net/publication/353766878
CITATIONS READS
16 1,146
10 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DALAM PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT KABUPATEN TOBA SAMOSIR View project
Pengaruh Kualitas Jasa, Citra Perusahaan dan Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Keputusan Pengambilan Produk Kredit Mikro View project
All content following this page was uploaded by Darwin Damanik on 09 August 2021.
Penulis:
Lora Ekana Nainggolan, Bonaraja Purba, Eko Sudarmanto
Pinondang Nainggolan, Abdurrozzaq Hasibuan
Hengki Mangiring Parulian Simarmata, Darwin Damanik
Segala puji serta ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang memberikan berkat serta kebijaksanaan kepada para penulis
hingga mampu memberikan hasil berupa buku Ekonomi Sumber
Daya Manusia. Buku ini merupakan hasil buah pikiran serta
masukan dari berbagai sumber terkait ekonomi sumber daya
manusia serta ruang lingkup pembahasannya. Buku ini merupakan
salah satu buku referensi yang menambah khasanah keilmuan yang
sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan, baik aktivis,
akademisi, mahasiswa maupun pelaku bisnis.
penulisan buku ini hingga buku ini dapat terbit. Segala kesalahan
maupun kekurangan yang terdapat dalam buku ini, akan menjadi
perhatian penulis untuk di masa yang akan datang. Seluruh respon
dan kritikan yang membangun sangat diperlukan guna
pengembangan buku ini ke depannya.
Medan 2021
Penulis
Daftar Isi
1.1 Pendahuluan
Dalam perkembangan dunia usaha dan bisnis di era globalisasi diperlukan
SDM yang berkualitas dalam memperlancar kegiatan usaha. Semakin
tingginya tingkat persaingan menuntut kualitas SDM semakin andal serta
berdaya saing dengan perusahaan lain (Idris, 2016). Ekonomi SDM
merupakan ilmu ekonomi terapan yang digunakan untuk menjelaskan serta
menganalisis proses pembentukan, perencanaan dan pemanfaatan SDM yang
memiliki hubungan dengan pembangunan ekonomi. Peran sumber daya
manusia sebagai salah satu input (tenaga kerja) dibahas dalam ekonomi
sumber daya manusia, baik dari perubahan volume, komposisi dan proses
meningkatkan kualitas penduduk yang berpengaruh terhadap angkatan kerja
serta pekerja aktif yang berdampak pada pembangunan manusia (Feriyanto,
2014).
Para ahli ekonomi dunia telah banyak menggunakan waktu mereka dalam
menganalisis welfare economic yang kebanyakan berfokus pada
keseimbangan dalam pasar tenaga kerja. Mekanisme yang berjalan di pasar
tersebut turut menentukan tingkat kemakmuran manusia. Sehingga
ketertarikan pada pasar tenaga kerja semakin lama semakin tinggi dan bukan
hanya demi kepentingan diri sendiri melainkan karena semakin banyaknya
berkembang isu-isu perdebatan berkenaan dengan kebijakan dalam bidang
2 Ekonomi Sumber Daya Manusia
sosial, yang dapat memengaruhi tenaga kerja itu sendiri, dan hubungan dengan
perusahaan (Handoyo, 2008).
Ekonomi SDM juga membahas bagaimana hubungan pendapatan nasional
(GDP/PDB) terhadap implikasinya dalam penyerapan tenaga kerja, di mana
semakin besar elastisitas kesempatan kerja akibat meningkatnya PDB, dengan
kata lain pertumbuhan ekonomi menstimulasi penciptaan lapangan kerja
dalam suatu wilayah. Ekonomi SDM tidak luput dari kajian ekonomi mikro
dalam membahas pengambilan keputusan individu ketika memilih optimasi
yang sesuai dengan penyediaan waktu bekerja dengan melakukan kegiatan
lainnya. Demikian juga dalam pengambilan keputusan terkait memilih
menganggur karena terpaksa atau dengan sukarela, serta keputusan terkait
keadaan ekonomi yang lain.
SDM menjadi pembahasan dan pengkajian yang sangat penting terutama bagi
negara Indonesia, sebab bila mengacu pada fakta jumlah penduduk Indonesia
sangat besar dengan laju pertumbuhan yang tinggi setiap tahun. Mengacu pada
data sensus yang dilakukan BPS setiap 10 tahun sekali diperoleh bahwa
selama tahun 1980-1990 pertumbuhan penduduk sebesar 1,98 persen dan
menurun sebesar 1,44 persen selama tahun 1990-2000. Kemudian mengalami
peningkatan di tahun 2000-2010 menjadi 1,49 dan kembali mampu ditekan
pada sensus 2010-2020 sebesar 1,25 persen.
Meskipun secara persentase pertumbuhan penduduk terus mengalami
penurunan, namun jumlah penduduk Indonesia masih terus mengalami
peningkatan, berdasarkan data yang dihimpun BPS hingga September 2020,
jumlah penduduk sebanyak 270,2 juta jiwa, dan jumlah ini merupakan
kenaikan 32,56 juta jiwa atau rata-rata 3,26 juta jiwa setiap tahun dibandingkan
sensus tahun 2010 (Junida and Fardaniah, 2021).
Berikut ini adalah studi terapan yang berkaitan dengan Ekonomi SDM:
1. Perencanaan SDM
Studi ini mengedepankan pentingnya rencana penyediaan SDM
berdasarkan pada keadaan permintaan di pasar tenaga kerja pada
waktu yang akan datang yang berdampak pada keseimbangan akan
pemenuhan kebutuhan pasar.
2. Ekonomi Ketenagakerjaan
Studi ini berhubungan dengan demand dan supply pekerja secara
individu, di mana dalam studi ini akan dikembangkan analisis
mengapa seseorang tertarik untuk bekerja, serta berapa banyak waktu
yang bersedia ditawarkan untuk bekerja yang pada implementasinya
banyak menyerap teori ekonomi mikro yang disebut new homes
economics. Beberapa persoalan yang hangat dalam pembahasan
ekonomi ketenagakerjaan adalah:
a. Apa penyebab tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) semakin
tinggi secara signifikan sejak seabad yang lalu?
b. Bagaimana dampak perpindahan penduduk terhadap tingkat upah
serta kesempatan kerja yang ada bagi para pekerja pribumi?
c. Apakah standar upah minimum mampu meningkatkan tingkat
pengangguran dari tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terampil?
d. Bagaimana subsidi upah dan pajak mampu membuat perusahaan
menambah kesempatan kerja?
e. Bagaimana dampak kesehatan dan keselamatan kerja bagi
penyerapan kerja serta pendapatan?
f. Apakah efektif subsidi pemerintah bagi investasi modal manusia
dalam meningkatkan kinerja perekonomian?
g. Apakah serikat pekerja memberikan dampak ekonomi yang baik
bagi anggotanya serta bagi perekonomian secara keseluruhan?
3. Ekonomi Kependudukan
Studi ini lebih fokus dalam membahas aspek-aspek makro antara lain:
pemanfaatan tenaga kerja dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya mendorong pembangunan
4 Ekonomi Sumber Daya Manusia
ekonomi, yang tidak lupa dibahas dalam studi ini adalah tentang kelahiran,
kematian, kualitas penduduk, serta migrasi penduduk (Feriyanto, 2014).
4. Ekonomi Pembangunan
Namun saat ini, penduduk yang masuk golongan usia produktif tidak hanya
didominasi oleh masyarakat yang telah selesai menempuh pendidikannya serta
berusia di atas 20 tahun. Kebanyakan sekarang justru anak-anak muda yang
justru sedang bersekolah ternyata banyak memiliki usahanya sendiri bahkan
membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain. Fenomena seperti ini sudah
biasa terlihat di beberapa daerah di Indonesia. Pada awalnya, anak-anak muda
ini mengawalinya dengan membantu usaha keluarga, lalu bermodalkan media
sosial dan lingkungan, akhirnya mereka mampu melanjutkan usaha tersebut.
a. Tingkat
Partisipasi
Angkatan 65,76 66,34 66,67 67,31 67,53 67,77
Kerja (%)
ukuran orang bekerja dalam sensus di Indonesia adalah seseorang yang bekerja
atau membantu memperoleh pendapatan dengan lama bekerja paling sedikit 1
jam secara terus menerus dalam seminggu. Akibat batas yang sangat longgar
ini berakibat pada data orang bekerja sangat tinggi karena cukup hanya bekerja
1 jam secara terus menerus dalam seminggu.
Padahal telah dijelaskan sebelumnya bahwa kriteria bekerja penuh adalah tidak
lebih dari 40 jam seminggu atau sekitar 7 jam per hari. Hasil ini akan
mengakibatkan data yang diperoleh tidak riil di Indonesia (Feriyanto, 2014).
Di sisi lain, jumlah pengangguran menjadi lebih kecil dari kenyataannya. Bila
mengacu pada perhitungan pengangguran adalah selisih jumlah angkatan kerja
dengan orang yang bekerja, hal ini akan semakin memperlihatkan kesenjangan
yang sangat nyata antara persentase pengangguran terbuka dan setengah
pengangguran, bila dilihat pada Tabel 1.3.
Produktivitas pekerja yang rendah
Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh APO (Organisasi Produktivitas
Asia), tenaga kerja Indonesia baik yang bekerja di dalam negeri maupun di
luar negeri ternyata memiliki indeks produktivitas dengan ukuran jumlah jam
kerja pada 2017 yaitu 1,30. Hasil ini ternyata masih di bawah Vietnam dan
Thailand yaitu sebesar 1,50 dan 1,45.
Bahkan, bila dilihat ternyata pertumbuhan Vietnam, di mana tingkat
produktivitasnya sangat konsisten sejak tahun 1990 meningkat. Kemudian dari
perbandingan produktivitas tersebut, dinilai memang perbedaan antara
Indonesia dan Vietnam tidak begitu jauh, namun tingkat produktivitas ini jelas
memengaruhi penilaian para investor ketika ingin berinvestasi, walaupun
perbandingan ini bukan pertimbangan utama.
Hal yang sama juga disampaikan oleh para Peneliti dari Center for Indonesian
Policy Studies (CIPS), bahwa produktivitas mengakibatkan para pemilik
modal ragu untuk melakukan investasi di Indonesia. Sebagai contoh, investor
Tiongkok banyak yang melakukan capital outflow ke negara ASEAN lainnya,
sementara di Indonesia tidak diminati. Menurut tim peneliti ini pemerintah
sedikit sekali memberikan perhatian pada program pendidikan berbasis skill,
vokasi. Indonesia sendiri, bahkan program ini masih dinilai tidak penting dan
inferior. Padahal program ini menjadi sangat krusial dalam meningkatkan
produktivitas dan efisiensi industri (Herman, 2020).
12 Ekonomi Sumber Daya Manusia
2.1 Pendahuluan
Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia
ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha
mengambil manfaat materi yang tersedia di lingkungannya guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Banyak sedikitnya jumlah penduduk serta unsur-unsur
yang berkaitan dengan jumlah dalam batas tertentu merupakan potensi dalam
bidang pembangunan. Dengan jumlah penduduk yang banyak merupakan
sumber daya manusia untuk melakukan pembangunan.
Bangsa yang sedang membangun melalui pembangunan nasional yang
berusaha meningkatkan hasilnya di segala bidang kehidupan. Pembangunan
nasional akan lebih bermakna sejauh pembangunan itu mampu mewujudkan
tujuan hakiki kebudayaan. Sumber daya manusia sebagai pendukung
pembangunan adalah perilaku produktif dari manusia dalam bentuk tindakan
nyata, sikap dan pengetahuan yang kondusif bagi terjadinya perubahan-
18 Ekonomi Sumber Daya Manusia
perubahan dari tradisi, sikap dan pikiran dalam menghadapi hari depan dan
perubahan dalam arti pembaharuan.
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pembangunan. Oleh
karena itu dalam melaksanakan pembangunan suatu wilayah atau negara perlu
diketahui keadaan sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut.
Semakin lengkap dan tepat data mengenai sumber daya manusia yang tersedia,
semakin mudah dan tepat pula perencanaan pembangunan yang dibuat.
Menurut GBHN, penduduk Indonesia, salah satu modal dasar pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi (tingkat pendidikan,
kesehatan dan gizi) akan menjadi modal pembangunan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan. Oleh karena itu, kebijakan dalam bidang
kependudukan perlu diarahkan untuk mencapai jumlah penduduk yang
menguntungkan serta kualitas tertentu yang diharapkan dapat mencapai
sasaran pembangunan tertentu.
Teori Malthus
Thomas Robert Malthus ( 1766- 1834) juga merupakan salah satu tokoh aliran
klasik. Bukunya yang sangat terkenal adalah Principles of Population.
Walaupun Malthus sealiran dengan Adam smith tetapi tidak semua pemikiran
Bab 2 Perkembangan Pemikiran Ekonomi Sumber Daya Manusia 21
Teori Pertumbuhan
Tokoh teori pertumbuhan adalah Harrod-Domar yang pemikirannya muncul
pada tahun 1946 dan 1948. Dalam model ini peran modal fisik amatlah besar.
Penduduk juga dianggap sebagai salah satu sumber daya tetapi kapasitasnya
dapat meningkat hanya bila modal fisiknya juga bertambah besar. Seperti
halnya dengan Malthus , jumlah penduduk yang besar juga dianggap dapat
mengurangi hasil pembangunan karena dalam model ini outputnya dinyatakan
dalam per kapita. Beda teori ini dengan teori Malthus adalah, dalam teori ini
jumlah penduduk yang besar dapat tidak mengurangi pendapatan per kapita
jika diimbangi dengan peningkatan modal fisik. Penduduk diasumsikan
meningkat secara geometris dan full employment selalu terjadi.
Tokoh kedua dalam teori ini adalah Solow (1957) yang juga menganggap
bahwa tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi bukan sekedar
pembagi. Model ini menganut paham bahwa dapat terjadi substitusi antara
modal fisik dan pekerja.
Sampai saat ini, baik kualitas fisik maupun non fisik sumber daya manusia
Indonesia masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Karena adanya
kesulitan pengukuran kualitas non fisik, sehingga yang sering dijadikan
patokan adalah kualitas fisik.
Kualitas kehidupan fisik penduduk setiap negara berbeda satu dengan yang
lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh lingkungan, letak geografis, dan ras
genetikanya. Negara-negara yang berada di sekitar khatulistiwa, kualitas
penduduknya tergolong rendah dan negara-negara tersebut merupakan negara
terbelakang di bidang ekonomi dibandingkan dengan negara-negara yang
berada di daerah subtropis.
Keadaan ini kemungkinan besar disebabkan karena daerah-daerah di sekitar
khatulistiwa tidak mengenal pergantian musim seperti di daerah subtropis,
sehingga mereka bisa hidup sepanjang tahun tanpa mengalami kesulitan
mencari perlindungan terutama di musim dingin. Hal inilah yang mendidik
penduduknya kurang berpikir untuk menghadapi tantangan alam, dan akhirnya
menyebabkan sifat malas.
Dengan keadaan yang demikian, maka penduduk di sekitar khatulistiwa
hidupnya tetap miskin walaupun daerah-daerah tersebut kaya akan sumber
daya alam. Keadaan ini sangat berbeda dengan keadaan penduduk di daerah
subtropis walaupun daerahnya tidak tersedia sumber daya alam yang banyak,
namun mereka sanggup menguasai teknologi, sehingga hasil penguasaan
teknologi tersebut membuat kualitas kehidupan mereka menjadi lebih baik.
Indonesia yang mengedepankan sektor ekonomi yang selama ini menjadi
prioritas pembangunan, ternyata tidak mampu meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Tiga faktor utama penentu HDI (Human Development Indeks)
yang dikembangkan UNDP adalah:
Pendidikan
Kualitas penduduk dalam bidang pendidikan sangat penting untuk diketahui,
sebab dapat menggambarkan kemampuan penduduk dalam menguasai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di bidang pendidikan salah
satu masalah yang dihadapi Indonesia adalah tingkat putus sekolah yang
tinggi. Walaupun putus sekolah itu sudah terjadi jauh sebelum krisis moneter,
namun semakin menjadi-jadi setelah Indonesia mengalami krisis moneter
Untuk mengukur tingkat pendidikan penduduk, dapat dilakukan dengan cara
memperhatikan data penduduk yang masih buta huruf, tamat SD, tamat SMP,
24 Ekonomi Sumber Daya Manusia
tamat SMA, dan tamat Universitas. Semakin tinggi persentase penduduk yang
masih berarti kualitas penduduk di negara yang bersangkutan dilihat dari aspek
pendidikan sangat rendah. Dan secara umum bahwa tingkat pendidikan
penduduk Indonesia masih relatif rendah bahkan ada yang masih buta huruf.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut di
Indonesia, antara lain:
1. Biaya pendidikan relatif mahal sehingga tidak dapat dijangkau oleh
semua penduduk terutama penduduk yang mempunyai penghasilan
rendah.
2. Minat menyekolahkan masih sangat rendah, terutama di daerah-
daerah pedesaan terpencil. Di kalangan masyarakat pedesaan yang
terpencil, seorang anak masih dianggap sebagai salah satu komoditas
atau unit ekonomi keluarga. Banyak anak usia sekolah daripada
disekolahkan lebih baik diperkerjakan untuk membantu orang tuanya
3. Sarana dan prasarana pendidikan yang masih belum memadai dan
proporsional, terutama untuk sekolah lanjutan (SMP dan SMA).
Keterbatasan daya tampung di SMP dan SMA, menyebabkan lulusan
SD tidak tertampung semuanya di tingkat yang lebih atas. Idealnya,
kalau pemerintah telah menetapkan kebijakan wajib belajar sembilan
tahun, proporsi SD dan SMP harus seimbang. Oleh karena itu,
pemerintah harus terus berusaha secara maksimal untuk menyediakan
layanan pendidikan yang murah dan berkualitas.
Banyak sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang gedung-
gedungnya telah rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar
rendah, buku perpustakaan tidak lengkap dan banyak yang rusak,
laboratorium tidak standar, serta pemakaian teknologi informasi tidak
memadai. Bahkan yang lebih parah masih banyak sekolah yang tidak
memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, dan tidak
memiliki laboratorium.
Kesehatan
Selain pendidikan, kesehatan penduduk merupakan faktor penting yang perlu
untuk ditingkatkankah, sebab jika penduduk terus-terusan sakit, akan
26 Ekonomi Sumber Daya Manusia
dari pusat untuk sektor kesehatan daerah melalui dana alokasi khusus (DAK),
dana dekonsentrasi (Dekon), meningkatkan anggaran untuk prevensi dan
promosi serta membentuk sistem jaminan kesehatan sosial nasional
(Askeskin).
Lebih lanjut Menkes menegaskan bahwa untuk melaksanakan pembinaan
pembangunan kesehatan diperlukan dukungan politis dalam upaya penurunan
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Selain itu semua
desa harus memiliki tenaga bidan yang berkualitas (capable) yang ditunjang
dengan dukungan operasional yang memadai. Sejauh ini semua desa telah
memiliki Pondok Persalinan Desa yang dilengkapi dengan sarana dan biaya
operasional yang memadai.
Semua Puskesmas telah memiliki tenaga dokter dengan didukung tenaga
paramedis dan non medis sesuai standar dan dilengkapi dengan sarana dan
biaya operasional yang memadai. Semua Puskesmas juga mampu
melaksanakan pelayanan obstetrik dan neonatal dasar (PONED). Sedangkan
semua rumah sakit di kabupaten/kota mampu melaksanakan pelayanan
obstetrik dan neonatal komprehensif (PONEK). Pada akhirnya diperlukan
kemauan dan kesadaran penduduk dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan anak.
Ekonomi
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor dalam perubahan
perekonomian. Dalam artian bagaimana menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut ada hal yang penting yang menyangkut kondisi
sumber daya manusia Indonesia, yaitu:
1. Pertama adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan
angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi
sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang
ada hanya sekitar 87,67 juta orang, dan ada sekitar 5,06 juta orang
penganggur terbuka (open unemployment).Angka ini meningkat terus
selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta.
2. Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja ada yang masih relatif
rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih
didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2%.
28 Ekonomi Sumber Daya Manusia
3.1 Pendahuluan
Penawaran tenaga kerja merupakan jumlah .tenaga kerja yang mampu
disediakan oleh pemilik tenaga kerja dalam setiap kemungkinan upah dalam
waktu tertentu. Teori ekonomi Neo klasik menjelaskan bahwa apabila upah
mengalami peningkatan maka penawaran tenaga kerja juga mengalami
peningkatan. Tenaga kerja berusaha memaksimalkan kepuasan dengan upah
atau pendapatan yang diperolehnya yang selanjutnya yang diharapkan adalah
dapat meningkatkan kehidupan mereka.
Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dapat mengakibatkan
peningkatan jumlah angkatan kerja. Hal ini secara tidak langsung juga akan
meningkatkan penawaran tenaga kerja. Permasalahan berikutnya yang timbul
adalah banyaknya penawaran tenaga kerja namun tidak diimbangi dengan
lapangan pekerjaan yang tersedia. Perusahaan sebagai penyedia lapangan
pekerjaan tentu akan menyeleksi dengan baik calon pekerjanya di dalam
menyerap tenaga kerja yang ada, salah satu cara dalam melakukan seleksi
adalah melalui pendidikan. Meskipun angkatan kerja yang tersedia cukup
banyak, namun tidak semuanya telah mendapatkan pendidikan dengan baik.
Tenaga kerja yang tidak memiliki kualitas dan kompetensi tertentu pastinya
akan tersingkir dengan sendirinya, dan disinilah kemudian timbul masalah
baru yang disebut dengan pengangguran.
30 Ekonomi Sumber Daya Manusia
Pasar tenaga kerja memegang peranan penting dan menjadi faktor penentu
terhadap kinerja perekonomian negara. Secara teoretis pasar tenaga kerja akan
menentukan skema penawaran agregat. Skema penawaran agregat jika dilihat
lebih jauh akan menentukan besarnya pendapatan nasional dan dapat
mempengaruhi harga umum dalam kondisi seimbang.
Menurut Mankiw et al (2012) penawaran agregat menyatakan jumlah
keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan dan dijual pada
tingkat harga tertentu. Penawaran agregat untuk jangka panjang dan jangka
pendek memiliki perbedaan, yaitu untuk jangka panjang produksi barang dan
jasa bergantung pada penawaran tenaga kerja, modal dan sumber daya alam
serta pada penguasaan teknologi yang digunakan untuk mengubah faktor-
faktor produksi tersebut menjadi barang dan jasa. Sedangkan untuk penawaran
agregat jangka pendek bergantung pada tingkat harga harapan karena ketika
tingkat harga menyimpang dari yang diharapkan dapat membuat output
menyimpang dari tingkat alamiahnya sehingga memberikan dampak bagi
pengurangan tenaga kerja hingga produksi.
Apabila penawaran tenaga kerja di suatu daerah adalah penjumlahan
penawaran dari seluruh angkatan kerja yang ada di daerah tersebut, sedangkan
permintaan akan tenaga kerja dari suatu perusahaan merupakan fungsi tingkat
upah yang berlaku. Kemudian jumlah permintaan akan tenaga kerja di suatu
daerah tertentu, adalah penjumlahan permintaan dari seluruh pengusaha yang
ada di daerah tersebut. Maka jumlah penawaran dan permintaan di daerah
yang bersangkutan dapat menentukan tingkat upah dan jumlah penempatan
untuk waktu-waktu berikutnya.
Perpotongan antara penawaran dan permintaan disebut dengan titik
ekuilibrium, yang bisa menentukan besarnya penempatan atau jumlah orang
yang bekerja dan tingkat upah yang berlaku, yang bisa digunakan sebagai
patokan/standar baik oleh angkatan kerja maupun oleh pengusaha di daerah
yang bersangkutan. Ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja dan
penawaran tenaga kerja pada suatu tingkat upah tertentu mungkin saja bisa
terjadi dalam pasar tenaga kerja.
32 Ekonomi Sumber Daya Manusia
Upah
Upah merupakan pembayaran atas pekerjaan yang dilakukan karyawan
berdasar jam dan hari kerjanya. Upah mempunyai hubungan yang positif
dengan produktivitas. Di mana jika upah meningkat maka produktivitas akan
ikut meningkat. Untuk menjaga semangat karyawan dalam bekerja serta
menjaga kelangsungan perusahaan maka diberilah upah sebagai motivasi.
Sebagaimana teori Neo klasik bahwa karyawan memperoleh upah senilai
dengan pertambahan marginalnya, atau upah dalam hal ini berfungsi sebagai
imbalan atas usaha kerja yang diberikan seseorang tersebut kepada pengusaha.
Sementara itu, menurut teori standar disebutkan bahwa ketika pemerintah
mempertahankan upah agar tidak mencapai tingkat ekuilibrium, hal tersebut
dapat menimbulkan kekakuan upah yang menyebabkan pengangguran.
Pengangguran ini terjadi ketika upah berada di atas tingkat yang
menyeimbangkan penawaran dan permintaan, di mana jumlah tenaga kerja
yang ditawarkan melebihi jumlah permintaan tenaga kerja. Oleh sebab itu
peningkatan upah minimum mengurangi jumlah tenaga kerja yang diminta
oleh perusahaan, terutama tenaga kerja yang tidak terdidik dan tidak memiliki
berpengalaman.
Kenaikan upah yang tidak dibarengi dengan kenaikan kapasitas produksi akan
menyebabkan pihak perusahaan mengurangi jumlah karyawannya, sehingga
akan menurunkan tingkat permintaan tenaga kerja. Hal ini berbanding terbalik
dengan penawaran tenaga kerja, yang menyebutkan bahwa elastisitas
penawaran tenaga kerja tinggi dalam menanggapi kenaikan upah, dikarenakan
upah yang ditetapkan melebihi pada upah yang ditawarkan pada umumnya.
Sehingga dengan kenaikan upah akan meningkatkan penawaran tenaga kerja.
Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu investasi bagi seseorang dalam memperoleh
kerja. Dapat diilustrasikan bahwa setiap tambahan satu tahun sekolah berarti
seseorang meningkatkan kemampuannya dalam bekerja sehingga
pendapatannya pun bisa meningkat. Di pihak lain apabila seseorang menunda
meningkatkan pendidikannya maka penghasilan yang diperoleh tidak akan
setinggi orang yang menambah satu tahun pendidikannya tersebut.
Meskipun tujuan pendidikan tidak semata untuk menciptakan lulusan yang
siap untuk masuk di dunia kerja, namun pendidikan mempunyai peran penting
dan strategis dalam membantu menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai atau
Bab 3 Penawaran Tenaga Kerja 37
Peningkatan jumlah wanita yang bekerja disebabkan oleh dua faktor utama,
yaitu terjadinya peningkatan dari penawaran dan permintaan. Dari sisi
penawaran disebabkan oleh semakin membaiknya tingkat pendidikan wanita.
Hal tersebut didorong oleh kondisi dimana semakin besarnya masyarakat yang
menerima wanita bekerja di luar rumah. Sedangkan dari sisi permintaan,
tenaga kerja wanita diperlukan dalam proses produksi industri tertentu seperti
industri tekstil dan garmen. Sedangkan fenomena lain yang mendorong
masuknya wanita ke lapangan pekerjaan adalah karena semakin tingginya
biaya hidup apabila hanya ditanggung oleh pendapatan kepala keluarga yang
rendah.
Proporsi penduduk usia produktif tidak memperlihatkan hubungan terhadap
tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) baik di kota maupun di pedesaan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan kerja wanita
adalah faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan upah.
Dari beberapa faktor tersebut ditemukan bahwa faktor pendidikan dan jumlah
tanggungan keluarga menjadi alasan utama bagi para tenaga kerja wanita
untuk berpartisipasi aktif dalam industri.
Sedangkan penawaran tenaga kerja wanita sebagai akibat suami kehilangan
pekerjaan lebih besar terjadi di kawasan perkotaan dibanding kawasan
perdesaan, hal ini mengindikasikan bahwa guncangan akibat krisis lebih besar
dirasakan oleh masyarakat perkotaan daripada masyarakat di pedesaan.
Diketahui juga bahwa probabilitas penambahan penawaran tenaga kerja wanita
kawin lebih tinggi terjadi pada individu yang memiliki pasangan kehilangan
pekerjaan daripada individu yang memiliki pasangan bekerja.
Bab 4
Investasi Modal Manusia
4.1 Pendahuluan
Manusia sebagai tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi yang sangat
penting untuk menciptakan produksi, karena tenaga kerja dengan jiwa
kewiraswastaan akan dapat memberdayakan sumber daya lainnya yaitu
sumber daya alam, sumber daya modal guna menghasilkan berbagai barang
kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia akan berbagai barang dan jasa tidak
terbatas, sedangkan sumber-sumber daya ekonomi atau faktor-faktor produksi
sifatnya langka (scarcity) maka dalam perekonomian dibutuhkan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas dan handal dalam mengelola sumber daya
lain secara efektif dan efisien dalam menghasilkan barang kebutuhan manusia.
Manusia yang berkualitas secara kognitif, afektif, psikomotor, emosi dan spirit
insaniah adalah modal utama ketika peradaban manusia semakin menuju
modernisasi (Danim, 2003). Banyak negara yang tidak didukung sumber daya
alam yang memadai namun tetap eksis bahkan menjadi negara yang maju pada
tataran internasional adalah dikarenakan sumber daya manusia (SDM) rakyat
yang berkualitas tinggi dan handal, seperti Jepang, Korea Selatan, singapura,
Thailand. Oleh karena Sumber Daya Manusia yang berkualitas sebagai
langkah kemajuan suatu negara, maka investasi manusia sangat penting yang
salah satunya investasi pendidikan atau penanaman modal dalam bentuk
sumber daya manusia (human investment).
42 Ekonomi Sumber Daya Manusia
Present value dari arus penghasilan seumur hidup jika bekerja selama 64 tahun
yaitu dari usia 18 tahun (lulus SMA) sampai dengan 64 tahun, YtH adalah
besarnya pendapatan yang diperoleh setelah lulus SMA pada tahun t dan i
adalah tingkat bunga. Sedangkan present value yang diperoleh apabila
melanjutkan kuliah di perguruan tinggi terlebih dahulu sebelum memutuskan
untuk bekerja adalah:
-C19 YC22 YC64
PV=-C18+ +… +…+
(1+i) (1+i)4 (1+i)46
apabila diringkas menjadi:
$#
*+,&+,
PV = 6 ()./)89:;
%()'
Present value dari arus pendapatan seumur hidup jika bekerja selama 64 tahun
yaitu dari usia 18 tahun (lulus SMA) sampai 64 tahun; YCt adalah penghasilan
yang diperoleh setelah lulus dari perguruan tinggi pada tahun t, dan Ct adalah
biaya langsung yang dikeluarkan selama melanjutkan pendidikan kuliah di
perguruan tinggi, dan i adalah tingkat suku bunga yang berlaku. Jadi seseorang
tamatan SMA akan memperoleh pendapatan dengan segera pada usia 18 tahun
atau pada usia 22 tahun. Sedangkan tamatan perguruan tinggi akan memilih
kuliah terlebih dahulu baik D3 atau S1 dengan harapan di mana yang akan
datang memperoleh penghasilan yang lebih tinggi (opportunity cost).
Bab 4 Investasi Modal Manusia 45
Keputusan Berinvestasi
Berinvestasi berarti mengorbankan sumber daya demi untuk memperoleh
manfaat di mana mendatang, oleh karenanya kegagalan dalam suatu proyek
investasi berarti penghamburan sumber daya yang sudah digunakan dalam
kegiatan investasi yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu setiap
berinvestasi haruslah dilakukan analisa investasi untuk mengetahui hasil
(benefit) dan biaya (cost) dari investasi tersebut. Salah satu analisis investasi
yang sering dilakukan adalah internal rate of return (IRR) (Simanjuntak,
1998). Investasi modal manusia hampir sama dengan investasi faktor produksi
lainnya, dengan dasar itu analisis internal rate of return (IRR) atau analisis
manfaat dari investasi manusia dapat dilakukan.
Seseorang akan melakukan investasi dalam bidang pendidikan atau
melanjutkan sekolah dalam peningkatan sumber daya manusianya adalah
wajar untuk melakukan analisis manfaat (cost benefit analysis). Biaya dalam
investasi pendidikan ini hal ini adalah biaya yang dikeluarkan selama
mengikuti pendidikan di sekolah atau di kampus, sedangkan opportunity cost
dari bersekolah adalah penghasilan yang akan diterima jika ia tidak bersekolah
(Sumarsono, 2009). Selanjutnya manfaat dari bersekolah penghasilan (return)
yang akan diterima di masa datang setelah masa sekolah sudah selesai (sudah
tamat sekolah). IRR dari melanjutkan sekolah dalam waktu tertentu adalah
tingkat discount yang mempersamakan hasil (benefit) dari melanjutkan
sekolah dengan biaya total. Melanjutkan pendidikan atau melanjutkan sekolah
dianggap layak apabila manfaat yang diperoleh nantinya lebih besar dari biaya
yang harus dikeluarkan selama sekolah.
Berdasarkan perspektif investasi modal manusia, maka keputusan untuk
melanjutkan kuliah atau sekolah atau langsung bekerja terlebih dulu
didasarkan pada perhitungan IRR guna mengetahui keuntungan yang akan
diterima berdasarkan dengan biaya yang dikeluarkan selama melanjutkan
kuliah di perguruan tinggi. Keadaan tersebut dapat ditunjukkan pada gambar
4.1 berikut:
46 Ekonomi Sumber Daya Manusia
Gambar 4.2: Manfaat dan Biaya Sosial (Todaro and Smith, 2013)
Area ‘a’ adalah pendidikan dasar, area ‘b’ adalah pendidikan menengah, dan
area ‘c’ adalah pendidikan tinggi. Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa tingkat
48 Ekonomi Sumber Daya Manusia
Gambar 4.3: Manfaat dan biaya individual (Todaro and Smith, 2013)
Pada Gambar 4.3 dapat diperhatikan kurva dari manfaat sosial pada awalnya
meningkat tajam. Kondisi ini menggambarkan adanya tingkat produktivitas
dari mereka yang mempunyai pendidikan dasar telah diperbaiki. Lalu, seiring
berjalan waktu kurva manfaat sosial secara terus menerus meningkat seiring
dengan meningkatnya pendidikan walaupun pertumbuhan memperlihatkan
laju yang semakin rendah. Akan tetapi bila diamati, kurva biaya sosial yang
pada awal tahun pendidikan dasar justru memperlihatkan tingkat pertumbuhan
yang rendah dan kemudian bertumbuh semakin cepat seiring dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
Biaya sosial juga termasuk dalam pendanaan pendidikan yang kemudian
menjadi keuntungan sosial di mana layak untuk dipertimbangkan dalam
penentuan tolak ukur efektivitas modal manusia diinvestasikan. Hal ini
kemudian dimaknai bahwa subsidi pendidikan kepada seorang siswa atau
mahasiswa seharusnya bernilai sangat efektif bagi masyarakat, yaitu: selain
memberi manfaat sosial, pendidikan juga bermanfaat secara individu, dengan
diperolehnya pendapatan dan kemudahan dalam akses pekerjaan yang dinilai
Bab 4 Investasi Modal Manusia 49
investasi pada pendidikan banyak didera kritikan oleh para kritikus yang
berpendapat bahwa pendidikan tidak menambah produksi pekerja, tetapi lebih
berlaku sebagai “screening device” atau alat penyaring semata yang
memungkinkan pekerja mengidentifikasi kemampuan bawaan secara lebih
tinggi atau karakter pribadi yang membuat mereka lebih produktif. Kalangan
pakar, pendidikan itu sendiri dapat dilihat dari dua perspektif.
Setiap pandangan akan menumbuhkan pola pikir yang berbeda terhadap
pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada poin-poin berikut:
1. Pendidikan serta kualitas penduduk, yakni konsep yang bermakna
bahwa:
a. pendidikan adalah sumber dalam memperoleh kemampuan serta
keterampilan;
b. kemampuan yang berbeda adalah akibat dari hasil proses
pembentukan modal dalam bentuk SDM;
c. pertumbuhan ekonomi adalah hasil kuantitas dan kualitas dari
stok modal yang meningkat serta berimbas pada penerimaan
total;
d. mendorong peningkatan pengetahuan SDM dapat menjadi dasar
peningkatan kualitas modal manusia;
e. pertambahan pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi kuantitas
dan kualitas sumber-sumber dan efisiensi ekonomi yang didorong
dengan baik;
2. Pendidikan sebagai modal manusia, yang mengandung arti bahwa:
a. nilai tambah (value added) dari pendidikan bersifat individual;
b. nilai tambah ini berlangsung secara berkesinambungan;
c. pendidikan bermakna bahwa terdapat organisasi pembelajaran
yang mampu memberi nilai tambah pada kualitas modal manusia;
d. faktor eksternal mampu bersinergi dengan nilai tambah ini;
e. stok individual dari modal manusia tidak dapat dijual atau
dialihkan begitu saja;
f. individu wajib melakukan pekerjaan sebagai pribadi, untuk
memperoleh keuntungan dari modal manusia;
56 Ekonomi Sumber Daya Manusia
Pada hakikatnya produktivitas kerja akan banyak ditentukan oleh dua faktor
utama:
1. Faktor Teknis: merupakan faktor yang berhubungan dengan
pemakaian dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik,
penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien, dan atau
penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis.
2. Faktor Manusia: merupakan faktor yang mempunyai pengaruh
terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia di dalam
menyelesaikan pekerjaan. Faktor ini meliputi: sikap mental, motivasi,
disiplin, dan etos kerja.
Tenaga kerja dapat mengolah sumber daya alam yang terbatas dengan diiringi
produktivitas tenaga kerja yang tinggi sehingga dapat tercapai pemenuhan
ketentuan pembangunan dengan berbagai keahlian yang dimiliki. Setiap
perusahaan tentu berharap memiliki produktivitas kerja yang tinggi, efisien,
dan efektif. Manfaat praktis dari pengukuran produktivitas adalah dalam
menentukan pembayaran atau upah bagi para pekerja yang benar-benar
berprestasi dengan yang kurang berprestasi dalam melaksanakan tugasnya.
Peningkatan produktivitas pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan
terhadap faktor-faktor masukan dengan cara penambahan atau peningkatan
sumber daya yang ada.(Achyari, 2015).
Menurut Sudriamunawar (dalam Novianti, 2006:18), pada dasarnya
pengukuran produktivitas mempunyai berbagai dimensi sesuai dengan tujuan
dan pengukuran yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, maka keadaan
produktivitas yang baik atau meningkat akan dilihat dari ada atau tidaknya
faktor-faktor seperti kecakapan, kematangan bawahan, situasional dan
lingkungan.
Produktivitas kerja memerlukan perubahan sikap mental yang dilandasi kerja
hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan cara kerja hari esok lebih baik
dari hari ini. Peningkatan produktivitas dilakukan oleh pribadi dinamis dan
kreatif.
Produktivitas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari
perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang
dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini daripada hari kemarin dan hari
esok lebih baik hari ini. Sikap yang demikian akan mendorong seseorang
untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi harus mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan kerja dengan cara selalu mencari perbaikan-
perbaikan dan peningkatan.
Produktivitas dihasilkan dari kapabilitas SDM dalam menggunakan alat kerja,
metode kerja, modal kerja, bahan baku dan informasi, dengan rasio
produktivitas dapat digunakan untuk:
1. Mengetahui kemampuan manajemen mencapai tujuan (goal) dan
sasaran (objective) organisasi.
2. Membandingkan prestasi dengan prestasi organisasi sejenis.
3. Mengetahui arah kecenderungan (trends) kinerja organisasi.
66 Ekonomi Sumber Daya Manusia
Berdasarkan rumus diatas, maka sangatlah jelas bahwa jika kita ingin
meningkatkan produktivitas, maka langkah yang harus kita lakukan adalah:
1. Meningkatkan jumlah output
2. Mengurangi jumlah tenaga kerja, atau
3. Meningkatkan Jumlah tenaga kerja dan meningkatkan jumlah output,
tetapi kenaikan output harus lebih besar dari penambahan jumlah
tenaga kerja.
Contoh Kasus
Perusahaan A memiliki satu jalur Produksi yang memproduksi kalkulator,
Standard Time (ST) yang telah diperhitungkan oleh para Product Designer
adalah 10 menit dalam menyelesaikan perakitan 1 (satu) unit Kalkulator. Pada
proses produksinya, Perusahaan A memakai tenaga kerja sejumlah 23 orang,
waktu kerja yang ditentukan oleh Pemerintah adalah 420 menit, jumlah output
yang berhasil diproduksi pada hari yang bersangkutan adalah 1.000 unit.
Berapakah produktivitas yang dicapai oleh jalur produksi kalkulator
Perusahaan A?
Penyelesaiannya:
Diketahui:
Standard Time (ST) = 10 menit Jumlah Tenaga Kerja = 23 orang Waktu Kerja
= 420 menit Output yang dihasilkan = 1,000 unit Ditanya: Berapakah
Produktivitasnya ?
Jawab:
(7*$.*$ 9 :$1")1') ;#<,)
Produktivitas (%) = x 100
(>*<21? ;,"1@1 A,'B1 9 C1D$* A,'B1)
(E.GGG 9 EG <,"#$)
Produktivitas (%) = x 100
(HI ('1"@ 9 JHG <,"#$)
EG.GGG
Produktivitas (%) = x 100
K,MMG
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kualitas suatu produk. Ada lima
faktor dasar yang memengaruhi kualitas (David Bain, 1982), yaitu:
1. Rancangan (design), kualitas output tidak hanya bergantung pada
rancangan produk saja, tetapi tergantung pula pada rancangan dari
sistem yang memproduksi output tersebut. Perbaikan kualitas dengan
memperbaiki desain atau rancangan tidak selalu menyebabkan
ongkos yang tinggi, dengan kebolehannya manusia dapat
menyederhanakan rancangan sehingga dapat menghemat penggunaan
material atau mengurangi pemakaian material yang mahal tanpa
mengurangi penampilannya atau merancang output agar dapat
dikerjakan dengan proses operasi yang lebih sedikit.
2. Peralatan (tools), kemampuan peralatan, mesin dan perkakas yang
digunakan sangat memengaruhi kualitas output yang dihasilkan. Jika
peralatan masih dapat memenuhi toleransi rancangan dengan tepat
Bab 5 Produksi dan Produktivitas Tenaga Kerja 73
Rumus:
A,2*1'1"
Produktivitas Bahan Baku = -".*$ O1?1" O1D*
Rumus:
A,2*1'1"
Produktivitas Multi Faktor = O,'1.1 01/*D1"
Input:
- Input Tenaga Kerja (Upah dan Gaji) = 300
- Input Material (Bahan Baku) = 400
- Input Modal = 500
- Input Energi (Bahan Bakar) = 300
- Input Lain-lain = 200
Total Input = 1700
6.1 Pendahuluan
Perusahaan besar dalam menjalankan bisnisnya sering bekerja sama dengan
pihak lain. Kerja sama tersebut dilakukan dengan cara menyerahkan sebagian
kegiatan operasional kepada pihak lain untuk dikerjakan. Sistem ini sering
disebut dengan alih daya atau outsourcing. Kegiatan outsourcing timbul
karena adanya keinginan perusahaan untuk membagi risiko bisnis. Di mana
Outsourcing diartikan berdasarkan undang-undang N0.13 tahun 2003 tentang
tenaga kerja sebagai penyedia jasa tenaga kerja (UU RI No.13 Tahun 2003,
2003).
Kegiatan outsourcing dilakukan untuk mengerjakan pekerjaan tertentu dan
spesifik pada perusahaan. Kegiatan outsourcing bertujuan untuk membantu
perusahaan dalam mendukung sasaran dan tujuan bisnisnya. Di mana posisi
antara perusahaan dengan pihak penyedia jasa adalah setara. Perusahaan
outsourcing awalnya menyediakan jasa yang tidak berhubungan langsung
dengan bisnis inti perusahaan. Jenis pekerjaan yang bisa dialihdayakan seperti
operator telepon, petugas satpam, kurir, sopir, dan tenaga pembersih.
Penggunaan jasa Outsourcing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karena
itu perusahaan perlu mempertimbangkan dengan baik penggunaan jasa
outsourcing (Triyono, 2011).
82 Ekonomi Sumber Daya Manusia
Kekurangan Outsourcing
1. Kontrak kerja bersifat singkat, jangka pendek, dan perlu waktu lagi
jika ingin merekrut karyawan
2. Membutuhkan sistem keamanan yang ketat jika ingin data
perusahaan terjaga dengan baik.
3. Ketergantungan pada sistem outsourcing.
4. Rahasia perusahaan rentan bocor apabila pekerjaan bersifat rahasia.
5. Kurang efektif jika outsourcing direkrut untuk jangka pendek.
Pasal 56 berbunyi sebagai berikut‘ Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu
atau untuk waktu tidak tertentu. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 didasarkan atas jangka waktu atau
selesainya suatu pekerjaan tertentu”.
Pada umumnya pekerja outsourcing adalah pekerjaan yang tidak memerlukan
pemutusan hal penting dalam sebuah perusahaan. Pelaksanaan dalam sistem
outsourcing di mana pekerja dibatasi pada jasa kebersihan, jasa keamanan,
katering, pemborongan industri pertambangan dan lainnya sesuai dengan
peraturan tenaga kerja dan transmigrasi No.19 tahun 2012. Sistem kerja yang
dilakukan dalam kegiatan outsourcing adalah sebagai berikut:
Sistem Perekrutan
Sistem perekrutan yang dilakukan oleh perusahaan outsourcing tidak berbeda
jauh dengan sistem perekrutan perusahaan pada umumnya. Kegiatan
dilakukan dimulai dari tes tertulis, wawancara kerja dan proses yang
ditentukan oleh masing-masing perusahaan. Kegiatan seleksi ini dilakukan
oleh perusahaan penyedia jasa bukan perusahaan pengguna jasa. Berdasarkan
Undang-Undang Ketenagakerjaan pasal 79 maka pegawai outsourcing yang
sudah diterima dan ditempatkan di perusahaan penerima jasa akan
Bab 6 Outsourcing (Alih Daya) 87
Sistem perekrutan di atas dijelaskan hak dan kewajiban dari pekerja terhadap
penyedia jasa di mana adanya jaminan terpenuhinya hak-hak pekerja sesuai
dengan undang-undang dan perjanjian kerja, jaminan perhitungan masa kerja
apabila terjadi pergantian perusahaan alih daya untuk menetapkan upah.
Adapun hak-hak pekerja yang bisa didapatkan seperti hak cuti jika sudah
memenuhi syarat masa kerja, hak jaminan sosial, hak THR, hak istirahat
minimal 11 tahun dalam 1 minggu, hak menerima ganti rugi jika terjadi
pemutusan kerja yang bukan disebabkan kesalahan pekerja serta hak-hak lain
yang diatur dalam perjanjian kerja (UU RI No.13 Tahun 2003, 2003).
Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran atau penggajian karyawan outsourcing dibayar oleh
perusahaan penyedia jasa, perusahaan penyedia jasa akan melakukan
penagihan kepada perusahaan pengguna jasa. Gaji yang diterima oleh pekerja
outsourcing akan dipotong dari pengguna jasa yang besarnya tergantung dari
penyedia jasa. Hal ini terkadang mengakibatkan adanya ketidak transparanan
penyedia jasa terhadap pekerja outsourcing.
Sistem Pembayaran Gaji
Dalam pembayaran gaji, tidak ada regulasi yang pasti dalam perhitungan gaji
karyawan outsourcing. Setiap perusahaan penyedia jasa memiliki kebijakan
dan cara tersendiri dalam menghitung dan menggaji karyawannya. Biasanya
perhitungan selalu berdasarkan pada UMP. Perusahaan penyedia tenaga kerja
88 Ekonomi Sumber Daya Manusia
7.1 Pendahuluan
Perkembangan ekonomi daerah (negara), dinamisasi pasar, dan kemudahan
transportasi yang kini terjadi telah menyebabkan perpindahan penduduk
menjadi semakin cepat dan mudah (Feriyanto, 2014). Beberapa tahun yang
lalu, perpindahan penduduk dipandang sebagai hal yang menguntungkan
dalam kajian pembangunan ekonomi (Arsyad, 2010). Dalam beberapa kajian-
kajian yang dilakukan oleh ahli-ahli ekonomi, perpindahan penduduk
membawa pengaruh dalam pembangunan ekonomi daerah (negara).
Migrasi penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara
keseluruhan. Migrasi telah menjadi penyebab dan penerima dampak dari
perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial suatu daerah. Oleh karena itu,
tidak tepat bagi kita hanya menilai dampak negatif dari migrasi penduduk
terhadap pembangunan yang ada, tanpa memperhitungkan dampak positif
yang mungkin ditimbulkannya. Di satu sisi, tidak akan terjadi proses
pembangunan tanpa adanya migrasi penduduk, dan di sisi lain, tidak akan
terjadi pengarahan penyebaran penduduk yang berarti tanpa adanya kegiatan
pembangunan itu sendiri (Arsyad, 2010).
90 Ekonomi Sumber Daya Manusia
ekonomis dan non ekonomis tersebut dapat berbeda-beda tidak hanya antar
negara dan wilayah namun juga di dalam daerah geografis dan penduduk
tertentu (Arsyad, 2014).
Migrasi sebagai suatu proses perpindahan penduduk mengalami peningkatan
yang cukup berarti pada beberapa dasawarsa belakangan ini, terutama di
negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Peningkatan arus
migrasi ini terutama terjadi dari desa menuju kota. Dilihat dari sebab
terjadinya, pada dasarnya migrasi timbul karena adanya perbedaan kondisi
alam dan/atau kondisi sosial ekonomi antara daerah yang satu dengan yang
lain. Terbatasnya sumber daya alam dan lapangan pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan sosial ekonomi menjadi faktor dominan bagi penduduk
meninggalkan daerah asal (Purba, Arfandi et al, 2021).
Jenis-jenis migrasi dapat dikelompokkan menjadi dua dimensi kategori, yaitu
dimensi ruang/daerah dan waktu. Migrasi menurut dimensi ruang/daerah
adalah jenis migrasi yang dilihat dari batas administrasi kewilayahannya
(spasial). Sedangkan migrasi menurut dimensi waktu adalah jenis migrasi yang
dilihat dari keteraturan waktu migrasinya (Feriyanto, 2014).
Menurut dimensi ruang/daerah maka migrasi dapat dikelompokkan menjadi:
1. Migrasi Internasional, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara
ke negara lain. Migrasi ini berkembang pesat dengan adanya
kemudahan dalam pengurusan perpindahan penduduk dan tersedia
banyak alternatif alat-alat transportasi antar negara dan berbiaya
relatif semakin murah.
2. Migrasi Internal, yaitu perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu
negara, misalnya antar provinsi, antar kota/kabupaten, migrasi dari
wilayah perdesaan ke wilayah perkotaan atau satuan administratif
lainnya yang lainnya yang lebih rendah daripada tingkat
kabupaten/kota, seperti kecamatan dan keluarga/desa.
Keterangan:
Mi = Angka Migran Risen Masuk; Ir Mig = Jumlah Penduduk yang masuk ke
1
Keterangan:
Mo = Angka Migran Risen Keluar; OutMig = Jumlah Penduduk yang keluar
ke suatu provinsi/kabupaten/kota selama satu periode pengamatan; P = Jumlah
Penduduk pada pertengahan periode pengamatan yang sama; dan k =
konstanta = 1000.
3. Migrasi Neto (Mn)
𝐼𝑟1𝑀𝑖𝑔 − 𝑂𝑢𝑡𝑀𝑖𝑔
𝑀𝑛 = 𝑥 𝑘
5∗𝑃
Keterangan:
Mn = Angka Migran Risen Neto; Ir1Mig = Jumlah Penduduk yang masuk ke
suatu provinsi/kabupaten/kota selama satu periode pengamatan; OutMig =
Jumlah Penduduk yang keluar ke suatu provinsi/kabupaten/kota selama satu
94 Ekonomi Sumber Daya Manusia
Tenggara
Timur
Kalimantan
20 Barat 37 359 34 994 2 365 5 104,9
Kalimantan
21 Tengah 78 396 52 463 25 933 2 686,3
Kalimantan
22 Selatan 86 621 55 117 31 504 4 268,6
Kalimantan
23 Timur 120 005 101 169 18 836 3 664,7
Kalimantan
24 Utara 34 691 18 478 16 213 708,4
Sulawesi
25 Utara 33 559 35 851 - 2 292 2 512,9
Sulawesi
26 Tengah 62 862 37 416 25 446 3 081,7
Sulawesi
27 Selatan 136 430 177 336 - 40 906 8 888,8
Sulawesi
28 Tenggara 57 523 46 234 11 289 2 703,5
29 Gorontalo 15 034 17 110 - 2 076 1 186,3
Sulawesi
30 Barat 33 941 27 439 6 502 1 378,1
31 Maluku 25 317 37 157 - 11 840 1 787,1
Maluku
32 Utara 20 173 14 617 5 556 1 252,3
33 Papua Barat 59 777 20 188 39 589 986,0
34 Papua 61 203 47 849 13 354 3 393,1
Perpindahan penduduk dari satu provinsi ke provinsi yang lain setiap tahunnya
ada yang mengalami peningkatan dan ada juga yang mengalami penurunan.
Perpindahan penduduk tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, namun di
kota-kota kecil yang terdapat sumber daya alam melimpah juga cukup besar.
Semakin kesini dapat terlihat bahwa perpindahan penduduk tidak hanya
didominasi ke Pulau Jawa saja, namun sudah mulai berkembang ke pulau-
pulau besar yang lain. Perkembangan ekonomi di setiap provinsi juga akan
memengaruhi arus dan dinamika migrasi ini. Migran akan ikut berpindah ke
provinsi yang dianggap memiliki nilai ekonomi yang baik.
Migrasi lima tahun yang lalu atau sering disebut migrasi risen ini dibedakan
menurut migrasi risen masuk dan migrasi risen keluar. Mulai dari tahun 1980
96 Ekonomi Sumber Daya Manusia
sampai tahun 2010, migrasi risen yang keluar Pulau Jawa terus mengalami
peningkatan. Peningkatan pada jumlah migran juga diimbangi oleh persentase
menuju pulau-pulau lain juga sudah terlihat semakin merata. Pulau Sumatera
yang tetap menjadi tujuan utama para migran namun dari tahun 1980 sampai
tahun 2000 mengalami penurunan persentase yang menuju ke Pulau Sumatera.
Para migran mulai melihat potensi yang ada di Pulau Kalimantan yang dari
tahun ke tahun persentase migran menuju ke pulau ini mengalami
peningkatan. Pulau-pulau lain juga mengalami peningkatan sebagai tujuan
para imigran namun kenaikannya tidak terlalu signifikan. Hal tersebut dapat
dimaklumi karena Pulau Jawa adalah pulau yang paling padat penduduknya
dan pusat pemerintahan ada di Pulau Jawa, sedangkan pulau-pulau lain
menjadi penerima dari program dari pemerintah pusat untuk mengembangkan
daerahnya masing-masing (Nugroho dan Pitoyo, 2017).
Migrasi neto merupakan selisih antara peristiwa migrasi masuk dengan migrasi
keluar. Migrasi neto bermanfaat untuk mengetahui apakah suatu provinsi
merupakan daerah yang memiliki daya Tarik bagi penduduk wilayah
sekitarnya atau wilayah lainnya. Dapat juga dikatakan bahwa apakah suatu
provinsi tersebut merupakan wilayah yang tidak disenangi untuk dijadikan
tempat tinggal. Dengan kata lain provinsi tersebut memiliki daya dorong
masyarakatnya untuk pergi meninggalkan daerah tersebut.
Angka migrasi neto yang positif menunjukkan jumlah penduduk yang masuk
ke daerah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
keluar. Sedangkan daerah yang kurang diminati oleh penduduk karena
berbagai permasalahan yang ada akan menunjukkan angka migrasi neto
negatif yang berarti jumlah penduduk yang keluar lebih besar daripada jumlah
penduduk yang masuk di daerah tersebut.
Migrasi neto negatif yang berarti selalu jumlah penduduk yang keluar dari
provinsi tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
masuk. Provinsi-provinsi tersebut adalah Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa
Timur, Provinsi Sumatera Utara, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Provinsi-
provinsi ini selalu memiliki angka migrasi neto yang negatif. Ada keunikan
dari provinsi-provinsi ini, dari tahun 1980 – 2000 selalu memiliki angka
migrasi neto yang negatif, namun pada 2010 mereka berbalik menjadi migrasi
neto yang positif.
Data BPS berdasarkan Sensus Penduduk 2015 memperlihatkan ada 6 (enam)
provinsi yang terbesar angka migran risen positif, yaitu Jawa Barat, DI
Bab 7 Migrasi dan Pembangunan Ekonomi 97
Timur
Kalimantan
20
Barat 293 992,00 185 924,00 108 068,00 5 104,9
Kalimantan
21
Tengah 527 473,00 105 598,00 421 875,00 2 686,3
Kalimantan
22
Selatan 509 967,00 302 936,00 207 031,00 4 268,6
Kalimantan
23
Timur 1 120 017,00 144 527,00 975 490,00 3 664,7
Kalimantan
24
Utara 189 396,00 43 214,00 146 182,00 708,4
Sulawesi
25
Utara 188 136,00 195 544,00 -7 408,00 2 512,9
Sulawesi
26
Tengah 465 614,00 121 928,00 343 686,00 3 081,7
Sulawesi
27
Selatan 346 168,00 1 415 688,00 -1 069 520,00 8 888,8
Sulawesi
28
Tenggara 443 602,00 191 917,00 251 685,00 2 703,5
29 Gorontalo 64 448,00 103 892,00 -39 444,00 1 186,3
Sulawesi
30
Barat 175 283,00 108 643,00 66 640,00 1 378,1
31 Maluku 134 500,00 215 078,00 -80 578,00 1 787,1
Maluku
32
Utara 106 920,00 61 971,00 44 949,00 1 252,3
33 Papua Barat 272 151,00 51 759,00 220 392,00 986,0
34 Papua 491 656,00 89 261,00 402 395,00 3 393,1
Migrasi tenaga kerja internasional adalah suatu bentuk mobilitas tenaga kerja
yang melewati batas wilayah negara. Pembangunan ekonomi yang lebih maju
di negara lain telah menyebabkan peluang kerja lebih terbuka serta lingkungan
kerja yang lebih baik. Berhasilnya pembangunan tersebut mendorong
tercapainya percepatan pembangunan ekonomi dan hasil pembangunan, yang
pada akhirnya juga mendorong permintaan tenaga kerja yang lebih banyak
untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja di sektor-sektor ekonomi yang juga
berkembang.
Dampak migrasi tenaga kerja internasional secara umum, yaitu (Feriyanto,
2014):
1. Pekerja memperoleh kualitas hidup yang lebih baik
2. Mengurangi tekanan pada pasar kerja di dalam negeri
Bab 7 Migrasi dan Pembangunan Ekonomi 99
Efek Positif
Perkembangan penduduk memungkinkan pertambahan jumlah tenaga kerja
dari masa ke masa. Selanjutnya, pertambahan penduduk dan pemberian
pendidikan kepada mereka sebelum menjadi tenaga kerja, memungkinkan
sesuatu masyarakat memperoleh bukan saja tenaga kerja yang ahli, akan tetapi
juga tenaga kerja yang terampil, terdidik, dan entrepreneur yang
berpendidikan. Biasanya ketiga kelompok tenaga kerja yang disebutkan
belakangan ini lebih besar jumlahnya apabila tingkat pembangunan bertambah
tinggi. Oleh karenanya, pada tingkat pembangunan yang lebih tinggi,
pertambahan penduduk dapat memberikan sumbangan yang lebih besar bagi
pengembangan kegiatan ekonomi.
Selain itu, perkembangan penduduk menimbulkan perluasan pasar. Luas pasar
barang-barang dan jasa ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu pendapatan
masyarakat dan jumlah penduduk. Maka apabila penduduk bertambah dengan
sendirinya luas pasar akan bertambah pula. Karena peranannya ini, maka
perkembangan penduduk akan merupakan perangsang bagi sektor produksi
untuk meningkatkan kegiatannya. Dan akhirnya, pertambahan penduduk dapat
menciptakan dorongan untuk mengembangkan teknologi.
Efek Negatif
Akibat buruk dari perkembangan penduduk terhadap pembangunan akan
tercipta apabila produktivitas sektor produksi sangat rendah dan dalam
masyarakat terdapat banyak pengangguran. Dengan adanya kedua keadaan ini,
pertambahan penduduk tidak akan menaikkan produksi secara signifikan.
Yang lebih buruk lagi, masalah pengangguran akan menjadi bertambah serius.
Di negara berkembang perkembangan penduduk lebih merupakan penghambat
pembangunan ekonomi.
Peran penduduk dalam pembangunan ekonomi dapat dijelaskan dalam tiga
pandangan yang berbeda. Ada pendapat yang pesimis, optimis, dan netral.
Orang pesimis berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk akan menghambat
pembangunan ekonomi. Pendapat ini didasarkan pada teori pertumbuhan
penduduk dari Thomas Robert Malthus. Thomas Robert Malthus menjelaskan
akan ada kondisi di mana jumlah barang konsumsi tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Pandangan
kedua optimis, yang berpendapat bahwa penduduk merupakan sumber
pertumbuhan ekonomi.
106 Ekonomi Sumber Daya Manusia
https://www.beritasatu.com/ekonomi/627459/produktivitas-tenaga-kerja-
indonesia-rendah-investor-lebih-melirik-vietnam.
Hsieh, C. (1998) ‘Notes on Growth Accounting: A Comment’, Interpreting,
137(August), pp. 119–137.
Huda, Nurul, et al. (2018). “Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis,”
Jakarta: Kencana.
Idris, H. A. (2016) Pengantar ekonomi sumber daya manusia. Deepublish.
Jayani, D. H. (2019) ‘Rata-Rata Upah Pekerja Berdasarkan Gender 2016-2018’,
Katadata.co.id, 16 September. Available at:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/11/kesenjangan-
upah-antar-gender-semakin-melebar#.
Jhingan, M.I. (2013). “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan,” Jakarta:
Rajawali Pers.
Junida, A. I. and Fardaniah, R. (2021) ‘BPS: Laju Pertumbuhan Penduduk
Indonesia Melambat, Ini Penyebabnya’, AntaraNews.com. Available at:
https://www.antaranews.com/berita/1960464/bps-laju-pertumbuhan-
penduduk-indonesia-melambat-ini-penyebabnya.
Kaufman, B. and Hotchkiss, J. L. (2002) The Economics of Labor Markets. 6th
edn. South-Western College Pub.
KEP.101/MEN/VI/2004 (2004) ‘Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia No Kep.101/MEN/VI/2004 Tentang
Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh’.
KEPMEN NO.200 Thn 2004 (2004) ‘Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : Kep.100/Men/Vi/2004
Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Menteri’.
Komaruddin. (1985). Manajemen Kantor, Teori dan Praktik, Penerbit Sinar
Baru, Bandung.
Kuncoro, Mudrajad. (2003) "Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan
Kebijakan," Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Lee, E. S. (1991) "Teori Migrasi," Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan
Universitas Gadjah Mada
110 Ekonomi Sumber Daya Manusia
rakyat.com/nasional/pr-01905259/upah-minimum-indonesia-lebih-
rendah-dari-negara-asean-lain-harusnya-naik-agar-tak-tergerus-inflasi.
Wijayanto, H. and Ode, S. (2019) ‘Dinamika Permasalahan Ketenagakerjaan
dan Pengangguran D Indonesia’, Administratio: Jurnal Ilmiah
Administrasi Publik dan Pembangunan, 10(1), pp. 1–8. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/290285-the-dynamics-of-
the-problem-employment-a-04d0b11e.pdf.
114 Ekonomi Sumber Daya Manusia
Biodata Penulis