secara vertikal, atmosfir terdiri dari troposfer, stratosfer, mesosfer,
termosfer, dan ionosfer. Masing-masing lapisan atmosfer memiliki
karakteristik yang berbeda-beda.
2. Sinar matahari yang banyak serta wilayah lautan yang luas menjadi penyebab
pertumbuhan awan di Indonesia menjadi semakin banyak. Sudut sinar
matahari akan bervariatif sesusai posisi bumi yang bulat. Untuk daerah
khatulistiwa sudut sinar matahari mencapai 90° sehingga Indonesia akan
banyak disinari oleh matahari dibandingkan negara yang berada di lintang
tengah atau lintang tingg iseperti Eropa dan Jepang. Dari banyaknya produksi
awan di Indonesia akan membuat Indonesia dihantam curah hujan yang tinggi.
3. Di Indonesia hanya terdapat 2 musim: musim kemarau dan musim hujan. Suhu
yang konstan ini diakibatkan karena Indonesia adalah negara yang kondisi
geografisnya dilalui oleh garis khatulistiwa atau garis ekuator sehingga
Indonesia hampir setiap tahun disinari oleh sinar matahari.
4. Penyebab musim hujan di pulau Jawa terjadi pada bulan Desember-Januari-
Februari (DJF) dan musim kemarau terjai di bulan Juni-Juli-Agustus (JJA)
adalah tipe curah hujan Monsoon yang terjadi akkibat adanya perbedaan suhu
antara bumi selatan dan bumi utara. Sedangkan yang menyebabkan suhu di
selatan Jawa dingin pada musim kemarau adalah persitiwa bediding dimana
angin dingin yang berhembus dari Australia (karena Australia sedang musim
dngin) menuju Asia melewati Indonesia memiliki suhu yang rendah.
5. Musim hujan di daerah khatulistiwa seperti pulau Sumatra, Sulawesi, dan
Kalimantan dipengaruhi oleh tipe curah hujan ekuatorial. Salah satu ciri iklim
tropis ditadai dengan musim hujan yang panjang dan musim kemarau yang
singkat, hal ini terjadi karena pulau-pulau disekitar garis ekuator merupakan
zona pertemuan dua massa udara yang berasal dari belahan bumi selatan dan
12
belahan bumi utara. Pertemuan dua massa udara ini dikenal dengan istilah
Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ). ITCZ tepat berada diatas garis
ekuator dua kali dalam setahun, yakni pada bulan Maret dan September.
Sehingga pada bulan tersebut daerah disekitar ekuator akan terjadi
konvergensi yang mengakibatkan meningkatnya curah hujan.
6. Penyebab perbedaan periode musim hujan dan musim kemarau pada tahun-
tahun tertentu adalah peristiwa La Nina dan El Nino. El Nino adalah kejadian
dimana suhu air laut di samudra Pasifik memanas hingga menyebabkan musim
kemarau yang panjang, sedangkan La Nina adalah kejadian menurunnya suhu
air laut di Samudra Pasifik sehingga menyebabkan curah hujan yang tinggi.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua
pihak yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bayong, T.H.K., 2009. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: Remaja Rosdakarya
Tukidi, 2010. Karakter Curah Hujan di Indonesia. Jurnal Geografi FIS UNNES. Vol 7 No. 2.
Diakses melalui: https://journal.unnes.ac.id
Safitri, Sani. 2015. El Nino, La Nina, dan Dampaknya Terhadap Kehidupan di Indonesia.
Jurnal Crikstra. Vol 4 No. 8. Diaskes melalui https://ejournal.unsri.ac.id
14