Anda di halaman 1dari 20

Lapisan Atmosfer Bumi

Diajukan sebagai tugas mata kuliah Klimatologi

Disusun oleh :

nama : Beta Yuliandari

nim : H1041151050

prodi : Biologi

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2015
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas rahmat dan Anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Lapisan Atmosfer Bumi” dapat diselesaikan sebagai tugas mata kuliah
Klimatologi
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Tidak menutup
kemungkinan adanya saran dan kritik dari pembaca agar menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini bermanfaat.

Pontianak, 30 Oktober 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................ 1
1.3 Pembatasan Masalah....................................................................... 2
BAB II ISI
2.1 Atmosfer......................................................................................... 3
2.2 Sifat Atmosfer................................................................................. 4
2.3 Struktur Penyusun Atmosfer........................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Proses Pembentukan Lapisan Atmosfer Bumi................................ 8
3.2 Troposfer......................................................................................... 10
3.3 Stratosfer......................................................................................... 11
3.4 Mesosfer......................................................................................... 12
3.5 Termosfer........................................................................................ 13
3.6 Pengaruh Aerosol Terhadap Lapisan Atmosfer............................... 14
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................... 16
4.2 Saran............................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Sebelum membahas permasalahan-permasalahan yang diangkat dalam


makalah ini, penulis akan membahas tentang latar belakang masalah yang menjadi
alasan dasar penulis mengangkat permasalahan ini. Terdapat pula tujuan
penulisan, dan pembatasan masalah.

1.1 Latar Belakang


Bumi adalah satu-satunya planet di tata surya yang memungkinkan bagi
makhluk hidup untuk tinggal dan melakukan segala aktivitasnya. Bumi memiliki
berbagai komponen dan unsur yang menunjang kehidupan makhluk hidup, seperti
air, tanah, udara, api, oksigen karbondioksida, nitrogen, dan lain sebagainya. Bumi
juga diselimuti oleh berbagai lapisan yang berperan dalam perlindungan terhadap
bahaya sinar matahari dan berbagai benda-benda luar angkasa. Lapisan tersebut
sering disebut sebagai atmosfer.
Atmosfer merupakan bagian yang tak terpisahkan dari planet bumi. Setiap
lapisan di atmosfer mengandung peranan yang sangat vital untuk keberlangsungan
kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi. Lapisan atmosfer juga disusun oleh
berbagai lapisan yang mana masing-masing lapisan penyusun atmosfer memiliki
peranan yang berbeda-beda bagi bumi.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulis menuliskan makalah ini tidak hanya sebagai tugas mata
kuliah Klimatologi, akan tetapi juga ingin memberikan berbagai informasi kepada
pembaca, antara lain bagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang apa itu atmosfer dan
lapisan penyusunnya
2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang pengaruh aerosol
terhadap lapisan atmosfer

1
1.3 Pembatasan Masalah
Apabila ditelaah dan diteliti lebih dalam lagi sebenarnya banyak sekali hal-
hal dapat masuk dalam pembahasan lapisan atmosfer bumi. Namun dengan segala
keterbatasan penulis maka makalah hanya dapat membahas sedikit materi lapisan
atmosfer bumi ini yang luas sekali cakupan masalahnya. Oleh karena itu penulis
membuat batasan materi yang dibahas yaitu:
1. Pengertian atmosfer dan lapisan penyusunya
2. Proses pembentukan lapisan atmosfer
3. Pengaruh aerosol terhadap lapisan ozon

2
BAB II
ISI

Dalam bab ini, penulis akan memberikan isi tentang apa saja yang
nantinya akan dibahas dalam makalah ini.

2.1 Atmosfer
Atmosfer berasal dari kata amos berarti uap dan sphira berarti bolabumi.
Atmosfer merupakan lapisan udara yang menyelimuti bumi. Lapisan atmosfer
merupakan campuran dari berbagai unsur (Hartono,2007). Secara umum
komposisi saat ini atmosfer kering (tanpa kandungan air) adalah 78,6 % (volume)
nitrogen (N2), 21 % oksigen (O2), 0,9 % argon (Ar), 0,03 % karbon dioksida
(CO2), dan berbagai jenis gas-gas pada level yang sangat kecil (kurang dari 0,002
%) seperti neon (Ne), helium (He), metana (CH4), kripton (Kr), hidrogen (H2),
xenon (Xe), sulfur oksida (SO2), ozon (O3) ammonia (NH3), karbon monoksida
(CO), dan sebagainya. Normalnya, air terkandung dalam atmosfer sebagai bentuk
uap air sebesar 1-3 % volume (Manahan 2000).
Atmosfer bumi adalah campuran gas yang secara kimia-fisika relatif
homogen pada setiap stratanya, yang membungkus permukaan bumi, dan tetap
bertahan karena gravitasi bumi. Dibandingkan dengan diameter bumi (sekitar
12.000 km), atmosfer merupakan lapisan tipis (ketebalan 200-500 km) larutan
udara sangat mudah dikompresi maupun diekspansi, dan mengelilingi bumi.
Karena pengaruh gravitasi bumi, maka sebagian besar gas-gas penyusun atmosfer
terkompresi di bagian bawah dekat permukaan bumi. Makin jauh jarak dari
permukaan bumi, maka makin renggang struktur gas-gas penyusun atmosfer,
sehingga densitas dan tekanan udara akan semakin rendah.
Sesungguhnya, atmosfer tidak jauh berbeda dengan lautan yang
membungkus permukaan bumi. Keduanya merupakan fluida yang membungkus
permukaan bumi dan terikat secara gravitasi. Perbedaan yang mendasar antara
atmosfer dan lautan adalah bahwa atmosfer merupakan campuran gas yang dapat
dikompresi atau ekspansi sedangkan lautan berisi cairan yang relatif tidak

3
terkompresi. Kemampuan kompresi dan ekspansi atmosfer, secara substansial
dipengaruhi oleh tekanan, menyebabkan berbagai fenomena atmosfer seperti
angin, mendung, hujan, iklim, cuaca, dan sebagainya (Petty 2008).
2.2 Sifat Atmosfer
Atmosfer berfungsi untuk melindungi bumi dari gangguan benda-benda
angkasa dan radiasi sinar matahari. Akibat yang ditimbulkan jika tidak adanya
lapisan atmosfer yang melindungi bumi, maka bumi akan bolong akbiat tertabrak
benda ruang angkas, misalnya meteor. Suhu yang terjadi di bumi akan sangat
extreme antara pagi dan malam hari.
Menurut penelitian para ahli, ketebalan lapisan atmosfer ini mencapai
1000km yang diukur dari atas permukaan laut. Selai ketebalannya yang besar,
lapisan ini juga memiliki berat 6 miliar ton.
Menurut Hartono (2007), lapisan atmosfer sebagai lapisan pelindung bumi
memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai berikut:
1. Tidak memiliki warna, tidak berbau, dan tidak memiliki wujud, serta
hanya bisa dirasakan oleh indra perasa manusia dalam bentuk angin.
2. Memiliki berat sehingga dapat menimbulkan tekanan
3. Memiliki seifat dinamis dan elastic yang dapat mengembang dan mngerut.
Salah satu unsure yang penting dalam atmosfer adalah uap air. Uap air
(H2O) sangat penting dalam proses dinamika cuaca atau iklim karena dapat
mengubah fase (wujud) uap air menjadi cair atau padat melalui kondensasi dan
depoisisi. Uap air yang terdapatdi atmosfer merupakan hasilpenguapan dari air
laut, danau, kolam, sungai, dan transpirasi tanaman.

2.3 Struktur Penyusun Atmosfer


Secara umum atmosfer, dipelajari dengan membaginya menjadi dua yaitu
regional rendah (lower) dan regional atas (upper). Regional bawah adalah
atmosfer dari permukaan bumi sampai ketinggian kira-kira 50 km. Studi untuk
regional ini merupakan studi meteorologi. Sedangkan studi regional atmosfer atas
(> 50 km), dikenal dengan studi aeronomi.

4
Dari total ketebalan atmosfer, kira-kira 500 km lebih dari permukaan bumi,
terdapat zona (sampai sekitar 90 km) dengan komposisi gas yang relatif tetap
dalam perbandingannya. Zona ini berisi gas-gas inert (N2, O2, He, Ar) yang
berinteraksi dengan energi radiasi yang cukup lemah. Sedangkan bagian zona atas
(>100 km), merupakan zona yang menerima radiasi dengan intensitas dan energi
yang sangat tinggi. Energi spektrum ini memungkinkan terjadinya reaksi
molekuler untuk ionisasi, fotolisis, radikalisasi, dan sebagainya. Pada zona ini
komposisi menjadi tidak seragam baik karena perubahan altitude maupun
latitudnya. Berdasarkan kehomogenan komposisi dan kerapatan pada setiap
ketinggian (altitude) dibagi dalam dua lapisan, yaitu:
1. Lapisan homosfer, merupakan lapisan bawah atmosfer (kurang dari 80
km) yang terdiri atas campuran gas permanen 99,9 % massa atmosfer total
dengan perbandingan komposisi tertentu yang tetap untuk setiap segmen
altitud. Secara kimia homogen/larutan homogen, pada ketinggian yang
sama komposisi kimia dan sifat fisika gas-gas penyusunnya relatif
homogen. Jadi lapisan homosfer ini tersusun atas lapisan-lapisan homogen
yang tersusun sampai ketinggian 80 km. Terdiri atas troposfer, stratosfer,
dan mesosfer.
2. Lapisan heterosfer, lapisan di atas homosfer yang terdiri atas gas-gas lebih
ringan (seperti hidrogen dan helium). Dominasi gas-gas ini berubah karena
perbedaan altitude, sehingga perbandingan komposisi berubah-ubah,
karena diisi dengan gas-gas yang relatif lebih ringan, mono atau diatomic
(seperti hidrogen dan helium). Komposisi yang kurang dari 0,1 % dari
massa atmosfer, volume ruang yang sangat besar, dan tekanan yang sangat
rendah, menyebabkan distribusi gas-gas di lapisan ini sangat besar. Jarak
antar gas relatif jauh, tidak banyak interaksi. Partikel gas-gas di lapisan ini
sangat besar dipengaruhi radiasi dan keadaan luar atmosfer. Pada lapisan
heterosfer ini, komposisi berubah/heterogen walaupun di altitude yang
sama, salah satunya karena intensitas radiasi yang berfluktuasi sangat
besar di siang dan malam, serta kapasitas panas yang rendah dari gas-gas
yang mayoritas monoatomik, radikal, atau dalam keadaan tereksitasi.

5
Pembagian lapisan atmosfer juga dapat dilakukan dengan mempelajari
sifat keteraturan perubahan sifat fisik (tekanan dan temperatur). Dalam hal ini,
atmosfer bumi dibagi menjadi 4 lapisan utama. Keempat lapisan utama tersebut
adalah:
1. Troposfer, berada dalam ketinggian dari permukaan bumi sampai
ketinggian rata-rata 11 km, temperature rata-rata 15 oC dipermukaan
laut menurun dengan bertambahnya ketinggian sampai kira-kira -56 oC
di bagian atas (tropopause),
2. Stratosfer, dari ketinggian rata-rata 11 km sampai kira-kira 50 km,
temperature rata-rata naik dari -56 oC sampai -2 oC di bagian atas
(stratopause), kenaikan temperature ini utamanya karena penyerapan
radiasi ultraviolet oleh ozon di atmosfer,
3. Mesosfer, lapisan diatas stratosfer (50 km) sampai dalam ketinggian
rata-rata 85 km , profil temperatur sama dengan troposfer, menurun
dengan bertambahnya ketinggian, dari -2 oC sampai sekitar -92 oC di
bagian lapisan paling atas (mesopause).
4. Termosfer, merupakan lapisan yang paling tinggi dari atmosfer mulai
85 km sampai dengan rata-rata 500 km, berisi lapisan gas dengan
kerapatan rendah, profil temperatur naik sampai 1200 oC, kenaikan ini
utamanya karena penyerapan radiasi dengan panjang gelombang < 200
nm oleh spesies gas-gas penyusun termosfer.

Diantara tiap-tiap dua lapisan atmosfer, terdapat lapisan antara (transisi)


yang merupakan batas antar muka kedua lapisan. Lapisan batas (antara) berfungsi
utama adalah menjaga eksistensi masing-masing lapisan tidak bercampur. Ada 3
lapisan transisi di atmosfer, yaitu:

1. Tropopause, lapisan transisi antara troposfer dan stratosfer


2. Stratopause, lapisan transisi antara stratosfer dan mesosofer, dan
3. Mesopause, lapisan transisi antara mesosfer dan termosfer

6
Setiap lapisan utama dan lapisan transisi atmosfer, mempunyai
karakteristik dan peran spesifik, merupakan bagian sistem atmosfer. Sistem
atmosfer ini didesain dalam rangka menopang kehidupan manusia dan
kelangsungan sistem lingkungan di bumi. Sinergi setiap lapisan ini diciptakan
dengan tugas masing-masing, untuk bersama-sama membuat kondisi bumi sangat
layak untuk berlangsungnya kehidupan.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Pembentukan Lapisan Atmosfer Bumi


Studi tentang atmosfer awalnya dilakukan untuk memahami fenomena-
fenomena yang berhubungan dengan permukaan bumi seperti cuaca/iklim,
fenomena pembiasan sinar matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-
kelipnya bintang, komet, meteor, dan lain-lain.
Bumi diperkirakan dibentuk beberapa saat setelah penciptaan jagad raya,
kira-kira 5 milyar tahun yang lalu. Dan diperkirakan 500 juta pertama setelah
penciptaannya, atmosfer dengan kerapatan tinggi, berisi asap seperti pada nebula
matahari, utamanya adalah hidrogen. Bersamaan dengan proses pendinginan gas-
gas lain dibentuk dari uap dan gas (asap) yang dikeluarkan dari dalam bumi hasil
reaksi-reaksi fusi atau asap dari luar bumi (proses pendinginan planet lain atau
bintang atau komet). Asap tersebut diperkirakan terdiri atas utamanya hidrogen
(H2), uap air (H2O), methana (CH4), dan karbon dioksida (CO2). Sampai kira-kira
3,5 juta tahun yang lalu, atmosfer diperkirakan terdiri atas CO2, CO, H2O, N2, dan
H2. Karbon dioksida ini menjadi dominan, karena proses oksidasi termal yang
berlangsung milyaran tahun dan tidak banyak dimanfaatkan untuk proses lain.
Keberadaan air, menyebabkan pengurangan gas CO2, melalui proses pelarutan
manjadi garam karbonat atau batuan karbonat. Bumi makin mengeras.
Pada awal penciptaan, atmosfer bumi tidak memiliki molekul-molekul
atau atom-atom oksigen bebas di dekat permukaan. Data-data yang menjelaskan
ini tersimpan pada formasi batuan purba yang dominan mengandung besi dan
uranium, dengan keadaan tereduksi. Unsur-unsur tersebut tidak ditemui lagi pada
batuan Precambrian dan yang lebih muda (< 3 juta tahun). Atmosfer bawah pada
saat itu lebih bersifat reduktor karena belum mengandung oksigen. Namun
beberapa penyelidikan menyebutkan pada bagian atas terdapat molekul oksigen
yang cukup melimpah, didesain untuk membentuk lapisan ozon.

8
Satu juta tahun yang lalu, ketika bumi sudah cukup dingin, diciptakan
organisma-aquatik awal yang oleh para kosmolog dinamakan blue-green algae
(tidak ada satupun toeri ilmiah yang dengan meyakinkan dapat membuktikan alga
ini terbentuk dengan sendirinya atau karena evolusi alam). Kehidupan ini masih
terbatas pada perairan. Organisma ini, mulai ditugaskan untuk menggunakan
energi dari matahari yang tidak terserap ozone, memecah molekul air dan karbon
dioksida, dan menggabungkan kembali menjadi senyawa organik esensial dan
membuat molekul oksigen. Inilah pertama kali proses fotosintesis terjadi.
Walaupun terjadi respirasi yang melepaskan kembali CO2, tetapi pertumbuhan
alga ini cukup besar dengan mendeposit carbon ke jaringan/senyawa organiknya.
Proses awal ini berlangsung selama ratusan ribu tahun, sehingga cukup membuat
akumulasi oksigen di atmosfer. Bersamaan dengan meningkatnya oksigen (O2)
tersebut, kadar karbon dioksida (CO2) menurun. Proses ini berlangsung terus,
sampai kadar oksigen di permukaan menjadi cukup besar.
Dalam kesimpulan berbagai penelitian atmosfer awal, terdapat dua proses
utama yang mengarah pada perubahan komposisi atmosfer. Pertama, adanya
tumbuhan yang mengkonversi karbon dioksida menjadi massa jaringan organik,
dengan mengeisikan oksigen ke atmosfer. Kedua peluruhan batuan pyrite yang
melepaskan sulfur sehingga kadar sulfur di lautan menjadi tinggi. Proses oksidasi
sulfur menurunkan oksigen di atmosfer. Walaupun secara meyakinkan perubahan
konsentrasi oksigen di atmosfer ini tidak diketahui penyebab jelasnya, namun
periode naiknya oksigen ini menjadikan bumi layak bagi kehidupan hewan dan
manusia di jaman-jaman berikutnya.
Pada atmosfer bagian atas, sebagian molekul-molekul oksigen (O2) bekerja
menyerap energi UV dari matahari dan terpecah menjadi atom oksigen tunggal.
Sebagian molekul oksigen tunggal ini berkoalisi dengan molekul oksigen yang
masih ada mulai membentu ozon (O3). Ozon ini akan menyerap UV dengan
panjang gelombang yang berbeda, kembali pecah menjadi O2 dan O. Akumulasi
ozon dalam jutaan tahun ini menghasilkan lapisan ozon di bagian atas (sekarang
dikenal dengan troposfer). Lapisan ini bereaksi terus menerus dan sangat efektif
menyerap UV (200-300 nm), dan melindungi permukaan bumi dari irradiasi UV

9
kuat dari matahari. Reaksi ini merupakan desain siklus yang berkesetimbangan di
lapisan ozon atmosfer. Keberadaan lapisan ozon ini, membuat daratan di Bumi
menjadi mungkin untuk diberi kehidupan. Radiasi yang diterima permukaan bumi
menjadi lebih kecil dan cukup untuk menjaga ikatan senyawa organik tetap utuh.
Daratan di Bumi menjadi cukup dingin, untuk memulai kehidupan. Tumbuhan
produsen sederhana dan perintis, mulai dipindahkan ke daratan.

3.2 Troposfer
Troposfer merupakan lapisan atmosfer yang paling dekat dan berinterakasi
langsung dengan permukaan bumi. Posisi ini menyebabkan dinamika pada
keduanya, baik di permukaan bumi maupun di troposfer, akan saling
mempengaruhi satu sama lain. Perubahan tekanan atau suhu di troposfer akan
berpengaruh pada dan juga dipengaruhi oleh permukaan bumi. Bentuk permukaan
bumi (terrain atau kekasaran), akan sangat berpengaruh pada turbulensi troposfer.
Perubahan komposisi troposfer juga sangat besar karena pengaruh emisi gas-gas
dari bumi. Pencemaran karena kegiatan manusia sangat berpengaruh besar pada
lapisan troposfer ini. Perubahan tekanan, aliran, suhu, dan stabilitas troposfer,
akan berpengaruh langsung pada permukaan bumi. Sebaliknya, fenomena hujan,
uap air, angin, badai, kekeringan dan seterusnya, merupakan contoh keadaan di
bumi yang langsung dipengaruhi oleh kondisi troposfer.
Lapisan troposfer, berisikan kira-kira lebih dari 80 % total massa atmosfer.
Gas-gas yang berada dalam troposfer merupakan gas-gas poliatomik dan
berdensitas relatif lebih besar. Gas-gas rumah kaca, oksigen dan nitrogen dominan
di lapisan troposfer. Uap air, awan, hujan (presipitasi), merupakan variabel gas
yang sangat berpengaruh besar pada fenomena troposfer.
Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas-gas poliatomik yang menjadi
konstituen atmosfer, baik alamiah maupun karena kegiatan manusia, yang
menyerap dan mengemisikan kembali radiasi inframerah (energi panas). Secara
alamiah GRK ini berkontribusi besar dalam menjaga suhu atmosfer tetap hangat
untuk menopang reaksi kimia dan biokimia di permukaan bumi. Dalam
termodinamika kimia, zat-zat poliatomik ini menyerap energi tinggi (UV panjang

10
atau IR) dan setelah mengalami proses internal molekul (dilatasi, translasi, dan
sebagainya) akan mengemisikan kembali dalam bentuk spektrum dengan energi
labih rendah (gelombang lebih panjang dan panas). Mekanisme tersebut terkait
dengan kesetimbangan energi yang terjadi di lapisan troposfer.

3.3 Stratosfer
Lapisan stratosfer merupakan lapisan yang berada di atas troposfer. Kedua
lapisan ini dibatasi oleh lapisan batas, tropopause, merupakan kondisi perubahan
lapse rate (dari lapse rate negatif (troposfer) menuju lapse rate positif
(stratosfer)). Ketebalan stratosfer kira-kira 40 km (altitude 10-16 km sampai
dengan sekitar 50 km). Lapisan ini ditandai dengan naiknya temperatur
lingkungan sebagai fungsi pertambahan altitude. Fenomena ini disebabkan
penyerapan spektrum ultra violet (UV) energi yang lebih tinggi di bagian lebih
atas, karena makin banyaknya molekul-molekul poliatomik. Sedangkan di bagian
lebih bawah, penyerapan spektrum UV lebih rendah, sebanding dengan penurunan
jumlah molekul poliatomik dan meningkatnya molekul diatomic atau
monoatomik. Secara termodinamika, molekul poliatomik akan menyerap
spektrum energi tinggi yang sesuai dan berpotensi meradiasikan spektrum infra
red (IR) lebih besar.
Lapisan stratosfer bagian atas didominasi oleh proses pembentukan ozon
dengan menyerap energi UV tinggi, dan meradiasikan IR tinggi. Sedangkan
bagian bawah, didominasi oleh proses pemecahan ozon dengan menyerap UV
lebih rendah, dan meradiasikan IR lebih rendah dibanding bagian atas. Secara
termodinamika, IR mempunyai panjang gelombang lebih pendek dibanding UV.
Spektrum panjang gelombang lebih panjang (energi rendah) akan menimbulkan
efek panas, sedangkan spektrum panjang gelombang lebih pendek (energi lebih
tinggi) lebih menimbulkan efek perubahan ikatan molekuler.
Pada lapisan stratosfer, fungsi ini (penyerapan spectrum) diwakili oleh
desain siklus pembentukan dan pemecahan ozon dilapisan ozonosfer (stratosfer).
Siklus pembentukan dan pemecahan ozon memanfaatkan spektrum radiasi ultra
violet dengan panjang gelombang 185 – 240 nm dan 280 – 320 nm. Hal ini

11
dijelaskan oleh Crutzen Molina & Rowland (peraih nobel fo chemistry, 1995).
Dalam penjelasannya disebutkan, secara alamiah pembentukan ozon dan
pemecahan ozon terjadi secara alaiah dan merupakan siklus yang
berkesetimbangan, diperkirakan reaksinya sebagai berikut:
pembentukan ozon (O3) alamiah (menyerap UV λ » 185-240 nm)
O2 + hv 2O
O + O2 O3
dan pemecahan ozon alamiah (menyerap UV λ » 280-320 nm)
O3 + hv O + O2
O + O3 2 O2
Dan lebih detail telah dijelaskan memalui “Chapman Reactions”, bahwa
ozon terbentuk melalui rekasi yang sama dengan di atas. Selanjutnya, ketika ozon
yang terbentuk menyerap UV, akan terjadi kesetimbangan reaksi pemecahan dan
pembentukan (Chapman 1930):
O3 + hv -> O2 + O (3)
O + O2 -> O3 (2)
atau ozon juga bisa mengalami pemecahan ketika bereaksi dengan O radikal, yang
berada di atmosfer, hasil reaksi pemecahan oksigen, seperti reaksi 1 di atas:
O + O3 -> O2 + O2 (4)
Pada reaksi-reaksi di atas, proses pembentukan ozon, makin lambat
dengan bertambahnya altitude, sementara proses pemecahan ozon makin cepat.
Pada area kesetimbangan pembentukan-pemecahan ozon, jumlah energi dan gas
terlibat dalam reaksi juga setimbang. Sehingga secara relatif jumlah ozon (O 3),
oksigen (O2) dan oksigen radikal (O) dalam kondisi steady, diatur dengan
kuantitas penyerapan spektrum UV. Secara alamiah, jumlah elemen yang terlibat
dalam reaksi ini sebanding dengan jumlah UV energi menengah (185 nm – 320
nm) yang masuk ke atmosfer. Dengan demikian tidak ada sisa spektrum UV
energi menengah yang signifikan untuk bisa terus sampai ke permukaan bumi.

3.4 Mesosfer

12
Lapisan mesosfer ditandai dengan penurunan suhu (temperatur) udara
dengan bertambahnya altitude (ketinggian dari permukaan bumi). Laju penurunan
temperatur tersebut dilaporkan rata-rata 0,4°C per seratus meter. Penurunan suhu
(temperatur) udara ini menandakan mesosfer memiliki kesetimbangan termal
negatif.
Temperatur tertinggi di mesosfer hampir mendekati -2 °C, di dekat
stratopause. Sedangkan di bagian paling atas mesosfer dekat dengan mesopause,
yaitu lapisan batas antara mesosfer dengan lapisan termosfer, temperaturnya
diperkirakan mencapai sekitar -92 °C. Di daerah mesosfer ini, kadang teramati
sebagai daerah dengan fenomena aurora. Ini terjadi karena proses ionisasi gas-gas
yang menyusunnya. Pada struktur atmosfer yang dijelaskan sebelumnya (lihat
gambar 3), mesosfer dan termosfer masuk dalam wilayah ionosfer. Pada wilayah
ionosfer ini, proses reaksi yang dominan adalah ionisasi karena gas-gas menerima
radiasi spektrum energi lengkap dari matahari. Spektrum energi tinggi ini yang
sangat berpengaruh pada orbital elektron setiap atom, sehingga terjadi proses-
proses yang berkaitan dengan ionisasi.
Pada lapisan mesosfer ini konsentrasi gas ozon makin berkurang tajam
ketika altitude makin tinggi, sehingga UV terserap juga makin sedikit. Sebagai
akibatnya suhu makin ke atas akan makin turun.

3.5 Termosfer
Lapisan ini merupakan tempat terjadinya ionisasi partikel-partikel yang
dapat memberikan efek pada perambatan/refleksi gelombang radio, baik
gelombang panjang maupun pendek. Disebut dengan termosfer karena terjadi
kenaikan temperatur (inversi) yang sangat tinggi pada lapisan ini. Temperatur
pada lapisan termosfer ini sangat tergantung pada aktifitas matahari (sunspots
atau flares). Kuatnya radiasi matahari (active sun) menyebabkan suhu di
termosfer pada lapisan paling atas sangat tinggi, mencapai sekitar 1700 oC .
Namun pada aktivitas matahari yang cukup rendah, seperti malam hari atau
kondisi quiet sun, suhu termosfer menjadi cukup rendah, sekitar 300 oC.
Pengurangan altitude, menyebabkan perubahan suhu termosfer menurun sangat

13
besar. Perubahan ini terjadi karena menurunnya serapan radiasi sinar ultra ungu
terutama UV gelombang sangat pendek (< 0.1 μm) oleh gas-gas penyusun
termosfer.
Pada bagian atas termosfer, radiasi UV pendek begitu kuat menyebabkan
reaksi kimia (ionisasi). Hasil rekasi ionisasi ini membentuk lapisan bermuatan
listrik yang dikenal dengan nama ionosfer. Lapisan ionosfer ini yang kemudian
diketahui dapat memantulkan gelombang radio dan menyebabkan atmosfer
memiliki sifat-sifat yang sangat penting.

3.6 Pengaruh Aerosol Terhadap Lapisan Atmosfer


Aerosol adalah kumpulan dari partikel-partikel padat yang tersuspensi di
dalam medium gas dalam waktu yang cukup lama dan memungkinkan untuk
diamati dan diukur. Pada umumnya, partikel aerosol berukuran 0.001-100 µm
sehingga kasat mata namun keberadaannya tidak dapat dipungkiri. Aerosol
terdapat di atmosfer, dari permukaan hingga ketinggian stratosfer. Bahkan tanpa
disadari, aerosol pun banyak terdapat di dalam ruangan, terutama ruangan tertutup
dengan ukuran yang sangat halus (nano aerosol) (Hamdi, 2013).
Munculnya aerosol di lapisan stratosfer didominasi kuat oleh letusan
gunung berapi yang menyemburkan ribuan ton sulful oksida (SO 2) ke atmosfer di
samping material debu lainnya, bahkan mencapai lapisan stratosfer. Gas SO 2
dapat berubah menjadi H2SO4/H2O langsung melalui konvensi gas ini ke partikel
serta reaksi heterogen dengan uap air melalui bantuan radiasi matahari pada
ketinggian tertentu (McCormick et al., 1995). Letusan gunung berapi yang
dahsyat akan meningkatkan secara cepat jumlah aerosol sulfat di lapisan
stratosfer. Aerosol sulfat di lapisan stratosfer ini memiliki waktu hidup yang lebih
lama dibandingkan dengan waktu hidupnya di lapisan troposfer, khususnya
troposfer bawah.
Jumlah sulfurdioksida yang dilepaskan selama terjadinya letusan adalah
sebanyak 30 juta ton (McCormick et al., 1995). Gas sulfurdioksida akan
bercampur dengan air dan oksigen di atmosfer dan berubah menjadi asam sulfat

14
yang akan mempercepat proses penipisan lapisan ozon. Selain berasal dari letusan
gunung berapi yang dahsyat, aerosol di lapisan stratosfer juga berasal dari debu-
debu meteorit di lapisan mesosfer, dan masuk ke dalam lapisan stratosfer melalui
proses pengendapan.
Adanya aerosol di dalam atmosfer bumi akan meningkatkan Aerosol
Optical Depth (AOD) dan memperluas penutupan awan yang berakibat pada
menurunnya radiasi net matahari pada puncak awan sehingga terjadilah
pendinginan (Lohmann U, dan J. Feichter, 2005). Selain itu, aerosol karbon dan
debu akan menambah positive forcing pada puncak atmosfer, setidaknya di daerah
dengan albedo permukaan yang tinggi, dan juga secara langsung menghangatkan
atmosfer. Efek ini dapat diperkuat jika penyerapan radiasi matahari dari partikel-
partikel aerosol ini terjadi di dalam tetes awan. Peningkatan temperature ini akan
mengurangi kelembaban relative dan bisa juga menurunkan evaporasi tetes awan.
Pengurangan penutupan awan dan AOD awan selanjutnya akan memperkuat
pemanasan sistem atmosfer bumi (Hamdi, 2013).

15
BAB IV
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang penulis dapat berikan dari makalah ini, yaitu atmosfer
berasal dari kata amos berarti uap dan sphira berarti bola bumi. Atmosfer
merupakan lapisan udara yang menyelimuti bumi. Lapisan atmosfer merupakan
campuran dari berbagai unsure.
Pembagian lapisan atmosfer juga dapat dilakukan dengan mempelajari
sifat keteraturan perubahan sifat fisik (tekanan dan temperatur). Dalam hal ini,
atmosfer bumi dibagi menjadi 4 lapisan utama. Keempat lapisan utama tersebut
adalah troposfer, stratosfer, mesosfer, dan termosfer.
Aerosol adalah kumpulan dari partikel-partikel padat yang tersuspensi di
dalam medium gas dalam waktu yang cukup lama dan memungkinkan untuk
diamati dan diukur. Adanya aerosol di dalam atmosfer bumi akan meningkatkan
Aerosol Optical Depth (AOD) dan memperluas penutupan awan yang berakibat
pada menurunnya radiasi net matahari pada puncak awan sehingga terjadilah
pendinginan

6.2 Saran
Penulis sadari penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis ingin memberikan saran agar kedepannya makalah yang
mengangkat tema tentang lapisan atmosfer bumi dapat membuat makalah menarik
dengan memberikan gambar maupun tabel.

16
DAFTAR ISI

Chapman, S. 1930. "A theory of upper-atmosphere ozone." Mem. Roy.


Meteorological Society

Fenger, Jes, and Jens Christian Tjell, . 2009. Air Pollutan, from a Local to a
Global Perspective. 1st. RSC Publishing, Polyteknisk Forlag

Hamdi, Saipul. 2013. “Dampak Aerosol Terhadap Lingkungan Atmosfer.” Berita


Dirgantara. Vol.14. No.1

Hartono. 2007. Geografi:Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: Citra Praya.

Holton, J.R, P.H. Haynes, M.E. McIntyre, A.R. Douglass, R.B. Rood, and
L.Pfister. 1995. "Strattosphere-troposphere exchange." Rev. Geophysics.
vol 33 : 403-439.

Lohmann, U dan J. Feichter. 2005. Global IndirectAerosol Effets: a Review:


Atmospheric Chemistry and Physics, 5, 715-737.

Manahan, Stanley E. 2000. The Atmosphere and Atmospheric Chemistry-


Environmental Chemistry. Boca Raton: CRC Press LLC.

McCormick, et. al. 1995. Atmospheric Effects of the Mt Pinatubo


Eruption.Nature, 373, 399-404

Petty, Grant W. 2008. A First Course in Atmospheric Thermodynamics. 1st .


Madison, Wisconsin: Sundog Publisher.

Seinfeld, John H, and Spyros N Pandis. 2006. Atmospheric Chemistry and


Physics, from Air Pollution to Climate Change. 2nd edition vols.
Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons. Inc.

Trenberth, K.E, and L Smith. 2005. "The mass of the atmosphere: A constraint on
global Analysis." Journal of Climate vol 18: 864-875.

17

Anda mungkin juga menyukai