UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Sistem Politik, Ekonomi, Dan Etika
Bisnis Internasional” dapat tersusun hingga selesai dengan baik dan tepat waktu. Tidak
lupa penulis juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
membantu dan berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi
Keberlanjutan. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembacanya, agar kedepannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dalam makalah ini, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan…………………………………………………………………………17
3.2 Saran……………………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan bisnis yang makin merebak baik di dalam maupun di luar negeri, telah
menimbulkan tantangan baru, yaitu adanya tuntutan praktek bisnis yang baik, yang etis,
yang juga menjadi tuntutan kehidupan bisnis di banyak negara di dunia. Transparansi
yang dituntut oleh ekonomi global menuntut pula praktik bisnis yang etis. Dalam
ekonomi pasar global, kita hanya bisa survive kalau mampu bersaing. Untuk bersaing
harus ada daya saing, yang dihasilkan oleh produktivitas dan efisiensi. Untuk itu pula,
diperlukan sistem etika, sistem politik dan sistem ekonomi dalam berusaha, karena
praktik berusaha yang tidak etis, dapat mengakibatkan rente ekonomi, mengurangi
produktivitas dan mengekang efisiensi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang cepat, juga berpengaruh pada masalah sistem etika, system ekonomi dan sistem
politik bisnis internasional. Benteng moral dan etika harus ditegakkan guna
mengendalikan kemajuan dan penerapan teknologi bagi kemanusiaan. Kemajuan
teknologi informasi misalnya, akan memudahkan seseorang mengakses privacy orang
lain.
1) Bagi Penulis:
Adapun manfaat penulisan makalah ini bagi penulis adalah sebagai suatu pemenuhan
tugas mata kuliah Bisnis Internasional. Selain itu, diharapkan dapat mengembangkan
1
semangat dalam diri penulis untuk terus memahami dan mempelajari materi mengenai
Sistem Politik, Ekonomi, Dan Etika Bisnis Internasional.
2) Bagi Masyarakat:
Adapun manfaat penulisan makalah ini bagi masyarakat adalah sebagai suatu
referensi pembelajaran Bisnis Internasional mengenai Analisis Lingkungan Eksternal
Organisasi. Selain itu dapat pula dijadikan sebagai salah satu bacaan untuk menambah
wawasan mengenai.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pemerintah totaliter cenderung terbagi atas tiga fitur, yaitu sebagai berikut:
a. Otoritas yang Ditolak.
Dalam hal ini Individu ataupun kelompok membentuk sistem politik tanpa
persetujuan eksplisit atau tersirat dari masyarakat. Pemimpin biasanya memperoleh
dan mempertahankan kekuasaan melalui kekuatan militer atau pemilihan yang
tidak benar. Dalam beberapa kasus, mereka berkuasa dengan cara yang sah namun
tetap berada di kantor setelah masa jabatan berakhir.
b. Kurangnya Jaminan Konstitusional.
Sistem totaliter menyangkal warga negara bahwa jaminan konstitusional dijalin
menjadi jalinan praktik demokrasi. Mereka membatasi masyarakatnya dengan cara:
menyalahgunakan, menolak kebebasan berekspresi, pemilihan berkala yang
diadakan, menjamin hak sipil dan properti serta hak minoritas.
c. Partisipasi Terbatas.
Perwakilan politik terbatas pada pihak yang bersimpati kepada pemerintah atau
pihak yang tidak memiliki ancaman yang kredibel. Dalam kebanyakan kasus,
oposisi politik benar-benar dilarang, dan pembangkang politik dihukum berat.
Terdapat dua jenis sistem politik totarian yang paling umum digunakan, antara lain:
Totalitarianisme Teokratis serta Totalitarianisme Sekuler. Adapun perbedaan dari 2
hal tersebut diuraikan dalam penjelasan dibawah ini.
1) Totalitarianisme Teokratis
Totalitarianisme teoraktis merupakan sistem politik merupakan seorang pemimpin
agama suatu negara juga pemimpin politiknya disebut teokrasi. Para pemimpin
agama menegakkan seperangkat undang-undang dan peraturan berdasarkan
keyakinan agama. Sistem politik yang berada di bawah kendali pemimpin agama
totaliter disebut dengan totalitarianisme teokratis. Contohnya ialah negara Iran
yang merupakan negara totaliter teokratis. Iran telah menjadi negara Islam sejak
revolusi 1979 di mana raja yang memerintah digulingkan. Pada saat ini terdapat
banyak pemuda Iran yang nampak kecewa dengan peraturan ketat yang
diberlakukan dan merindukan masyarakat yang lebih terbuka . Peraturan ketat ini
mempengaruhi banyak aspek kehidupan publik dan pribadi mereka, termasuk
undang-undang ketat mengenai produk dan gagasan yang dianggap terlalu barat.
2) Totalitarianisme sekuler
4
Totalitarianisme sekuler merupakan suatu sistem politik yang para pemimpin
politiknya mengandalkan kekuatan militer dan birokrasi. Dalam hal ini dibutuhkan
tiga bentuk dalam sistem ini, yaitu: komunis, kesukuan. dan sayap kanan. Adapun
penjelasannya ialah sebagai berikut:
a. Dalam totalitarianisme komunis, pemerintah mempertahankan kekuatan politik
dan ekonomi yang menyapu. Partai Komunis mengendalikan semua aspek
sistem politik, dan partai oposisi diberi sedikit atau tanpa suara. Pada umumnya,
setiap anggota partai memangku jabatan yang diperlukan dalam mendukung
semua kebijakan pemerintah serta perselisihan jarang diizinkan. Komunisme
merupakan suatu sistem ekonomi dimana pemerintah memiliki dan
mengendalikan semua jenis aktivitas ekonomi. Dalam kondisi ini meliputi
pemberian kepemilikan pemerintah atas alat-alat produksi, seperti: modal, tanah,
dan pabrik
b. Pada totalitarianisme kesukuan, satu suku (atau kelompok etnis) memaksakan
kehendaknya pada orang lain yang memiliki identitas nasional. Pada saat
kolonial Eropa meninggalkan Afrika terdapat banyak batas nasional yang
diciptakan dengan sedikit memperhatikan perbedaan etnis penduduknya.
Kondisi yang terjadi sering meledak dalam konflik berdarah.
c. Di bawah totalitarianisme sayap kanan, pemerintah mendukung kepemilikan
pribadi atas properti dan ekonomi berbasis pasar namun memberikan sedikit
kebebasan politik. Pemimpin umumnya berusaha untuk pertumbuhan ekonomi
sementara menentang totalitarianisme sayap kiri (komunisme). Argentina, Brazil
merupakan memiliki pemerintahan totaliter sayap kanan pada tahun 1980an.
Terlepas dari perbedaan yang melekat antara komunisme dan totalitarianisme
sayap kanan, sistem politik China saat ini merupakan perpaduan antara kedua
ideologi tersebut.
5
Pada negara totaliter, undang-undang tersebut bisa saja tidak jelas atau tidak ada. Pada
pihak pemerintahan negara totaliter dapat menafsirkan undang-undang sebagian besar
sesuai keinginan mereka. Di China, misalnya, mungkin tidak masalah apa yang diatur
undang-undang melainkan bagaimana birokrat perorangan menafsirkan undang-
undang tersebut. Sifat sewenang-wenang dari pemerintah totaliter menyulitkan
perusahaan untuk mengetahui bagaimana undang-undang akan ditafsirkan dan
diterapkan pada urusan bisnis khusus mereka. Eksekutor harus memutuskan apakah
akan menahan diri untuk tidak berinvestasi di negara- negara totaliter dan kehilangan
peluang yang berpotensi menguntungkan atau berinvestasi dengan menanggung beban
publisitas yang berpotensi merusak.
3. Demokrasi
Sistem politik demokrasi adalah sistem politik yang memberikan hak setara kepada
seluruh warga negara dalam proses pengambilan suatu kebijakan atau keputusan demi
kepentingan bersama. Negara yang menerapkan konsep sistem politik demokrasi
merupakan warga negaranya yang mendapatkan hak untuk berpartisipasi dalam
merumuskan, mengembangkan, membuat, dan menentukan suatu hukum baik secara
langsung ataupun perwakilan. Sistem demokrasi ini berlawanan dengan
totalitarianisme . Dasar-dasar demokrasi modern kembali setidaknya sejauh orang-
orang Yunani kuno.
Orang-orang Yunani mencoba mempraktikkan demokrasi murni, satu di mana semua
warga negara berpartisipasi secara bebas dan aktif dalam proses politik. Namun,
demokrasi murni lebih ideal dibandingkan sistem yang diterapkan dikarenakan
beberapa hal. Beberapa orang tidak memiliki waktu maupun keinginan untuk terlibat
dalam proses politik. Selain itu, warga negara kurang dapat berpartisipasi secara penuh
dan aktif saat populasi tumbuh dan sebagai penghambat jarak serta waktupun
meningkat. Pada akhirnya, para pemimpin dalam demokrasi murni mungkin merasa
sulit atau tidak mungkin membentuk kebijakan kohesif karena pemungutan suara
secara langsung dapat menyebabkan opini populer yang saling bertentangan.
Untuk alasan praktis, kebanyakan negara menggunakan demokrasi representatif.
dimana warga memilih individu dari kelompok mereka untuk mewakili pandangan
politik mereka. Perwakilan ini kemudian membantu mengatur rakyat dan meloloskan
undang-undang. Orang-orang memilih kembali, perwakilan yang mereka setujui dan
6
menggantikan yang tidak mereka inginkan lagi mewakili mereka. Demokrasi
representatif berusaha untuk menyediakan beberapa atau semua hal berikut:
a. Kebebasan berekspresi. Hak konstitusional di kebanyakan negara demokrasi,
kebebasan berekspresi idealnya memberi hak untuk menyuarakan pendapat dengan
bebas dan tanpa rasa takut akan hukuman.
b. Pemilu Berkala. Setiap wakil yang terpilih bertugas untuk jangka waktu tertentu,
setelah mana orang (atau pemilih) memutuskan apakah akan melatih perwakilan
tersebut. Dua contoh pemilihan berkala termasuk pemilihan presiden A.S (diadakan
setiap empat tahun) dan pemilihan presiden Prancis (diadakan setiap lima tahun).
c. Hak Sipil dan Properti Penuh. Hak sipil mencakup kebebasan berbicara, kebebasan
mengatur partai politik, dan hak atas pengadilan yang adil. Hak kepemilikan adalah
hak istimewa dan tanggung jawab pemilik properti (rumah, mobil, bisnis, dan lain
sebagainya).
d. Hak minoritas. Secara teori, demokrasi mencoba melestarikan koeksistensi damai di
antara kelompok orang dengan latarbelakang budaya, etnis, dan ras yang beragam.
Idealnya, hak dan hak yang sama diperluas secara hukum ke masing-masing
kelompok, tidak peduli berapa pun jumlah anggotanya.
e. Birokrasi Nonpolitis. Birokrasi adalah bagian dari pemerintahan yang menerapkan
peraturan dan undang-undang yang disahkan oleh perwakilan terpilih. Dalam
birokrasi yang dipolitisir, birokrat cenderung menerapkan keputusan sesuai dengan
pandangan politik mereka sendiri dan bukan pendapat dari perwakilan rakyat. Ini
jelas bertentangan dengan tujuan proses demokrasi.
Inggris merupakan salah satu Negara yang mempraktikkan demokrasi parlementer.
Bangsa ini membagi dirinya menjadi distrik geografis, dan orang-orang di setiap
kabupaten memilih partai yang bersaing daripada kandidat individual, namun partai
yang memenangkan jumlah kursi legislatif terbesar dalam sebuah pemilihan tidak
secara otomatis memenangkan hak untuk menjalankan negara tersebut. Sebaliknya,
sebuah partai harus memperoleh mayoritas mutlak yaitu, jumlah perwakilan yang
dipilih partai harus melebihi jumlah perwakilan yang dipilih di antara semua pihak
lainnya.
Bangsa juga berbeda dalam kekuatan relatif yang diperintahkan oleh masing- masing
partai politik. Di beberapa negara demokratis, satu partai politik telah secara efektif
mengendalikan sistem ini selama beberapa dekade. Di Jepang. Misalnya, Partai
Demokrat Liberal (yang sebenarnya konservatif) menikmati kontrol pemerintahan
7
yang hampir tidak terputus sejak tahun I950an. Di Meksiko, Partai Revolusioner
Institusional (PRI) menjalankan negara tersebut selama 71 tahun sampai 2001 ketika
Vicente Fox dari Partai Aksi Nasional (PAN) yang konservatif memenangkan kursi
kepresidenan.
8
6. Membuat mekanisme tertentu agar distribusi barang dan jasa berjalan baik
Macam-macam system ekonomi
1. Sistem Ekonomi Tradisional
Pemecahan masalah dalam sistem ekonomi tradisional dilakukan sesuai dengan
kebiasaan/tradisi. Adapun ciri-ciri sistem ekonomi tradisional adalah teknologi
rendah, produktivitas rendah, setiap anggota masyarakat belum punya motivasi
untuk mengembangkan harta yang dimiliki. Masyarakat juga sulit berubah karena
ada kecenderungan penolakan.
Kelebihan sistem ekonomi tradisional:
a) Tidak ada eksploitasi SDM/SDA yang berlebihan
b) Lingkungan terjaga
c) Hubungan antar individu masih kuat dan saling tolong menolong
d) Tidak terjadi monopoli oleh pihak pemerintah karena hanya sebagai pengawas
9
f) Kondisi pasar dalam negeri akan berjalan dengan lancar.
10
Kelebihan sistem Ekonomi Campuran, antara lain :
a) Setiap hak individu akan diakui.
b) Penetapan harga dalam perekonomian akan terkendali.
c) Sektor ekonomi diarahkan untuk kepentingan masyarakat.
d) Terdapat sebuah kebebasan dalam usaha.
e) Kestabilan ekonomi terjamin.
Kekurangan sistem Ekonomi Campuran, antara lain :
a) Beban pemerintah akan lebih berat dibandingkan dengan sektor swasta.
b) Pihak swasta kurang memaksimalkan keuntungan yang seharusnya didapatkan.
c) Tidak ada kejelasan mengenai batasan pengaruh pemerintah dalam kegiatan
perekonomian.
d) Ketimpangan dalam persaingan bisnis dan tidak tepatnya pengelolaan sumber
daya.
11
perusahaan multinasional untuk mentoleransi kondisi kerja seperti itu pada anak
perusahaannya di luar negeri.
Menetapkan standar minimal yang dapat ditanggung perusahaan untuk melindungi
hak-hak dasar dan martabat karyawan, audit anak perusahaan asing dan
subkontraktor secara teratur untuk memastikan standar tersebut terpenuhi, dan
mengambil Tindakan korektif jika tidak terpenuhi adalah cara untuk menjaga
terjadinya pelanggaran etika.
4. Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia masih tidak terlalu dianggap penting di banyak negara. Hak ini
memang kita dapatkan di negara maju, seperti kebebasan berserikat, kebebasan
berbicara, kebebasan berkumpul, kebebasan bergerak, kebebasan dari penindasan
politik, dan sebagainya, tapi tidak berarti diterima secara universal.
Contoh di Afrika selatan selama pemerintahan orang kulit putih dan politik
apartheid. Sistem ini ditolak oleh hak-hak dasar politik mayoritas penduduk kulit
putih Afrika selatan, pekerjaan tertentu disediakan khusus untuk kulit putih, dan
kulit hitam dilarang ditempatkan di posisi di mana mereka akan mengelola bagian
khusus untuk orang kulit putih. Meskipun menggunakan sistem seperti ini, banyak
pengusaha barat beroperasi di Afrika Selatan. Banyak yang menanyakan kebijakan
ini. Mereka berpendapat, investasi mereka meningkatkan status ekonomi dan
dukungan terhadap rezim apartheid menjadi represif.
Beberapa perusahaan mengubah kebijakan mereka, menggunakan prinsip Sullivan.
Perusahaan tidak harus mematuhi hukum apartheid di wilayah operasional di
Afrika selatan dan perusahaan harus melakukan segalanya dengan kekuasaan yang
dimiliki untuk mempromosikan penghapusan hukum apartheid. Pemerintah Afrika
selatan, yang jelas tidak ingin memusuhi investor asing, mengabaika pelanggaran
mereka.
Namun, itu saja tidak cukup untuk memecah rezim arpatheid. Perusahaan Amerika
di sana tidak bisa secara etis membenarkan kehadiran mereka di Afrika selatan.
Banyak perusahaan yang melakukan divestasi operasi di Afrika selatan. Pada saat
itu pula banyak dana pension negara mengisyaratkan mereka tidak akan lagi
menanam saham di perusahaan yang berbisnis di Afrika selatan, yang membantu
membujuk perusahaan untuk melakukan divestasi operasi di Afrika selatan. Hal ini,
ditambah pengenaan sanksi ekonomi dari AS dan pemerintah lainnya, memberikan
kontribusi terhadap pengabaian kekuasaan minoritas kulit putih dan apartheid di
12
Africa selatan dan pengenalan pemilu yang demokratis. Mengadopsi sikap etis
membantu meningkatkan hak asasi manusia di Afrika selatan.
5. Pencemaran Lingkungan
Banyak negara maju memiliki peraturan substansial yang mengatur emisi polutan,
pembuangan bahan kimia beracun, penggunaan bahan beracun di tempat kerja, dan
sebagainya. Peraturan ini sering kurang dianggap di negara berkembang, hasilnya
tingkat pencemaran dari operasi multinasional bisa lebih tinggi dari yang diizinkan
di negara asal.
Haruskah perusahaan multinasional merasa bebas untuk mencemari lingkungan di
negara lain? Apakah itu bisa dibilang bermoral ketika suatu perusahaan
memutuskan berproduksi di negara berkembang yang notabenenya kontrol
terhadap polusi tidak diperlukan dan perusahaan bebas merusak lingkungan negara
itu yang dimana mungkin membahayakan penduduk lokal demi menekan biaya
produksi dan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya? Apakah hal yang benar
yang harus dilakukan dalam keadaan seperti itu? Mencemari lingkungan demi
keuntungan ekonomi atau mengikuti peraturan standart pengaturan polusi yang
ada.
6. Korupsi
Korupsi merupakan masalah setiap masyarakat dalam sejarah, dan terus menjadi
masalah besar hingga saat ini. Selalu ada pejabat pemerintah yang menjadi
koruptor. Bisnis internasional dapat mendapatkan keuntungan ekonomi dengan
melakukan pembayaran kepada para pejabat. Contohnya pada 1970, Carl Kotchian
selaku presiden dari Lockheed membayar $12,5 juta kepada agen Jepang dan
pejabat pemerintahan untuk mengamankan pesanan besar untuk Lockheed Tristar
dari Nippon Air. Ketika pembayaran ditelusuri, pejabat AS dibebankan dengan
pamalsuan catatan dan pelanggaran pajak. Meskipun pembayaran ini di Jepang, hal
ini menjadi skandal dan kasus yang besar. Pejabat pemerintah dianggap melanggar
hukum, satu anggota bunuh diri, pemerintahan jatuh dalam kehinaan dan
masyarakat Jepang marah. Ternyata pembayaran seperti ini tidak diterima oleh
masyarakat Jepang. Hal ini dianggap tidak berbeda dengan uang suap yang
dibayarkan kepada pejabat yang korup untuk mengamankan pesanan besar yang
mungkin dapat diperoleh produsen lain. Kotchian berlaku sangat tidak etis karena
berpendapat bahwa pembayaran dapat diterima.
13
Perilaku seperti ini masih belum jelas implikasi etisnya. Hal ini karena di banyak
negara memberikan hadiah kepada pejabat pemerintah dalam bentuk uang pelicin
merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Seseorang dapat batal berinvestasi
karena pejabat menuntut uang pelicin dengan mengabaikan fakta bahwa investasi
ini dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Dari sudut pandang
pragmatis, memberikan suap merupakan harga yang harus dibayar untuk
keuntungan yang lebih besar.
Sejumlah ekonom menganjurkan alasan memberikan suap merupakan harga yang
harus dibayar untuk keuntungan yang lebih besar. Dengan rumitnya konteks
peraturan di negara berkembang, korupsi dapat membantu meningkatkan efisiensi
dan membantu pertumbuhan. Tapi, beberapa ekonom berpendapat korupsi
mengurangi imbal hasil atas investasi bisnis, dan mengarah ke pertumbuhan
ekonomi yang rendah.
7. Kewajiban-kewajiban Moral
Perusahaan multinasional memiliki kekuatan yang berasal dari kontrol mereka atas
sumber daya dan kemampuan mereka untuk memindahkan produksi dari negara ke
negara. Meski daya yang dibatasi tidak hanya oleh hukum dan peraturan, tetapi
juga oleh disiplin pasar dan proses yang kompetitif, itu adalah sesuatu yang
substansial. Beberapa filsuf moral berpendapat bahwa dengan memiliki kekuasaan
datang tanggung jawab sosial bagi perusahaan multinasional untuk memberikan
sesuatu kembali ke masyarakat yang memungkinkan mereka untuk berkembang
dan tumbuh. Konsep tanggung jawab sosial (social responsibility) mengacu pada
gagasan bahwa pengusaha harus mempertimbangkan konsekuensi sosial dari
tindakan ekonomi ketika membuat keputusan bisnis, dan bahwa harus ada
pertimbangan yang mendukung keputusan yang memiliki keduanya, yaitu
konsekuensi ekonomi dan sosial yang baik.
Namun, beberapa perusahaan multinasional telah menyalahgunakan kekuasaan
untuk keuntungan pribadi. Pemikiran Barat menganggap dirinya sebagai kekuatan
moral yang netral, bagaimana kekuasaan digunakan adalah apa yang penting. Hal
ini dapat digunakan dengan cara yang positif untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial atau dapat digunakan dengan cara yang menyalahi etika dan moral. Namun,
tidak jarang dalam konteks Asia, untuk mempertimbangkan kekuasaan untuk
dikaitkan dengan tugas bangsa, atau tanggung jawab dalam pelaksanaannya.
Perbedaan perspektif ini sangat penting untuk memahami mengapa perusahaan
14
multinasional Barat mungkin merasa dibenarkan dalam bersaing langsung dengan
produsen kurang efisien lokal skala kecil di negara berkembang. Ini juga
menjelaskan bagaimana produsen yang kurang kuat merasa sama-sama dibenarkan
dalam membengkokkan, bahkan melanggar norma etika, dalam rangka untuk
bersaing dan bertahan.
Beberapa perusahaan multinasional telah mengakui kewajiban moral untuk
menggunakan kekuasaan mereka untuk meningkatkan kesejahteraan sosial
masyarakat di mana mereka melakukan bisnis.
Akar dari Perilaku Tidak Etis
Terdapat beberapa penyebab yang menyebabkan manajer berperilaku tidak etis, yaitu.
1. Etika Pribadi
Etika bisnis tidak terpisah dari etika pribadi, prinsip-prinsip benar dan salah yang
diterima secara umum yang mengatur perilaku individu. Sebagai individu, kita
biasanya diajarkan bahwa berbohong dan menipu itu salah atau tidak etis dan
bahwa bertindak dengan integritas dan kehormatan serta memperjuangkan apa
yang kita yakini benar itu tepat. Hal tersebut umumnya benar bagi seluruh
masyarakat. Kode etis pribadi yang memandu perilaku kita berasal dari beberapa
sumber, terutama orang tua kita, sekolah-sekolah kita, agama kita, dan media.
Kode etis pribadi kita memberikan pengaruh yang sangat besar pada cara kita
berperilaku sebagai pebisnis Individu dengan etika pribadi yang kuat cenderung
untuk berperilaku dalam cara yang etis dalam lingkungan bisnis.
2. Proses Pengambilan Keputusan
Beberapa studi perilaku yang tidak etis dalam lingkup usaha telah menyimpulkan
bahwa pebisnis kadang-kadang tidak menyadari mereka berperilaku tidak etis,
terutama karena mereka hanya gagal untuk bertanya, "Apakah ini keputusan atau
tindakan yang etis?" Sebaliknya, mereka menerapkan kalkulus bisnis sederhana
untuk apa yang mereka anggap menjadi sebuah keputusan bisnis dan melupakan
bahwa keputusan juga mungkin memiliki dimensi etis yang penting. Kesalahan
terletak pada proses yang tidak memasukkan pertimbangan etis ke dalam
membuat keputusan bisnis.
3. Budaya Organisasi
Budaya organisasi (organization culture) merupakan istilah yang merujuk kepada
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini bersama oleh karyawan dalam suatu
15
organisasi. Nilai-nilai dan norma-norma membentuk budaya organisasi bisnis dan
budaya memiliki pengaruh penting terhadap etika pengambilan keputusan bisnis.
4. Harapan yang Tidak Realistis
Penyebab perilaku yang tidak etis telah mengisyaratkan bahwa-tekanan dari
perusahaan induk untuk memenuhi tujuan kinerja yang tidak realistis yang bisa
dicapai hanya dengan mengambil jalan pintas atau bertindak dalam cara yang
tidak etis.
5. Kepemimpinan
Pemimpin membantu untuk membangun budaya organisasi dan mereka
menetapkan contoh yang diikuti orang lain. Karyawan lain dalam bisnis sering
mengambil isyarat dari pemimpin bisnis dan jika pemimpin-pemimpin tersebut
tidak berperilaku dalam cara yang etis, mereka mungkin tidak baik. Yang penting
bukanlah yang pemimpin katakan, tetapi apa yang mereka lakukan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem politik merupakan proses interaksi pembuatan kebijakan antara pemerintah
dengan masyarakatnya demi mencapai tujuan nasionalnya. Sistem politik yang dianut oleh
setiap negarapun terdapat perbedaan.
Sistem ekonomi adalah keseluruhan tata cara untuk mengkoordinasikan perilaku
masyarakat dalam menjalankan kegiatan ekonomi sehingga terbentuk satu kesatuan yang
teratur dan dinamis dan kekacauan dalam bidang ekonomi dapat dihindari. Adapun Fungsi-
fungsi dari sistem ekonomi sebagai berikut :
1. Sebagai penyedia dorongan untuk berproduksi.
2. Mengkoordinasi kegiatan individu dalam suatu perekonomian.
3. Sebagai pengatur dalam hasil produksi diseluruh anggota masyarakat
4. Membuat mekanisme tertentu agar distribusi barang dan jasa berjalan baik
Etika bisnis merupakan prinsip-prinsip yang diterima secara benar atau salah yang
mengatur perilaku orang-orang bisnis.
3.2 Saran
Setelah mengetahui beberapa isu isu dan persoalan sistem politik, sistem ekonomi,
dan sistem etika dalam bisnis Internasional disadari betapa pentingnya peranan ekonomi,
politik, dan etika bisnis dalam suatu perusahaan, maka penulis menyarankan dan
mengajak kepada pembaca agar dalam menjalankan usaha bisnisnya menerapkan suatu
bisnis yang sesuai dengan sistem ekonomi, politik dan etika bisinis untuk mengurangi
resiko kegagalan dan yang paling utama adalah agar dapat bersaing secara kompetitif
dalam era globalisasi saat ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Dari Buku:
Dari Internet:
18