Anda di halaman 1dari 13

KARYA TULIS ILMIAH

AGROKLIMATOLOGI

PENGARUH IKLIM TERHADAP BIDANG PERTANIAN

OLEH :

FANY RISMA ARMADIANTY (20025010191)

AGROTEKNOLOGI E

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

JAWA TIMUR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah yang berjudul Pengaruh Iklim
Terhadap Bidang Pertanian ini. Adapun tujuan dari penulisan dari karya tulis ilmiah adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Agroklimatologi mahasiswa Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jawa Timur kelas E.

Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dan memberi motivasi dalam penulisan karya tulis ilmiah. Ucapan terima kasih
ditujukan kepada :

1. Ibu Ir. Widi Wurjani, M. P. selaku dosen pengajar mata kuliah Agroklimatologi
2. Teman-teman kelas E Agroteknologi
3. Serta orangtua selaku pihak yang selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Surabaya, 24 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………...i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………….…ii

BAB I. …………………………………………………………………………………………………..1

A. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………...1
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………………………1
1.2 TUJUAN……………………………………………………………………………………2
1.3 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………2

BAB II……………………………………………………………………………………………………3

B. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
2.1 AWAN………………………………………………………………………………………3
2.2 HUJAN……………………………………………………………………………………..3
2.3 KLASIFIKASI IKLIM………………………………………………………………………3
2.4 PEMANASAN GLOBAL………………………………………………………………….4
2.5 AGROKLIMATOLOGI & POLA TANAM……………………………..…………………4

BAB III……………………………………………………………………………………………………5

C. PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………..…5
3.1 PENGERTIAN IKLIM & CUACA SERTA UNSUR IKLIM……………………………..5
3.2 PENGARUH CUACA DAN IKLIM TERHADAP SEKTOR PERTANIAN…………….6

BAB IV……………………………………………………………………………………………………9

D. PENUTUP……………………………………………………………………………………….9
4.1 KESIMPULAN……………………………………………………………………………...9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………10

ii
BAB I

A. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa
sehingga Indonesia merupakan wilayah yang rentan terhadap perubahan iklim.
Perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara, serta
peningkatan kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan merupakan
beberapa dampak perubahan iklim yang dihadapi. Perubahan iklim akan
menyebabkan seluruh wilayah Indonesia mengalami perubahan suhu udara, dengan
laju yang lebih rendah dibanding wilayah sub tropis, wilayah selatan Indonesia
mengalami penurunan curah hujan, sedangkan wilayah utara akan mengalami
peningkatan curah hujan. Perubahan pola hujan tersebut menyebabkan berubahnya
awal dan panjang musim hujan. Hujan tersebut dapat dipengaruhi oleh adanya
awan. Pada saat terjadi proses penguapan, awan akan mengandung banyak uap air
dan menyebabkan adanya hujan, serta pergerakan angin yang membawa awan
tersebut tidak menentu apakah awan tersebut akan ke terbawa ke utara atau selatan
dan arah lainnya. Meningkatnya hujan pada musim hujan menyebabkan tingginya
frekuensi kejadian banjir, sedangkan menurunnya hujan pada musim kemarau akan
meningkatkan risiko kekekeringan. Kondisi seperti perubahan iklim ini akan
mempengaruhi pola tanam serta jadwal penanaman di Indonesia.
Di Indonesia, salah satu faktor yang menentukan pola tanam adalah iklim, yang
mana akan terdapat unsur iklim di dalamnya seperti suhu, intensitas radiasi
matahari, dan kelembaban. Semua bergantung kepada iklim yang sesuai untuk
penanaman atau budidaya sebuah tanaman agar hasil akhirnya atau budidaya
tersebut menghasilkan komoditas yang optimal dan bernilai tinggi, tentunya dengan
kandungan gizi yang cukup.

1
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah Agroklimatologi ini antara lain :
1. Dapat mengetahui iklim yang mempengaruhi bidang pertanian
2. Dapat memahami klasifikasi iklim yang ada di Indonesia
3. Dapat mengetahui pemilihan pola tanam yang baik

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian iklim dan cuaca serta apa saja faktor yang mempengaruhi iklim?
2. Bagaimana pengaruh iklim terhadap sektor pertanian atau budidaya tanaman?

2
BAB II

B. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Awan
Awan merupakan kumpulan titik-titik air yang berkumpul di atmosfer. Awan
terbentuk karena adanya kondensasi air. Udara panas akan mengandung banyak
uap di udara karena adanya proses penguapan. Udara panas tersebut naik hingga
berada di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah. Uap tersebut mencair dan
terbentuk awan. Jika awan sudah terbentuk, titik air dalam awan menjadi lebih besar
dan awan akan semakin berat. Perlahan daya tarikan bumi menarik awan ke bawah
hingga sampai pada satu tingkat. Titik-titik tersebut jatuh ke bawah dan menjadi
hujan. Jika titik-titik air bertemu dengan udara panas, maka titik air akan menguap
dan awan tersebut akan hilang. Unsur-unsur terbentuknya awan meliputi suhu atau
temperatur, kelembaban udara, tekanan udara, dan radiasi matahari.

2.2 Hujan
Hujan (rain) adalah jatuhan-jatuhan hidrometeor yang mencapai tanah berupa
partikel-partikel air, berbentuk keping dengan diameter 0,5 mm atau kurang
(Soejitno,1973). Hujan juga disebut sebagai presipitasi. Presipitasi itu sendiri
didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh ke permukaan bumi.
Curah hujan di Indonesia minimum terjadi pada Juni-Juli dan maksimum terjadi pada
Desember atau Januari (Bannu, et. al 2003). Terjadinya hujan dipengaruhi oleh
suhu, kelembaban udara, topografi, tekanan udara, dan radiasi matahari.

2.3 Klasifikasi Iklim


Terdapat tiga klasifikasi iklim di Indonesia, yaitu klasifikasi iklim Mohr, klasifikasi
iklim Schmidt-Ferguson, dan klasifikasi iklim Oldeman. Klasifikasi iklim Schimdt-
Ferguson memperhatikan unsur iklim hujan dan memerlukan data hujan bulanan (5-
10) tahun. Kriteria yang digunakan adalah penentuan bulan kering, bulang lembab,
dan bulan basah. Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson memiliki 8 tipe, yaitu daerah
sangat basah (A), daerah agak basah (B), daerah basah (C), daerah sedang (D),

3
daerah agak kering (E), daerah kering (F), daerah sangat kering (G), dan daerah
ekstrem kering (H). Sedangkan klasifikasi Oldeman membuat dan menggolongkan
tipe-tipe iklim di Indonesia berdasarkan pada kriteria bulan basah dan bulan kering
berturut-turut. Klasifikasi iklim Oldeman dapat menentukan tindakan dan waktu
kapan petani dapat menanam padi dan kapan juga petani dapat menanam tanaman
palawija. Klasifikasi iklim Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan
besarnya curah hujan dan didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam satu tahun,
yaitu bulan basah, bulan lembab, dan bulan basah.

2.4 Pemanasan Global


Pemanasan global merupakan proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer,
laut, dan darat. Pemanasan global dapat terjadi karena adanya efek rumah kaca.
Panas matahari yang berupa radiasi gelombang pendek masuk ke bumi dengan
menembus tabir gas rumah kaca tersebut. Sebagian panas diserap oleh bumi dan
sisanya dipantulkan kembali ke luar angkasa sebagai radiasi gelombang panjang.
Namun, panas yang seharusnya dipantulkan kembali ke luar angkasa menyentuh
permukaan tabir dan terperangkap di dalam bumi. Selain itu, penggunaan CFC yang
tidak terkontrol (kulkas, AC, spray, dan peralatan dalam rumah tangga lainnya yang
menyebabkan pemanasan global) dan penggunaan pupuk anorganik pada bidang
pertanian yang mengandung zat kimia dapat menyebabkan terjadinya pemanasan
global. Seperti proses dalam pertanian rumah kaca, sebagian panas akan ditahan di
permukaan bumi dan menghangatkan bumi.

2.5 Agroklimatologi dan Pola Tanam


Pola tanam merupakan penanaman suatu jenis tanaman pada suatu lahan
dengan mengatur susunan atau tata letak tanaman selama periode waktu tertentu.
Indonesia yang memiliki iklim tropis biasanya pola tanam disusun selama satu tahun
dengan memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau lahan yang
sepenuhnya tergantung dari curah hujan. Pola tanam di Indonesia biasanya meliputi
3 tipe pola tanam, yaitu padi-padi-padi, padi-padi-palawija, dan padi-palawija-padi.
Pola tanam tersebut disesuaikan dengan kondisi iklim di Indonesia.

4
BAB III

C. PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Iklim & Cuaca serta Unsur Iklim
Iklim merupakan keadaan cuaca jangka panjang. Iklim adalah sintesis atau
kesimpulan dari perubahan nilai unsur-unsur cuaca (hari ke hari dan bulan ke bulan)
dalam jangka panjang di suatu tempat atau suatu wilayah. Iklim sering dikatakan
sebagai nilai statistik cuaca jangka panjang di suatu wilayah. Iklim dapat
diklasifikasikan sesuai dengan rata-rata dan kisaran khas variable yang berbeda,
paling sering suhu dan curah hujan. Sedangkan cuaca adalah keadaan atmosfer
pada waktu tertentu yang sifatnya berubah-ubah setiap waktu atau dari waktu ke
waktu. Cuaca dan iklim merupakan keadaan atau kondisi fisik atmosfer yang
terbentuk melalui interaksi dari berbagai unsur atau komponen yang disebut unsur-
unsur cuaca dan iklim yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.
Unsur-unsur iklim dan cuaca antara lain :
- Sinar matahari. Semakin menjauhnya daerah dari khatulistiwa atau daerah
daerah dengan radiasi matahari rendah, maka akan mendapat iklim yang
berbeda dengan daerah radiasi matahari tinggi.
- Suhu. Semakin rendah suhu suatu daerah, maka akan mempengaruhi unsur-
unsur iklim tersebut. Menurut Kartasapoetra (2004), suhu adalah derajat
panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu. Satuan suhu
digunakan derajat celcius, di Inggris dan beberapa negara lainnya dinyatakan
ºF yang menetapkan titik didih air dalam 212ºF dan titik lebur es 32ºF.
- Angin. Setiap tempat memiliki kecepatan angin, arah, dan tekanan yang
berbeda. Menurut Kartasapoetra (2004), angin merupakan gerakan atau
perpindahan massa udara dari satu tempat ke tempat lain secara horizontal.
Massa udara adalah udara dalam ukuran yang sangat besar yang
mempunyai sifat fisik (temperatur dan kelembaban) seragam dalam arah
yang horizontal. Gerakan angin berasal dari daerah bertekanan tinggi ke
daerah bertekanan rendah.

5
- Curah hujan. Curah hujan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap
iklim. Apabila suatu daerah memiliki curah hujan tinggi, maka dapat
dikatakan bahwa daerah itu memiliki iklim yang basah. Hujan merupakan
salah satu bentuk presipitasi uap air berasal dari awan yang terdapat di
atmosfir. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es. Jumlah curah hujan
dicatat dalam inci atau millimeter (1 inci = 25.4mm). Jumlah curah hujan
1mm menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan 1mm, jika air
tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfir (Tjasjono,
2004).

Dalam agroklimatologi, hal tersebut perlu diketahui guna untuk


merencanakan pola tanam. Perencanaan pola tanam harus memperhatikan
kebutuhan sumber daya air. Ketersediaan air yang cukup harus selalu terjaga
sehingga produksi yang optimal akan tercapai. Selain itu, sebagian besar
kebutuhan air jatuh pada bidang pertanian. Oleh karena itu, pemilihan tanaman
yang akan ditanam atau dibudidayakan yang tepat juga perlu diperhatikan agar
sesuai dengan kebutuhan air. Dalam pengairan dikenal istilah pemakaian air
konsumptif dan kebutuhan air tanaman. Pemakaian air konsumptif (consumptive
water use) adalah jumlah air pada suatu areal pertanaman yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan transpirasi, pembentukan jaringan tanaman dan
diuapkan dari permukaan tanah dan air (evaporasi), serta diintersepsi tanaman.

3.2 Pengaruh Cuaca dan Iklim Terhadap Bidang Pertanian


Iklim memegang peranan penting dalam penentuan jenis dan kultivar tanaman
yang dapat dibudidayakan dan dalam penentuan hasil akhir. Keberhasilan produksi
tanaman mensyaratkan penggunaan sumber daya iklim, seperti penyinaran
matahari, karbon dioksida, dan air secara efisien.
Berdasarkan studi yang dilakukan di Provinsi Jawa Timur pada akhir musim
penghujan pada tahun 2009, dari hasil penelitian kearifan lokal ragam pola tanam
tanaman tumpang sari diperoleh 28 macam jenis tanaman yang diusahakan oleh
petani pada Tabel 1.

6
Tanaman jagung, singkong dan kacang tanah merupakan tanaman mayoritas yang
dipilih oleh petani. Jagung dan singkong merupakan tanaman pangan yang
digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari petani dan sisanya dijual.

Tabel 1. Jenis tanaman yang diusahakan oleh petani dalam pola tanam tumpangsari

No Jenis Tanaman Jumlah petani yang menanam


1 Jagung 80
2 Singkong 48
3 Kacang tanah 78
4 Kacang hijau 9
5 Kedelai 8
6 Cabe 23
7 Terong 9
8 Pisang 21
9 Jati 6
10 Ubi jalar 11
11 Talas 14
12 Pepaya 3
13 Kelapa 3
14 Cabe jamu 3
15 Kelor 1
16 Lamtoro 2
17 Mangga 8
18 Kacang panjang 24
19 Ganyong 2
20 Turi 7
21 Padi 7
22 Kunyit 3
23 Kacang komak 1
24 Uwi 1
25 Wijen 1
26 Kacang merah 2
27 Jahe 1
28 Siwalan 1
Jumlah 37
8
Sumber : Eko Setiawan (Jurnal Agroekoteknologi)

Pembahasan menurut saya terhadap penelitian tersebut, tanaman jagung,


singkong, dan kacang tanah lebih disukai petani untuk ditanam atau dibudidayakan.
Hal tersebut dikarenakan 28 jenis tanaman, terutama jagung, singkong, dan kacang
tanah tidak terlalu memerlukan sumber daya air yang banyak. Petani tidak perlu
menunggu saat musim penghujan untuk menanam tanaman tersebut termasuk
jagung, singkong, dan kacang tanah.

7
Dengan kata lain, ketiga tanaman tersebut cocok ditanam saat musim kemarau yang
mana dengan mendapat intensitas radiasi matahari dan pengairan yang cukup,
maka akan menghasilkan komoditas yang baik.

Selain itu, 28 jenis tanaman berdasarkan tabel, bagus untuk ditanam melalui
pola tanam tumpang sari (intercropping). Tumpang sari merupakan penanaman lebih
dari satu jenis tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam
pada satu tempat yang sama. Pola tanam tumpang sari (intercropping) dapat
meningkatkan jenis atau keragaman tumbuhan yang ditanam, dapat mengurangi
resiko kegagalan panen, meningkatkan produktivitas penggunaan tanah, waktu, dan
sumber daya yang tersedia selama satu musim tanam. Pola tanam tumpang sari
juga menghasilkan total output (produksi) yang maksimal karena adanya
keberagaman komoditas. Hasil tanaman dapat ditingkatkan dengan penggunaan
benih yang berkualitas, sehingga dapat menciptakan komoditas yang unggul.
Keberagaman komoditas tersebut dapat memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga
akan membantu proses kemajuan di bidang pertanian.

Penentuan jenis tanaman yang akan digunakan untuk pola tumpang sari dan
saat penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama
pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara
optimal. Kesuburan tanah pada setiap petak juga perlu diperhatikan. Hal ini
bertujuan untuk menghindari persaingan penyerapan unsur hara dan zat mineral
lainnya pada satu petak lahan antar tanaman. Selain itu, tatanan tanaman untuk
intensitas sinar matahari tidak kalah penting. Tatanan tanaman bertujuan untuk
menghindari persaingan intensitas cahaya matahari antar tanaman. Hal ini
berhubungan dengan ukuran tanaman yang juga akan berpengaruh terhadap
penerimaan cahaya matahari. Apabila tanaman yang memiliki postur tinggi ditanam
di sebelah tanaman yang memiliki postur rendah, maka kemungkinan tanaman yang
memiliki postur rendah akan kurang mendapatkan sinar matahari. Oleh karena itu,
harus benar-benar diperhatikan tatatan untuk jenis-jenis tanaman yang nanti akan
mempengaruhi hasil akhirnya.

8
BAB VI

D. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Iklim dapat diklasifikasikan sesuai dengan rata-rata dan kisaran khas variable
yang berbeda, paling sering suhu dan curah hujan. Curah hujan merupakan unsur iklim
yang paling tinggi keragaman dan fluktuasinya di Indonesia, sehingga merupakan unsur
iklim yang paling dominan dan menjadi ciri khas Indonesia. Unsur iklim lainnya yang
sangat menentukan karakteristik iklim Indonesia adalah suhu udara. Wilayah Indonesia
terletak pada bidang ekuator menyebabkan adanya keragaman suhu udara. Unsur-
unsur iklim tersebut saling berkaitan satu sama lain karena unsur iklim yang satu
dengan unsur iklim yang lainnya sangat berpengaruh terhadap penentuan iklim. Hal ini
perlu diketahui untuk menentukan perencanaan pola tanam, perawatan tanaman, dan
pasca panen.
Selain itu, jenis tanaman yang dipilih dan akan ditanam atau dibudidayakan
harus tepat dan menyesuaikan kondisi iklim. Misalnya, saat akan menanam padi maka
pada saat musim penghujan. Jika penanaman dilakukan tidak sesuai dengan waktu atau
jadwal yang tepat, maka ditakutkan akan terjadi gagal panen dan hama yang
menyerang menjadi tidak terkendali.

9
DAFTAR PUSTAKA

Fadholi, A. (2013). Studi dampak el nino dan indian ocean dipole (IOD) terhadap curah hujan di
Pangkalpinang. Jurnal Ilmu Lingkungan. 11(1).
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/viewFile/6352/5319. Diakses pada
24 Desember 2020.

Setiawan, E. (2009). Kearifan Lokal Pola Tanam Tumpangsari di Jawa Timur. Agrovigor : Jurnal
Agroekoteknologi, 2(2). https://journal.trunojoyo.ac.id/agrovigor/article/view/246. Diakses pada
24 Desember 2020.

Surmaini, E., Runtunuwu, E., & Las, I. (2015). Upaya sektor pertanian dalam menghadapi
perubahan iklim. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 30(1).
http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/123456789/1252/Upaya%2520sektor%2520P
ertanian%2520dalam%2520Menghadapi%2520Perubahan%2520Iklim.pdf?sequence=1&isAllo
wed=y. Diakses pada 24 November 2020.

Sipayung, S. B. (2010). Dampak variabilitas iklim terhadap produksi pangan di Sumatera. Jurnal
Sains Dirgantara, 2(2). http://jurnal.lapan.go.id/index.php/jurnal_sains/article/viewFile/652/570.
Diakses pada 24 November 2020.

10

Anda mungkin juga menyukai