Pada bulan Maret 2000, dua perusahaan--Monsanto dan Pharmacia & Upjohn—
melakukan mereger untuk membentuk usaha bernama Pharmacia, produsen terbesar untuk
tanaman dan organisme di dunia hasil rekayasa genetika (GE), dengan nilai penjualan total
sebesar $16,4 miliar. Kurang dari 3 bulan berikutnya, tanggal 23 Juni 2000, beberapa
pemegang saham dari perusahaan baru ini meminta para pemegang saham Pharmacia lain
menyetujui resolusi para pemegang saham yang menyatakan para pemegang saham meminta
Dewan Direksi untuk menerapkan kebijakan tidak memasarkan atau mendistribusikan
produk-produk pertanian hasil rekayasa genetika sampai pengujian jangka panjang berhasil
menunjukkan bahwa produk-produk tersebut tidak berbahaya bagi manusia, binatang, dan
lingkungan
Rekayasa genetika mencakup teknik-teknik mengubah gen dalam sel tumbuhan atau
binatang. Gen memuat cetak biru yang menentukan apa saja karakteristik yang akan dimiliki
oleh suatu organisme. Rekayasa genetika mengambil gen dari satu spesies dan
memasukkannya ke dalam gen spesies lain untuk menciptakan organisme baru.
Monsanto merupakan perusahaan pelopor dalam bioteknologi baru ini. Dua dari
produk hasil rekayasa genetika pertama adalah kedelai dan tanaman kapas Roundup Ready,
yang dibuat tahun 1994 yang kebal terhadap pembasmi rumput liar, sehingga rumput liar di
sekitar kedelai atau kapas bisa disemprot dengan pembasmi rumput tanpa merusak tanaman
kedelai dan kapas.
Monsanto pelopor penggunaan teknologi baru ini, sehingga terlibat dalam sejumlah
kontroversi. Salah satunya berkaitan dengan fakta bahwa Monsanto mengharuskan para
petani yang membeli benih Roundup Ready menyetujui untuk tidak menanam benih yang
dihasilkan dari tanaman, tetapi membeli benih dari perusahaan tersebut setiap tahun.
Perusahaan mengeluarkan kebijakan ini karena takut kehilangan pasar untuk pembeli benih
baru. Pada bulan Maret 1998, sebuah perusahaan Delta and Pine Land Company telah
menemukan cara untuk menciptakan benih “Terminator” yang direkayasa secara genetika
sehingga tidak dapat ditiru. Saat Monsanto mengumumkan membeli Delta and Pine Land
Company, para pengamat menyimpulkan bahwa Monsanto akan menggunakan tekonologi
baru agar memastikan petani membeli benih baru dari mereka.
Namun kontroversi yang lebih besar muncul karena Monsanto melakukan rekayasa
genetika dengan ancaman lingkungan dari produk tanaman yang di rekayasa. Kritikus
menyebutkan bahwa produk Monsanto menyebabkan terjadinya penyerbukan islang dengan
rumput liar dan mentransfer kekebalannya terhadap herbisida Roundup. Hasilnya akan
muncul rumput liar “super” kebal terhadap pembasmi rumput yang akan menyebar dengan
cepat.
Pertanyaan
1. Menurut penilaian Anda, apa saja, jika ada, kewajiban Monsanto/Pharmacia untuk
menunda pemasaran organisme-organisme hasil rekayasa genetika “sampai uji keamanan
jangka panjang menunjukkan bahwa produk mereka tidak berbahaya bagi manusia,
binatang, dan lingkungan”? Kepada siapa kewajiban ini ditujukan?
2. Analisis tindakan Monsanto/Pharmacia dalam kaitannya dengan pendekatan
utilitarianisme, hak, keadilan, dan memberi perhatian. Menurut Anda, apakah perusahaan
secara moral dibenarkan untuk terus memasarkan organisme-organisme hasil rekayasa
genetika?
3. Bagaimana seharusnya perusahaan bersikap terhadap produk-produk seperti organisme
hasil rekayasa genetika apabila informasi tentang kemungkinan risiko terhadap
lingkungan masih terbatas atau tidak ada, namun produk tersebut menjanjikan
keuntungan besar bagi manusia? Jelaskan jawaban Anda.
Jawaban
1. Menurut kelompok kami, sampai jangka panjang menunjukan bahwa produk mereka
tidak berbahaya lagi bagi manusia, binatang, dan lingkungan, Monsanto memiliki
kewajiban untuk melakukan uji ulang terhadap produk-produk yang diduga merugikan
banyak pihak agar dapat memperbaiki kegagalan-kegagalan yang dilakukan oleh GMO.
Setelah dilakukannya uji ulang produk rekayasa genetika tersebut, Monsanto
berkewajiban pula untuk menemukan cara dalam mengatasi kegagalan dan kerugian yang
ditimbulkan oleh produk-produknya, sehingga tidak membahayakan pihak manapun.
Kewajiban ini ditujukan terutama kepada pihak-pihak yang berwewenang dan pihak
hukum. Selain itu pemerintah dan konsumen pun juga memiliki hak atas kewajiban yang
dilakukan Monsanto.
2. Dalam menganalisis suatu tindakan yang berhubungan dengan dasar etika untuk tanggung
jawab terhadap lingkungan, kita perlu mengetahui pendekatan yang menjadi dasar etika
tersebut. Antara lain pendekatan ultilitarianisme, hak, keadilan dan memberi perhatian.
Pada pendekatan ultilitarianisme dijelaskan bahwa suatu perbuatan atau aturan adalah
baik, jika membawa kesenangan paling besar/banyak untuk jumlah orang paling besar/
banyak atau dengan kata lain jika memaksimalkan manfaat. Sangatlah jelas bahwa
pelestarian lingkungan hidup membawa keadaan paling menguntungkan untuk seluruh
umat manusia termasuk juga generasi-generasi yang akan datang. Jika dampak atas
lingkungan tidak diperhitungkan dalam biaya-manfaat, pendekatan itu menjadi tidak etis
apalagi jika kerusakan lingkungan dibebankan pada orang lain. Berdasarkan pendekatan
hak dijelaskan bahwa manusia memiliki hak moral atas segala sesuatu yang perlu untuk
hidup dengan pantas sebagai manusia, artinya yang memungkinkan dia memenuhi
kesanggupannya sebagai makhluk yang rasional dan bebas. Jika kita memang
mempunyai hak atas lingkungan yang berkualitas, bisa saja hak ini mengalahkan hak-hak
lain termasuk mengalahkan hak seseorang atau hak milik pribadi beberapa orang. Pada
pendekatan keadilan harus dipahami sebagai keadilan distributif, artinya keadilan yang
mewajibkan kita untuk membagi dengan adil. Dapat dikatakan tidak adil apabila kita
memanfaatkan alam demikian rupa sehingga orang lain misalnya generasi-generasi yang
akan datang tidak lagi bisa memakai alam untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan
baik. Dalam hal etika perhatian menekankan pada dua syarat moral, yaitu : a. Kita hidup
dalam suatu rangkaian hubungan dan wajib mempertahankan serta menyetarakan
hubungan yang konkret dan bernilai dengan orang lain. b. Kita memberikan perhatian
khusus pada orang-orang yang menjalin hubungan baik dengan memperhatikan
kebutuhan, nilai, keinginan, dan keberadaan mereka dari perspektif pribadi mereka
sendiri, dan dengan memberikan tanggapan secara positif pada kebutuhan, nilai,
keinginan, dan keberadaan orang-orang yang membutuhkan dan bergantung pada
perhatian kita.
3. Menurut kelompok kami, keuntungan yang besar merupakan tujuan dan dambaan setiap
perusahaan di dunia ini, namun apabila perusahaan tidak memiliki informasi yang kuat
atas kemungkan resiko terhadap lingkungan, apakah perusahaan akan bersikap egois
dengan tidak memperhatikan lingkungan melainkan mengutamaan keuntungan? Tentu
saja hal tersebut tidak boleh dilakukan oleh perusahaan manapun. Perusahaan hendaknya
menyelidiki serta meneliti dengan cermat bahan apa saja yang dipakain didalam produk-
produk mereka. Perusahaan juga perlu bersikap jujur dan terbuka dengan masyarakat
luas, karena masyarakatlah yang menggunakan produk tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Jika produk yang mereka produksi mengandung bahan-bahan berbahaya, pruduk
tersebut tidak boleh diproduksi lagi demi kebaikan bersama. Sebaiknya perusahaan
melakukan penyuluhan ataupun iklan-iklan yang menunjukkan informasi sebenarnya
tentang produk yang dibuat oleh perusahaan tersebut agar konsumen tidak tertipu atau
dikorbankan hanya demi memperoleh keuntungan yang besar.