Anda di halaman 1dari 10

Laporan praktikum

Pemuliaan Tanaman

EVALUASI PERTUMBUHAN GANDUM ( Triticum estivum L.) PADA

DATARAN RENDAH

Nama : Asniar

Nim : G111 16 529

Kelompok : 13

Asisten : Andi Isti Sakinah

Patmi Sadriana

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNEVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gandum termasuk tanaman serealia yang mengandung karbohidrat lebih
dari 70 % dan merupakan bahan pangan berbasis tepung. Tepung dari bahan
baku serealia termasuk gandum mempunyai karakter yang istimewa dibandingkan
dengan tepung dari tanaman berpati seperti aneka umbi. Tepung dari komoditas
serealia tidak bersifat higrokopis (mudah mengisap dan mengeluarkan uap air)
sehingga memiliki daya simpan yang cukup panjang, baik dalam bentuk biji
maupun tepung.
Pengembangan gandum ditujukan untuk memantapkan daerah-daerah yang
sudah biasa menanam gandum, sedangkan daerah bukaan baru lebih difokuskan
kepada sosialisasi dan demplot-demplot agar petani yang ingin
mengembangkangandum dapat belajar tentang budidaya gandum.Peningkatan
areal tanam terus diupayakan melalui pemasyarakatan tanaman gandum kepada
petani.
Konsumsi pangan berbasis gandum di Indonesia terus meningkat dari tahun ke
tahun, akibat dari perubahan pola kunsumsi pangan di masyarakat seperti mie,
bihun, kue, cornflakes, cococrunch dan lain sebagainya. Hal ini sangat
mempengaruhi ketahanan pangan di dalam negeri karena kebutuhan gandum
nasional seluruhnya dipenuhi dari impor. Bila konsumsi gandum terus meningkat
dengan harga yang terus merangkak naik di pasar dunia,diperkirakan akan terjadi
kelangkaan terigu di pasar dalam negeri. Ini akan menjadi kendala bagi
keberlanjutan industri pangan berbasis gandum (Nurmala, 2006).
Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukann praktikum mengenai budidaya
gandumt untuk mengetahui teknik berbudaya gandum dan bagaimana
pertumbuhannya di dataran rendah.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana teknik
membudidayakan gandum pada dataran rendah. Sedangkan kegunaan dari
praktikum ini adalah mengetahui apakah gandum dapat tumbuh di era dataran
rendah yang panas atau suhunya tidak stabil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Gandum


Pada dasarnya tanaman gandum dapat beradaptasi secara luas dipermukaan
bumi, mulai dari dekat khatulistiwa sampai 60LU dan 40LS. Daerah-daerah
penyebarannya adalah 30-60LU dan 25-40LS. Di Indonesia gandum ditanam di
daerah pegunungan diatas 800 meter diatas permukaan laut (dpl). Suhu minimum
untuk pertumbuhan adalah 2-4C, suhu optimum sekitar 20-25C sedangkan suhu
maksimum 37C. Umumnya tanaman gandum membutuhkan curah hujan
minimum 250 mm, curah hujan selama periode hidupnya diperlukan untuk
mendorong pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan air bervariasi setiap fase
perkembangan tergantung kondisi iklim dan tanah ( Chang, 1968, cit., Sudarmini,
2001). Penggunaan air tanaman ini ditentukan oleh waktu tanam, jumlah benih
yang disemai, varietas dan kombinasi diantara faktor-faktor tersebut. Tanaman
gandum banyak ditanam pada daerah-daerah dengan kisaran curah hujan 350
1.250 mm. Curah hujan efektif untuk pertanaman gandum adalah 825 milimeter
per tahun akan memberikan produksi yang tinggi, dengan pelaksanaan pergiliran
tanaman dan pembuatan saluran irigasi (Ditjen Tanaman Pangan, 2008).
Kekurangan air pada fase pertumbuhan gandum dapat mempengaruhi hasil
akhir yang diperoleh. Periode pertumbuhan yang sangat sensitif terhadap
kekurangan air terjadi selama fase pembungaan organ reproduksi dan
pembungaan (Ditjen Tanaman Pangan, 2008).
Pengaruh kekurangan air pada masa reproduktif tanaman dalam tiga tahap
yaitu : tahap pembungaan, tahap perkembangan buah dan tahap pematangan buah.
Pada tahap pembungaan tidak terdapat pengaruh khusus, tetapi dengan
berkurangnya air dapat mengurangi produksi bunga. Pada tahap perkembangan
buah, kekurangan air dapat dilihat pada ukuran buah yang mengecil. Sedangklan
kekurangan air pada tahap pematangan buah akan mempengaruhi kemasakan dan
kualitas buah yang dihasilkan (Ditjen Tanaman Pangan, 2008).
Tanaman gandum dapat beradaptasi dengan baik pada kelembaban udara
yang relatif rendah. Di daerah-daerah pegunungan yang ada di Indonesia
kelembaban udara rata-rata adalah 90 persen dalam musim hujan dan 80 persen
dalam musim kemarau. Waktu yang paling baik dalam menanam gandum di
Indonesia adalah menjelang musim kemarau sehingga fase pematangan jatuh pada
musim kemarau, karena pada bulan pertama dan kedua diperlukan air yang merata
dan cukup.Sedangkan pada bulan ketiga mulai fase pematangan tidak memerlukan
banyak air. Untuk daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur penanaman
gandum dimulai bulan Maret sampai dengan bulan Juni dengan curah hujan 643-
841 milimeter dan hari hujan 2,8-3,6 hari per bulan, sedang suhu berkisar antara
15,1-20,6C (Ditjen Tanaman Pangan, 2008).
2.1.1 Taksonomi Tanaman Gandum
Menurut Ardi (2008) gandum diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Tricitium
Spesies : Triticium aestivum L
2.1.2 Morfologi Tanaman Tomat
Menurut Bari A (2011) morfologi tanaman tomat adalah sebagai berikut :
a. Akar
Akar beruas, berserabut, melebar, dengan panjang 1-2 cm bahkan lebih
berwarna putih kotor hingga kecoklatan. Selain itu, perakaran ini juga bermanfaat
untuk menyimpan air dan menyerap air didalam tanah.
b. Daun
Daun tumbu tegak, melengkung, memanjang, berbentuk garis seperti pita,
memiliki pertulangan panjang dengan panjang mencapai 30-60 cm berwarna hijau
mudah hingga tua. Daun ini memiliki permukaan halus, bulu halus, dan juga
melengkung hingga permukaan tanah.
c. Batang
Batang beruas, berbetuk bulan memanjang dengan diamater 1-2 cm,
panjang batang 3-5 cm bahkan lebih, berwarna kehijaun muda dengan tekstur
lunak, lembut dan terdapat bulu bulu halus di permukaanya.
d. Bunga
Bunga majemuk, yang berkumpul dalam setiap bagian malai, bunga ini
berwarna kehijauan hingga kecoklatan, dengan satu tandan panjang 1-2 cm, yang
tersusun selang seling. Bunga ini melakukan penyerbukan dengan sendirinya
tanpa bantuan dari hewan maupun angin. Biasanya bunga ini akan muncul setelah
penyerbukaan beberapa hari kemudian.
e. Biji
Biji berbentuk bulat oval dengan panjang 6-8 mm, diameter 2-3 mm,
keras, dan juga memiliki 3 bagian utama yaitu bran, endospermae dan germ. Biji
ini berwarna kecoklatan hingga kehitaman muda, biasanya biji ini juga sangat
sulit dipisahkan dengan kulitnya. Sehingga jika ingin memisahkan antara biji
dengan kulit harus dilakukan pengeilingan terlebih dahulu.
2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Gandum
Gandum dapat tumbuh dengan subur pada keadaan iklim dan tanah
tertentu.Tanaman gandum dapat tumbuh optimum pada suhu 20-25 C pada
ketinggian 800 m dpl. Suhu dingin diperlukan pada awal penanaman dan awal
pertumbuhan tamana gandum. Kelembaban rata-rata tanaman gandum adalah 80-
90% dengan curah hujan antara 600-825 mm/tahun (curah hujan sedang) dan
intensitas penyinaran 9-12 jam/hari (Ardi, 2008).
Jenis tanah yang baik untuk budidaya tanaman gandum adalah tanah andos
ol kelabu, latosol, dan aluvial dengan suhu tanah 15-28 C dan pH rata rata
berkisar 6-7. Gandum lebih cocok ditanami di tanah yang terairi, tanah subur
dengan tekstur sedang hingga kasar. Tanah silt dan clay loams akan
menghasilkan panen yang besar, namun gandum juga berkembang biak di sandy
loams dan clay soil. Tanah dengan kadar pasir yang tinggi tidak cocok untuk
gandum (Wiyono, 1980). Syarat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman
gandum adalah hara yang diperlukan cukup, tidak ada zat toksik, kelembaban
mendekati kapasitaslapang, aerasi tanah baik, dan tidak ada lapisan padat yang
menghambat penetrasi akar gandum untuk menyusuri tanah (Ardi, 2008).
Tanaman gandum memerlukan proses vernelisasi (vernelization)
yaitu suatuperlakuan dengan suhu rendah untuk merangsang tanaman
agar dapatberbunga dan menghasilkan biji. Daerah yang bersuhu rendah yang
berpotensi untuk pertanaman gandum biasanya terdapat di dataran tinggi pada
elevasi lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Ardi, 2008).
2.2 Masalah Pengembanga tanaman Gandum Di Indonesia
Tanaman gandum berasal dari daerah subtropis, sehingga di Indonesia
penanaman gandum lebih baik di daerah-daerah yang iklimnya mendekati kondisi
daerah asal. Kendala yang sering dialami tanaman gandum di daerah tropis adalah
temperatur udara, temperatur tanah dan kelembaban udara.Daerah-daerah dengan
lingkungan yang memenuhi syarat tumbuh gandum terkonsentrasi pada dataran
tinggi yang lebih didominasi oleh tanaman hortikultura dan ini akan menimbulkan
kompetisi yang tinggi (Puspita AAD, 2009).
Konsumsi pangan berbasis tepung terigu semakin berkembang, seperti mie,
roti, kue dan lain sebagainya. Dampak dari perubahan pola konsumsi dari
masyarakat antara lain adalah meningkatnya permintaan terhadap produk olahan
gandum. Selain untuk pangan, gandum dapat juga digunakan sebagai bahan baku
obat-obatan, kosmetik, sedangkan jerami gandum untuk pakan dan media tumbuh
jamur konsumsi (Puspita AAD, 2009).
Upaya peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui beberapa
penelitian. Di dataran tinggi (>800 mdpl) tanaman gandum diusahakan pada akhir
musim hujan. Gandum yang ditanam pada akhir musim hujan dimungkinkan
untuk di panen, gandum dikembangkan dengan mempertimbangkan kondisi iklim
mikro yang sesuai untuk pertumbuhan (Puspita AAD, 2009).
Program pemuliaan gandum di Indonesia diarahkan pada perakitan varietas
unggul tropis yang mampu beradaptasi di dataran rendah. Seleksi galur dan
evaluasi keragaman genetik memberi peluang bagi perbaikan karakter dan
pemilihan genotipe unggul. Untuk meningkatkan produktivitas gandum
diperlukan varietas/galur yang secara genetik berdaya hasil tinggi yang didukung
antara lain. Salah satu kriteria keberhasilan program pemuliaan gandum di
Indonesia adalah kemampuan untuk merakit varietas unggul yang adaptif pada
lokasi dengan ketinggian kurang dari 400 m dpl (Puspita AAD, 2009).
2.3 Pemuliaan Tanaman Tomat
Menurut Simanjuntak (2015) teknik pemuliaan tanaman gangum adalah
sebagai berikut :
Bahan Tanam
Benih yang digunakan hendaknya benih bermutu, hal ini sangat penting
disamping untuk menghasilkan produksi yang tinggi juga tahan terhadap hama
dan penyakit yang menyerang. Kebutuhan benih per hektar 100 kg atau sama
dengan 1 kg/100 m dengan sistem larikan. Jika ditanam dengan sistem tugal
kebutuhan benih bisa kurang dari 100 kg/ha. Bibit yang digunakan harus bibit
bersertifikat dan diberi perlakuan dengan fungisida sebelum ditanam untuk
mencegah serangan cendawan dan penyakit yang menyerang
Cara Pengolahan Tanah
Tanah dicangkul sedalam 25-30 cm. Setelah tanah dicangkul, dibiarkan/diangin-
anginkan selama 7 hari. Penggemburan tanah dilakukan agar bongkahan tanah
menjadi butiran yang lebih halus. Kemudian tanah diangin-anginkan selama 7 hari
agar terhindari dari unsur beracun yang mungkin terkandung di tanah.
Pembuatan Bedengan
Tanah yang telah diolah atau digemburkan dibuat bedengan selebar 200 cm.
Panjang bedengan menyesuaikan dengan kondisi lahan. Di antara bedengan dibuat
selokan selebar 50 cm dan sedalam 25 cm. Tanah dari galian selokan diambil dan
ditaburkan di atas bedengan sehingga menambah tinggi bedengan. Permukaan
bedengan dihaluskan dan diratakan. Pada setiap bedengan akan terdapat 8
barisan tanaman dengan jarak antar baris 25 cm.
Penanaman
Penanaman dapat dilakukan secara manual maupun dengan mesin penanaman.
Secara manual penanaman dapat dilakukan dengan cara ditugal, dengan dua
sampai tiga benih per lubang. Varietas yang ada dan pernah dikembangkan di
Indonesia baru beberapa varietas di antaranya Nias, Timor, Selayar dan Dewata
namun dari ke-4 varietas tersebut yang banyak di tanam oleh petani varietas
Selayar dan Dewata.
Waktu Tanam
Waktu tanam yang tepat adalah pada awal musim kemarau dan di akhir musim
penghujan, pada sebagian besar daerah di Pulau Jawa biasanya berada di anta
ra bulan April dan Mei dengan perkiraan curah hujan yang tidak terlalu tinggi.
Namun demikian, ada beberapa daerah yang waktu tanamnya tidak pada bulan
tersebut karena perbedaan musim kemarau dan penghujan. Waktu tanam harus
BAB III
METODOLOGI
DAFTAR PUSTAKA

Ardi. 2008. Pelestaran Plasma nutfah. Bahan Kuliah. Fakultas Pertanian


Unversitas Andalas. Padang.
Bari. A, musa. S, Sjamsudin. 2011. Pengantar pemuliaan Tanaman. Institut
Pertanian Bogor.
Ditjen Tanaman Pangan. 2008. Bahan Publikasi : Pengembangan Gandum.
Jakarta : Departemen Pertanian.
Nurmala, T. 2013. Budidaya TanamanGandum. Bandung : PT. Karya Nusantara
Jakarta.
Puspita, A.A.D. 2009. Analsis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis
Gandum Lokal di Indonesia. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bgor.
Simanjuntak, Riduan.2015. Budidaya Gandum di Indonesia Sebagai Alternatif
Dalam Upaya Mengurangi Ketergantungan Terhadap Impor
Gandum dan Impor Terigu.

Anda mungkin juga menyukai