Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim. Iklim adalah
gabungan dari keadaan cuaca sehari-hari. Ilmu ini melukiskan dan
menerangkan hakikat iklim, distribusinya terhadap ruang serta variasinya
terhadap waktu, hubungannya dengan berbagai unsur lain dan aktivitas
manusia. Iklim ini terjadi dalam waktu yang lama dan tempat yang luas.
Keadaan fisis atmosfer ini dinyatakan dengan hasil pengukuran berbagai
unsur iklim seperti suhu, curah hujan, tekanan, kelembaban,laju serta arah
angin, perawanan, penyinaran matahari. Salah satu yang dipelajari dalam
klimatologi adalah jenis awan (Handoko, 2014).
Klimatologi erat hubungannya dengan pertanian karena produksi
pertanian sangat bergantung pada tanah, iklim, tanaman, dan sumber daya
manusia. Manusia harus memahami bagaimana karakteristik iklim untuk
kemudian disesuaikan ke bidang pertanian sehingga terwujud produksi
pertanian yang maksimal.Dalam mempelajari karakteristik iklim digunakan
peralatan pada stasiun klimatologi. Unsur-unsur yang diamati yaitu keadaan
cuaca, angin, jumlah macam dan tinggi dasar awan, suhu udara, kelembaban
udara, tekanan udara, curah hujan, penyinaran matahari dan suhu tanah
(Lakitan, 2013).
Awan adalah kumpulan titik-titik air dan atau es yang melayang-layang
di atmosfer sebagai hasil proses kondensasi yang terdapat pada ketinggian
tertentu yang disebabkan karena naiknya udara secara vertikal karena proses
pendingingan udara secara adiabatik di atmosfer. Awan bersifat mengabsorsi
dan merefleksi radiasi surya dan radiasi dari bumikarena dapat memanaskan
atau mendinginkan suhu udara. Bentuk awan dengan kharakteristiknya juga
mencerminkan potensi hujan disuatu daerah di permukaan bumi. Awan ialah
gumpalan uap air yang terapung di atmosfera. Ia kelihatan seperti asap
berwarna putih atau kelabu di langit. Awan adalah kumpulan titik air atau
kristal es diudara yang terjadi karena kondensasi uap air di udara yang

1
melebih titik jenuh. Terbentuknya awan dikarenakan udara yang banyak
mengandung uap air mengalami proses pendinginan sehingga mencapai titik
embun (Nur Muin, 2013).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu:
1. Mengenal jenis awan.
2. Memperkirakan penutupan awan dalam skala okta

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum


Awan merupakan benda langit berwarna putih dan juga hitam yang sering
dikaitkan dengan kemunculan hujan. Awan sendiri pada dasarnya merupakan
kumpulan dari Kristal Kristal beku atau tetesan air yang berkumpul menjadi
satu pada atmosfer bumi. Awan yang berada pada langit dan atmosfer bumi
tidak terbentuk begitu saja. Terdapat proses panjang yang membentuk awan,
yang sering kita kenal dengan siklus air. Awan terbentuk sebagai hasil
pendinginan (kondensasi atau sublimasi) dari massa udara basah yang sedang
bergerak ke atas. Proses pendinginan terjadi karena menurunnya suhu udara
tersebut secara adiabatis atau mengalami pencampuran dengan udara dingin
yang sedang bergerak ke arah horizontal (adveksi). Butir-butir debu atau
kristal es yang melayang-layang dilapisan troposfer dapat berfungsi sebagai
inti-inti kondensasi dan sublimasi yang dapat mempercepat proses
pendinginan. Awan dapat terjadi dari massa udara yang sedang naik kearah
vertikal karena berbagai sebab, yaitu: pengaruh radiasi matahari (secara
konveksi) dan melalui bidang peluncuran (pengangkatan orografis atau
frontal) (Tjasyono, 2000).
Pada umumnya awan terdiri dari butir-butir air cair yang berukuran
sedemikian kecil sehingga tidak jatuh. Namun apabila awan tersebut
mencapai suatu ketinggian dimana temperatur udaranya jauh dibawah 0ºC
maka butir-butir air tersebut menjadi butir-butir es (kristal). Awan itu sendiri
tidak memberitahu kita terlalu banyak. Ahli cuaca harus mengetahui
bagaimana ia telah berkembang dengan berubah atau pecah pada umumnya,
kemungkinan ada hujan lebih besar kalau awan tinggi yang terpisah menjadi
tambah tebal, bertambah jumlahnya dan dasar awan lebih rendah
(Wisnubroto, 2013).
Awan terbentuk akibat dari penguapan, akan tetapi tidak semua awan
yang terbentuk akan menjadi hujan. Awan dapat menjadi lebih besar dan

3
tebal. Tetapi sebaliknya ada awan yang mengecil dan musnah setelah
beberapa waktu (Nur Muin, 2013)
Pembentukan dan keberadaan awan tidak menjamin bahwa hujan akan
terjadi. Adalah biasa kalau suatu lapisan awan telah ada selama beberapa hari
tanpa adanya hujan. Butir-butir awan yang kecil tetap terapung dalam udara
yang naik dimana butir-butir tersebut terbentuk. Tetapi dalam keadaan yang
lain, hanya dibutuhkan waktu kurang dari 30 menit untuk terbentuknya awan
dan mulainya turunnya hujan yang lebat (Trewartha dan Horn, 2011).

2.2 Pembentukan Awan


Syafira, dkk (2016), udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air
ini meluap menjadi titik-titik air, terbentuklah awan. Peluapan ini boleh
berlaku dengan dua cara:
a. Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara
karena air lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan
naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap
itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak
terhingga banyaknya. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfera
adalah lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin tepu dengan uap
air.
b. Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi
semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan
daya tarikan bumi menariknya ke bawah. Hinggalah sampai satu peringkat
titik-titik itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan.
Namun jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan
menguap dan lenyaplah awan itu. Inilah yang menyebabkan itu awan selalu
berubah-ubah bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti
menguap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada
awan yang tidak membawa hujan. Berat titik-titik air dalam awan boleh
mencapai beberapa juta ton, namun biasanya saiz (isipadu) awan adalah amat
besar, jadi ketumpatan awan sebenarnya adalah cukup rendah untuk
membolehkan angin di bawah dan di dalam awan menyokongnya.

4
2.3 Pembagian Awan
Menurut Ahrens (2007), awan merupakan awal proses terjadinya hujan,
sehingga banyak digunakan sebagai indikator keadaan cuaca. Namun tidak
semua jenis awan dapat menghasilkan hujan, oleh karena itu pengenalan jenis,
bentuk, sifat-sifat awan sangat di perlukan. Awan tidak sama jenisnya dan
selalu berubah bentuk, awan bergantung pada ketinggian dan suhunya,awan
dibedakan menurut bentuk dan tingginya. Ada 4 kumpulan yang utama, yaitu
awan rendah, awan sederhana tinggi, awan tinggi dan awan yang tinggi keatas.
2.3.1. Awan Rendah
Awan rendah terdiri dari awan Strato cumulus, awan
Nimbostratus dan awan Stratus (St), terletak kurang daripada 3000
meter dari muka bumi.
1. Strato cumulus
Strato cumulus (Sc) ialah awan berwarna kelabu/putih yang
terjadi apabila bagian puncak awan cumulus yang terbentuk pada
waktu petang menghampar dibawah songsangan suhu. Awan-awan
ini terjadi pada lewat petang dan senja apabila atmosfera mulai
menjadi stabil, warna kekuningan muda adalah disebabkan pantulan
sinaran surya pada waktu senja. Strato cumulus juga akan boleh
terjadi tanpa penghamparan awan cumulus.
2. Nimbostratus
Awan Nimbostratus gelap dan mempunyai lapisan-lapisan jelas
dan dikenali juga sebagai awan hujan.
3. Stratus
Stratus ialah awan berupa cebisan kain koyak terbentuk dalam
udara lembab bergelora pada paras rendah atmosfera selepas hujan,
warna kekuningan muda latar belakang adalah disebabkan oleh
pantulan sinaran surya waktu senja oleh sirrostratus yang terjadi

5
selepas aktiviti ribut petir pada waktu petang. Awan Stratus sangat
rendah, tebal dan berwarna kelabu.
2.3.2. Awan Sederhana Tinggi
Awan sederhana tediri dari awan Altokumulus dan Altostratus,
letaknya antara 3000 hingga 6000 meter dari muka bumi.
1. Alto cumulus
Awan Altocumulus berkepul-kepul, tidak rata dan berlapis,
awan itu menandakan keadaan cuaca yang baik. Tiap-tiap
elemen nampak jelas tersisih antara satu sama lain dengan
warna keputihan dan kelabu yang mana membedakannya
daripada Cirrocumulus.
2. Altostratus
Altostratus (As), awan kekelabuan (bergantung kepada
ketebalan) peringkat pertengahan yang menghasilkan hujan
apabila cukup tebal. Awan-awan ini terjadi dalam lapisan
atmosfera stabil dan boleh menjadi tebal apabila cukup
kelembapan dan penyejukan. Hujan berterusan pada waktu
senja dan malam selepas aktiviti ribut petir pada lewat petang
dan senja adalah disebabkan perkara ini, awan-awan di atas
terbentuk pada waktu senja dan malam hari terdahulu, mula
menghilang apabila matahari terbit pada awal pagi, awan
Altostratus lebih padat, berwarna kelabu dan kelihatan seperti
air.
2.3.3. Awan Tinggi
Awan tinggi terdiri dari awan Cirrus, Cirrocumulus dan Cirrostratus
1. Awan Cirrus
Awan Cirrus (Ci) ditiupkan angin timuran yang bergelora, awan
ini berwarna putih dengan pinggiran tidak jelas, awan Cirrus
kelihatan seperti kapas tipis dan awan ini menunjukkan cuaca agak
cerah.
2. Awan Cirrocumulus.

6
Awan Cirrocumulus kelihatan seperti gerombolan domba, tidak
menimbulkan bayangan dan hujan.
3. Awan Cirrostratus
Awan Cirrostratus ialah awan putih yang tipis, awan ini
berbentuk seperti kelambu putih halus, menutupi seluruh angkasa,
berwarna pucat atau kadang-kadang nampak sebagai anyaman
yang tidak teratur, sehingga menimbulkan lingkaran disekeliling
matahari atau bulan. Awan ini tidak menghasilkan hujan.
2.3.4. Awan yang Tinggi ke Atas
Awan yang tinggi ke atas terdiri dari awan Cumulus dan awan
Cumulonimbus, letaknya kira-kira 6000 hingga 9000 meter dari
muka bumi.
1. Cummulus (Cu)
Pandangan jarak dekat awan cummulus yang sedang
berkembang aktif pada lewat pagi dan awal petang disebabkan
pemanasan permukaan tanah dan perolakan, awan-awan itu
kelihatan seperti ‘popcorns’ dengan tepian nyata (clear outline),
warnanya putih pada puncak kerona semua gelombang sinar
surya dipantulkan pada kadar yang sama, warna gelap itu
disebabkan oleh penembusan terhadap sinar surya dan juga
kadar serapan yang bertambah terhadap gelombang selebihnya
karena titisan air besar.
Dengan kandungan kelembapan dan kenaikan udara
mencukupi, awan-awan ini tumbuh tinggi dan menghasilkan
hujan panas, dalam keadaan ketidakstabilan udara yang
mendalam, ribut petir berlaku pada waktu petang atau lewat
petang Awan Cummulus terbentuk kelompok-kelompok bulat.
2. Cumulonimbus
Pemandangan jarak jauh deretan awan Cumulo nimbus (Cb),
awan-awan ini tinggi berwarna putih / gelap tampaknya terletak
pada ketinggian kira-kira 1000 kaki manakala puncaknya boleh
mencapai ketinggian melebihi 35000 kaki. Pembentukan deretan

7
awan ini merupakan satu ciri biasa pada awal pagi Monsun Barat
Daya. Kedudukan Sel-sel Cb yang begitu rapat menyebabkan
awan-awan itu kelihatan bersambung, warna kuning keemasan
itu disebabkan pantulan sinar surya pagi yang sedang terbit di
timur, awan nipis berbentuk topi kelihatan diatas puncak awan
Cb menunjukan kewujudan udara stabil mengalir diatas puncak
awan itu (Cb), awan-awan Cb ini kerap bergerak masuk ke
pedalaman melalui kawasan pantai pada peringkat akhir Monsun
Barat Daya.
Apabila ketidakstabilan atmosfera mencapai lebih tinggi,
awan-awan ini membawa hujan lebat dan ribut petir kepada
kawasan terlibat. Awan Cumulonimbus berbentuk kelompok-
kelompok besar, kelompok-kelompok yang berwarna putih dan
hitam ini mempunyai bentuk dan rupa yang beranekaragam.
Awan membawa hujan yang disertai dengan kilat dan petir.

8
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengamatan Awan di laksanakan pada hari munggu dan senin
tanggal 12 April 2020 – 13 April 2020 Pukul 06:00, 12:00, 16:00 WIB yang
bertempat di Cikerai, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, Banten.

3.2 Alat yabg Digunakan


Alat-alat yang digunakan pada praktikum “Pengamatan Awan” ini adalah
ATK, modul klimatologi, dan kamera. Sedangkan pada praktikum ini tidak
ada bahan-bahan yang digunakan.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Awan difoto dan diamati pada suatu tempat tertentu, sehari tiga kali
selama dua hari, yaitu pada pukul 06.00, 12.00, dan 16.00 WIB.
2. Awan ditentukan jenisnya dan penutupan awan diperkirakan (skala Okta).
3. Pengamatan dilakukan dengan metode pengamatan awan sederhana, yaitu
dengan membagi langit menjadi empat kuadran. Setiap kuadran dibagi
delapan bagian.
4. Dicatat hasil pengamatan tersebut.
5. Hasil praktikum dibuat dalam bentuk laporan.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Awan
Tanggal Jam Gambar Jenis/ Okta
Ketinggian
12 April 06:00 Cirrostratus 1/8+6/8+5/
8+8/8=20/3
2 atau 5/8
Okta 5

12 April 12:00 Stratus 2/8+6/8+1/


8+3/8=12/3
2 atau 3/8
Okta 3

12 April 16:00 Altostratus 8/8+8/8+8/


8+8/8=32/3
2 atau 8/8
Okta 8

13 April 06:00 Cirrocumulus 1/8+3/8+4/


8+4/8=12/3
2 atau 3/8
Okta 3

13 April 12:00 Nimbostratus 8/8+8/8+8/


8+8/8=32/3
2 atau 8/8
Okta 8

10
13 April 16:00 Stratus 4/8+7/8+5/
8+8/8=24/3
2 atau 6/8
Okta 6

4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pada tiga waktu yang
berbeda yaitu pukul 06:00, 12:00, dan 16:00 secara kontinyu selama 2 hari,
pergeseran awan berbeda- beda dengan jenis yang hampir sama. Awan
penutup hasil pengamatan tersebut adalah 3 sampai 8 okta (langit berawan).
Awan memiliki sepuluh jenis mulai dari ketinggian yang rendah sampai yang
benar benar tinggi, jenis – jenis awan berdasarkan hasil pengamatan yaitu
awan Cirrostratus, Stratus, Altostratus, Cirrocomulus, dan Awan
Nimbostratus.
Menurut Syafira, dkk (2016), posisi awan di atmosfer tidak tetap seiring
dengan adanya perputaran bumi dan pergerkan angin, posisi awan dipengaruhi
dan dikendalikan oleh arah angin. Pembentukan awan dipengaruhi oleh radiasi
matahari dan juga jumlah air yang ada dipermukaan bumi, semakin banyak air
dipermukaan maka sumber untuk penguapan akan semakin banyak dan awan
yang terbentuk akan semakin banyak, jika radiasi matahari tidak banyak maka
awan yang terbentuk tidak akan banyak. Oleh sebab itu, angin sangat berperan
aktif untuk menentukan apakah akan terjadi hujan atau tidak, sebab awan
dikatakan akan hujan bila awan membentuk gumpalan-gumpalan besar yang
disusun atau yang dipertemukan oleh angin dari awan yang satu dengan awan
yang lain. Perlu diketahui bahwa, penyebaran awan biasanya identik dengan
penyebaran hujan yaitu kawasan yang tinggi terjadi di ekuator karena
merupakan wilayah konvergensi udara dan kuatnya radiasi surya dan terendah
di wilayh subtropika sekitar 20-30° lintang bumi karena merupakan wilayah
disvergensi. Keawanan maksimum biasanya siang hingga sore hari minimum
malam hari ketika udara stabil. Keawanan ini terjadi pada pagi hari ketika
kabut naik yang banyak terjadi di daerah yang lembab dan danau. Keawanan
terbesar terdapat diwilayah sekitar lintang 60º lintang bumi (lintang
pertengahan) karena wilayah ini merupakan pertemuan massa udara yang

11
hangat dan lembab dari lintang rendah dengan massa udara dingin dari
wilayah kutub.
Awan Cirrostratus tampak seperti tirai kelambu halus keputih-putihan, dan
bentuk Awan Cirrostratus adalah awan yang transparan dengan puncak seperti
serabut halus menutupi sebagian atau seluruhnya dari langit dengan warna
keputih-putihan. Awan ini umumnya menimbulkan phenomena lingkaran
putih disekeliling bulan atau matahari. Selanjutnya ada Awan Stratus ialah
awan berupa cebisan kain koyak terbentuk dalam udara lembab bergelora pada
paras rendah atmosfera selepas hujan, warna kekuningan muda latar belakang
adalah disebabkan oleh pantulan sinaran surya waktu senja oleh sirrostratus
yang terjadi selepas aktiviti ribut petir pada waktu petang. Awan Stratus
sangat rendah, tebal dan berwarna kelabu. Lalu ada Awan Altostratus berupa
awan yang nampak berserat/seragam tapi berwarna kelabu/kebiruan menutupi
sebagian/seluruh langit.Dan macam bentuk Awan Altostratus adalah awan
yang seperti lembaran-lembaranatau lapisan-lapisan jalur yang berwarna abu-
abuatau kebiru-biruan.Jenis awan ini sering menimbulkan hujan merata.
Kemudian ada Awan Cirrocomulus adalah jenis awan yang muncul dengan
ukuran yang sangat kecil dan menutupi sebagian besar langit. Jenis awan ini
termasuk ke dalam jenis awan yang memiliki lapisan tipis, awan ini memiliki
ruang atau perpecahan diantara masing-masing awan yang berada dalam
lapisan, awan ini berada di ketinggian 6000 meter. Terakhir ada Awan
Nimbostratus berasal dari bahasa latin yaitu Nimbus yang berarti hujan dan
stratus yang berarti merata atau menyebar, awan Nimbostratus adalah awan
yang berada pada ketinggian rendah yang tidak menyebar dan tanpa bentuk.
Awan Nimbostratus menghasilkan hujan atau salju yang stabil dan lama.

12
13
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Awan adalah kumpulan titik-titik air dan atau es yang melayang-layang
di atmosfer sebagai hasil proses kondensasi yang terdapat pada ketinggian
tertentu yang disebabkan karena naiknya udara secara vertikal karena proses
pendingingan udara secara adiabatik di atmosfer. Awan bersifat mengabsorsi
dan merefleksi radiasi surya dan radiasi dari bumikarena dapat memanaskan
atau mendinginkan suhu udara. Bentuk awan dengan kharakteristiknya juga
mencerminkan potensi hujan disuatu daerah di permukaan bumi.

5.2 Saran
Jika data sudah ada pada lampiran kenapa harus dicantumkan juga data
pada tabel atau sebaliknya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahrens. 2007. Meteorology Today; An Introductiton of Weather, Climate, and the


Environment. USA: Thomson Brooks/Cole.
Handoko.2014. Klimatologi Dasar. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Lakitan, Benyamin.2013. Dasar-Dasar Klimatologi Cetakan Kedua. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Nur Muin, S. 2013. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Bengkulu:
Laboratorium Agroklimat Fakultas Pertanian.
Syafira, S. A, Syaifullah, M. D, dan Renggono, Findy. 2016. Karakteristik Hujan
dan Awan Penghasil Curah Hujan Harian Tinggi Berdasarkan Data Micro
Rain Radar. Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca. 17 (1): 27-35.
Tjasyono, B. 2000. Peluang Curah Hujan di Jawa Barat. JTM. 7 (2).
Trewartha, Glenn T dan Lyke H. Horn. 2011. Pengantar Iklim. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press

15
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
praktikum Klimatologi Pertanian ini dengan baik. Laporan ini berisi tentang
“Pengamatan Awan”.
Laporan ini saya selesaikan secara cepat dengan bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
mendukung dalam pembuatan laporan ini, terutama kepada dosen pengampu yaitu
Ibu Sri Ritawati S.TP., M.Sc. serta asisten laboratorium yaitu saudari Ayunda
Mayadita Utami dan Meda Triramasari.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa hasil laporan
praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga saya selaku penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk saya
khususnya, dan untuk pembaca umum. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Serang, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Tujuan...................................................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1. Tinjauan Umum ...................................................................................3
2.2. Pembentukan Awan..............................................................................4
2.3. Pembagian Awan..................................................................................5
BAB III METODE PRAKTIKUM....................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat.................................................................................9
3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................9
3.3 Cara Kerja..............................................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................10
4.1 Hasil........................................................................................................10
4.2 Pembahasan ...........................................................................................11
BAB V PENUTUP...............................................................................................13
5.1 Simpulan.................................................................................................13
5.2 Saran ......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14
LAMPIRAN.........................................................................................................

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengamatan Awam..........................................................................10

iii
LAPORAN PRAKTIKUM
KLIMATOLOGI PERTANIAN
“PENGAMATAN AWAN”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Klimatologi Pertanian

Disusun oleh :
Nama : Afan Gafar
NIM : 4442180063
Kelas : 4B
Kelompok : 4 (Empat)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020

Anda mungkin juga menyukai