Agroklimatologi
02
Bumi adalah salah satu planet yang dihuni oleh manusia dengan berbagai
fenomena alam yang disebabkan oleh adanya benda benda langit yang bekerja.
Hujan, angin, awan, suhu adalah sebab dari adanya fenomena alam yang ada.
Sebab-sebab itulah yang mendatangkan keuntungan tetapi tidak lepas dari adanya
malapetaka bagi kehidupan manusia. Menjadi keuntungan ketika sebab dari
fenomena ini mampu diterapkan dalam dunia transportasi darat maupun laut dan
menjadi malapetaka ketika mengetahui akan adanya bahaya namun sebab dari
fenomena ini tidak mampu dicegah atau dikendalikan karena adanya kesalahan
dalam memrediksikannya.
Dengan adanya hal itu yang disertai dengan perkembangan teknologi maka
beberapa ahli dan penemu-penemu menemukan alat yang dapat digunakan untuk
mengetahui bagaimana ukuran dan potensi dari sebab fenomena alam tersebut.
Hal ini dibutuhkan karena manusia tidak serta-merta dapat menduga akibat dari
adanya sebab fenomena alam tersebut, dan manusia juga tidak lepas dari
kesalahan saat melakukan penelitian terhadap sebab fenomena ini. Maka
ditemukanlah berbagai alat yang dapat digunakan untuk mengetahui serta
mengukur potensi dari hujan, angin, awan, suhu, dll. Karena dianggap sangat
berguna hingga akhirnya teknologi seperti ini dikembangkan terus-menerus oleh
para ahli dan menyebar ke seluruh pelosok dunia termasuk Indonesia.
Indonesia sebagai negara beriklim tropis, tidak lepas dari sebab-sebab oleh
fenomena alam misalnya matahari yang berlimpah, wilayah yang sering hujan,
dan tanah yang subur sehingga dapat ditumbuhi berbagai jenis tanaman seperti
yang diterapkan di negara tropis lain dalam pembangunan fisik kota terutama di
bidang pertanian.
Pertanian merupakan salah satu bidang pembangunan yang sangat
dipengaruhi oleh keadaan iklim. Kebudayaan-kebudayaan besar dari sejak zaman
prasejarah selalu tercatat kemampuannya dalam berinteraksi dan mengenal
perilaku serta nampak dalam alam sekitar mereka (Kurnia, 2010).
Pertanian merupakan budaya yang pertama kali dikembangkan manusia
sebagai respon terhadap tantangan kelangsungan hidup yang berangsur menjadi
sukar karena semakin menipisnya sumber pangan di alam bebas akibat laju
pertambahan manusia.
Pengelolahan hamparan tanaman (pertanaman) memadukkan faktor-faktor
produksi bahan organik secara sinergi dengan tujuan meningkatkan produksi
bahan organik secara optimal baik kuantitatif maupun kualitatif, atau bertujuan
untuk meningkatkan penampilan tanaman menurut selera konsumen (tanaman
ornament dan tanaman bunga). Pengelolahan pertanaman meliputi kegiatan yang
berkaitan dengan efisiensi pemanfaatan radiasi matahari, komponen iklim makro
dan mikro lainnya, hara tanaman dan air tanah oleh tanaman (Nurmala, dkk.
2012).
Dari adanya permasalahan seperti di atas, maka dibutuhkanlah ilmu yang
mencakup tentang hal tersebut yaitu Klimatologi. Klimatologi yakni ilmu yang
membahas dan menerangkan tentang iklim, bagaimana iklim dapat berbeda pada
suatu tempat dengan tempat lainnya dan bagaimana kaitan antara iklim dan
manusia. Dari ilmu ini jugalah dapat ditemukan bagaimana penggunaan alat-alat
klimatologi yang akan membantu pelaksanaan kegiatan terutama dalam bidang
transportasi, industri, dan yang terpenting adalah pertanian.
Namun tidak semua dapat diketahui hanya dari ilmunya dan memperoleh
datanya begitu saja. Demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut,
dibutuhkankan informasi klimatologi dimasa yang akan datang untuk membantu
memproyeksikan kondisi klimatologi, sehingga diharapkan dapat merencanakan
kebutuhan-kebutuhan manusia dengan efisen dan efektif di masa mendatang.
Dalam peramalan klimatologi memerlukan sebuah stasiun klimatologi, dimana
stasiun ini berguna sebagai pusat informasi yang digunakan sebagai data untuk
keperluan manusia.
Maka dari itu, perlu dilaksanakan praktikum tentang Pengenalan Alat
Klimatologi ini agar Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat klimatologi,
penggunaan, dan standar penempatannya pada stasiun klimatologi.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk:
2.1. Klimatologi
Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945, nama
instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho. Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah
menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di
lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani
kepentingan Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan
Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga (Anonim, 2014).
Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih
oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en
Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika
yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia, kedudukan instansi
tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta (Anonim, 2014).
2.2. Agroklimatologi
Agroklimatologi adalah ilmu iklim yang mempelajari tentang hubungan
antara unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman. Di dalam
agroklimatologi yang dipelajari adalah bagaimana unsur-unsur itu berperan dalam
tanaman seperti bagaimana fotosintesis bisa tinggi, respirasi optimal, transpirasi
normal, sehingga hasil bisa tinggi. Kisaran agroklimatologi meliputi radiasi
matahari, suhu, kelembapan udara, angin, awan hujan dan gas (Handoko, 1995).
Agroklimatologi adalah perencanaan atau pengembangan pertanian di suatu
wilayah iklim. Sebagai dasar strategi penyusunan rencana dan kebijakan
pengelolaan usaha tani. Metereologi yaitu ilmu yang mempelajari proses fisik
bagaimana cuaca terbentuk. Iklim mikro yang merupakan kondisi cuaca dalam
lingkungan atmosfer terbatas. Ilmu iklim adalah ilmu yang memberikan dan
menjelaskan fenomena iklim dengan perbedaan karakter dari satu tempat dengan
tempat yang lain (Handoko, 1995). Agroklimatologi terdiri tari 3 kata
yaitu : agro (lahan/pertanian), klimat (iklim) dan logi/logos (ilmu). Jadi dapat
disimpulkan bahwa agroklimatologi adalah suatu disiplin ilmu yang menpelajari
tentang klimatologi dan kaitannya dengan bidang pertanian (Anonim, 2010).
2.3. Stasiun
Dalam persetujuan Internasional, suatu stasiun meteorologi paling sedikit
mengamati keadaan iklim selama 10 tahun berturut-turut hingga akan
mendapatkan gambaran umum tentang keadaan iklimnya, batas-batas ekstrim, dan
juga pola siklusnya (Mabes, 2014).
Taman alat-alat meteorologi umumnya terdapat pada setiap stasiun
meteorologi. Luas taman alat tergantung pada jenis alat-alat yang dipasang
didalamnya. Tempat untuk membangun taman alat-alat disesuaikan dengan jenis
stasiun, agar hasil peramatan cukup representatif, misalnya taman alat-alat untuk
keperluan penerbangan dibangun dekat landasan. Taman alat-alat meteorologi
pertanian dibangun ditempat yang representatif untuk keperluan pertanian
(Gunawan, 2007).
Pengaruh iklim terhadap tanaman dapat diamati baik bila letak stasiun dapat
mewakili hubungan alamiah antara iklim dengan tanah, air dan tanaman di suatu
daerah pertanian yang. Tempat yang mempunyai iklim berbeda-beda dalam jarak
pendek karena faktor lingkungan yang bersifat khusus seperti: rawa, bukit, danau,
dan kota, sedapat mungkin tidak dipilih untuk lokasi stasiun (Taufik, 2010).
1. Campbell Stockes
Alat ini terdiri dari dua bagian utama yaitu bola kaca kristal dan kerangka
besi penyangga. Bola kristal ini berfungsi sebagai lensa pengumpul cahaya
sedangkan kerangka besi selain untuk menyagga bola kristal juga berfungsi
sebagai penempatan kertas pias. Alat ini biasanya diletakkan dia atas dudukan
bertiang setinggi 120 cm dari permukaan tanah.
2. Kertas Pias
Kertas pias merupakan alat pencatat lamanya waktu intesitas cahaya matahari
yag terpancar. Lamanya Penyinaran matahari dicatat dengan jalan memusatkan
sinar matahari melalui bola kristal hingga fokus matahari tersebut tepat mengenai
kertas pias yang khusus sehingga meninggalkan jejak pias pada kertas. Biasanya
digunakan bersama alat-alat klimatologi yang membiliki jarum pena. Kertas pias
ini dibagi menjadi tiga, antara lain : Kertas Pias Lurus adalah alat pencatat
intensitas cahaya matahari pada awal bulan Maret sampai pertengahan April.
Kertas Pias Pendek adalah ala pencatat instensitas cahaya matahari pada
pertengahaan Oktober sampai akhir Februari. Kertas Pias Panjang adalah alat
pencatat intensitas cahaya matahari pada pertengahan April akhir Agustus.
B. Pengukur Suhu
1. Termometer Suhu Biasa
Digunakan untuk mengukur suhu udara sesuai dengan naik turunnya cairan
atau perubahan sensor logam yang ada pada tabung termometer yang dapat dibaca
suhunya.
2. Termometer Maksimum dan Minimum
Termometer maksimum mempunyai ciri khas yang terdapat pada pipa kapiler
di dekat reservoir. Air raksa dapat melalui bagian yang sempit ini pada suhu naik
dan pada suhu turun air raksa tetap berada pada posisi sama dengan posisi suhu
tertinggi. Air raksa dapat dikembalikan ke resevoir dengan perlakukan
khusus(Diayun-ayunkan) Termometer maksimum ini diletakkan pada posisi
hampir mendatar agar mudah terjadi pemuaian, pengamatan sekali dalam 24 jam.
3. Termometer Tanah
Termometer tanah adalah sebuah termometer yang khusus di rancang untuk
megukur suhu tanah. Alat ini berguna pada perencanaan penanaman dan juga di
gunakan oleh para ilmuan iklim, suhu tanah dapat memberika informasi yang
bermnfaat terutama pemetaan dari waktu ke waktu.
4. Termometer Bola Basah dan Bola Kering
Termometer Bola Kering adalah tabung air raksa dibiarkan kering sehingga
akan mengukur suhu udara sebenarnya. Sedangkan termometer Bola Basah adalah
tabung air raksa dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh,
yaitu suhu yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi.
5. Termograph
Alat ini mencatat otomatis temperatur sebagai fungsi waktu. Thermograph ini
adalah logam panjang yang terdiri dari 2 bagian, kuningan dan invar. Bentuk
bimetal merupakan spiral. Terpasang pada sumbu horizontal dan diluar kotak
Thermograph. Satu ujung bimetal dipasang pada kotak dengan sekrup penyetel
halus, sehingga letak pena dapat diatur. Ujung lain dihubungkan ketangkai pena
melalui sumbu horizontal sehingga dapat menimbulkan track/ rekaman pada
kertas pias yang berputar 24 jam per rotasi. Jika temperatur naik, ujung bimetal
menggerakkan tangkai pena keatas, dan sebaliknya. Sebelum dipakai,
thermograph harus dikalibrasi terlebih dahulu. Alat ini harus ditempatkan dalam
sangkar apabila dipakai untuk mengukur atmospher.
C. Pengukur Kelembaban
1. Hygrometer
2. Evaporimeter
METODOLOGI PERCOBAAN
Anonim.2010,2014,2016.Klimatologi.http://klimatologibanjarbaru.com/artikel/20
08/12/taman-alat/.Diakses pada BMKG. 2008. Standar Stasiun
Meteorologi. Badan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.
Naveezha.
(2013).Agroklimatologi.https://worldofnaveezha.wordpress.com/2013/04/0
7/laporan-praktikum-klimatologi-pengenalan-alat-alat-pengukur-
cuaca/html. Diakses pada Pukul 21.45, 5 Maret 2017.
Taufik, Muhammad. 2010. Analisis Tren Iklim dan Ketersediaan Air Tanah di
Palembang, Sumatra Selatan: Volume 24 (1) : 42-49.