net/publication/353719850
CITATION READS
1 516
11 authors, including:
Bonaraja Purba
State University of Medan
22 PUBLICATIONS 23 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Darwin Damanik on 05 August 2021.
Penulis:
Darwin Damanik, Pawer Darasa Panjaitan, Anita Florence Pardede
Akhmad Muhammadin, Ince Weya, Edwin Basmar
Arfandi SN, Bonaraja Purba, Wasrob Nasruddin
Puji dan Syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan limpahan berkat dan rahmat-Nya kepada tim penulis,
sehingga buku yang berjudul “Sistem Ekonomi Indonesia”
terselesaikan dengan baik.
Tabel 1.1: Benang Merah Sistem Ekonomi dengan Sistem Politik ..............10
Tabel 4.1: Tingkat Pertumbuhan PDB Di Indonesia dan Negara Tetangga 58
Tabel 4.2: Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi Indonesia .............60
Tabel 4.3: Perkembangan APBN 2021 Dalam Trillun Rp............................64
Tabel 7.1: Hambatan Stabilitas Di Indonesia Berdasarkan Perbandingan
Internasional (%) .............................................................................102
Tabel 7.2: Perkembangan Indikator Kepemerintahan di Indonesia .............103
Tabel.7.3: Indeks Persepsi Korupsi (Transparency Internasional)................105
Tabel 9.1: Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2014
dan 2019 ...........................................................................................134
Tabel 9.2: Sumbangan Relatif Sektor Pertanian Menurut Lapangan Pekerjaan
Utama, Periode 2015 - 2019 ...........................................................135
xiv Sistem Ekonomi Indonesia
Bab 1
Definisi dan Komponen Sistem
Ekonomi
1.1 Pendahuluan
Dalam sejarah perkembangan masyarakat terdapat berbagai sistem ekonomi
yang berlaku. Setiap negara memiliki sistem ekonomi yang berbeda-beda, di
mana secara garis besar sistem ekonomi ditentukan oleh kepemilikan alat
produksi. Kegiatan perekonomian bisa berlangsung karena ada sebuah sistem
ekonomi yang mengatur keseluruhan kegiatan. Membangun sistem ekonomi
bukan perkara yang mudah dan oleh karenanya tidak mungkin dilakukan
secara instan. Proses itu memerlukan sebuah usaha yang keras dan berjenjang
karena sistem ekonomi bukan konsep teknis yang digunakan untuk
menyelesaikan persoalan yang bersifat pragmatis. Tetapi, sistem ekonomi
adalah sebuah konsep teknis yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan ekonomi yang sejalan dengan landasan
ideologis masyarakatnya (Shadr, 2008).
Dalam membangun sistem ekonomi sangat membutuhkan proses dan
rangkaian yang panjang, maka diperlukan tahapan yang berseri, dari tahap
awal sampai tahap akhir, hingga akhirnya tercipta sistem ekonomi tersebut.
Perekonomian suatu masyarakat atau bangsa tidaklah muncul demikian aja. Ia
2 Sistem Ekonomi Indonesia
merupakan hasil pikiran dan kerja keras dari seluruh komponen masyarakat
atau bangsa yang bersangkutan dalam memanfaatkan dan mengelola sumber
daya ekonomi yang mereka miliki.
Di Indonesia, sejak awal-awal kemerdekaan, sistem ekonomi selalu menjadi
topik diskusi yang hangat dan menarik dalam berbagai kesempatan. Diskusi-
diskusi itu pada umumnya diselenggarakan dalam rangka menemukan sistem
ekonomi yang sejalan dengan nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Sampai
akhir 1980-an, diskusi itu berjalan sangat intensif dengan melibatkan para
pakar dan praktisi dari berbagai kalangan. Hasilnya, beberapa penafsiran
tentang sistem ekonomi Indonesia sudah ditawarkan. Sayangnya, diskusi
semacam itu mulai memudar sejak awal 1990-an, seiring dengan semakin
mapannya posisi rezim Orde Baru, dan semakin kuatnya pengaruh sistem
ekonomi liberal dalam perekonomian (Ismail et al, 2020). Dalam buku pada
bab ini akan diuraikan definisi dan komponen-komponen dalam sistem
ekonomi yang merupakan landasan awal dari rangkaian bab-bab selanjutnya.
Dengan demikian, sistem adalah suatu bangunan atau entitas yang tersusun
dari sub-sub sistem yang saling berkaitan sehingga membentuk pola kerja
yang holistik (Ismail et al, 2020).
Sistem ekonomi adalah suatu aturan dan tata cara untuk mengatur perilaku
masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi untuk meraih suatu tujuan.
Sistem perekonomian di setiap negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain ideologi bangsa, sifat dan jati diri bangsa, dan struktur ekonomi. Gilarso
(1992), menyampaikan bahwa sistem ekonomi adalah seluruh tata cara untuk
mengkoordinasikan perilaku masyarakat mencakup produsen, konsumen,
pemerintah, bank dan lainnya dalam menjalankan kegiatan ekonomi baik
produksi, distribusi dan konsumsi maupun investasi yang membentuk suatu
kesatuan utuh yang teratur dan dinamis sehingga mampu menghindari
kekacauan di bidang ekonomi. Sedangkan menurut McEachern (2001) sistem
ekonomi adalah seperangkat mekanisme dan institusi untuk menjawab
pertanyaan tentang apa, bagaimana, dan untuk siapa barang dan jasa
diproduksi (Suleman, Abdul Rahman et al, 2021).
Beberapa ahli menuturkan pendapatnya tentang pengertian sistem ekonomi, di
antaranya Sheridan (1998), menyatakan bahwa sistem ekonomi adalah cara
manusia melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan atau
memberikan kepuasan pribadinya. Sanusi (2000), memberikan pengertian
bahwa sistem ekonomi merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sejumlah
lembaga atau pranata (ekonomi, sosial, politik, ide-ide) yang saling
memengaruhi satu dengan yang lainnya yang ditujukan ke arah pemecahan
problem-problem, produksi, distribusi, konsumsi yang merupakan problem
dasar setiap perekonomian (Munthe et al, 2021).
Menurut Dumairy (1997), sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur
serta menjalin hubungan ekonomi antar manusia dengan seperangkat
kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. Selanjutnya dikatakannya pula
bahwa suatu sistem ekonomi tidaklah harus berdiri sendiri, tetapi berkaitan
dengan falsafah, pandangan dan pola hidup masyarakat tempatnya berpijak.
Sistem ekonomi sesungguhnya merupakan salah satu unsur saja dalam suatu
supra sistem kehidupan masyarakat. Sistem ekonomi merupakan bagian dari
kesatuan ideologi kehidupan masyarakat di suatu negara.
Menurut Sattar (2018), sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur
serta menjalin hubungan ekonomi Antara manusia dengan seperangkat
kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan.
4 Sistem Ekonomi Indonesia
Suatu hal yang juga perlu dicatat adalah walaupun dapat terbentuk berbagai
sistem ekonomi yang berbeda, setiap dan semua sistem ekonomi tersebut tidak
dapat menghindarkan diri dari berbagai kaidah yang berlaku di ilmu ekonomi.
Satu kaidah ekonomi mikro adalah hukum permintaan dan penawaran, dalam
mana harga suatu barang atau jasa tidak dapat tetap rendah jikalau permintaan
meningkat sedangkan penawarannya tidak ikut meningkat. Dalam sistem
ekonomi yang diatur pemerintah, harga ini dapat tetap rendah tetapi harus
disertai dengan adanya subsidi. Suatu kaidah ekonomi pada tataran makro
adalah bahwa kebijakan fiskal pemerintah jikalau tidak dapat berimbang harus
ditutupi oleh pinjaman luar negeri kecuali ditingkatkan pajak atau/dan
ditingkatkan jumlah uang beredar dari segi kebijakan moneter. Kedua contoh
berlakunya hukum ekonomi ini dan implikasinya (dalam contoh: perlunya
subsidi dan perlunya pinjaman luar negeri atau/dan inflasi yang lebih tinggi)
menunjukkan bahwa masalah pembangunan ekonomi yang semakin banyak
dapat terselesaikan pada tataran sistem ekonomi, melalui berlakunya berbagai
kaidah ekonomi, akan semakin mengurangi permasalahan yang harus
diselesaikan pada tataran sistem politik.
Sistem ekonomi dalam sebuah negara dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal negara tersebut. Faktor internal yang memengaruhi seperti lokasi
geografi, jumlah penduduk, sumber daya alam, dan kualitas sumber daya
manusia negara tersebut. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi
sistem ekonomi negara tersebut seperti kondisi politik, sistem pemerintahan,
sosial dan budaya, dan perkembangan teknologi yang digunakan. Pengelolaan
ekonomi dapat dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta tergantung
pada karakteristik maupun sejarah dari bangsa tersebut. Perbedaan sistem
perekonomian suatu negara dengan negara lain juga dapat dilihat dari (a)
kepemilikan sumber daya dan faktor produksi, (b) kebebasan masyarakat
untuk berkompetisi, dan (c) peran pemerintah dalam mengatur kehidupan
ekonomi (Suleman et al, 2021).
6 Sistem Ekonomi Indonesia
2. Pelaku ekonomi
Sistem ekonomi hanya akan berfungsi jika ada partisipannya
(pelakunya). Partisipan menjadi bagian penting dari sistem ekonomi,
sebab terselenggaranya kegiatan ekonomi digerakkan oleh para
pelakunya. Tinggi rendahnya frekuensi aktivitas para pelaku ekonomi
akan menentukan baik buruknya kinerja perekonomian. Tanpa
kegiatan ekonomi, perekonomian akan statis. Pada dasarnya
partisipan (pelaku ekonomi) adalah orang. Sebagai pelaku ekonomi,
pelaku bisa berbentuk rumah tangga, perusahaan, pemerintah, negara,
asosiasi, koperasi, dan sebagainya. Dilihat dari statusnya, pelaku
ekonomi itu bisa berbentuk swasta, koperasi, publik/negara, atau
gabungan dari semua itu. Semua partisipan (pelaku ekonomi) yang
terlibat dalam kegiatan ekonomi memiliki tujuan dan preferensi yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, agar perekonomian yang digerakkan
oleh para pelaku ekonomi itu menuju sasaran yang diinginkan, maka
partisipan dalam sistem ekonomi harus diatur. Disinilah pentingnya
tatanan mengenai pelaku ekonomi
3. Mekanisme penyelenggaraan kegiatan ekonomi
Proses atau mekanisme bekerja bukan objek atau entitas fisik seperti
halnya partisipan atau sumber daya, melainkan merupakan aturan
main untuk melakukan aktivitas bagi para partisipan untuk berperan
dalam perekonomian. Bagi sebuah perekonomian, elemen proses
menjadi krusial karena akan berdampak langsung terhadap kualitas
kinerja sistem ekonomi. Semua berharap agar setiap proses kegiatan
ekonomi memberikan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu,
pembagian dan pengaturan tentang penyelenggaraan kegiatan
ekonomi menjadi elemen yang sangat penting dalam sistem ekonomi.
Secara garis besar, ada dua alternatif pilihan bagaimana
perekonomian itu diselenggarakan. Dalam sistem kapitalis murni,
diserahkan kepada mekanisme pasar atau kekuatan permintaan dan
penawaran. Kondisi sebaliknya terjadi pada sistem ekonomi
perencanaan terpusat, di mana kegiatan ekonomi didasarkan pada
perencanaan yang dibuat oleh negara, sehingga pelaku ekonomi tidak
Bab 1 Definisi dan Komponen Sistem Ekonomi 9
Sanusi (2000), mengatakan bahwa terdapat tujuh elemen penting dari sistem
ekonomi, di antaranya: (1) Lembaga-lembaga ekonomi, (2) Sumber daya
ekonomi, (3) Faktor-faktor produksi, (4) Lingkungan ekonomi, (5) Organisasi
dan manajemen, (6) Motivasi dan perilaku pengambilan keputusan atau
pemain dalam sistem itu; dan (7) Proses pengambilan keputusan.
Setiap sistem ekonomi menurut Sanusi (2000), dipengaruhi oleh sejumlah
kekuatan, di antaranya adalah:
1. Sumber-sumber sejarah, kultur/tradisi, cita-cita, keinginan, dan sikap
masyarakat.
2. Sumber daya alam termasuk iklim.
3. Filsafat yang dimiliki dan yang dibela oleh sebagian besar
4. masyarakat;
5. Mencapai cita-cita/keinginan serta tujuan dan sasaran yang dipilih;
6. Trials dan errors atau uji coba yang dilakukan masyarakat dalam
usaha mencari alat-alat ekonomi.
10 Sistem Ekonomi Indonesia
Tabel 1.1: Benang Merah Sistem Ekonomi dengan Sistem Politik (Sumber:
Dumairy, 1996)
KUTUB A KONTEKS KUTUB Z
PENGUTUBAN
(egaliter) Kenegaraan
Desentralisme Struktur Birokrasi Sentralisme (sentralistis)
(desentralistis)
2.1 Pendahuluan
Ideologi adalah sekumpulan ide, yang dianut oleh kelompok kelompok tertentu
yang merupakan gambaran tentang kondisi sosial tertentu, dan membentuk nilai
nilai dasar dan sasaran yang ditargetkan atau dipelihara.. dalam setiap kelompok
tertentu terdapat hubungan keterikatan yang saling memengaruhi antara
ideologis dan lembaga sistem ekonomi (Grossman, 1988). Ideologi timbul atas
atas terjadinya sejarah kelompok tertentu, sebagai akibat dari kondisi dan
kebutuhan dalam sebuah ide yang dicetuskan. Landasan ideologis dibangun atas
nilai nilai yang bersifat ideologis dan dibangun diatas sistem ekonomi. Nilai nilai
dasar tersebut menjadi pijakan seluruh komponen sistem ekonomi, tanpa adanya
landasan ideologis sistem ekonomi akan kehilangan jati dirinya, bahkan dapat
berubah menjadi pedoman yang bersifat teknis dan teoritis. pada hakekatnya
landasan ideologi ini dapat membedakan antara sistem ekonomi satu daerah dan
daerah lainnya, sebagai contoh sistem ekonomi kapitalisme dengan sosialisme
yang memiliki perbedaan kaidah-kaidah yang digunakan, dan perbedaan
ideologi yang dianut, memungkinkan kedudukan landasan/nilai nilai ideologis
sangat dibutuhkan (Ismail. et all, 2014)
14 Sistem Ekonomi Indonesia
Karena Kedudukan nilai-nilai ideologis yang menjadi dasar dan pondasi sistem
ekonomi, maka nilai-nilai tersebut dapat menjadi landasan bagi seluruh aspek
aspek kehidupan baik sosial, maupun politik. Hal inilah yang mengartikan
bahwa mengapa nilai-nilai dasar ideologis sering disebut sebgai pandangan
hidup, Walaupun ekonomi, politik dan sosial memiliki dunianya tersendiri dan
praktik yang berbeda, tetap saja merujuk pada pandangan hidup yang sama
(Ismail. et all. 2014). Sebagai contoh masyarakat ideologi individualisme dalam
bidang ekonomi melakukan persaingan bebas, bidang politik melakukan
demokrasi dan bidang sosial dimana individu memiliki sifat yang egoisme.
Keberadaan persaingan, demokrasi dan egoisme adalah bentuk praktik
kehidupan namun bersumber dari ideologi yang sama yaitu ideologi
individualis.
Maka sesuai nilai persatuan, kegiatan ekonomi harus dilandasi oleh semangat
persatuan dan kesatuan para pelaku ekonomi pada khususnya dan masyarakat
Indonesia pada umumnya. Sila kesatuan memiliki nilai strategis menjaga
kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Nilai persatuan mengamanatkan agar
penyelenggaraan kegiatan ekonomi harus dilandasi oleh semangat kebersamaan
yang dicerminkan oleh tingginya partisipasi seluruh lapisan masyarakat dalam
kegiatan ekonomi, menyebarnya sumber daya, dan kegiatan ekonomi di luar
negeri, serta tingginya rasa nasionalisme dan kemandirian ekonomi nasional.
wakilnya. Oleh rakyat, berarti kegiatan ekonomi dilaksanakan oleh rakyat itu
sendiri. Dan untuk rakyat, berarti tujuan dari dilaksanakannya kegiatan ekonomi
adalah menciptakan kesejahteraan untuk rakyat. Maksud dari rakyat disini
adalah seluruh warga negara bukan perorangan saja. Demokrasi ekonomi
didasarkan pada kebersamaan yang ditujukan pada kemakmuran bersama bukan
demokrasi yang didasarkan pada semangat individualisme atau persaingan
bebas antar individu. Demokrasi ekonomi Indonesia bersifat khas. Negara
menguasai sektor-sektor yang strategis tetapi juga bertanggung jawab pada
kesejahteraan masyarakat. Masyarakat miskin atau terlantar yang tidak mampu
diurus oleh negaranya, maka kesejahteraan mereka menjadi tanggung jawab
negara. Dalam demokrasi ekonomi, semua pelaku ekonomi memiliki
kesempatan yang sama. Hanya saja, karena kemampuan setiap pelaku ekonomi
berbeda-beda, maka ada pembagian tugas kerja di antara mereka. Negara dan
pemerintah mengelola aset-aset ekonomi yang strategis, sedangkan swasta dan
koperasi diperbolehkan menguasai sektor-sektor atau aset-aset yang tidak
dikuasai oleh negara (Ismail, et all, 2014).
Cara pandang seperti itu jelas tidak memadai dalam dunia realita.
Faktor dan fenomena ekonomi dalam batas tertentu, memiliki
keterkaitan yang kuat dengan fakta politik dan sosial. Artinya,
munculnya fenomena ekonomi tidak hanya terkait dengan faktor
ekonomi saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor politik dan sosial.
Lihat saja fenomena pemilihan umum di Indonesia. Untuk bisa
menjadi anggota legislatif, seorang Caleg harus memiliki kekayaan
yang cukup untuk membiayai kampanyenya.
Hubungan timbal balik tidak hanya terjadi antara ekonomi dan politik
saja tetapi antara ekonomi dan sosial juga yang memiliki hubungan
yang saling memiliki. Dengan status sosial yang tinggi, sangat
memungkinkan seseorang memiliki akses yang luas terhadap sumber-
sumber ekonomi. Ini membuktikan bahwa ada hubungan dinamis yang
saling memengaruhi antara ekonomi, sosial, dan politik.
Hal ini berarti fenomena ekonomi di lapangan bukan senantiasa
fenomena yang netral. Keberadaannya tidak bisa dipisahkan dari
faktor sosial dan politik. Oleh karena itu, keserasian di antara ketiga
aspek tersebut sangat penting untuk membangun satu kesatuan totalitas
sistem yang utuh (yaitu sistem negara).
2. Keserasian Nilai dalam Sistem Ekonomi, Politik, dan Sosial
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar sistem-sistem itu bisa
terintegrasi dengan baik menjadi totalitas sistem kehidupan yang
dinamis dan seimbang. Sistem kehidupan tidak akan pernah seimbang
manakala mekanisme kerja dari satu sistem tidak sejalan dengan
mekanisme kerja dari sistem lainnya.
Ekonomi, politik, dan sosial memiliki ranah dan tujuan yang berbeda.
Fokus ekonomi adalah kemakmuran dan kegiatan transaksinya
terselenggara di pasar (pasar untuk komoditi ekonomi). Sementara itu,
fokus politik adalah keadilan dan aktivitasnya terselenggara di
masyarakat (pasar untuk komoditi politik, pasar politik). Bidang sosial
yang berfokus pada kerukunan atau keharmonisan dan kegiatannya
terselenggara di tengah-tengah masyarakat (pasar untuk komoditi
sosial, pasar sosial).
24 Sistem Ekonomi Indonesia
terencana. Sistem ekonomi liberal menitik beratkan pada hak properti yaitu
seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi, sedangkan sistem
komunis semua faktor produksi dikuasai pemerintah. Adapun Sistem ekonomi
Islam yaitu sistem ekonomi yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Sistem
ekonomi islam relatif lebih baru dibandingkan sistem ekonomi pendahulunya,
namun ekonomi Islam diyakini akan terus berkembang, dengan berpijak pada
prinsip dasar agama, kesejahteraan (welfare) yang menjadi tujuan ekonomi akan
dapat terwujud.
Ditengah gempuran berbagai macam aliran ideologi ekonomi, Indonesia juga
mengalaminya, bahkan dipengaruhi oleh ideologi luar yang bukan jati diri
ideologi Indonesia dalam pembangunan ekonomi. Sistem ekonomi Indonesia
bergerak dari kiri dan kekanan, awalnya cenderung sosialis, namun dalam
perkembangannya berbalik ke kanan yaitu liberal. Kemudian setelah Orde Baru
diusahakan untuk diseimbangkan, menjadi Sistem Ekonomi Pancasila. Artinya
dalam implementasinya sistem ekonomi sudah ada di konstitusi negara.
Pancasila sebagai ideologi secara metodologi sangatlah kuat bahkan bisa
menjadi sistem filsafat, secara ontologis nilai pancasila berasal dari karakter
bangsa Indonesia yang digali oleh para founding father. Adapun epistemologi
pancasila adalah kebenaran perspektif. Terakhir aksiologi, pancasila dalam sila
kelima menjadi nilai aksiologis bahwa tujuan dari pancasila adalah mewujudkan
kesejahteraan
Sistem Perekonomian Nasional berdasarkan konstitusi, dapat merujuk pada
Pasal 33 UUD 1945. Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 merupakan pesan
moral dan pesan budaya dalam konstitusi Republik Indonesia di bidang
kehidupan ekonomi. Pasal ini bukan sekedar memberikan petunjuk tentang
susunan perekonomian dan wewenang negara mengatur kegiatan
perekonomian, melainkan mencerminkan cita-cita, suatu keyakinan yang
dipegang teguh serta diperjuangkan secara konsisten oleh para pimpinan
pemerintahan. Pesan konstitusional tersebut tampak jelas, bahwa yang dituju
adalah suatu sistem ekonomi tertentu, yang bukan ekonomi kapitalistik
(berdasar paham individualisme), namun suatu sistem ekonomi berdasar
kebersamaan dan berdasar atas asas kekeluargaan. Pasal 33 UUD NRI Tahun
1945 merupakan representatif dari arah kebijakan ekonomi tertinggi yang
berfungsi sebagai dasar dalam menentukan pembangunan ekonomi nasional.
Konstitusi ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi Pancasila dengan arah
kebijakan ekonomi yang mengutamakan kemakmuran masyarakat dari pada
kemakmuran individu. Hal ini menegaskan bahwa pembangunan ekonomi
26 Sistem Ekonomi Indonesia
bukan tertuju pada individu atau golongan tertentu, akan tetapi pembangunan
ekonomi secara merata sehingga kesejahteraan masyarakat dalam
pembangunan ekonomi dapat terwujud.
Hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3): (Ismail, et all, 2014)
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan;
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara;
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat;
Dengan mencermati Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3), terdapat Falsafah Ekonomi yaitu asas kekeluargaan. Falsafah kekeluargaan
adalah falsafah sosial yang berlawanan dengan individualisme maupun
sosialisme “kolektivisme” radikal. Pasal 33 UUD 1945 di dalam pembentukan
hukum ekonomi memiliki peran sebagai dasar perekonomian Indonesia. Pasal
33 UUD 1945 yang menganut paham kebersamaan dan asas kekeluargaan harus
berperan menggantikan sistem ekonomi masa lalu (Hindia Belanda) yang
menganut asas perorangan (individualisme), sebab ketentuan tersebut menjadi
sumber hukum tertinggi dalam pembentukan hukum bidang perekonomian.
Pasal 33 UUD 1945 sebagai dasar demokrasi ekonomi dan juga merupakan
sumber hukum tertinggi dalam bidang perekonomian, begitu berperan sangat
besar dengan kebijakan-kebijakan terhadap pembangunan ekonomi termasuk
pembentukan peraturan perundang-undangan di bidang ekonomi. Namun
dalam realisasinya belum dapat dikatakan berperan dengan baik.
Sejarah ekonomi Indonesia pasca Kolonial Hindia Belanda memperlihatkan
usaha pemerintah Republik Indonesia mentransformasikan perekonomian
kolonial menjadi ekonomi nasional. Struktur perekonomian kolonial yang
dimiliki dirombak menjadi ekonomi nasional yang terintegrasi. Pandangan
ekonomi nasional ini belum menemukan kancah penerapannya pada masa
revolusi. Pada masa ini situasi ekonomi masih terpengaruh oleh perekonomian
perang yang diintroduksi oleh pemerintah pendudukan Jepang. Pemerintah
Militer Jepang menerapkan suatu kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi
mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam Perang Pasifik. Sebagai
Bab 2 Landasan Filosofis Sistem Ekonomi Indonesia 27
berlaku sejak pembentukan kabinet Hatta pada bulan Desember 1949, dan
penggantinya adalah suatu bentuk pemerintahan yang memusatkan kekuasaan
negara kembali ke pangkuan Presiden. Sistem politik yang berkembang
kemudian dikenal sebagai masa Demokrasi Terpimpin. Ketika Kabinet Ali II
akhirnya jatuh pada bulan Maret 1957, kemudian digantikan pada bulan
berikutnya oleh suatu kabinet ahli ekstra parlementer yang dipilih oleh Presiden
Sukarno, dan dipimpin oleh ahli perencanaan yang sangat disegani , Juanda,
menandai berakhirnya masa Demokrasi Parlementer.
Pada masa kabinet Juanda, yang melansir suatu bangunan ekonomi Indonesia
yang dilandaskan pada suatu pemikiran ekonomi disusun oleh Biro Perancang
Negara. Gagasan industrialisasi besar- besaran yang bertujuan merombak
struktur ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional diperbincangkan kembali.
Sehubungan hal tersebut terdapat dua pilihan strategi yakni Strategi Big Push
Development dan Balanced Growth. Strategi Big Push Development
beranggapan bahwa sehubungan dengan dana yang terbatas, konsentrasi
pembangunan dipusatkan pada sektor-sektor tertentu agar mampu berkembang
menjadi besar. Pada suatu ketika sektor yang telah berkembang akan membawa
serta sektor lainnya. Sedangkan strategi kedua berkecenderungan penyebaran
dana ke berbagai sektor pembangunan, dengan penekanan keseimbangan.
Sektor industri dan sektor lainnya dikembangkan bersama-sama hingga
mencapai tingkat tertentu dimana masing-masing sektor dapat saling
menyediakan kebutuhan lainnya.
Situasi yang ada ketika itu memberikan perhatian seluruh pihak pada pilihan
kedua. Oleh karena semua sektor perekonomian menunjukkan keadaan yang
menyedihkan. Apabila dilakukan strategi Big Push Development maka
dibayangkan sektor-sektor yang diabaikan akan makin terlantar. Sementara
kecenderungan yang hidup di berbagai kalangan perencana ekonomi adalah
pertumbuhan yang Heiman dengan terciptanya perkembangan berbagai sektor
yang saling menunjang. Namun perkembangan politik ikut memengaruhi
pelaksanaan rencana pembangunan ini. Walaupun rencana Juanda yang disusun
pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo II dimatangkan untuk siap diterapkan
pada saat Juanda menjabat sebagai Perdana Menteri, situasi politik nasional
telah berubah dan tidak lagi kondusif bagi implementasinya. Pengaruh Presiden
yang memiliki pandangan tersendiri mengenai strategi pembangunan Indonesia
telah makin menguat. Kabinet Juanda merupakan awal perubahan dari kabinet
parlementer menjadi kabinet presidensial. Rencana Juanda tidak mendapatkan
peluang untuk dilaksanakan sepenuhnya.
Bab 2 Landasan Filosofis Sistem Ekonomi Indonesia 33
Beberapa kebijakan industri yang digariskan dalam Rencana Lima Tahun itu
antara lain adalah mendorong perusahaan kecil padat karya dan pendirian
perusahaan industri dasar di bawah pengelolaan negara. Perusahaan Induk
industri didirikan yang mengkhususkan diri pada jenis industri tertentu.
Perusahaan induk berfungsi memberikan bantuan bagi perusahaan industri kecil
dalam hal pembelian bahan baku, penjualan, pelatihan dan produksi agar dapat
mencapai tingkat efisiensi dan kwalitas yang diharapkan. Peran negara dalam
pengembangan industri dijalankan oleh Bank Industri Negara yang didirikan
pada tahun 1951. Perusahaan ini menerjunkan diri dalam sektor usaha yang
tidak diperhatikan oleh sektor swasta dan yang memerlukan pembiayaan yang
besar. seperti pemintalan, semen, pupuk, industri kimia dan kertas. Industri
tekstil yang mengalami kehancuran pada masa sebelumnya dipulihkan kembali
dan berkembang cukup pesat. Perkembangan ekonomi pada masa demokrasi
Terpimpin mengalami penurunan untuk penghitungan pendapatan seluruhnya
di sektor manufaktur dan jasa.
Secara keseluruhan, perkembangan ekonomi Indonesia pada masa demokrasi
Terpimpin memperlihatkan kemunduran, terutama apabila dibandingkan
dengan masa sebelumnya. Kemerosotan ekonomi berpengaruh besar pada
tingkat kesejahteraan masyarakat. Di bidang moneter terjadi pemotongan nilai
mata uang yang menyisakan nilai sepersepuluh dari nilai mata uang kertas yang
sedang beredar. (Paauw, 1967) Peredaran uang yang makin meningkat
dibarengi dengan laju tingkat inflasi yang tinggi. Berdasarkan perbandingan
dengan peredaran uang tahun 1950. sebesar 4.300 juta rupiah. tingkat inflasi
tahun 1960 adalah II kali lipat dan tahun 1965 sebesar 512 kali lipat. Seraya itu
Pula anggaran belanja pemerintah berada pada keadaan defisit, seperti halnya
pula cadangan devisa negara yang menurun drastis. Perkembangan ekonomi
yang menurun ini memberi sumbangan besar pada keresahan sosial yang timbul
di berbagai tempat. Keadaan ini menjadi pemicu pergolakan politik yang
kemudian bermuara pada kejatuhan Sukarno. Indonesia memasuki babakan
politik dan ekonomi yang baru dan berbeda dengan masa sebelumnya, yang
dikenal dengan Orde Baru.
tahun dan Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Pada masa Orde Baru pemulihan
dan pembangunan ekonomi nasional mendapat prioritas utama, yang
memerlukan prasyarat penciptaan stabilitas politik. Kebutuhan akan biaya
pembangunan sebagian besar, pada awalnya, diperoleh dari bantuan luar negeri.
Susunan kabinet sebagai pengemban dan pelaksana program pembangunan
lebih bersifat kabinet zaken.
Kabinet Pembangunan I yang dibentuk Presiden Soeharto pada tanggal 6 Juni
1968 mengemban tugas yang dikenal sebagai Panca Krida (5 Tugas) yakni,
1. 1.Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai syarat untuk
pelaksanaan dan keberhasilan Rencana Pembangunan Lima tahun dan
Pemilihan Umum.
2. Merumuskan dan melaksanakan Rencana Pembangunan Lima tahun.
3. Menyelenggarakan Pemilihan Umum pada tanggal 5 Juli 1971 .
4. Meningkatkan ketertiban umum dan keamanan dengan memusnahkan
sisa-sisa gerombolan pemberontak, dan usaha apapun yang hendak
menyalahgunakan. menyelewengkan dan mengkhianati Pancasila dan
UUD 1945.
5. Meningkatkan efisiensi pemerintah dan membersihkan korupsi di
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. (Wilson, 1992)
Pada tanggal 15 Juni 1968, Presiden Suharto menunjuk sebuah tim yang terdiri
dari 8 ahli dan diberi tanggung jawab untuk memonitor atau mengatur
perkembangan dan trend ekonomi. Selain itu opini, rencana dan rekomendasi
mereka juga diharapkan dapat memberikan arah pembangunan ekonomi . Hasil
pemikiran para pakar tersebut dituangkan dalam bentuk Rencana Pembangunan
Lima tahun (Repelita). Repelita I memberi tekanan pada kebijakan pangan. di
sekitar bidang produksi dan konsumsi beras. Pada masa itu kebijakan pangan
identik dengan beras. Penyediaan beras yang cukup merupakan inti kebijakan
pemerintah Orde Baru, oleh karena produksi beras merupakan inti
kesejahteraan rakyat. Produksi beras ditargetkan meningkat sebesar 47 ~
menjelang akhir Pelita I ( 1974).
Pada pertengahan tahun 1966. Kolognas (Komando Logistik Nasional)
dibentuk dan bertugas menangani masalah logistik penyebaran barang-barang
kebutuhan pokok serta menyalurkan dana kepada peserta Bimas melalui aparat
pemerintah yang ditunjuk, yakni Gubernur dan Bupati . Langkah langkah ini
mulai menunjukkan hasil yang nyata dengan meningkatnya produksi lahan-
Bab 2 Landasan Filosofis Sistem Ekonomi Indonesia 35
lahan pertanian. Pada tahun 1967 Kolognas diganti oleh Bulog, Badan Urusan
Logistik yang langsung bertanggung jawab kepada Presiden. Pada tahun itu pula
Indonesia mengalami krisis besar yaitu berlangsungnya musim kering yang
panjang. Harga beras naik tidak terkendali. Krisis beras ini kian menguatkan
prioritas pemerintah dalam kebijakan pangan, yakni kebijakan beras.
Mengantisipasi situasi krisis tersebut program bimas makin digalakkan dan
lebih disempurnakan menjadi Bimas Gotong Royong. Tujuannya adalah
menuju suatu program penyuluhan yang intensif disamping penyediaan pupuk,
pestisida dan kredit. Program ini berhasil dal am memperkenalkan para petani
dengan teknologi pertanian modern yang berkaitan dengan pemakaian pupuk
dan bibit Tujuan dan arah pembangunan sektor industri yang ditetapkan pada
Repelita I adalah industri yang mendukung dan saling berkaitan dengan sektor
pertanian , industri yang dapat menghasilkan atau menghemat devisa dengan
cara substitusi impor, industri padat karya, dan industri yang mendorong usaha-
usaha pembangunan regional. Sedang kan struktur industri yang ada pada masa
awal Orde Baru memperlihatkan beberapa ciri . Ciri pertama adalah
keanekaragaman sektor industri . Terdapat 3 golongan perusahaan yakni
perusahaan besar dan sedang yang termasuk sektor industri modern, perusahaan
kecil dan perusahaan industri rumah tangga. Keanekaragaman ini membawa
suatu dilema bagi perencanaan ekonomi Indonesia ketika dihadapkan pada
pilihan antara prioritas industri pada modal atau pada karya. Apabila tekanan
diberikan pada penciptaan lapangan kerja dan memerangi kemiskinan maka
penyaluran sumber-sumber ekonomi yang ada mengalir pada perusahaan
kerajinan rumah tangga, yang seringkali tidak produktif dan relatif singkat
usianya. Namun suatu orientasi ekonomi yang bertujuan pada pertumbuhan
ekonomi mengedepankan sektor industri besar. Ciri kedua adalah sempitnya
basis industri dan ketergantungannya pada sektor pertanian . Sedikit jumlah
sektor industri yang mengolah hasil pertanian yang pertanian . Pada umumnya
industri pertanian herkutal pada pengolahan hasil kerajinan. Jarang ditemukan
jenis usaha agro industri. Ketiga adalah adanya perbedaan yang mencolok
antara perkembangan industri di Pulau Jawa dan Luar Jawa. Pulau Jawa
memiliki proporsi tenaga kerja yang lebih besar. Sementara industrialisasi di
Luar Jawa belum berarti banyak.
Melanjutkan pencapaian yang diperoleh dari Pelita I, Repelita II bertujuan untuk
menyediakan pangan, sandang dan papan yang lebih baik, memperbaiki dan
memperluas infrastruktur untuk mendukung pembangunan industri,
mengembangkan industri yang mengolah bahan baku terutama yang berasal
36 Sistem Ekonomi Indonesia
3.1 Pendahuluan
Indonesia pada saat ini adalah Indonesia yang berbeda dibandingkan dengan
ketika pertama kali memproklamasikan kemerdekaannya tahun 1945, ketika
Indonesia memulai paradigma ekonomi baru pada tahun 1966, dan bahkan
ketika memulai reformasi demokrasi pada tahun 1998. Saat ini, Indonesia
berada dalam lingkungan sosial, ekonomi, dan, ekonomi, yang sangat berbeda.
dan lingkungan politik. Indonesia dan seluruh dunia telah memasuki era baru
ekonomi, dan tantangan lainnya. Era baru baik dalam konteks global maupun
lokal memerlukan pendekatan yang berbeda karena kebijakan ekonomi tidak
dibuat dalam ruang hampa sosial dan, politik. Buku tentang sistem ekonomi
Indonesia ini telah disiapkan dengan mempertimbangkan era baru ini. Pada Bab
ini, bertujuan untuk mengkaji perkembangan sistem ekonomi Indonesia dan apa
yang terjadi di Indonesia saat ini. Berfokus pada peristiwa-peristiwa pada masa
reformasi sekaligus membahas peristiwa-peristiwa sejak awal Orde Baru. Buku
juga menyajikan beberapa rekomendasi kebijakan untuk Pemerintah Indonesia
saat ini dalam rangka mencari paradigma pembangunan dunia baru. Buku ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi para pemula dan ahli ekonomi Indonesia.
40 Sistem Ekonomi Indonesia
“mempersatukan” banyak negara dalam bentuk upaya bersama untuk pulih dari
krisis. Sejumlah besar pengeluaran pemerintah (yang mengakibatkan
melonjaknya defisit anggaran dan meningkatnya hutang publik), yang dikenal
sebagai “paket stimulus”, bersama dengan pelonggaran kuantitatif, 2 telah
digunakan sebagai sarana untuk mendorong ekonomi, yang jatuh dengan cepat
di hampir semua negara, untuk mengurangi kedalaman kontraksi ekonomi, dan
untuk memotong durasi pemulihan. Namun, pemulihan ekonomi riil
membutuhkan waktu yang agak lama. Pemulihan lambat dapat dijelaskan oleh
setidaknya dua alasan. Pertama, krisis keuangan sangat berbeda dengan jenis
krisis lain yang cenderung muncul dari guncangan tertentu, seperti guncangan
minyak dan bencana alam.
Pemulihan bergaya dari krisis keuangan seringkali terhalang oleh faktor-faktor
berikut: umpan balik negatif antara harga aset, kredit, dan investasi, penurunan
tajam kekayaan rumah tangga di beberapa negara, dan penurunan konsumsi
swasta yang lebih besar dari biasanya karena perlu membangun kembali neraca
rumah tangga. Alasan kedua untuk memperlambat pemulihan adalah bahwa
resesi baru-baru ini sangat sinkron, terjadi secara bersamaan di hampir semua
negara di dunia, sehingga semakin mengurangi prospek pemulihan yang
normal. Menjelang akhir tahun 2009, dunia akhirnya dapat bernapas lega.
bantuan dari krisis ekonomi, yang sulit. Beberapa optimisme bahkan muncul.
Meskipun sektor riil dan ketenagakerjaan tampaknya tertinggal, sektor
keuangan telah kembali ke situasi perolehan laba yang sangat besar seperti yang
dinikmati sebelum krisis. Menerima "kenyataan" dari siklus boom dan bust yang
teratur, beberapa ekonom sudah merasa nyaman dalam memprediksi
kembalinya ekonomi Asia yang cerah. Namun, kelonggaran itu mungkin hanya
menjadi pertanda krisis keuangan dan ekonomi yang lebih panjang, lebih dalam,
dan lebih luas ke datang. Lebih buruk lagi, ini akan dibarengi dengan krisis
sosial dan politik. Memang, pada Desember 2009 banyak negara yang
menyadari dampak dari berbagai paket stimulus pemerintah yang selama ini
digunakan untuk melawan resesi. Beberapa negara seperti Vietnam dan Cina
telah merasakan dampak inflasi dan khawatir akan pemanasan mereka, ekonomi
yang menggelembung. Mereka juga prihatin dengan utang pemerintah dan
mendinginkan ekonomi. Beberapa negara Eropa, seperti Yunani, Spanyol, dan
Portugal, menghadapi melonjaknya defisit pemerintah dan meningkatnya
hutang publik. Populasi yang menua yang cepat di negara-negara tersebut
semakin memperburuk beban keuangan yang berat. Penuaan populasi juga
menjadi isu penting di banyak negara Asia, termasuk Indonesia. Jika dunia tidak
menerapkan perubahan mendasar dalam arsitektur keuangan dan paradigma
44 Sistem Ekonomi Indonesia
Soekarno dan Syarifuddin pada Bab 2, tahun 1999 juga menandai kemerdekaan
Bank Indonesia (BI - Bank Sentral Indonesia) dari pemerintah Indonesia.
Sebelum kemerdekaan, berdasarkan UU BI no. 13/1968, Bank Indonesia
menjalankan dua fungsi. Fungsi pertamanya adalah menjaga dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Dan fungsi kedua adalah meningkatkan produksi,
mendorong pembangunan, dan menciptakan lapangan kerja, sehingga
meningkatkan pendapatan masyarakat. Berdasarkan UU No. 23/1999, Bank
Indonesia akan fokus menjaga stabilitas rupiah. Artinya, dengan undang-undang
tahun 1968, Bank Indonesia berfungsi sebagai agen pembangunan Indonesia.
Dengan kemandiriannya sejak 1999, Bank Indonesia tidak lagi menjadi agent
of development. Namun, saat ini masih diperdebatkan apakah Bank Indonesia
harus kembali berfungsi sebagai agent for development. Dalam UU No.
23/1999, kemudian diubah menjadi UU No. 3/2004, kemerdekaan diberi lima
arti: kemandirian institusional, kemandirian tujuan, kemandirian instrumen,
kemandirian pribadi, dan kemandirian finansial. Kemandirian kelembagaan
berarti bahwa meskipun Bank Indonesia harus bekerja sesuai dengan hukum
yang berlaku di Indonesia, namun pemerintah atau pihak lain tidak dapat
mengintervensi pelaksanaan tugasnya. Kemerdekaan ini menjadi ciri bank
sentral modern seperti Federal Reserve Amerika Serikat, Bank Sentral Eropa,
Bank Jepang, Bank Inggris, dan Bank Kanada (Booth, 1998).
Untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia diberi
kebebasan tujuan, yaitu kebebasan menentukan sasaran jangka pendeknya.
Namun target tersebut harus dibuat berdasarkan konsultasi dengan pemerintah.
Bank Indonesia kemudian bebas memilih kebijakan untuk merealisasikan target
tersebut. Federal Reserve Amerika Serikat dan Bank Sentral Eropa adalah
contoh bank dengan derajat independensi tujuan yang lebih tinggi - di mana
mereka memiliki kebebasan untuk menetapkan target moneter. Instrumen
independensi tersebut memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk
menentukan target operasionalnya tanpa campur tangan pemerintah. . Oleh
karena itu, untuk melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia memiliki
kewenangan penuh untuk menetapkan suku bunganya tanpa campur tangan
pemerintah dan organisasi lain. Sedangkan untuk nilai tukar, Indonesia
menerapkan sistem nilai tukar mengambang. Selain itu, Bank Indonesia tidak
boleh memonetisasikan defisit fiskal atau memberikan kredit kepada
Pemerintah Indonesia. Independensi instrumen Bank Indonesia setinggi Federal
Reserve dan Bank Jepang, tetapi tidak setinggi Bank Sentral Eropa.
Independensi pribadi berarti tidak ada pihak lain yang boleh campur tangan
dalam tugas-tugas Bank Indonesia dan itu memberikan Bank Indonesia berhak
Bab 3 Perkembangan Sistem Ekonomi Indonesia 47
dengan baik oleh pasar. Fungsi masyarakat sipil dapat berupa bantuan sukarela
dan jaringan bantuan mandiri, organisasi keagamaan tradisional dan modern,
perwakilan lokal organisasi internasional, kelompok penekan dan lobi politik,
serta kombinasi dari semua kelompok tersebut. Dalam demokrasi Indonesia,
masyarakat sipil dapat diharapkan mengisi wilayah-wilayah di mana negara dan
pasar gagal (Kreager 2009). Salah satu contoh terbaru adalah kasus Prita
Mulyasari, seorang ibu rumah tangga yang mengeluh melalui email kepada
teman-temannya tentang orang miskin. perawatan yang diterimanya di rumah
sakit swasta di Jakarta. Secara tidak sengaja, emailnya beredar luas. Rumah sakit
kemudian menggugatnya karena pencemaran nama baik. Selanjutnya, jaksa
wilayah menghukum dan memenjarakannya karena pencemaran nama baik.
Publik sangat marah dengan keputusan tersebut. Ketidakbahagiaan mereka
dituangkan melalui Facebook dan blog. Media massa yang relatif bebas juga
terlibat dan membantu memunculkan “ketidakadilan” yang dilakukan oleh
rumah sakit dan pengadilan. Ini menjadi masalah yang sangat besar sehingga
kasus ini dibawa ke pengadilan distrik. Alhasil, dengan dukungan yang luar
biasa dari masyarakat melalui media massa, Facebook dan blog, majelis hakim
di Pengadilan Negeri memutuskan dirinya tidak bersalah melakukan
pencemaran nama baik. Ini adalah ilustrasi transformasi “people power”. Jika
pada tahun 1998 massa yang sangat besar, ribut, dan rusuh turun ke jalan untuk
menggulingkan Presiden Soeharto, kini bentuk “people power” yang berubah
menjadi demonstrasi tanpa riuh dan semrawut massa di jalan. Jenis baru
“kekuatan rakyat” ini sekarang terjadi dengan cara damai melalui media massa,
Facebook, dan blog dan diharapkan akan terus berlanjut. Selanjutnya, setiap
kebijakan publik, termasuk kebijakan ekonomi, akan menjadi sasaran
pemantauan rakyat melalui “kekuatan rakyat” dengan menggunakan media
massa, Facebook, dan blog, atau sarana digital lainnya. Akibat lain dari
demokratisasi adalah politiknya yang “ribut”. Pemerintah di era Reformasi tidak
memiliki kekuasaan yang besar dalam membuat kebijakan seperti pada masa
otoriter Soeharto. Selama masa reformasi, kebijakan pemerintah menjadi bahan
evaluasi oleh parlemen. Contoh baru-baru ini adalah kasus Bank Century yang
terkenal di akhir tahun 2009. Keputusan pemerintah untuk menangani bank
kecil yang gagal pada November 2008, yang dikhawatirkan memiliki risiko
sistemik di tengah ketidakpastian keuangan dunia, telah diserang berat oleh
parlemen sejak November 2009 hingga Februari. 2010, sekitar satu tahun
setelah keputusan dibuat. DPR tidak setuju adanya risiko sistemik terkait
kegagalan Bank Century; itu tidak setuju dengan keputusan untuk menalangi
bank. Ini adalah keputusan politik, dibuat dengan voting di antara anggota
parlemen - hasilnya adalah anggota parlemen yang tidak setuju dengan bailout
Bab 3 Perkembangan Sistem Ekonomi Indonesia 49
Liberalisasi keuangan Indonesia yang dimulai pada tahun 1983 berakhir pada
tahun 1997 dengan terjadinya krisis keuangan Asia. Ascarya memaparkan
bagaimana krisis menimbulkan kesadaran bahwa Bank Indonesia (BI) kerap
terkontaminasi kepentingan politik pemerintah. Oleh karena itu, salah satu hal
pertama yang dilakukan pemerintah pasca krisis keuangan adalah
membebaskan Bank Indonesia dari pemerintah, dengan terjadinya krisis global
baru-baru ini, dan semua krisis sebelumnya, maka sangat penting untuk
mengajukan pertanyaan mengenai akar fundamental. krisis keuangan yang
sering dan meluas. Kegiatan spekulatif, misalnya, dipandang sebagai salah satu
penyebab terpenting krisis keuangan. Oleh karena itu, Ascarya berpendapat
bahwa kebijakan moneter harus dapat meminimalkan, jika tidak
menghilangkan, aktivitas spekulatif. Ia juga menyebutkan bahwa sistem
moneter syariah dapat menawarkan alternatif untuk mengurangi kegiatan
spekulatif, antara lain, untuk mengurangi kemungkinan terjadinya krisis
keuangan. Ia memaparkan tentang munculnya kebijakan moneter syariah di
Indonesia dan menunjukkan bagaimana Indonesia mengikuti sistem moneter
ganda sejak 1999. Sistem keuangan Islam telah ada berdampingan dengan
sistem moneter konvensional. Dalam mendemokratisasi Indonesia, masyarakat
bebas memilih apakah ingin bergabung dengan sistem keuangan konvensional,
sistem keuangan syariah, atau keduanya. Persoalan kontribusi kebijakan
moneter terhadap pertumbuhan ekonomi dibahas di Bab 4 oleh Suhaedi dan
Wibowo. Secara khusus membahas bagaimana sistem keuangan Indonesia
harus dikembangkan untuk memastikan adanya keseimbangan yang optimal
antara stabilitas sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Mereka berpendapat bahwa masalah ini menjadi lebih penting ketika
ketidakstabilan keuangan relatif tinggi. Untuk membahas masalah tersebut,
mereka menggunakan krisis Asia 1997-98 yang sangat melanda Indonesia
sebagai studi kasus. Mereka menemukan bahwa liberalisasi keuangan yang
dilakukan sebelum krisis telah mengakibatkan terjadinya ledakan ekonomi.
Akan tetapi, liberalisasi juga telah menyebabkan krisis yang parah pada tahun
1997 karena mengakibatkan perekonomian yang rentan, di mana likuiditas yang
mengalir ke dalam perekonomian Indonesia sebagian besar digunakan untuk
proyek-proyek yang tidak produktif dan spekulatif. Selain itu, sistem perbankan
yang lemah, konsentrasi kepemilikan bank yang sangat tinggi, dan tata kelola
perusahaan yang lemah di sektor perbankan telah memperparah dampak
liberalisasi keuangan terhadap krisis (Hill, Resosudarmo and Vidyattama,
2008).
Bab 3 Perkembangan Sistem Ekonomi Indonesia 51
banyak faktor lain, termasuk besarnya belanja selama dua pemilihan umum
tahun 2009, yang mungkin juga berkontribusi pada kinerja perekonomian
Indonesia yang relatif lebih baik di tahun yang sama. Pertanyaannya adalah
keefektifan peningkatan pengeluaran pemerintah dalam menahan kemerosotan
ekonomi dan dalam mempercepat proses pemulihan. Misalnya, Dana Moneter
Internasional (2009) menyimpulkan bahwa peningkatan satu poin persentase
dalam pengeluaran konsumsi pemerintah riil selama resesi dikaitkan dengan
peningkatan 16 poin persentase dalam kemungkinan keluar dari resesi. Dengan
meningkatnya peran keuangan publik dalam menyesuaikan permintaan agregat,
maka penting untuk memahami siklus kebijakan fiskal di Indonesia.
Munandar dan Simorangkir menggunakan Matriks Akuntansi Sosial Indonesia
2005 untuk mensimulasikan dampak stimulus fiskal terhadap perekonomian
Indonesia tahun 2009. Karena tidak semua anggaran yang direncanakan untuk
paket stimulus tersebut dapat direalisasikan, mereka melakukan simulasi baik
untuk stimulus fiskal yang direncanakan maupun yang telah direalisasikan.
anggaran. Hasil simulasi menunjukkan apa yang akan terjadi pada
perekonomian Indonesia jika saling ketergantungan ekonomi selama krisis
global baru-baru ini sama dengan yang terjadi pada tahun 2005. Hasil simulasi
tersebut menyimpulkan bahwa stimulus fiskal yang direalisasikan mungkin
memiliki dampak yang baik dan diharapkan terhadap kinerja keseluruhan
perekonomian. ekonomi, meskipun peningkatan yang dihasilkan dalam PDB
hanya 0,365 poin persentase. Dengan kata lain, tanpa paket stimulus,
perekonomian 2009 akan tumbuh sebesar 4,185 persen, tidak jauh lebih rendah
dari empiris 4,55 persen. Jika anggaran stimulus yang direncanakan telah
sepenuhnya direalisasikan, ekonomi akan tumbuh sebesar 4,673 persen. Mereka
juga mendukung klaim bahwa paket stimulus adalah pro-kaum miskin dan
menunjukkan bahwa kaum miskin perkotaan akan mendapat manfaat paling
besar dari stimulus fiskal sebagai konsumsi akan meningkat 0,50 poin
persentase. Menariknya, baik masyarakat miskin pedesaan dan non-miskin
perkotaan akan mendapatkan manfaat yang sama dari paket stimulus. Masing-
masing meningkatkan konsumsi sebesar 0.37 poin persentase. Dengan kata lain,
paket stimulus akan lebih menguntungkan rumah tangga miskin perkotaan
daripada pedesaan. Dampak yang relatif kecil terhadap PDB mungkin karena
tidak adanya kebijakan countercyclical di Indonesia. Beberapa faktor mungkin
telah memengaruhi kebijakan fiskal Indonesia sebagai alat countercyclical yang
merugikan. Pertama, struktur perpajakan yang ada memiliki tiga kelemahan.
Kelemahan pertama adalah bahwa basis pajak yang sempit tidak memberikan
ruang fiskal yang cukup, dengan penerimaan pajak nonmigas sekitar 11 persen
Bab 3 Perkembangan Sistem Ekonomi Indonesia 53
dari PDB, yang rendah dibandingkan dengan negara lain dengan tingkat
pendapatan yang sama. Kelemahan kedua adalah ketergantungan pada pajak
migas masih tinggi, yaitu sekitar seperempat dari total penerimaan dan ditandai
dengan volatilitas yang tinggi. Dan kelemahan ketiga adalah bahwa bagian kecil
langsung dari pengeluaran diskresioner (kurang dari sepertiga dari total
pengeluaran) mengurangi ruang untuk intervensi pengeluaran langsung. Faktor
kedua adalah pelaksanaan anggaran yang lemah yang tetap tinggi dengan 30–
50 persen dari pengeluaran tahunan dicairkan pada Triwulan ke-4 dari 2002–08.
Kapasitas yang lemah untuk melaksanakan anggaran juga mengurangi
keefektifan langkah-langkah untuk mendukung permintaan agregat dalam
jangka pendek. Selain itu, terbatasnya diversifikasi instrumen utang dan basis
investor mengurangi akses pembiayaan di saat-saat sulit, ketika premi risiko
pro-siklik cenderung meningkat. Volume pasar sekunder yang tipis untuk
sekuritas pemerintah menimbulkan risiko penurunan pada harga surat berharga
negara ketika selera risiko memburuk di pasar keuangan.
Faktor ketiga adalah kerentanan terhadap guncangan nilai tukar yang membatasi
kapasitas respons anggaran selama periode tekanan ekonomi. Eksposur
guncangan terms of trade masih tinggi, yang mencerminkan ketergantungan
pendapatan anggaran pada ekspor sumber daya alam dan non-energi. Hal ini
menyebabkan penurunan volatilitas output. Faktor keempat adalah bahwa
jangkar fiskal ukuran anggaran itu penting. Ukuran kecil penstabil otomatis di
sisi pengeluaran anggaran - karena sebagian besar transfer terkait secara pro-
siklis dengan harga energi - mengurangi ruang lingkup intervensi untuk
mendukung konsumsi swasta. Terbatasnya penggunaan kerangka anggaran
jangka menengah untuk membuat perkembangan fiskal konsisten dengan tujuan
jangka panjang, dan sisa lemahnya hubungan antara anggaran saat ini dan
pembangunan, merupakan dua faktor tambahan kerentanan. Akhirnya, seperti
yang diduga oleh Arlini dan Riyanto, studi lebih lanjut diperlukan untuk
menarik kesimpulan yang jelas tentang apa yang telah membantu Indonesia
mencapai pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi selama krisis global baru-
baru ini, dan khususnya, sejauh mana paket stimulus telah berkontribusi pada
perekonomian Indonesia dalam menghindari jatuhnya resesi (Ananta, 2005;
Boot, 2005).
54 Sistem Ekonomi Indonesia
Bab 4
Perubahan Struktur Ekonomi
Indonesia
4.1 Pendahuluan
Dalam beberapa pendekatan, pembangunan ekonomi dipandang sebagai proses
transisi dari satu tingkat ke tingkat lainnya yaitu tingkat perekonomian berpola
sederhana, ke perekonomian yang lebih maju yang mencakup kegiatan yang
beragam. Dalam masa transisi, terjadi transformasi dalam arti perubahan
berbagai kondisi berputar di sekitar kegiatan ekonomi. Hal ini melekat pada
tatanan kehidupan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi merupakan
perubahan pendapatan nasional. (Nafziger, 2001) menyatakan ada enam
variabel kontributor pertumbuhan ekonomi. Variabel yang dimaksud 1. Sumber
Daya Alam (SDA); 2. Jumlah dan keadaan penduduk; 3. Tenaga kerja, migrasi
dan urbanisasi; 4. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM);5.
Pembentukan modal, pilihan investasi, dan kemajuan teknologi serta; 6.
Kewirausahaan, organisasi, dan inovasi.
Ekonomi harus tetap tumbuh terkelola jika kehidupan manusia ingin terus maju
dan sejahtera. Salah satu manfaat pertumbuhan ekonomi adalah pengentasan
kemiskinan. Kondisi yang efek negatifnya adalah keterbelakangan yang
bersumber dari kebodohan dan/atau kekurangan gizi sumber daya manusianya.
56 Sistem Ekonomi Indonesia
Kondisi negatif tersebut menjadi wajar adanya karena SDM yang miskin pada
umumnya bodoh/tidak terdidik dan menganggur sehingga tidak bisa
menghasilkan nafkah. Padahal, SDM merupakan modal pembangunan. Karena
itu pemerintah yang juga penanggung jawab utama pengentasan kemiskinan,
harus bekerja keras merancang kebijakan investasi demi pengelolaan dan
peningkatan sumber daya nasional, untuk menciptakan dan menjaga kualitas
SDM yang bermutu dan siap bersaing di dunia kerja mengingat iklim kompetisi
global yang tambah ketat. Juga, agar dampak buruk pembangunan seperti
pencemaran darat, laut, udara dapat tercegah (Suharsono Sagir, 1975-2006).
Oleh karena itu, kemiskinan masyarakat kiranya akan dapat tertanggulangi
apabila pemerintah yang dalam hal ini merupakan penanggung jawab utama
pengentasan kemiskinan, merancang kebijakan investasi demi pengelolaan dan
peningkatan sumber daya nasional. Ekonomi harus tetap tumbuh terkelola jika
kehidupan manusia ingin terus maju sejahtera. Salah satu kegunaan
pertumbuhan ekonomi ialah pengentasan kemiskinan. SDM yang miskin
biasanya bodoh dan menganggur sehingga tidak punya penghasilan. Dampak
buruk dari kemiskinan adalah keterbelakangan. Keterbelakangan dapat
dihasilkan dari keadaan manusia yang tidak terdidik dan/gizi buruk. Pemerintah
merupakan pihak yang bertugas mengentaskan kemiskinan. Kemiskinan
masyarakat dapat tertanggulangi jika pemerintah merancang kebijakan investasi
demi pengelolaan dan peningkatan sumber daya nasional. Kemiskinan bisa dan
biasa disertai dengan gejala pengangguran. Orang yang menganggur menderita
kemiskinan karena tidak punya nafkah yang bisa diperoleh dari pekerjaan.
Berbagai kebijakan makro/mikro ekonomi pasti diperlukan dalam pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bisa merupakan hasil
bentukan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi tidak
akan pernah berjalan kalau tidak dilandasi pembangunan ekonomi. Manusia
merupakan salah satu faktor utama penentu haluan pembangunan nasional
karena manusia memengaruhi dan dipengaruhi IPTEK. Produktivitas
perekonomian hanya mungkin dibentuk oleh manusia yang terampil menata dan
mengelola sumber daya. Sumber daya yang dimanfaatkan tepat guna dan sesuai
rencana dapat mewujudkan pembangunan yang makmur. Kesejahteraan
merupakan harapan yang ingin diraih lewat pembangunan. Kesejahteraan
merupakan perwujudan dari bahan baku SDM cerdas yang produktif
menggunakan sumber daya hingga terjadi penambahan PNB ataupun PDB
Bab 4 Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia 57
ekonomi nasional yang agak bersifat inward: penampilan, pembatasan, dan pro-
pribumi (asli) dalam perdagangan, investasi asing, dan bisnis. Namun, setelah
tahun 1982, perekonomian Indonesia melambat ketika harga minyak mulai
turun.
Sumber Daya Alam (SDA). Fenomena perlambatan ekonomi pada pulau Jawa,
turut disebabkan oleh menurunnya daya saing industri manufaktur. Meski
demikian, terjaganya konsumsi di Jawa mampu menahan perlambatan ekonomi
lebih lanjut. Adanya pembangunan berbagai proyek infrastruktur baik
pendukung konektivitas maupun pertanian turut menopang perekonomian
pulau Jawa, khususnya dari sisi investasi dan penyerapan lapangan kerja.
Pertumbuhan ekonomi diprakirakan tetap berada dalam tren yang meningkat.
Prakiraan ini didukung oleh membaiknya prospek perekonomian global yang
disertai dengan dampak berbagai kebijakan struktural yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah. Pertumbuhan ekonomi jangka menengah akan dapat mencapai 6,3-
6,8% pada tahun 2020.
telah memengaruhi kedua sisi dari sebagian besar sektor dan pasar di Indonesia,
gangguan permintaan telah meningkat hingga masalah pasokan, membuat
prospek jangka pendek menjadi tidak pasti untuk sektor pertanian, industri dan
jasa.
5.1 Pendahuluan
Sistem ekonomi diartikan sebagai sistem yang mengatur perekonomian suatu
negara dalam rangka mencapai tujuan negara tersebut. Untuk mencapai tujuan
tersebut tergantung pada unsur dan komponen yang terlibat dalam
perekonomian. Sedangkan sistem Ekonomi Indonesia dan negara lainnya
senantiasa didasarkan pada dua pendekatan, yaitu pendekatan faktual-struktural
dan pendekatan sejarah. Pendekatan faktual struktural adalah pendekatan yang
menelaah peran pemerintah dalam struktur perekonomian melalui persamaan
Agregat Keynes, yang merumuskan Y=C+I+G+ (X - M). Dengan rumus ini,
produk atau pendapatan nasional dirinci menurut penggunaan atau sektor
pelakunya. Persamaan ini merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung
pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran Variabel C
melambangkan pengeluaran konsumsi masyarakat, I melambangkan
pengeluaran investasi perusahaan, G melambangkan pengeluaran pemerintah,
dan X, serta M masing-masing melambangkan kegiatan ekspor dan impor.
Berdasarkan pendekatan faktual struktural, untuk memahami sistem ekonomi
yang dianut oleh Indonesia bisa dilihat dari indikator intervensi atau peranan
pemerintah terhadap kegiatan ekonomi. (Machmud, 2016).
68 Sistem Ekonomi Indonesia
5.2 Perencanaan
Perencanaan merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen. Secara umum
perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan) dan
kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi
(program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program), dan operasi (tindakan)
yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh.
(Suandy, 2016).
Perencanaan bicara masa depan, kalau kita bicara masa depan harus
menggunakan data masa kini begitupun bicara masa kini kita harus memiliki
data masa lalu. (apa yang kita tabur sekarang akan kita tuai di masa depan).
Perencanaan merupakan penetapan langkah-langkah yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Melalui perencanaan ini di harapkan dapat mencapai
tujuan tersebut tidak mengalami masalah. Dan apabila terjadi masalah sudah di
antisipasi pemecahannya. Oleh karena itu, perencanaan merupakan bagian dari
pengambilan suatu keputusan. Merencanakan segala sesuatu sama halnya
dengan memilih alat untuk mengalokasikan sumber daya yang ada di
daerah/wilayah itu untuk mencapai tujuan serta berorientasi ke masa depan yang
lebih baik.
Teori atau ilmu perencanaan dibagi kedalam beberapa bagian yaitu:
1. Perencanaan itu tentang teori bukan tentang praktek.
2. Teori dalam perencanaan: dengan tinjauan sejarah zaman revolusi
industri hingga sekarang.
3. Tinjauan dari relasi antar pemerintah, usaha-usaha private dan warga
masyarakat yang memperebutkan ruang (space). Mulai dari sangat
sentralistik hingga sangat destralistik.
Bab 5 Perencanaan Pembangunan Ekonomi 69
5.2.1 Pembangunan
Pembangunan adalah kata yang digunakan dalam semua media massa di seluruh
dunia dan merupakan konsep yang sering kali disebut dan dibahas oleh semua
lapisan masyarakat, baik di Timur maupun di Barat, terutama di kalangan
politisi, wartawan, dan ilmuwan sosial. Meskipun pembangunan satu kata yang
sudah biasa didengar dan dibicarakan oleh banyak orang, tetapi pengertian
konsep pembangunan begitu luas cakupannya. Pengertian pembangunan perlu
dihayati sebelum seseorang dapat memahami keseluruhan proses dan teori
pembangunan. Usaha untuk memahami konsep pembangunan itu sendiri jauh
lebih sulit daripada memahami proses dan teori pembangunan. Namun
demikian, ada beberapa pengertian yang biasanya disinonimkan dengan konsep
pembangunan, yaitu konsep pertumbuhan ekonomi, modernisasi,
70 Sistem Ekonomi Indonesia
negeri pada waktu itu telah mencapai lebih dari $2 milyar, dan terus bertambah
karena penerimaan ekspor hanya separuh dari pengeluaran untuk impor.
Dampak yang langsung terasa pada rakyat adalah laju inflasi yang mencapai 50
persen per bulan disertai kondisi prasarana perekonomian (Baswir, 2003).
Proses perubahan di segala bidang kehidupan yang dilakukan harus dengan
suatu perencanaan guna mencapai tujuan akhir masyarakat yang sejahtera dan
berkeadilan. Perencanaan pembangunan di suatu daerah/wilayah harus di
rencanakan secara menyeluruh mulai dari segi pembangunannya, prespektif
ekonomi, perspektif sosial, dengan begitu pembangunan juga akan mereduksi
kemiskinan di suatu daerah/wilayah.
terdapat tiga unsur penting dalam pengertian pembangunan ekonomi, yaitu: (a)
suatu proses, yang berarti merupakan perubaħan yang terus-menerus na usaha
dan keberhasilan menaikkan tingkat pendapatan per kapita, dan (c) kenaikan
pendapatan per kapita itu berlangsung terus dalam Terdapat perbedaan antara
pembangunan ekonomi (economic development) dan jangka panjang
(Kamaluddin 1999).
Usaha pembangunan suatu negara meliputi pula usaha pembangunan di bidang
sosial, politik, kebudayaan, pariwisata, pertanian dan lain-lain. Pembangunan
ekonomi meliputi seluruh usaha masyarakat dalam mengembangkan kegiatan
ekonomi dan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayahnya.
Pembangunan ekonomi di lihat dari peningkatan pendapatan per kapita
masyarakat, Pertumbuhan PNB (produk nasional bruto) melebihi tingkat
pertumbuhan penduduk. Pembangunan ekonomi sebagai kenaikan dalam
pendapatan per kapita dan lajunya pembangunan ekonomi ditujukan dengan
menggunakan tingkat pertambahan PDB (Produk Domestik Bruto) untuk
tingkat nasional dan PDRB untuk tingkat wilayah atau regional.
Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
GNP perkapita (Grass National Product) atau pendapatan masyarakat
meningkat dalam periode waktu yang panjang. Oleh sebab itu pembangunan
ekonomi memiliki toa sifat penting yaitu : Suatu proses yang berarti terjadinya
perubahan terus menerus, adanya usaha untuk menaikan pendapatan per kapita
masyarakat. Dan kenaikan pendapatan per kapita tabungan dan investasi
masyarakat yang terjadi dalam jangka panjang (Sirojuzilam 2008).
Pembangunan ekonomi dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan per
kapita dan lajunya pembangunan ekonomi ditujukan dengan menggunakan
tingkat penambahan PDB (Produk Domestik Bruto) untuk tingkat Domestik
Regional Bruto) nasional dan PDB untuk tingkat wilayah atau regional Tingkat
PDRB (Produk ini juga ditentukan oleh lajunya pertumbuhan penduduk lebih
dari PDRB, maka ini mengalami perubahan terhadap pendapatan per kapita,
oleh sebab itu pertambahan PDRB tidak memperbaiki tingkat kesejahteraan
ekonomi masyarakat karena terdapat kemungkinan timbulnya keadaan tersebut
maka pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dan pembangunan
ekonomi harus dibedakan (Sirojuzilam 2008).
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan per kapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi
74 Sistem Ekonomi Indonesia
Perencanaan pembangunan ekonomi adalah suatu teknik atau tata cara yang
akan dilaksanakan mencapai berbagai tujuan dan sasaran pembangunan
ekonomi yang telah ditetapkan melalui badan perencana pembangunan di
tingkat pusat (dan di tingkat daerah). Perencanaan pembangunan ekonomi
mempunyai rencana pembangunan yang baik atau rencana strategis dimana
pembangunan ekonomi menjadi bagian yang penting. Tujuan sasaran tersebut
dapat berupa tujuan ekonomi yang efektif dan efisien.
Kegiatan ekonomi di Indonesia masih berpatokan pada sektor pertanian, serta
pertanian itu kurang adanya perhatian pemerintah daerah. Contohnya: kita
ketahui bahwa minyak buah merah akan kaya akan manfaat serta khasiatnya, di
pedalaman Tolikara Papua penghasil buah merah terbesar di Papua hanya saja
aksesnya kurang serta peran serta pemerintah juga kurang dan minimnya
pengetahuan SDM setempat yang mengakibatkan kurang terekspos ke pusat
kota Papua yaitu Jayapura sekitarnya bahkan sampai tingkat nasional maupun
tingkat internasional. Hal seperti ini harus ada perhatian pemerintah agar
UMKM masyarakat sekitar juga meningkat. Dengan adanya peran serta
pemerintah dalam hal pemberdayaan UMKM.
Bab 6
Sistem Keuangan dan Moneter
6.1 Pendahuluan
Tidak akan berjalan sistem keuangan tanpa kebijakan moneter, dan tidak akan
aktif kebijakan moneter tanpa didukung oleh sistem keuangan yang baik,
keterlibatan antara sistem keuangan dan kebijakan moneter merupakan motor
penggerak pertumbuhan perekonomian yang saling melengkapi satu dengan
yang lainnya. Keseimbangan sistem keuangan dan kebijakan moneter akan
terlihat melalui fungsi intermediary perbankan, yang menggerakkan variabel
makroekonomi melalui bentuk gelombang yang berfluktuatif dengan masing-
masing gelombang memiliki tekanan dan durasi yang berbeda-beda, hal ini
sesuai dengan penelitian Edwin Basmar terkait The Analysis of Financial Cycle
and Financial Crisis in Indonesia yang menemukan bahwa hubungan antara
sistem keuangan dan kebijakan moneter akan memberikan pengaruh pada
pertumbuhan ekonomi, di mana up dan down-nya gelombang akan
menunjukkan suatu pertumbuhan perekonomian ataupun krisis keuangan suatu
negara (Basmar, 2018c).
Berdasarkan pergerakan up dan down gelombang keuangan dapat ditentukan
besaran tekanan dan durasi gelombang dengan menggunakan metode Ed Waves
Indeks, yang menemukan hasil bahwa gelombang keuangan memberikan
pengaruh efek sebab akibat sehingga gelombang tersebut dikatakan sebagai
Gelombang Siklus Delapan (The 8’s Waves Cycles), di mana hubungan sistem
78 Sistem Ekonomi Indonesia
beredar, shock ini mengakibatkan Bank Sentral bekerja keras untuk mengatur
besaran moneter dari tekanan tersebut.
Kedua, berkembangnya sektor keuangan menjadikan decouping antara sektor
moneter dan sektor riil, yang berdampak pada hubungan antara variabel moneter
dan variabel sektor riil yang juga ikut berkembang, sehingga untuk menganalisis
perubahan tersebut di kemudian hari akan menjadi sangat sulit, karena
permintaan uang dalam kebijakan moneter bergerak kurang stabil.
Kondisi ini terjadi di Indonesia pada tahun 1990 yang menghancurkan sistem
keuangan dan memberikan perlemahan pada aktivitas sektor riil, sejarah
perekonomian Indonesia tumbuh dari tahun 1967 berada pada tingkat rata-rata
6% hingga 8%, di mana pada tahun 1990 hingga 1996 merupakan tingkat
kejayaan pertumbuhan perekonomian Indonesia, namun kondisi tersebut
kemudian berganti dengan kontraksi sistem keuangan dengan tekanan berada
pada titik -13.1% di posisi Up krisis keuangan.
Hubungan ini menimbulkan keterikatan antara krisis keuangan dan krisis
ekonomi maupun krisis karena adanya wabah pandemi, di mana krisis keuangan
terjadi karena adanya kerusakan sistem pada sektor perbankan yang berimbas
pada krisis mata uang dan selanjutnya kembali berputar di mana krisis mata
uang ini menjadikan sektor perbankan kembali merasa tertekan karena pengaruh
tersebut, hubungan ini membentuk lingkaran setan dalam hal dampak dan
pengaruh dari keduanya. (Marzuki et al, 2021)
Kedua krisis (twin crisis) mengakibatkan kesehatan sektor riil menjadi
terganggu, dan dengan tekanan krisis tersebut memengaruhi neraca pembayaran
sehingga memengaruhi priode liberalisasi sektor keuangan (financial
liberalization). (Kaminsky et al, 1999; Basmar, 2011; Iskandar et al, 2021)
Gambaran krisis yang terjadi baik krisis keuangan dan krisis ekonomi sama-
sama memberikan dampak pada aktivitas perekonomian secara umum dan
sektor keuangan secara khusus, sebagaimana kondisi perekonomian Indonesia
di tahun 1997, krisis keuangan yang terjadi karena krisis ekonomi global,
ditandai dengan jatuhnya nilai mata uang Bath Thailand menjadi 27.8%,
kemudian disusul dengan mata uang Won, Ringgit dan juga termasuk mata uang
Rupiah. Tekanan tersebut merupakan tekanan dari luar (eksternal) kemudian
merusak sistem perekonomian, sementara tekanan dari dalam (internal) juga
memperberat keadaan perekonomian ditandai dengan tidak dihedgingnya utang
swasta, ditambah dengan lemahnya kontrol dan kebijakan perbankan sehingga
tingkat kepercayaan masyarakat pada pemerintah kemudian memudar, semua
80 Sistem Ekonomi Indonesia
krisis antara lain pertama rasio non performing asset terhadap total asset dalam
sistem perbankan telah melewati 10%, kedua biaya penyelamatan perbankan
paling tidak mencapai 2% dari PDB, ketiga masalah perbankan telah
menyebabkan terjadinya nasionalisasi bank-bank, dan keempat terjadi
penarikan dana besar-basaran (bank rush) atau pembekuan dana nasabah
(deposit freezes) atau penjaminan simpanan masyarakat secara merata yang
diberlakukan oleh pemerintah. (Domirguc et al, 1998; Basmar et al, 2021a;
Irdawati et al, 2021; Darwin et al, 2021b)
Standar pengukuran lainnya adalah dengan menggunakan metode pengukuran
Ed Waves Indeks dari perhitungan ini akan ditransmisikan ke dalam gelombang
untuk dapat mengetahui besaran tekanan dan durasi perubahan aktivitas
keuangan dalam sektor perbankan, dari gelombang tersebut secara teori akan
terjadi hubungan yang saling kait mengait antara satu dengan yang lainnya yang
kemudian dikenal dengan sebutan Gelombang Siklus Delapan (The 8’s Waves
Cycles) seperti yang tampak dalam Gambar 6.1 di bawah ini (Basmar et al,
2017)
Gambar 6.1: Sistem Keuangan Indonesia (Data diolah dari Bank Indonesia
dan berbagai literatur)
Pada Gambar 6.1 terlihat gelombang aktivitas pergerakan perbankan sangat
memprihatinkan karena gelombang banyak bergerak di bawah garis
pertumbuhan perekonomian hal ini dapat diindikasikan sebagai kategori krisis,
dikarenakan beberapa indikator pengukuran, antara lain rasio aktiva produktif
82 Sistem Ekonomi Indonesia
non performing terhadap total asset mencapai 23.8%, selanjutnya estimasi biaya
penyelamatan bank mencapai kurang lebih Rp 320 Trilyun, hal ini
menunjukkan bahwa kurang lebih 51% dari total PDB, kondisi lainnya
ditunjukkan dengan adanya beberapa bank yang dinasionalisasikan oleh
pemerintah, dan terakhir adalah kondisi masyarakat yang sangat sensitif
terhadap isu, mengakibatkan trust dana masyarakat secara besar-besaran,
terkhusus setelah pemerintah menutup 16 bank bermasalah (Basmar et al,
2021b; Robert et al, 2021).
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa terjadinya krisis keuangan dimulai
dengan keterpurukan sektor perbankan, disertai dengan perubahan pola
fluktuasi makroekonomi yang tidak stabil, sehingga terjadi depresiasi mata uang
di Indonesia yang kemudian berangsur-angsur memengaruhi tingkat suku
bunga dan inflasi yang akhirnya mengakibatkan sulitnya mencapai tingkat
kestabilan keuangan di Indonesia (Basmar et al, 2018).
Pencapaian stabilitas keuangan secara teori menjelaskan bahwa suatu kondisi
yang berupaya untuk menjauhi proses terjadinya kerusakan sistem keuangan
(avoidance od financial crisis), gambaran tersebut menunjukkan bahwa
perbankan di Indonesia sangat sensitif sehingga diperlukan pengawasan ekstra
karena kesensitivitasan perbankan yang labil sehingga mudah terpengaruh oleh
faktor-faktor eksternal yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pembayaran
keuangan (Siswanti et al, 2020; Siregar et al, 2021; Munthe et al, 2021; Basmar,
2010).
Kesensitivitasan perbankan berpengaruh negatif lebih berat terhadap
perekonomian jika dibandingkan dengan industri perusahaan lain yang
mengalami kebangkrutan, pengaruh lainnya karena sektor perbankan mampu
menimbulkan efek bola salju terhadap perbankan lainnya bahkan terhadap
industri non perbankan yang memiliki keterikatan bisnis dengan perbankan itu
sendiri. Oleh karena itu efek domino ini perlu diantisipasi secara menyeluruh
yang dilakukan setiap elemen baik pemerintah dan masyarakat, selain itu
kontrol menyeluruh pula harus dilakukan oleh semua kalangan, khususnya bagi
Bank Sentral yang menetapkan setiap kebijakan moneternya melalui transmisi
kebijakan yang dianggap tepat untuk mencapai tujuan akhir bersama yaitu
kestabilan keuangan dan pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan.
Bab 6 Sistem Keuangan dan Moneter 83
maupun kepentingan nasabah, hubungan ini dapat ditemukan pada pasar uang
rupiah, pasar uang valuta asing, maupun pasar modal.
Perkembangan volume maupun harga-harga (suku bunga, nilai tukar, yield
obligasi atau harga saham) merupakan bentuk hubungan antara Bank Sentral
dengan perbankan yang menghasilkan dampak langsung dan tidak langsung di
ketiga pasar keuangan tersebut, hal ini nampak pada Gambar 6.2 di bawah ini:
Besarnya hubungan perbankan ini memerikan efek pada tingkat suku bunga
jangka pendek seperti tingkat suku bunga PUAB dan SBI, posisi uang primer
dan bank reserve, transaksi dan posisi investasi pada sekuritas jangka pendek.
Hubungan antara Bank Sentral dengan perbankan di pasar uang rupiah dan
valuta asing memberikan dampak pada perkembangan pasar modal, kondisi ini
terjadi karena sebahagian besar investor menanamkan dananya dalam suatu
portofolio investasi yang terdiri dari instrumen atau produk yang
diperdagangkan di pasar uang, pasar valuta asing dan pasar modal.
Oleh karena itu pergerakan likuditas volume transaksi, suku bunga dan nilai
tukar di pasar yang memberikan pengaruh pada perkembangan harga dan
volume perdagangan saham dan obligasi di pasar modal, gambaran tersebut
dapat meningkatkan aktivitas perekonomian yang menandakan bahwa semua
sektor bekerja dengan baik dalam menjalankan aturan dan kebijakan moneter
Bank Sentral khususnya dalam menciptakan tingkat kestabilan keuangan dan
pertumbuhan perekonomian secara berkelanjutan.
88 Sistem Ekonomi Indonesia
Bab 7
Perkembangan Investasi Di
Indonesia
7.1 Pendahuluan
Di Indonesia sendiri Investasi/penanaman modal dibedakan menjadi dua
macam yaitu: Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman
Modal Asing (PMA). PMDN di Indonesia diatur oleh pemerintah dalam
Undang – Undang No. 6 tahun 1968. Di dalam Undang – Undang tersebut yang
dimaksud dengan PMDN adalah penggunaan kekayaan masyarakat Indonesia,
termasuk hak – hak dan benda – benda yang dimiliki oleh negara maupun swasta
nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia. Mengenai investasi
asing pemerintah Indonesia mengaturnya dalam Undang – Undang No. 1 tahun
19967, di dalam Undang – Undang tersebut pemerintah memberikan definisi
tentang apa yang dimaksud dengan penanaman modal asing. Menurut Undang
– Undang No. 1 tahun 1967 PMA adalah penanaman modal asing yang meliputi
penanaman modal asing secara langsung yang digunakan untuk menjalankan
proyek di
Indonesia, dalam hal ini pemilik modal secara langsung menanggung risiko atas
penanaman modal tersebut. Dari bentuk investasi dari, PMA merupakan suatu
bentuk investasi yang sangat diharapkan oleh negara-negara berkembang
90 Sistem Ekonomi Indonesia
Pada tahun 2003, Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Dunia (WB),
bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Ekonomi dan Badan Pusat
Statistik (BPS) telah melakukan studi tentang investasi dan iklim produktivitas
di Indonesia (ICS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan dan
masalah iklim investasi dan bagaimana mereka memengaruhi produktivitas atau
penampilan Perusahaan. Hasil penelitian diharapkan dapat membantu
pemerintah dan pihak lain memiliki minat dalam menentukan arah kebijakan
yang dapat mendorong pengembangan investasi.
92 Sistem Ekonomi Indonesia
1. Administrasi Publik
Pemerintah telah meningkatkan undang-undang tentang kebangkrutan
pada tahun 1998. Peningkatan undang-undang tentang investasi juga
telah dijadwalkan meskipun belum selesai sampai sekarang. Perbaikan
ini, selain perbaikan di bidang lain, diharapkan dapat meningkatkan
kepastian hukum dan apresiasi untuk kontrak yang masih menjadi
masalah di Indonesia selain perbedaan pengobatan antara perusahaan
asing dan domestik.
2. Persaingan Bisnis
Implementasi undang-undang tentang larangan praktik monopolistik
dan persaingan bisnis yang tidak adil (UU No. 5/1999) diperkirakan
akan meningkatkan kondisi pasar, terutama dalam mencegah monopoli
dan terjadinya persaingan bisnis yang tidak sehat.
3. Infrastruktur
Setelah krisis keuangan dari berbagai peraturan telah diperkenalkan,
yang semuanya mengarah pada peningkatan ketersediaan
infrastruktur. Undang-Undang tentang Telekomunikasi (UU No.
36/1999) memberikan hak khusus kepada PT Indosat dan Satelindo
untuk penyediaan layanan telepon internasional dan kepada PT
Telkom untuk koneksi telepon darat dan domestik. Pada tahun 2001,
Undang-Undang tentang Minyak dan Gas (UU No. 22/2001)
memperkenalkan iklim persaingan dan penetapan harga melalui
mekanisme pasar. Apa pun tentang sumber daya air yang telah
dilakukan pemerintah? (UU No. 7/2004) mengatur penggunaan air
untuk irigasi, rumah tangga dan industri sehubungan dengan
perlindungan dan sanitasi sumber daya air. Undang-undang tentang
Jalan (UU No. 38/2004) bertujuan untuk meningkatkan manajemen
jalan dengan membuka kemungkinan partisipasi swasta dalam industri
jalan tol. Di bidang listrik, pembatalan hukum tentang listrik (UU No.
20/2002) oleh Pengadilan Institusional telah memaksa pemerintah
untuk mengeluarkan peraturan baru (No. 3/2005) yang memungkinkan
partisipasi swasta di bidang listrik melalui kerja sama. dengan
perusahaan listrik negara (PLN).
94 Sistem Ekonomi Indonesia
4. Dibidang Pemerintahan
Di bidang pemerintahan, undang-undang tentang Keuangan Negara
(UU No. 17/2003), Perbendaharaan Negara (UU No. 1/2004),
Manajemen Keuangan Negara dan Tanggung Jawab (UU No.
15/2004) dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ( UU No.
25/2004) menyediakan sistem perencanaan, keuangan, dan aspek
administrasi manajemen keuangan pemerintah.
5. Telekomunikasi
Telekomunikasi. Undang-Undang tentang Telekomunikasi (UU No.
39/1999) memberikan hak khusus kepada P.T. Indosat dan Satelindo
menyediakan layanan telepon internasional dan P.T. Telkom untuk
koneksi telepon darat dan domestik. Korupsi. Implementasi Undang-
Undang tentang Bersih dan Anti Pemerintahan.
6. Korupsi
Implementasi undang-undang tentang pemerintahan bersih dan anti
pemerintah Korupsi. Implementasi Undang-Undang tentang
pemerintahan Bersih dan Anti-Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (UU
No. 28/199) dan Undang-Undang tentang Pemberantasan Korupsi
(UU No. 31/1999) diharapkan dapat membantu menciptakan sistem
pemerintah yang bersih dan transparan.
7. Desentralisasi
Desentralisasi. Desentralisasi diadakan sejak 2001 berdasarkan
Undang-Undang Pemerintah Daerah (UU No. 22/1999) dan undang-
undang tentang keseimbangan fiskal antara pemerintah daerah dan
pusat (UU No. 25/1999). Desentralisasi diperkirakan akan
meningkatkan peran dan kondisi regional. Sayangnya, dalam
implementasinya menimbulkan masalah tambahan bagi wirausahawan
karena meningkatnya jumlah peraturan dan pajak daerah yang
menghambat pengembangan dunia bisnis. Peningkatan undang-
undang otonomi dan keseimbangan fiskal antara pemerintah pusat dan
daerah dan daerah dengan UU No. 32/2004 dan No. 33/2004 semakin
memperluas dan mengklarifikasi peran pemerintah daerah karena
mereka dapat memilih kepala pemerintahan mereka sendiri dengan
fungsi-fungsi yang lebih luas. . Pendanaan pemerintah daerah
Bab 7 Perkembangan Investasi Di Indonesia 95
dilakukan melalui sumber dayanya sendiri dan dari alokasi dana dan
pinjaman pusat.
Masih banyak masalah lain yang harus di atasi untuk meningkatkan iklim
investasi dan pemulihan kepercayaan investor. Berbagai masalah seperti
ketidakpastian kebijakan ekonomi dan peraturan (yang diperburuk oleh dampak
negatif desentralisasi), kelambatan yang memberantas korupsi, rendahnya
penegakan hukum dan peraturan, dan tingkat keamanan yang rendah di
beberapa provinsi harus segera ditangani sehingga Iklim investasi membaik.
Gambar 7.2 : Rata-Rata Hambatan Menurut Jenis (Studi Iklim Investasi dan
Produktifitas di Indonesia, 2003)
f. Perusahaan Yang Bergerak Di Pasar Internasional Mempunyai
Pekerja Lebih Terdidik Dan Menyediakan Lebih Banyak Training.
Secara keseluruhan sekitar 36% pekerja minimum lulus dari
sekolah menengah (periode sekolah lebih dari 12 tahun). Proporsi
kelompok pekerja berpendidikan berbeda antara sektor, dari
sekitar 60% di perusahaan elektronik (92% dari mereka eksportir),
hingga hanya 24% di industri kertas (eksportir 29%). Perusahaan
yang berorientasi ekspor memberikan lebih banyak pelatihan
dibandingkan dengan perusahaan berorientasi domestik, seperti
kertas dan makanan dan minuman.
98 Sistem Ekonomi Indonesia
Gambar 7.3 : Nilai Tengah waktu tunggu untuk mendapatkan ijin usaha
menurut daerah per hari (Studi Iklim Investasi dan Produktivitas di Indonesia,
2003)
2. Pungutan tidak resmi di Jakarta lebih tinggi dibandingkan daerah lain
Kecepatan manajemen pengurusan di atas ternyata dibayar dengan
retribusi tidak resmi yang lebih tinggi. Dengan demikian, layanan yang
lebih baik di Jakarta tidak selalu mencerminkan kualitas pejabat yang
lebih baik.
terkait dengan korupsi, yang juga merupakan salah satu masalah utama
di Indonesia (lihat juga Tabel 7.1).
Gambar 7.4 : Hambatan usaha di Indonesia, Filipina dan R.R. China (Studi
Iklim Investasi dan Produktifitas di Indonesia, 2003)
terburuk dalam hal birokrasi yang berlebihan, yang pada akhirnya menambah
biaya bisnis dan mengurangi investasi. Birokrasi berbelit-belit ini terkait dan
semakin menggembirakan korupsi.
Pajak di Indonesia juga termasuk tinggi, sementara biaya keuangan dan akses
semakin sulit untuk menyebabkan banyak perusahaan lebih mengandalkan
pembiayaan diri mereka daripada meminjam bank. Peraturan perburuhan
tentang mempekerjakan dan menolak pekerja dan upah minimum juga
membebani majikan. Indonesia juga masih tertinggal di bidang telekomunikasi
dan penggunaan teknologi informasi dalam melakukan bisnis.
Masalah di atas menunjukkan perlunya reformasi di tiga bidang utama, yaitu
institusi, infrastruktur dan insentif.
1. Institusi
Lemahnya kelembagaan dan ketidakjelasan peraturan menghasilkan
rasa ketidakpastian di antara kalangan pengusaha, baik dalam proses
mendirikan perusahaan dan implementasi kegiatan bisnis sehari-hari.
Ketidakpastian itu juga tercermin di banyak perusahaan yang
meragukan bahwa sistem hukum dan peradilan di Indonesia
menjunjung tinggi prinsip keadilan dan menegakkan hukum, terutama
untuk perselisihan terkait dengan kontrak dan hak properti. Ini tentu
tidak dapat dipisahkan dengan masalah korupsi. Korupsi mengganggu
aturan hukum, melemahkan fondasi kelembagaan, memperlambat
pengembangan sektor swasta, dan membahayakan masyarakat.
Korupsi memiliki efek negatif pada semua aspek iklim investasi.
Kesimpangsiuran dalam pelaksanaan desentralisasi sejak Januari
2001, terutama dalam kaitannya dengan dunia bisnis dan investasi,
telah menambah ketidakpastian antar perusahaan selain meningkatkan
korupsi. Desentralisasi juga memperburuk masalah ketenagakerjaan.
Penyerahan wewenang upah minimum kepada pemerintah daerah
telah sering mengakibatkan kenaikan upah minimum tanpa
pertimbangan ekonomi yang jelas dan tanpa diskusi atau konsultasi
dengan pengusaha. Masalah ini adalah salah satu penyebab penurunan
daya saing Indonesia.
Deskripsi di atas menunjukkan perlunya pemerintah untuk
meningkatkan kinerja kelembagaan yang ada, terutama yang terkait
Bab 7 Perkembangan Investasi Di Indonesia 109
PMA pada periode Triwulan III Tahun 2020 meningkat 1,0% jika dibandingkan
dengan periode yang sama pada tahun 2019 yaitu dari Rp 105,0 Triliun menjadi
Rp 106,1 triliun.
Berikut hal penting dari capaian realisasi investasi PMDN dan PMA pada
Triwulan III Tahun 2020:
1. Realisasi Investasi PMDN
Lima besar realisasi investasi PMDN berdasarkan sektor usaha adalah:
Konstruksi (Rp 23,0 triliun); Transportasi, Gudang dan
Telekomunikasi (Rp 17,7 triliun); Perumahan, Kawasan Industri dan
Perkantoran (Rp 12,6 triliun); Listrik, Gas, dan Air (Rp 11,2 triliun);
dan Industri Kimia dan Farmasi (Rp 7,5 triliun). Apabila seluruh sektor
industri digabung maka sektor ini memberikan kontribusi sebesar Rp
19,5 triliun atau 18,9% dari total PMDN. Sedangkan, lima besar
realisasi investasi PMDN berdasarkan lokasi proyek adalah: Banten
(Rp 12,3 triliun); Riau (Rp 12,0 triliun); Jawa Barat (Rp 10,1 triliun);
Kalimantan Timur (Rp 9,1 triliun); dan Jawa Timur (Rp 9,0 triliun).
2. Realisasi Investasi PMA
Realisasi investasi PMA berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah:
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya
(US$ 1,6 miliar); Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi (US$ 1,0
miliar); Listrik, Gas, dan Air (US$ 0,9 miliar); Perumahan, Kawasan
Industri dan Perkantoran (US$ 0,6 miliar); dan Industri Kimia dan
Farmasi (US$ 0,6 miliar). Apabila seluruh sektor industri digabung
maka sektor ini memberikan kontribusi sebesar US$ 3,7 miliar atau
49,7% dari total PMA.
Realisasi investasi PMA berdasarkan lokasi proyek (5 besar) adalah: Jawa Barat
(US$ 1,3 miliar); Daerah Khusus Ibukota Jakarta (US$ 0,9 miliar); Maluku
Utara (US$ 0,8 miliar); Banten (US$ 0,6 miliar); dan Kepulauan Riau (US$ 0,5
miliar). Realisasi investasi PMA berdasarkan asal negara (5 besar) adalah:
Singapura (US$ 2,5 miliar); R.R. Tiongkok (US$ 1,1 miliar); Jepang (US$ 0,9
miliar); Hongkong, RRT (US$ 0,7 miliar); dan Belanda (US$ 0,5 miliar).
116 Sistem Ekonomi Indonesia
triliun); Banten (Rp 8,9 triliun); Jawa Timur (Rp 8,3 triliun); dan Jawa
Tengah (Rp 7,8 triliun).
2. Realisasi Investasi PMA
Realisasi investasi PMA berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah:
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya
(US$ 1,5 miliar); Listrik, Gas dan Air (US$ 1,4 miliar); Transportasi,
Gudang dan Telekomunikasi (US$ 1,1 miliar); Industri Kertas dan
Percetakan (US$ 0,6 miliar); dan Pertambangan (US$ 0,5 miliar).
Apabila seluruh sektor industri digabung maka sector ini memberikan
kontribusi sebesar US$ 3,5 miliar atau 45,5% dari total PMA.
Realisasi investasi PMA berdasarkan lokasi proyek (5 besar) adalah:
Jawa Barat (US$ 1,3 miliar); DKI Jakarta (US$ 0,9 miliar); Sumatera
Selatan (US$ 0,8 miliar); Banten (US$ 0,8 miliar); dan Maluku Utara
(US$ 0,7 miliar). Realisasi investasi PMA berdasarkan asal negara (5
besar) adalah: Singapura (US$ 2,6 miliar); R.R. Tiongkok (US$ 1,3
miliar); Hongkong, RRT (US$ 1,1 miliar); Korea Selatan (US$ 0,7
miliar); Jepang (US$ 0,4 miliar).
3. Sebaran Lokasi Proyek
Pada Triwulan IV Tahun 2020, realisasi investasi di Pulau Jawa
sebesar Rp 101,3 triliun dan realisasi investasi di luar Pulau Jawa
sebesar Rp 113,4 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang
sama di tahun 2019, terjadi perlambatan investasi di Jawa sebesar
3,0%, sedangkan investasi di Luar Jawa mengalami pertumbuhan
sebesar 9,2%.
4. Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia
Realisasi penyerapan tenaga kerja Indonesia pada Triwulan IV Tahun
2020 mencapai 294.780 orang yang terdiri dari proyek PMDN
sebanyak 162.401 orang dan proyek PMA sebanyak 132.379 orang.
118 Sistem Ekonomi Indonesia
Bab 8
Kependudukan dan Tenaga
Kerja
8.1 Pendahuluan
Merujuk pada pendapat beberapa ahli ekonomi bahwa istilah ekonomi berasal
dari kata oikos yang berarti rumah tangga atau keluarga dan nomos yang berarti
peraturan, hukum atau prinsip; sehingga ilmu ekonomi diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang pengaturan usaha manusia dalam mencapai
kemakmuran (Sari et al., 2020; Siagian et al., 2020; Marit et al., 2021; Purba,
Arfandi, et al., 2021; Purba, Rahmadana, et al., 2021). Demi mencapai
kemakmuran, manusia akan melakukan aktivitas ekonomi seperti konsumsi,
produksi, dan distribusi (Purba, 2019b, 2019a; Bonaraja Purba et al., 2019;
Purba, 2020b; Purba, Nainggolan, et al., 2020; Purba, Sudarmanto, et al., 2020).
Pengertian ekonomi adalah semua yang menyangkut hal-hal yang berhubungan
dengan peri kehidupan dalam rumah tangga dan dalam perkembangannya kata
rumah tangga bukan hanya sekedar merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari
suami, isteri dan anak-anaknya, melainkan juga rumah tangga yang lebih luas
yaitu rumah tangga bangsa, negara dan dunia (Purba, 2020b; Basmar, Purba,
Nugraha, et al., 2021; Damanik et al., 2021; Marzuki et al., 2021; Purba, Albra,
et al., 2021; Purba, Arfandi, et al., 2021; Purba, Purba, et al., 2021; Suleman et
al., 2021).
120 Sistem Ekonomi Indonesia
Dengan kata lain dapat juga dinyatakan bahwa ekonomi adalah sebuah bidang
kajian tentang pengurusan sumber daya material individu, masyarakat, dan
negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Karena ekonomi
merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang
ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau distribusi
(Purba, 2013; Sherly et al., 2020; Ashoer et al., 2021; Basmar, Purba, Damanik,
et al., 2021; Basmar, Purba, Nugraha, et al., 2021; Damanik et al., 2021; Munthe
et al., 2021; Simarmata et al., 2021).
Pada awalnya manusia sebagai sumber daya diartikan tenaga kerja manusia
ditinjau hanya secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia
berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia di lingkungannya guna
memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak sedikitnya jumlah penduduk serta
unsur-unsur yang berkaitan dengan jumlah dalam batas tertentu merupakan
potensi dalam bidang pembangunan. Dengan jumlah penduduk yang banyak
merupakan sumber daya manusia untuk melakukan pembangunan (Idris, 2016;
Purba, Rahmadana, et al., 2021).
Sumber daya manusia dalam hal ini penduduk yang pada umumnya dipandang
sebagai penghambat atau juga bisa dipandang sebagai pemicu perkembangan
pembangunan. Cara mengantisipasi padatnya sumber daya manusia yaitu
dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri, dengan
berupaya memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam yang ada di sekitar,
hingga dapat menciptakan tenaga kerja yang berkualitas. Semakin banyak
sumber daya manusia yang berkualitas maka semakin banyak juga tenaga kerja
yang berkualitas, yang dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam
yang efisien dan efektif (WARSITA, 2011; Simarmata et al., 2021) .
Selain tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, tingkat pendidikan dan
kesehatan juga memengaruhi masalah kependudukan. Besarnya kematian yang
terjadi di suatu daerah menujukkan bagaimana kondisi lingkungan dan juga
kesehatan pada masyarakat di daerah tersebut. Indonesia memiliki jumlah
penduduk sebesar 225 juta jiwa, menjadikan negara ini negara dengan penduduk
terpadat ke-4 di dunia. Penduduk yang besar dengan daya beli yang terus
meningkat adalah pasar yang potensial, sementara itu jumlah penduduk yang
besar dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang terus membaik adalah
potensi daya asing yang luar biasa (Inanna and Rahmatullah, 2018).
Bab 8 Kependudukan dan Tenaga Kerja 121
Selain jumlah penduduknya yang besar, luasnya negara kepulauan dan tidak
meratanya penduduk membuat Indonesia semakin banyak mengalami
permasalahan terkait dengan hal kependudukan. Tidak hanya itu, faktor
geografi, tingkat migrasi, struktur kependudukan di Indonesia dan lain-lain
membuat masalah kependudukan semakin kompleks dan juga menjadi hal yang
perlu mendapatkan perhatian khusus guna kepentingan manusia Indonesia
(DUMAIRY, 1996).Terkait dengan jumlah penduduk yang tinggi tentunya
terdapat faktor yang memengaruhinya. Salah satunya adalah tingkat atau laju
pertumbuhan penduduk. Besarnya laju pertumbuhan penduduk membuat
pertambahan jumlah penduduk semakin meningkat, yang akhirnya akan
membawa dampak negatif di suatu daerah yang padat penduduknya
(WARSITA, 2011).
Tingkat pertumbuhan penduduk total dan penduduk usia kerja (berusia 15–
60/64) memiliki dampak besar terhadap jumlah kesempatan kerja produktif
yang dibutuhkan, dan oleh karenanya, analisa berikutnya. Struktur usia
penduduk saat ini adalah faktor utama yang, menentukan jumlah kesempatan
kerja yang dibutuhkan – lapangan kerja baru – selama periode 15-20 tahun
kedepan, faktor utama lainnya adalah kebutuhan untuk mengurangi
pengangguran dan pekerja miskin (Suleman et al., 2021).
struktur umur muda, jumlah pengangguran yang semakin lama semakin serius,
urbanisasi dan sebagainya (Warsita, 2011; Inanna and Rahmatullah, 2018).
Masalah kependudukan di Indonesia pada hakekatnya menyangkut tiga aspek
yaitu aspek kuantitas, aspek kualitas dan aspek mobilitas. Saat ini dari aspek
kuantitas, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar yang
mencapai angka 237,6 juta jiwa pada tahun 2010, ini menempatkan Indonesia
sebagai negara dengan penduduk paling banyak nomor 4 dunia. Sementara itu
dari aspek kualitas, Indonesia memiliki kualitas penduduk yang rendah,
tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia Indonesia yang menempati
ranking ke 108 dari 188 negara pada tahun 2009. Untuk aspek mobilitas,
Indonesia memiliki persebaran penduduk yang timpang, di mana 58%
penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa, padahal Pulau Jawa hanya memiliki
luas daratan 7% dari total daratan di Indonesia (Ismail Hasang and NUR, 2020;
Suleman et al., 2021).
Kondisi di atas berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan dan
pembangunan Indonesia. Dilihat dari aspek sosial ekonomi dampak yang
ditimbulkan antara lain: masalah pemenuhan kebutuhan pangan, perumahan,
kesehatan, pendidikan, penyediaan lapangan kerja dan lain sebagainya.
Berbagai kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut bermuara pada
tingginya angka pengangguran, juga masalah kemiskinan yang pada akhirnya
dapat memicu berbagai konflik sosial seperti tingkat kriminalitas yang tinggi,
kasus-kasus tawuran warga, permasalahan TKI di luar negeri, perdagangan
manusia, timbulnya demonstrasi anarkis dan lain sebagainya. Besarnya dampak
kependudukan ini memerlukan suatu Analisis Dampak Kependudukan yang
komprehensif dan tepat sehingga didapatkan solusi dan masukan yang tepat bagi
para pembuat kebijakan untuk penyelesaian masalah-masalah tersebut (Inanna
and RAHMATULLAH, 2018; Muliati, 2020).
8.2 Ketenagakerjaan
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan merumuskan pengertian
istilah Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Di atas telah
disinggung sedikit tentang pengertian tenaga kerja, pada bagian ini akan kembali
dijelaskan bahwa menurut UU 13 Tahun 2003 Tenaga kerja adalah: “setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.”
Secara garis besar penduduk di suatu negara dibedakan menjadi dua golongan
yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja ialah penduduk yang berumur di
dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara yang satu
dengan negara yang lain (Baswir, 2010; Malau, 2016; B. Purba et al., 2019;
Suleman et al., 2021).
formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara
tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya
transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran
yang dipilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar sudah
diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, namun peserta didik tidak
hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat
tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu
diwajibkan oleh pendidik yang bersangkutan. Yang mengejutkannya
lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang
tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.
Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah
lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survei lapangan, dapat
dilihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relatif lebih lama
jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah
menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarannya perhari
dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00. Hal tersebut
jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang
mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak
waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga
pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya.
Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak
efektif juga, Karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan
informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.
Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam
meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan
juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan
pendidik dan peserta didik (Sumarsono, 2003; Damanik et al., 2021;
Purba, Albra, et al., 2021; Purba, Arfandi, et al., 2021).
Bab 9
Pembangunan Sektor Pertanian
Indonesia
9.1 Pendahuluan
Pertanian adalah salah satu sektor perekonomian penting di kebanyakan negara
sedang berkembang terutama pada masa-masa awal pembangunan ekonomi.
Hal ini berlaku juga di Indonesia. Meskipun sumbangannya terhadap
pendapatan nasional dari waktu ke waktu semakin menurun berkaitan dengan
terjadinya transformasi perekonomian dari pertanian ke industri dan jasa, namun
peranannya tak akan pernah tergantikan dan dipastikan juga tidak akan pernah
bisa dihilangkan sama sekali keberadaannya.
4 Listrik, Gas, dan Air 289 193 0,25 851 851 0,68 +0,43
Pada tahun 2014 penduduk yang bekerja di sektor pertanian merupakan jumlah
yang terbesar, disusul oleh sektor perdagangan, rumah makan, dan hotel. Pada
tahun 2019 proporsi penduduk yang bekerja di sektor pertanian meskipun masih
yang dominan, namun jumlahnya menurun cukup tajam dibandingkan tahun
2014, persentasenya turun sekitar 6,67 persen. Sebaliknya jumlah penduduk
yang bekerja di sektor perdagangan meningkat sekitar 3,84 persen. Menurunnya
serapan tenaga kerja di sektor pertanian ini boleh jadi karena berpindahnya
sebagian tenaga kerja tersebut ke sektor lain misalnya ke sektor jasa
Bab 9 Pembangunan Sektor Pertanian Indonesia 135
penduduk yang sangat padat dan tingkat pertumbuhannya tiap tahun tinggi,
tetapi juga pembagiannya antar daerah dan pulau tidak seimbang (pulau Jawa
yang kecil tetapi penduduknya banyak; Kalimantan dan Irian Jaya / Papua yang
lebih luas wilayahnya namun penduduknya lebih sedikit).
Ditinjau dari sudut ekonomi pertanian adanya persoalan penduduk di daerah
pertanian dapat dilihat dari tanda-tanda:
1. Pemilikan tanah perkapita semakin sempit, misalnya hasil Sensus
Pertanian tahun 2013 menunjukkan jumlah rumah tangga (RT) petani
berlahan kurang dari 0.5 Ha di Indonesia jumlahnya sekitar 56 % atau
26 135 469 RT, sedangkan menurut Sensus Pertanian 2003 adalah
sekitar 63 % atau 31 232 184 RT. Hal itu berarti ada penurunan sekitar
7 % jumlah petani marjinal, meskipun angka itu mungkin tidak terlalu
signifikan.
2. Produksi bahan makanan per kapita terus menurun
3. Bertambahnya pengangguran
4. Memburuknya hubungan-hubungan pemilik tanah.
Tekanan penduduk ini berbarengan lagi dengan fenomena alih fungsi
lahan untuk pertanian menjadi nonpertanian seperti untuk keperluan
perumahan dan industri serta prasarana jalan raya (baca:tol) yang
menggunakan lahan sawah yang subur di sepanjang pulau Jawa yang
merupakan sentra produksi padi nasional.
Rendahnya daya saing sektor pertanian. Dalam menghadapi pasar bebas dan
dalam keadaan di mana setiap negara anggota Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO) lebih membuka pasarnya masing-masing, maka pertanyaan mendasar
bagi produk pertanian kita adalah mampukah produk pertanian Indonesia
bersaing di pasar internasional yang semakin kompetitif, dan sekaligus
menjadikan Indonesia tuan rumah bagi produk-produknya sendiri?. Dewasa ini
kita banyak melihat produk-produk pertanian luar negeri masuk ke negara kita
seperti produk-produk perkebunan (Malaysia) dan hortikultura (Thailand dan
Republik Rakyat Tiongkok), Kedelai (USA), Susu (Perancis) dan daging sapi
(New Zealand) dengan harga dan kualitas yang lebih kompetitif. Ini menjadi
tantangan kita bahwa Indonesia harus melakukan upaya-upaya meningkatkan
daya saing produk-produk pertaniannya. Sejalan dengan itu juga harus mulai
memilah-milah komoditas yang dapat dijadikan sebagai andalan atau unggulan
140 Sistem Ekonomi Indonesia
ekonomi pun menjadi semakin besar. Wujud dari pertumbuhan ekonomi yang
meningkat adalah berupa meningkatnya ketersediaan barang dan jasa melalui
kegiatan produksi dan industrialisasi. Ternyata pada kenyataannya selain
memiliki sisi positif berupa meningkatnya ketersediaan barang dan jasa,
pertumbuhan ekonomi itupun disertai oleh dampak negatif berupa pencemaran
lingkungan dan menipisnya persediaan sumberdaya alam. Inilah yang terjadi
dari dampak Revolusi Hijau di Indonesia dalam rangka mencapai swasembada
pangan (baca: beras) yang dimulai sekitar pertengahan tahun 1960-an. Dewasa
ini banyak para ahli ekonomi pertanian yang menaruh perhatian dan
mempelajari dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kelestarian sumber daya
alam dan lingkungan pertanian. Telah muncul cabang baru dari ilmu ekonomi
pertanian yaitu Ilmu Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Natural
Resource and Environmental Economics) atau juga Ilmu Ekonomi Hijau (Green
Economics) atau penerapannya di bidang bisnis sebagai green business.
Rendahnya minat generasi muda untuk berprofesi sebagai petani. Banyak hasil
kajian menunjukkan adanya fenomena tersebut. Salah satu kajian yang menarik
adalah hasil riset yang dilakukan oleh peneliti IPB tentang fenomena
menurunnya minat mahasiswa yang masuk ke perguruan tinggi pertanian di
Indonesia (Manuwoto dkk, 2010). Dari sembilan kesimpulan hasil kajian, ada
tiga yang menarik. Pertama, terjadi penurunan peminat, terjadi kekosongan
program studi (Prodi), dan kekosongan terhadap daya tampung pada perguruan
tinggi pertanian. Kedua, ada indikasi peminat Prodi pertanian mempunyai nilai
UAN lebih rendah dari peminat Prodi non pertanian. Ketiga, penurunan peminat
Prodi pertanian terjadi pada prodi yang berada pada bagian sistem inti agribisnis
yaitu subsistem produksi di tingkat usahatani (on-farm) yang sangat erat
kaitannya dengan ketersediaan pangan dan energi serta kemiskinan.
Untuk kesimpulan yang ketiga, penyebab semuanya masih seputar bahwa
subsistem usahatani (budidaya) ini atau pertanian primer masih dicitrakan
sebagai sektor yang kurang bergengsi, terkesan kotor atau kumuh, melelahkan,
kurang menguntungkan, berisiko tinggi, stagnan perkembangannya, tradisional,
pekerjaan untuk kalangan tua dan seterusnya. Ini adalah persoalan penting yang
harus bisa dijawab oleh para pakar ekonomi (pembangunan) pertanian.
Dampak disrupsi Revolusi Industri 4.0. Perubahan dunia yang begitu cepat
dengan berkembangnya inovasi dan teknologi mendorong revolusi baru yang
disebut revolusi industri 4.0. Revolusi ini ditandai dengan penggunaan mesin-
mesin otomatis yang terintegrasi dengan jaringan internet. Semua itu mengubah
cara manusia berinteraksi hingga pada level yang paling mendasar, sekaligus
142 Sistem Ekonomi Indonesia
Basmar, E., Purba, B., Damanik, D., et al. (2021) Ekonomi Bisnis Indonesia.
Yayasan Kita Menulis.
Basmar, E., Purba, B., Nugraha, N. A., et al. (2021) Perekonomian dan Bisnis
Indonesia. Yayasan Kita Menulis.
Baswir, Revrisond. (2003) “Pembangunan Tanpa Perasaan, Evaluasi
Pemenuhan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya ,” Jakarta: Penerbit
ELSAM-Lembaga Studi Dan Advokasi Masyarakat.
Baswir, R. (2010) Ekonomi kerakyatan vs neoliberalisme. Delokomotif.
Blinder A, (1998) ”Central Banking in Theory and Practice” Cambridge, Mass
MIT Press.
Boot, A. (2005) The Indonesiaan Economy in the Nineteenth and Twentieth
Centuries.
Booth, A. (1998) ‘The Indonesian Economy in the Nineteenth and Twentieth
Centuries’, The Indonesian Economy in the Nineteenth and Twentieth
Centuries. doi: 10.1057/9780333994962.
BPKM. (2020), Badan Koordinasi Penanaman Modal, www.bkpm.go.id,
diakses tanggal 20 April 2021
BPS. (2003) https://www.bps.go.id/publication/2003.
BPS. (2008) https://www.bps.go.id/publication/2008.
BPS. (2015) https://www.bps.go.id/publication/2015.
Damanik, D. et al. (2021) Ekonomi Manajerial. Yayasan Kita Menulis.
Darwin D., Lora E.K., Ari M.G., Elidawaty P., Adriansah S., Hengki M.P.S.,
Abdurrozzag H., Muhammad F.R., Eko S., Bonaraja P., Edwin B.,
Yuniningsih, (2021b) ”Ekonomi Manajerial” Yayasan Kita Menulis,
Medan, pp 167-188.
Domirguc Kunt, Asli., Detragiache E., (1998) ”The Determinant of Banking
Crisis in Developing dan Developed Countries” IMF Staff Paper Vol 45.
No 1 Maret 1998.
DUMAIRY, D. (1996) ‘Perekonomian Indonesia’.
Dumairy. (1996) “Perekonomian Indonesia,” Jakarta: Penerbit Erlangga.
150 Sistem Ekonomi Indonesia
Fariyanti, A.et.al. (2012). „Pangan Rakyat: Soal Hidup atau Mati“. Bogor:
Departemen Agribisnis-FEM IPB.
Friedman M., Schwartz A.J., (1963) ”A Monetary History of The United States
: 1867-1960” Princeton University Press.
Fritzer F., (2004) ”Financial Market Structure and Economic Growth : A Cross
Country Perspective” Monetary Policy and The Economy 2nd Quarter,
pp.72-87.
Grossman, Gregory. (1998). "Sistem Sistem Ekonomi Indonesia," Jakarta:
Bumi Aksara
Harun, P. (2017) ‘Structure changes, the contribution of sectors, income per
capita Indonesia in 1990 – 2014’, Journal of Economics, Business &
Accountancy Ventura, 19(3), pp. 293–304. doi:
10.14414/jebav.v19i3.758.
Hazelrigg, Lawrence. (1992) "Individualism: Encyclopedia Of Sociology,"
McMillan Publishing Company.
Hill, H., Resosudarmo, B. and Vidyattama, Y. (2008) ‘Indonesia’s changing
economic geography’, Bulletin of Indonesian Economic Studies, 44(3),
pp. 407–435. doi: 10.1080/00074910802395344.
Idris, H. A. (2016) Pengantar ekonomi sumber daya manusia. Deepublish.
IMF. (2020) https://www.imf.org/external/pubs/ft/ar/2020/eng/
Inanna, I. and RAHMATULLAH, R. (2018) ‘Wajah Perekonomian Indonesia’.
Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Irdawati, Mardia, Vina, Edwin B., Astrie, Hengki S., (2021) ”Manajemen
Risiko dan Asuransi” Yayasan Kita Menulis, Medan.
Iskandar K., Edwin B., Nugrahani., Eko., (2021) ”Manajemen Risiko
Perbankan” Yayasan Kita Menulis, Medan.
Ismail Hasang, S. E. and NUR, M. (2020) PEREKONOMIAN INDONESIA.
Ahlimedia Book.
Ismail, Munawar et al. (2020) “Sistem Ekonomi Indonesia: Tafsiran Pancasila
dan UUD 1945,” Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ismail, Munawar., Dwi Budi. S., Ahmad Erani. Y.(2014) "Sistem Ekonomi
Indonesia: Tafsiran Pancasila Dan UUD 1945,". Jakarta: Erlangga.
Daftar Pustaka 151
Purba, B. (2013) ‘Analisis Pengaruh Pertumbuhan PDB, Suku Bunga SBI, IHK,
Cadangan Devisa, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Pertumbuhan
Jumlah Uang Beredar di Indonesia’, Jurnal Saintech Universitas Negri
Medan, 5(01).
Purba, B. (2019a) ‘Analysis of Human Development Index in the Highlands
Region of North Sumatera Province Indonesia’, in Multi-Disciplinary
International Conference University of Asahan.
Purba, B. (2019b) ‘Effects of Economic Agglomeration and Labor Productivity
on Income Disparities in the East Coast Region of North Sumatera–
Indonesia’, in Multi-Disciplinary International Conference University of
Asahan.
Purba, B. (2020a) ‘Analisis Tentang Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi di Pulau Sumatera,
Indonesia’, Jurnal Humaniora: Jurnal Ilmu Sosial, Ekonomi dan Hukum,
4(1), pp. 196–204.
Purba, B. (2020b) ‘Analisis Tentang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode
Tahun 2009–2018’, Jurnal Humaniora: Jurnal Ilmu Sosial, Ekonomi dan
Hukum, 4(2), pp. 244–255.
Purba, B. et al. (2019) ‘The Effect of Capital Expenditure and Gross Fixed
Capital Formation on Income Disparity in West Coast Region of North
Sumatera’, in IOP Conference Series: Earth and Environmental Science.
doi: 10.1088/1755-1315/260/1/012022.
Purba, B., Albra, W., et al. (2021) Ekonomi Publik. Yayasan Kita Menulis.
Purba, B., Arfandi, S. N., et al. (2021) Ekonomi Demografi. Yayasan Kita
Menulis.
Purba, B., Nainggolan, L. E., et al. (2020) Ekonomi Sumber Daya Alam: Sebuah
Konsep, Fakta dan Gagasan. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Purba, B., Purba, D. S., et al. (2021) Ekonomi Internasional. Yayasan Kita
Menulis.
Purba, B., Rahmadana, M. F., et al. (2021) Ekonomi Pembangunan. Yayasan
Kita Menulis.
Purba, B., Sudarmanto, E., et al. (2020) Ekonomi Politik: Teori dan Pemikiran.
Yayasan Kita Menulis.
154 Sistem Ekonomi Indonesia
Dr. Drs. Bonaraja Purba, M.Si Lulus Sarjana (Drs.) dari Universitas Negeri
Medan (UNIMED), Magister Sains (M.Si.) Bidang Ilmu Ekonomi dari
Universitas Syiah Kuala (USK) dan Doktor (Dr.) Bidang Ilmu Ekonomi dan
Bisnis Konsentrasi Ilmu Ekonomi Perencanaan dan Regional juga dari
Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh. Sejak tahun 1987 hingga saat ini
berkarir sebagai Dosen PNS di Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Author dari 70 Buku ISBN/HKI Bidang Ilmu Ekonomi dan Bisnis.
Email bonarajapurba@gmail.com dan bonarajapurba@unimed.ac.id
Biodata Penulis 161