Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AGROKLIMATOLOGI

DI SUSUN OLEH

RAHMAT ADITYA MASA


92011407133012

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
POSO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pengajar Bapak yang telah memberikan bimbingan
dalam proses perkuliahan yang berlangsung selama setengah semester ini. Makalah ini disusun
berdasarkan judul materi yang telah disampaikan oleh dosen pengajar dan isi dari materinya diambil
dari beberapa referensi.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis harapkan adanya saran yang membangun agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca.

Poso,28 juli 2023

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah katulistiwa termasuk wilayah yang
sangat rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan pola curah hujan,kenaikan muka air laut, dan suhu
udara, serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan merupakan beberapa
dampak serius perubahan iklim yang dihadapi Indonesia. Perubahan iklim akan menyebabkan seluruh
wilayah Indonesia mengalami kenaikan suhu udara, dengan laju yang lebih rendah dibanding wilayah
subtropics, wilayah selatan Indonesia mengalami penurunan curah hujan, sedangkan wilayah utara akan
mengalami peningkatan curah hujan. Perubahan pola hujan tersebut menyebabkan berubahnya awal
dan panjang musim hujan. Di wilayah Indonesia bagian selatan, musim hujan yang makin pendek akan
menyulitkan upaya meningkatkan indeks pertanaman (IP) apa bila tidak tersedia varietas yang berumur
lebih pendek dan tanpa rehabilitasi jaringan irigasi. Meningkatnya hujan pada musim hujan
menyebabkan tingginya frekuensi kejadian banjir, sedangkan menurunnya hujan pada musim kemarau
akan meningkatkan risiko kekekeringan. Sebaliknya, di wilayah Indonesia bagian utara,meningkatnya
hujan pada musim hujan akan meningkatkan peluang indeks penanaman, namun kondisi lahan tidak se
baik di Jawa. Tren perubahan ini tentunya sangat berkaitan dengan sektor pertanian.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

 Menjelaskan bagaimana pengaruh iklim terhadap sektor pertanian

 Menjelaskan bagaimana pengaruh radiasi matahari terhadap pertanian

 Menjelaskan bagaimana pengaruh cuaca serta unsur-unsurnya

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan ini adalah:

 Mengetahui apa itu agroklimatologi beserta fungsi mempelajarinya

 Mengetahui hal-hal yang tercakup dalam agroklimatologi

 Mengetahui mengetahui aspek-aspek iklim yang berhubungan dengan bidang pertanian


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Agroklimatologi

2.1.1 Pengertian Agroklimatologi

Berbicara mengenai agroklimatologi, maka harus mengaitkan mengenai fenomena yang sering
terjadi di bumi dan pengaruhnya di bidang pertanian. Agroklimatologi terdiri tari 3 kata yaitu: agro
(lahan/pertanian), klimat (iklim) dan logi/logos (ilmu). Jadi dapat disimpulkan bahwa agroklimatologi
adalah suatu disiplin ilmu yang menpelajari tentang klimatologi dan kaitannya dengan bidang pertanian.
Yang dimaksud dengan klimatologi adalah ilmu yang menerangkan tentang iklim, bagaimana iklim dapat
berbeda pada suatu tempat dengan tempat lainnya. Ilmu ini berhubungan dengan cuaca, dimana cuaca
dan iklim merupakan salah sau komponen ekosistem alam sehingga kehidupan baik manusia, hewan
dan tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh atmosfer dengan proses-proese perbedaan antara cuaca
dan iklim.

Selain itu terdapat berbagai cabang ilmu klimatologi sesuai bidang kajiannya seperti klimatologi
kelautan, klimatologi ruang, klimatologi bangunan, klimatologi pedesaan dan klimatologi perkotaan.
Berdasarkan ruang lingkup kajiannya, klimatologi dibagi menjadi 3 yakni mikroklimatologi, yakni ilmu
iklim yang membahas atmosfer sebatas ruang perakaran hingga sekitar tajuk tanaman atau atmosfer
sekitar tanah. Kedua adalah mesoklimatologi yakni ilmu iklim yang membahas prilaku atmosfer dalam
batas wilayah dan yang ketiga adalah makroklimatologi yakni ilmu iklim yang menekankan
pembahasannya pada wilayah yang sangat luas.

2.1.2 Manfaat Mempelajari Agroklimatologi

Manfaat agroklimatologi yakni sebagai berikut :

 Untuk mengetahui pengaruh apa saja yang menpengaruhui dalam bidang pertanian.

 Untuk mengetahui bagaimana unsur-unsur iklim itu berperan dalam kehidupan tanaman.

 Untuk memahami bagaimana iklim menpengaruhi hama tanaman.

 Kita bisa merencanakan kapan waktu yang tepat untuk melakukan proses pembudidayaan
tanaman, misalnya menentukan jadwal pemupukan, jadwal penyemprotan.

 Untuk mengetahui dan menpelajari tentang cuaca dan iklim dan sebagainya.

 Kita bisa mengetahui kapan tanaman tersebut melakukan stadia tumbuhnya.

 Kita bisa mengetahui umur dari suatu tanaman.

 Untuk merancang pola tanam yang baik.


 Untuk mengetahui hubungan antara unsur-unsur iklim dengan proses pertumbuhan tanaman.

 Untuk mengetahui penjadwalan tanam & panen budidaya pertaniaan.

 Penentuan jenis tanaman untuk wilayah yang akan ditanam dan sebaliknya.

 Untuk mengupayakan peningkatan produksi panen.

 Untuk menghindari kegagalan dalam panen.

2.2 Atmosfer

2.2.1 Pengertian Atmosfer

Atmosfer ialah kumpulan dari beberapa lapisan gas dengan ketebalan ribuan kilometer yang terdiri
atas troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, ionosfer dan eksosfer. Lapisan – lapisan ini masing –
masing memiliki fungsi. Namun secara umum, fungsi atmosfer adalah untuk melindungi bumi dari
radiasi dan pecahan benda langit lain (meteor).

Apabila ditinjau dari asal kata, atmosfer berasal dari bahasa Yunani, yaitu atmos (uap) dan shpaira
(bola/bumi). Jadi, atmosfer adalah selubung berwujud gas yang mengelilingi bumi. Atmosfer juga berarti
penghambat bagi benda-benda angkasa yang bergerak melaluinya sehingga sebagian meteor yang
melalui atmosfer akan menjadi panas dan hancur sebelum mencapai permukaan bumi.

2.2.2 Fungsi Atmosfer

Atmosfer di bumi fungsinya adalah untuk melindungi kehidupan. Hal ini dikarenakan atmosfer dapat
menyerap radiasi sinar ultraviolet dari matahari yang mampu memicu kanker kulit bagi manusia.
Atmosfer juga bisa mengurangi suhu ekstrem di antara siang dan malam. Atmosfer Bumi terdiri atas gas
Nitrogen sekitar 78.17%, Oksigen sebesar 20.97%, sedikit Argon 0.9%, Karbondioksida sekitar 0.0357%,
ditambah uap air dan gas lainnya. Atmosfer sendiri tidak mempunyai batas mendadak, tetapi agak
menipis lambat laun dengan menambah ketinggian, tidak ada batas pasti antara atmosfer dan angkasa
luar.

Manfaat atmosfer bagi kehidupan sangatlah vital. Pada dasarnya atmosfer berperan sebagai
protektor Bumi dari serangan benda dan radiasi asing. Namun terdapat fungsi lain dari atmosfer sendiri,
yakni :

Melindungi bumi dari jatuhnya benda angkasa seperti meteor, komet dll.

Memantulkan gelombang radio.

Menjaga temperatur udara di permukaan bumi agar tetap sesuai untuk kehidupan.

Membantu menjaga stabilitas suhu udara pada waktu siang dan malam.

Menciptakan cuaca, berupa hujan dan salju sehingga terjadilah musim panas dan musim dingin.
Menyerap radiasi sinar ultraviolet yang sangat berbahaya bagi manusia dan makhluk bumi lainnya.

Sebagai sarana berlangsungnya proses pembakaran, tanpa udara kita tidak dapat menyalakan api,
bernafas dan proses kimia lainnya.

Gas-gas yang ada di atmosfer mempunyai peran masing-masing antara lain:

Oksigen untuk pernafasan mahluk hidup.

Nitrogen untuk pertumbuhan tanaman.

Karbondioksida untuk fotosintesis tumbuhan.

Ozon untuk menyerap sebagian radiasi matahari, termasuk ultraviolet yang mampu menyebabkan
kanker kulit pada manusia.

Neon untuk lampu listrik.

2.2.3 Pembagian Atmosfer

Pembagian utama dari atmosfer adalah sebagai berikut:

Atmosfer atas, yang dimonitoring dengan menggunakan balon yang dilengkapi dengan alat yang
dinamanak meteograf(alat pencatat temperatur, tekanan, dan basah udara), juga dipasangi radio sonde
yang dapat memancarkan hasil penyelidikan mengenai temperatur, tekanan, dan lengas udara ke
permukaan bumi.

Atmosfer bawah, yang dimonitoring dengan beberapa alat pencatat secara langsung dengan
menggunakantermometer, anemometer, altimeter, barometer, dan alat bantu lainnya.

2.2.4 Lapisan-lapisan Atmosfer

Troposfer

Lapisan ini mempunyai ketebalan yang berbeda-beda di tiap wilayah di atas Bumi. Di atas kutub,
tebal lapisan ini sekitar 9 km. Semakin dekat dengan daerah khatulistiwa lapisan ini semakin tebal
hingga mencapai 15 km. Perbedaan ketebalan ini disebabkan oleh rotasi Bumi, akibatnya terjadi
perbedaan kondisi cuaca antara kutub dan khatulistiwa. Lapisan ini menjadi tempat terjadinya proses-
proses cuaca, seperti awan, hujan, serta proses-proses pencemaran lainnya. Pada lapisan ini tinggi
rendahnya suatu tempat di permukaan Bumi berpengaruh terhadap suhu udaranya, semakin tinggi (tiap
kenaikan 1.000 meter) suatu tempat di permukaan Bumi, temperatur udaranya akan turun rata-rata
sekitar 6°C di daerah sekitar khatulistiwa. Hal ini mengikuti hukum gradien geothermis. Peralihan antara
lapisan troposfer dengan stratosfer disebut tropopause.

Stratosfer
Lapisan di atas tropopause adalah lapisan stratosfer. Di lapisan ini tidak berlaku hukum gradien
geothermis karena semakin tinggi posisi di tempat ini, suhu akan semakin naik. Hal ini disebabkan
kandungan uap air dan debu hampir tidak ada. Pada lapisan ini terdapat lapisan ozon.

Keberadaan ozon sekarang ini semakin menipis karena adanya pencemaran dari gas CFCs
(Chloroflourocarbons). Ozon berguna untuk menyerap radiasi yang dipancarkan oleh sinar ultraviolet.
Di atas lapisan stratosfer terdapat lapisan stratopause yang merupakan lapisan peralihan antara
stratosfer dan mesosfer.

Mesosfer

Lapisan ini merupakan tempat terbakarnya meteor dari luar angkasa menuju Bumi sehingga lapisan
ini merupakan lapisan pelindung Bumi terhadap benturan benda atau batuan meteor. Di atas lapisan
mesosfer terdapat lapisan mesopause yang merupakan lapisan peralihan antara mesosfer dan
termosfer.

Termosfer

Lapisan di atas mesopause adalah lapisan termosfer. Pada lapisan ini terdapat aurora yang muncul
kala fajar atau petang. Lapisan ini penting bagi komunikasi manusia karena memantulkan gelombang
radio ke Bumi sehingga gelombang radio pendek yang dipancarkan dari suatu tempat dapat diterima di
bagian Bumi yang jauh.

Ionosfer

Ionosfer berada 100 – 800 km dari muka bumi. Seluruh atom dan molekul udara mengalami ionisasi
di dalam lapisan ini. Daerah ionosfer berkisar mengandung muatan listrik. Terdapat tiga lapisan pada
ionosfer, yaitu:

lapisan Kennelly Heavyside (lapisan E), pada ketinggian antara 100–200 km.

lapisan Appleton (lapisan F), pada ketinggian 200–400 km; (iii) gelombang radio mengalami pemantulan
(gelombang panjang dan pendek) pada kedua lapisan di atas; (iv) lapisan atom, berada pada ketinggian
400–800 km.

Eksosfer

Lapisan ini merupakan lapisan terluar yang mengandung gas hidrogen dan kerapatannya makin tipis
sampai hampir habis di ambang angkasa luar. Cahaya redup yaitu cahaya zodiakal dan gegenschein
muncul pada lapisan eksosfer yang sebenarnya merupakan pantulan sinar matahari oleh partikel debu
meteor yang banyak jumlahnya dan bergelantungan di angkasa.
2.2.5 Tujuan dari Mempalajari Atmosfer

Sebagai pedoman dalam membuat ramalan cuaca (prakiraan cuaca) jangka pendek ataupun jangka
panjang. Ramalan cuaca sangat penting bagi kepentingan pertanian, penerbangan, pelayaran,
peternakan, dan lainnya.

Sebagai dasar untuk menyelidiki syarat-syarat hidup dan ada tidaknya kemungkinan hidup di lapisan
udara bagian atas.

Sebagai pedoman untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan dilakukannya hujan buatan di suatu


wilayah tertentu.

Mengetahui sebab-sebab gangguan yang terjadi pada gelombang radio, televisi, dan menemukan cara
untuk memperbaiki hubungan melalui udara.Penyelidikan atmosfer tersebut bertempat di stasiun
meteorologi atau observatorium meteorology.

2.3 Cuaca dan Iklim

2.3.1 Pengertian Cuaca dan Iklim

Cuaca dapat didefenisikan sebagai keadaan rata-rata udara pada saat waktu tertentu dan di
wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat (biasanya hitungan per jam
atau hari). Cuaca terbentuk dari gabungan beberapa unsur – unsur cuaca. Jangka waktu cuaca bisa
hanya beberapa jam saja dan bisa dalam hari. Misalnya: pagi hari, siang hari atau sore hari, dan
keadaannya bisa berbeda – beda untuk setiap area dan setiap jamnya.

Iklim memiliki jangkauan daerah yang lebih besar dan waktu yang lebih lama, dan umumnya
bersifat stagnan (tiak berubah) dari waktu ke waktu. Iklim dapat didefenisikan sebagai suatu keadaan
cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama
(minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas (negara, pulau, atau benua).

Sebagai contoh pada hari Senin, langit di Pontianak tampak begitu gelap, banyak awan serta angin
yang bertiup terasa dingin, seperti membawa uap air. Selang beberapa waktu kemudian hujan turun
dengan lebat. Pada saat yang bersamaan di Yogyakarta, langit begitu cerah sehingga matahari bersinar
dengan intensitas yang kuat dan udara terasa panas.

Dari contoh diatas dapat dikatakan bahwa pada hari Senin cuaca antara Pontianak dan Yogyakarta
berbeda. Yogyakarta dan Pontianak merupakan dua kota yang terdapat di wilayah Indonesia. Keduanya
memiliki iklim yang sama, yaitu iklim tropis. Dengan iklim tropis, wilayah Indonesia sepanjang tahun
terkena sinar matahari. Berbeda dengan daerah kutub yang beriklim dingin, sinar matahari selama
setahun tidak selamanya menyinari daerah tersebut.

2.3.2 Unsur-unsur Cuaca

2.3.2.1 Tekanan Udara (Air Pressure)

Permukaan bumi secara langsung ditekan oleh udara, karena udara memiliki massa. Tekanan udara
dapat diukur dengan menggunakan barometer. Tekanan udara akan berbanding terbalik dengan
ketinggian suatu tempat sehingga semakin tinggi tempat dari permukaan laut semakin rendah tekanan
udaranya. Kondisi ini karena makin tinggi tempat akan makin berkurang udara yang menekannya.
Satuan hitung tekanan udara adalah milibar, sedangkan garis pada peta yang menghubungkan tempat-
tempat dengan tekanan udara yang sama disebut isobar.

2.3.2.2 Kecepatan Angin (Wind Speed)

Perbedaan tekanan udara di satu tempat dengan tempat yang lain menimbulkan aliran udara.
Pada dasarnya angin terjadi disebabkan oleh perbedaan penyinaran matahari pada tempat-tempat yang
berlainan di muka bumi. Perbedaan temperatur menyebabkan perbedaan tekanan udara. Aliran udara
berlangsung dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke tempat dengan tekanan udara yang lebih
rendah. Udara yang bergerak inilah yang disebut angin.

Menurut hukum Stevenson, kekuatan angin berbanding lurus dengan gradient barometriknya.
Gradient baromatrik ialah angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar pada tiap
jarak 15 meridian (111 km).

2.3.2.3 Temperatur Udara (Air Temperature)

Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau
derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukuran dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur
(R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan
semakin ke kutub maka akan semakin dingin.

2.3.2.4 Awan (Clouds)

Awan ialah kumpulan titik-titik air atau kristal-kristal es yang halus dalam udara di atmosfer yang
terjadi karena adanya pengembunan dan pemadatan uap air yang terdapat di udara setelah melampaui
keadaan jenuh. Kondisi awan dapat berupa cair, gas, atau padat karena sangat dipengaruhi oleh
keadaan suhu. Awan yang menempel di permukaan bumi disebut kabut.

Secara morfologi (bentuknya) awan dibedakan menjadi tiga jenis :

Awan Commulus yaitu awan yang bentuknya bergumpal-gumpal


(bunar-bundar) dan dasarnya horizontal.

Awan Stratus yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehingga dapat menutupi langit secara merata.
Dalam arti khusus awan stratus adalah awan yang rendah dan luas.

Awan Cirrus yaitu awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat, berbentuk seperti bulu burung.
Sering terdapat kristal es tapi tidak dapat menimbulkan hujan.

Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

Awan tinggi (lebih dari 6000 m – 9000 m), karena tingginya selalu terdiri dari kristal-kristal es.

Cirrus (Ci) : awan tipis seperti bulu burung.

Cirro stratus (Ci-St) : awan putih merata seperti tabir.

Cirro Cumulus (Ci-Cu) : seperti sisik ikan.

Awan sedang (2000 m – 6000 m)

Alto Comulus (A-Cu) : awan bergumpal-gumpal tebal.

Alto Stratus (A- St) : awan berlapis-lapis tebal.

Awan rendah (di bawah 200 m)

Strato Comulus (St-Cu) : awan yang tebal luas dan bergumpal¬gumpal.

Stratus (St) : awan merata rendah dan berlapis-lapis.

Nimbo Stratus (No-St) : lapisan awan yang luas, sebagian telah merupakan hujan.

2.3.2.5 Kelembapan Udara (Air Humidity)

Kelembapan udara dapat dibedakan menjadi dua yaitu kelembapan mutlak dan kelembapan nisbi.
Kelembapan mutlak (absolut) ialah jumlah massa uap air yang ada dalam suatu satuan volume di udara.
Kelembapan nisbi (relatif) ialah banyaknya uap air di dalam udara berupa perbandingan antara jumlah
uap air yang ada dalam udara saat pengukuran dan jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung
oleh udara tersebut.

Contoh : Dalam 1 m³ udara yang suhunya 20o C terdapat 14 gram uap air (basah absolut = 14
gram), sedangkan uap air maksimum yang dapat dikandungnya pada suhu 20o C = 20 gram.

2.3.2.6 Curah Hujan (Rain Intensity)


Hujan ialah peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer
ke permukaan bumi. Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai curah
hujan yang sama disebut Isohyet. Curah hujan atau presipitasi adalah banyaknya air hujan atau kristal es
yang jatuh hingga permukaan bumi. Banyaknya hujan yang jatuh pada suatu tempat di bumi dapat
diketahui dengan mengukur besarnya curah hujan tersebut menggunakan alat penakar hujan. Ada pula
beberapa sebutan untuk alat penakar hujan yaitu sering disebut fluviometer ataupun ombrometer.

2.3.2.7 Klasifikasi Hujan

Berdasarkan ukuran butirannya, hujan dibedakan menjadi:

Hujan gerimis/drizzle, diameter butir-butirannya kurang dari 0,5 mm.

Hujan salju/snow, terdiri dari kristal-kristal es yang temperatur udaranya berada di bawah titik beku.

Hujan batu es, merupakan curahan batu es yang turun di dalam cuaca panas dari awan yang
temperaturnya di bawah titik beku.

Hujan deras/rain, yaitu curahan air yang turun dari awan yang temperaturnya di atas titik beku dan
diameter butirannya kurang lebih 7 mm.

Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan atas:

Hujan Frontal, adalah hujan yang terjadi di daerah front, yang disebabkan oleh pertemuan dua massa
udara yang berbeda temperaturnya.

Hujan Zenithal/ Ekuatorial/ Konveksi/ Naik Tropis, hujan yang terjadi karena udara naik disebabkan
adanya pemanasan tinggi.

Hujan Orografis/Hujan Naik Pegunungan, terjadi karena udara yang mengandung uap air dipaksa oleh
angin mendaki lereng pegunungan yang makin ke atas makin dingin sehingga terjadi kondensasi,
terbentuklah awan dan jatuh sebagai hujan.

2.3.2.8 Pengaruh Iklim Terhadap Hama Penyakit Tanaman

Pengaruh iklim yang terdapat di Indonesia, di satu pihak sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sedangkan di pihak lain unsur iklim juga dapat menyebabkan kurangnya unsur
hara dan zat makanan yang tersedia dalam tanah melalui proses pengangkutan dan penghanyutan.
Penanggulangan hal tersebut yang kurang dipikirkan dengan matang misal cara pengolahan tanah yang
salah serta teknik budidaya yang salah, justru akan meningkatkan perkembangan hama dan penyakit
tanaman, misalnya:

Tujuan pembajakan lahan adalah selain untuk memperbaiki aerasi tanah, sifat tanah, kelembaban tanah,
daya pengikatan tanah terhadap air, daya penyerapan tanah terhadap unsur-unsur hara, dan air, juga
dapat membunuh benih-benih gulma dan spora patogen tanah. Pembajakan lahan harus dilakukan
dengan baik, jika pembajakan atau pengolahan tanah sebelum penanaman kurang baik, maka selain
aerasi tanah, sifat tanah, kelembaban tanah, daya pengikatan tanah terhadap air, daya penyerapan
tanah terhadap unsur-unsur hara, dan air akan berkurang juga benih-benih gulma dan spora patogen
tanah akan subur dan berkembang biak di lahan tersebut. Jika lahan tersebut ditanami suatu tanaman
yang merupakan inang bagi patogen tanah tersebut, maka seluruh tanaman pada lahan tersebut akan
terserang.

Teknik budidaya yang kurang baik, seperti penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat sampai
permukaan tanah tertutupi, juga dapat menghalangi masuknya radiasi matahari ke tanah permukaan
dan menghalangi proses penguapan tanah (evaporasi berkurang), hal ini dapat meningkatkan
kelembaban di lahan tersebut. Semakin tinggi kelembaban maka perkembangan patogen tanaman akan
semakin meningkat di lahan tersebut. Penggunaan jarak tanaman yang terlalu rapat juga sangat disukai
oleh tikus karena menjadi tempat persembunyian yang baik untuk perkembangan tikus di lahan
tersebut.

Apalagi jika tempat dimana kita melakukan budidaya merupakan tempat dengan curah hujan yang
tinggi, penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat dapat meningkatkan perkembangan penyakit di lahan
tersebut, hal ini disebabkan karena percikan-percikan air hujan dapat membantu proses penyebaran
penyakit.

Pada tempat yang kedudukannya dekat dengan matahari, atau karena mulai menipisnya lapisan ozon di
atmosfer akan menyebabkan suhu tanah permukaannya biasanya lebih tinggi, hal ini dapat
menyebabkan mikroflora dan mikrofauna yang diperlukan untuk menyuburkan tanah akan mati
sehingga yang berkembang di dalam tersebut biasanya patogen tanah yang mematikan. Kalau tidak
segera dilakukan pencegahan (tidak segera dilakukan mulching/pemulsaan), kemudian tanah tersebut
digunakan untuk budidaya pertanian, maka kegiatan pertanian tidak akan berhasil karena bisa diserang
oleh penyakit tanaman yang sudah berkembangbiak di tanah tersebut.

Pada musim kemarau kecepatan angin sekitar 3,5 m/detik (12,6 km/jam) lebih besar dari musim
penghujan. Angin dapat membantu penyebaran spora patogen dari satu lahan yang terserang penyakit
ke lahan lain yang ada di sekitarnya yang kebetulan tanamannya merupakan inang dari patogen
tanaman tersebut. Jika tidak diantisipasi dengan penggunaan tanaman barier (penghalang) untuk
mencegah masuknya atau menyebarnya spora patogen ke lahan punya kita, maka perkembangan
penyakit tanaman di lahan kita tidak bisa dihindari.

Pemanasan global dapat mempengaruhi iklim atau dapat menyebabkan perubahan iklim, salah satunya
adalah terjadinya pergantian antara musim kemarau dan hujan yang tidak menentu, musim hujan dan
musim kemarau dalam satu tahun bisa berlangsung menjadi lama dan panjang. Musim kemarau yang
panjang ini dapat menguntungkan bagi perkembangan hama penggerek batang padi (Scirpophaga
innotata). Hama ini setelah menyerang tanaman padi kemudian dapat melakukan diapause di bagian
pangkal batang. Diapause dilakukan ketika musim kemarau tiba, dan setelah tanaman padi dipanen pun
masih masih tetap berdiapuse di pangkal batang padi (tunggul-tunggul padi). Selama diapause di tidak
makan, tidak minum namun tidur. Tidurnya lama sekali yaitu sepanjang musim kemarau. Pada saat
hujan pertama di musim hujan turun, maka hama ini akan membentuk kepompong. Lamanya masa
kempompong untuk menjadi dewasa tergantung dari lamanya masa musim kemarau, semakin lama
masa musim kemarau akan semakin cepat dia akan berubah menjadi hama dewasa yang siap untuk
meletakkan telurnya pada tanaman-tanaman padi yang ada disekitarnya. Kalau keadaan ini tidak
diantisipasi, misalnya dengan cara membenamkan tungul-tunggul padi hasil panen ke dalam air, atau
membakar tunggul-tunggul padi, maka perkembangan hama batang padi ini akan terus meningkat di
lahan tersebut.

2.4 Radiasi Matahari

2.4.1 Pengertian Radiasi Matahari

Radiasi Matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses thermonuklir yang terjadi di
matahari. Energi radiasi matahari berbentuk sinar dan gelombang elektromagnetik.

Radiasi elektromagnetik bisa dibedakan menjadi :

 Radiasi yang terlihat oleh mata kita (visible radiation) (cahaya).

 Radiasi yang dapat kita rasakan (kulit, wajah), namanya radiasi infra merah. Panjang gelombang
radiasi inframerah lebih panjang daripada panjang gelombang cahaya (visible radiation).

Jumlah total radiasi yang diterima di permukaan bumi tergantung 4 (empat) faktor, yaitu :

Jarak matahari. Setiap perubahan jarak bumi dan matahari menimbulkan variasi terhadap penerimaan
energi matahari.

Intensitas radiasi matahari yaitu besar kecilnya sudut datang sinar matahari pada permukaan bumi.
Jumlah yang diterima berbanding lurus dengan sudut besarnya sudut datang. Sinar dengan sudut datang
yang miring kurang memberikan energi pada permukaan bumi disebabkan karena energinya tersebar
pada permukaan yang luas dan juga karena sinar tersebut harus menempuh lapisan atmosphir yang
lebih jauh ketimbang jika sinar dengan sudut datang yang tegak lurus.

Panjang hari (sun duration), yaitu jarak dan lamanya antara matahari terbit dan matahari terbenam.

Pengaruh atmosfer. Sinar yang melalui atmosfer sebagian akan diadsorbsi oleh gas-gas, debu dan uap
air, dipantulkan kembali, dipancarkan dan sisanya diteruskan ke permukaan bumi.

Radiasi matahari yang diterima oleh bumi kita (energi matahari) akan diterima dengan cara sebagai
berikut:

Diserap oleh aerosol dan awan di atmosfer bumi yang akhirnya menjadi panas. Radiasi yang terserap ini
menyebabkan naiknya temperatur gas-gas dan aerosol-aerosol. aerosol= kumpulan cairan kecil atau
partikel-partikel solid yang menyebar dalam suatu gas, seperti uap air di atmosfir, debu-debu angkasa,
etc.
Ditangkis oleh atmosfer (oleh gas2 dan aerosol-aerosol), dalam hal ini radiasi ditangkis dan disebarkan
ke segala penjuru. Sebagian radiasi menuju kembali ke angkasa, sebagian sampai ke permukaan
bumi.Penangkisan dan penyerapan radiasi bisa terjadi di segala lapisan atmosfir, yang paling sering
lapisan bawah di mana massa atmosfir lebih terkonsentrasi.

Radiasi yang tidak tertangkis maupun terserap oleh atmosfir, sampai ke permukaan bumi. Karena bumi
sangat padat, maka radiasi ini bukan ditangkis, melainkan dikembalikan satu arah ke atmosfir (proses ini
biasa disebut refleksi – walaupun sebenarnya sama saja dengan tangkisan). Es dan salju merefleksi
hampir kebanyakan dari radiasi solar yang sampai ke permukaan bumi, sedangkan laut, merefleksi
sangat sedikit.

Radiasi yang sampai ke permukaan bumi yang tidak direfleksi, akan diserap oleh bumi. Di lautan,
penyerapan ini sampai pada puluhan meter dari permukaan laut, sedangkan di daratan, hanya pada
level yang lebih tipis. Seperti halnya yang terjadi pada atmosfir, penyerapan radiasi di permukaan bumi
menyebabkan naiknya temperatur permukaan tersebut.

2.4.2 Peranan Matahari Terhadap Tumbuhan Berklorofil

Tidak diragukan bahwa tumbuhan dan organisme memegang peran utama dalam menjadikan
bumi sebagai tempat yang dapat dihuni. Tumbuhan membersihkan udara untuk kita, menjaga suhu
bumi tetap konstan, dan menjaga keseimbangan proporsi gas-gas di atmosfer.

Oksigen yang kita hirup di udara dihasilkan oleh tumbuhan. Bagian penting dari makanan kita juga
disediakan oleh tumbuhan. Setiap tahun, seluruh tumbuhan di muka bumi dapat menghasilkan zat-zat
atau bahan-bahan sebanyak 200 miliar ton.

Berbeda dari sel manusia dan hewan, sel tumbuhan dan organisme berklorofil dapat memanfaatkan
langsung energi matahari. Tumbuhan dan organisme berklorofil mengubah energi matahari menjadi
energi kimia dan menyimpannya sebagai nutrisi dengan cara yang sangat khusus. Proses ini disebut
“fotosintesis”. Fotosintesis merupakan proses biologi yang dilakukan tanaman dan organisme berklorofil
untuk menunjang proses hidupnya yakni dengan memproduksi gula (karbohidrat) pada tumbuhan hijau
dengan bantuan energi sinar matahari, yang melalui sel-sel yang ber-respirasi, energi tersebut akan
dikonversi menjadi energi ATP sehingga dapat digunakan bagi pertumbuhannya. Reaksi umum dari
proses fotosintesis adalah :

6 H2O + 6 CO2 C6H12O6 + 6 O2

Cahaya Proses fotosintesis adalah reaksi yang hanya akan terjadi dengan keberadaan sinar matahari,
baik kualitas maupun kuantitasnya. Hasil dari fotosintesis seperti yang sudah tersebut di atas adalah
C6H12O6 atau dengan sebutan umum yaitu gula (karbohidrat).

2.4.3 Peranan Matahari Terhadap Keberlangsungan Ekosistem.

Karbohidrat merupakan jenis molekul yang paling banyak ditemukan di alam. Karbohidrat terbentuk
pada proses fotosintesis sehingga merupakan senyawa perantara awal dalam penyatuan karbon
dioksida, hidrogen, oksigen, dan energi matahari kedalam bentuk hayati. Pengubahan energi matahari
menjadi energi kimia dalam reaksi biomolekul menjadikan karbohidrat sebagai sumber utama energi
metabolit untuk organisme hidup.

Dari karbohidrat hasil fotosintesis dalam tanaman inilah yang merupakan dasar dari perkembangan
kehidupan makhluk hidup dalam suatu ekosistem yang kemudian masuk pada piramida makanan dan
rantai makanan dalam suatu ekosistem yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Komunitas dari suatu ekosistem berinteraksi satu sama lain dan juga berinteraksi dengan lingkungan
abiotik. Interaksi suatu organisme dengan lingkungannya terjadi untuk kelangsungan hidupnya.
Kelangsungan hidup organisme memerlukan energi.

Energi untuk kegiatan hidup diperoleh dari bahan organik yang disebut energi kimia. Bahan organik
dalam komponen biotik awalnya terbentuk dengan bantuan energi cahaya matahari dan unsur-unsur
hara, seperti karbon dan nitrogen.

Bahan organik yang mengandung energi dan unsur-unsur kimia ditransfer dari suatu organisme ke
organisme lain melalui interaksi makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan antar organisme
dalam suatu ekosistem membentuk struktur trofik yang terdiri dari tingkat-tingkat trofik dimana setiap
tingkat trofik merupakan kumpulan berbagai organisme dengan sumber makanan tertentu.

Tingkat trofik pertama adalah kelompok organisme autotrof yaitu organisme yang dapat membuat
bahan organik sendiri dengan bantuan cahaya matahari yaitu tumbuhan dan fitoplankton. Organisme
autotrof disebut Produsen. Produsen pada ekosistem darat adalah tumbuhan hijau sedangkan pada
ekosistem perairan adalah fitoplankton, ganggang dan tumbuhan air.

Tingkat trofik kedua dari struktur trofik suatu ekosistem ditempati oleh berbagai organisme yang tidak
dapat membuat bahan organik sendiri. Organisme tersebut tergolong organisme heterotrof. Bahan
organik diperoleh dengan memakan organisme atau sisa-sisa organisme lain sehingga organisme
heterotrof disebut juga konsumen. Pada tingkat trofik kedua dari struktur trofik suatu ekosestem adalah
Konsumen primer (herbivora).

2.4.4 Intensitas Cahaya Matahari

Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan, tanpa adanya cahaya matahari
kehidupan tidak akan ada lagi pertumbuhan tanaman ternyata pengaruh cahaya selain ditentukan oleh
kualitasnya ternyata ditentukan intensitasnya (Hari Suseno, 1976).

Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Tanaman yang
mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi menyebabkan lilit batang tumbuh lebih
cepat, susunan pembuluh kayu lebih sempurna, internodianya lebih pendek, daun lebih tebal, tetapi
ukurannya lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung.

Beberapa efek dari cahaya matahari yang penuh (yang melebihi) kebutuhan optimum dapat
menyebabkan layu, fotosistesi lambat, laju respirasi meningkat tetapi cenderung mempertinggi daya
tahan tanaman. Intensitas cahaya yang tinggi di daerah tropis tidak seluruhnya dapat digunakan oleh
tanaman.

Energi cahaya matahari yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis berkisar antar 0,5 –
2,0 % dari jumlah total energi yang tersedia. Sehingga hasil fotosintesis berkurang apabila intensitas
cahaya kurang dari batas optimum yang dibutuhkan oleh tanaman, yang tergantung pada jenis tanaman
(Leopold & Kriedemann, 1975) hal ini juga berlaku terhadap jenis-jenis anggrek. Pemberian naungan
pada tanaman baik secara alami & buatan, akan berarti mengurangi intensitas cahaya yang diterima
oleh tanaman tersebut, hal ini akan mempengruhi pertumbuhan maupun hasil tanaman . Tanaman yang
kurang mendapatkan cahaya matahari akan mempunyai akar yang pendek, cahaya matahari penuh
menghasilkan akar lebih panjang dan lebih bercabang. Begitu juga diperkuat ole menyatakan bahwa
tanaman anggrek yang cukup sinar matahari perakaran akan berkembang lebih baik, jumlah akar akan
banyak, ukurannya besar dan banyak bercabang. Akar keluarnya lebih awal, jadi tidak seberapa jauh dari
puncak tanaman jenis anggrek monopodial seperti Vanda, Bila cahaya matahari kurang, karena tanaman
anggrek berada dalam keadaan terlalu teduh, maka proses assimilasi akan berkurang, sehingga
hidratarang sebagai hasil proses tersebut juga kurang jumlahnya.

2.4.5 Radiasi Matahari Untuk Pengeringan Produk Pertanian

Energi surya dapat dimanfaatkan ke dalam dua bentuk yaitu pemanfaatan secara termal dan
pemanfaatan untuk listrik. Pada bidang pertanian pemanfaatan energi surya termal biasa digunakan
pada proses pengeringan bahan pertanian.

Pengeringan bisa dilakukan secara alami (penjemuran) maupun secara buatan Terdapat berbagai
tipe pengering surya yang telah berkembang saat ini, salah satunya adalah pengeringan yang
menggunakan kolektor berbentuk bangunan yang disebut dengan efek rumah kaca ERK) yang telah
dikembangkan di IPB oleh Kamaruddin dan para kolega penelitinya sejak tahun 1993 sampai saat ini
secara berkesinambungan.

Pada prinsipnya pengeringan efek rumah kaca yaitu sinar matahari yang memiliki radiasi
gelombang panjang masuk untuk kemudian diserap oleh absorber atau komponen lain di dalam
bangunan pengering sehingga suhu absorber dan komponen tersebut akan meningkat. Radiasi yang
dipancarkan oleh absorber/komponen dalam pengering dalam bentuk gelombang panjang sehingg a
sulit untuk menembus dinding transparan. Dengan demikian, terjadi peningkatan suhu udara pengering
dan udara dihembuskan melalui produk yang akan dikeringkan. Udara yang telah lembab kemudian
dikeluarkan dari bangunan pengering.

2.4.6 Cahaya Matahari Sebagai Sumber Energi

Matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan. Energi cahaya matahari masuk ke
dalam komponen biotik melalui produsen. Oleh produsen, energi cahaya matahari diubah menjadi
energi kima Energi kimia mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai tingkat trofik melalui jalur
rantai makanan.
Energi kimia yang diperoleh organisme digunakan untuk kegiatan hidupnya sehingga dapat tumbuh
dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan organisme menunjukan energi kimia yang
tersimpan dalam organisme tersebut. Jadi, setiap organisme melakukan pemasukan dan penyimpanan
energi. Pemasukan dan penyimpanan energi dalam suatu ekosistem disebut sebagai Produktifitas
ekosistem. Produktifitas ekosistem terdiri dari produktifitas primer dan produktifitas sekunder.

Semua organisme memerlukan energi untuk pertumbuhan, pemeliharaan, reproduksi, dan pada
beberapa spesies,pengaturan energi suatu ekosistem bergantung pada produktivitas primer.
Produktifitas primer adalah kecepatan mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia dalam
bentuk bahan organik oleh organisme autotrof. Produktifitas sekunder adalah kecepatan energi kimia
mengubah bahan organik menjadi simpanan energi kimia baru oleh organisme heterotrof. Bahan
organik yang tersimpan pada organisme atotrof dapat digunakan sebagai makanan bagi organisme
heterotrof. Dari makanan tersebut, organisme heterotrof memperoleh energi kimia yang akan
digunakan untuk kegiatan kehidupan dan disimpan. Aliran energi dalam ekosistem tersebut sumber
utama dan proses pertamanya adalah cahaya matahari.
BAB III.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam terjadinya proses pertanian, salah satunya adalah iklim.
Iklim mempunyai pengaruh yang besar terhadap baik atau buruknya pertumbuhan tanaman dalam
proses pertanian yang berlangsung. Seperti yang kita ketahui, iklim mempengaruhi tanah sebagai media
tanam dalam bertani. Suhu udara, angin, curah hujan, material tanah, oksigen dan mineral pada tanah
sangat berpengaruh pada proses bercocok tanam, dan hal tersebut sangat di pengaruhi oleh iklim,
bahkan berubahnya iklim bisa mengakibatkan semua hal dalam proses pertanian berubah pula, baik
pada perubahan yang di harapkan bahkan pada perubahan yang tidak di harapkan yang dapat
mengarahkan proses pertanian pada hal yang kurang baik. Iklim merupakan komponen ekosistem dan
faktor produksi yang sangat dinamik dan sulit di kendalikan dan di duga terutama suhu , oleh karena itu
pendekatan yang paling baik dalam rangka membangun pertanian adalah menyesuaikan keadaan tani
dengan iklim. Faktor suhu memepunyai peranan yang sangat penting dalam perencanaan dan sistem
produksi pertanian karena seluruh unsur iklim berpengaruh terhadap berbagai proses fotosintesis
pertumbuhan dan produktifitas tanaman.

3.2 Saran

Globalisasi adalah hal yang dapat merubah hal yang mempunyai pengaruh terhadap pertanian ke
arah yang tidak lebih baik, bahkan cenderung merugikan. Terjadinya globalisasi berarti terjadi
perubahan iklim, salah satunya adalah radiasi yang dapat mengganggu proses pertanian. Maka dari itu
marilah kita cegah sama-sama hal tersebut, karena dengan mencegah hal tersebut berarti kita
mencegah hal yang tidak di inginkan bila terjadi globalisasi nantinya. Sebaiknya perlu koordinasi dan
kerjasama yang baik antara instansi pengelola dan pengguna data iklim demi menunjang pertanian
secara keseluruhan. Pemerintah seharusnya melakukan peningkatan peralatan stasiun informasi iklim
untuk pengamatan, menyediakan dan membina SDM dalam meningkatkan mutu pengamatan dan
kemampuan analisis karena sangat terbatasnya informasi iklim yang sangat efektif (berdaya guna) untuk
bidang atau kegiatan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

Aili, Evi Nur. 2011. Makalah Klimatologi. http://me-elpp.blogspot.co.id/2011/12/

makalah-klimatologi-radiasi-matahari.html (Diakses 04 Maret 2016 pukul12:34)

Andika,Bima. 2013. Agroklimatologi. http://bimaandika.blogspot.com/lensa-alam -dan-dunia-


pengertian-agroklimatologi/ (Diakses 04 Maret 2016 pukul 12:20)

Anonym. 2011. Makalah Agroklimatologi. https://jurnalpertanian.wordpress.com/

2011/12/17makalah-agro-klimatologi/ (Diakses 04 Maret 2016 pukul 12:19)

Harahap, Muhammad Reza. 2013. Pengertian Agroklimatologi, Atmosfer,Iklim,C-

uaca dan Unsur – unsur Serta Manfaatnya Bagi Pertanian. http://harahap-

reza.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-agroklimatologi-atmosfer.html (D-

iakses 04 Maret 2016 pukul 12:18)

Anda mungkin juga menyukai