Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH

“Identifikasi Morfologi dan Klasifikasi Tanah Hutan Pendidikan


Universitas Jambi di Desa Mendalo Indah Kecamatan Jambi
Luar kota”

DISUSUN OLEH :
NAMA : RAHMAT HIDAYAT
NIM : D1A016129
MK-P : MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH
KELAS : M (SUMBERDAYA LAHAN)
JURUSAN : AGRONOMI

DOSEN PENGAMPU:
Dr.Ir. AJIDIRMAN, M.P

YUDHI ACHNOPHA, S.P , M.Si

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat allah subhanahu wata’ala, karena


atas berkat rahmat dan inayah-nya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan praktikum ini. Dalam penyusunan laporan praktikum ini
tidak sedikit kami mengalami hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak serta kerja keras, alhamdulillah
laporan praktikum ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Atas bantuan, bimbingan serta dukungannya, kami ucapkan terimakasih


kepada dosen mata kuliah MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH, kami
juga menyadari penyusunan laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna, baik
dalam segi isi, maupun penulisan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang positif dan bersifat membangun demi perbaikan dimasa yang akan
datang. Dan kami juga berharap semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin..

Jambi, 19 mei 2019

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Profil Tanah ................................................................................................... 3
2.2 Sifat-Sifat Tanah ........................................................................................... 4
2.2.1 Sifat Fisik Tanah ............................................................................... 4
2.2.2 Sifat Kimia Tanah ............................................................................. 6
BAB III METODOLOGI ........................................................................................ 8
3.1. Tempat dan Waktu Praktikum ..................................................................... 8
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................................. 8
3.3. Pelaksanaan Praktikum ................................................................................ 8
3.3.1. Pengambilan Sampel Tanah dengan Boring ......................................... 8
3.3.2. Penentuan Lokasi dan Pengamatan Profil ............................................. 9
3.4. Analisis Data ................................................................................................ 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 11
4.1 Hasil ............................................................................................................ 11
4.1.1 Pengamatan Deskripsi Boring .............................................................. 11
4.1.2 Pengamatan Profil Tanah. .................................................................... 21
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 29
4.2.1 pembahasan deskripsi boring ............................................................... 29
4.2.2 pembahasan profil tanah ...................................................................... 31
4.3 Klasifikasi Tanah ........................................................................................ 34
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 35
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 35
5.2. Saran ........................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36
LAMPIRAN .......................................................................................................... 38

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya
tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi
sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik
sederhana dan unsur- unsur esensial); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat
biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman (Hanafiah, 2004).
Tanah berasal dari pelapukan batuan dngan bantuan tanaman dan organisme
membentuk tubuh unik yang menyelimuti lapian batuan. Proses pembentukan
tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai
tubuh alam yang terdiri atas lapian-lapisan atau disebut sebagai horison. Setiap
horison dapat menceritakan asal dan proses-proses kimia, fisika dan biologi yang
telah dilalui tubuh tanah tersebut (Purwowidodo, 1991).
Tanah sebagai media tumbuh mempunyai empat fungsi utama, yaitu sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran, penyedia kebutuhan primer
tanaman untuk melaksanakan aktivitas metabolismenya baik selama pertumbuhan
maupun untuk berproduksi, penyedia kebutuhan sekunder tanaman yang berfungsi
dalam menunjang aktivitasnya supaya berlangsung optimum, dan habitat biota
tanah baik yang berdampak positif maupun yang berdampak negatif (Hanafiah,
2004).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitiannya (Sutejo & Kartasapoetra, 1991).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan pengamatan profil tanah
dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah. Dari pengambilan
sampel tanah yang dilakukan pada berbagai lapisan tanah tersebut kita dapat
mengetahui karakteristik tanah, tekstur, warna, dan pH tanah.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Pengenalan Profil Tanah adalah untuk mengetahui
profil tanah dengan cara pengeboran dan menggali lubang secara vertical,
Mengetahui sifat morfologi tanah di Hutan Rusunawa Universitas Jambi dan.
Mengetahui jenis tanah yang terdapat di Hutan Rusunawa Universitas
Jambi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Tanah


Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan
cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalman
yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitiannya
(Sutejo & Kartasapoetra, 1991).
Menurut Brady (1974) setiap tanah itu, horison-horisonnya mencirikan dan
sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tingkat tinggi. Pada suatu profil
tanah yang lengkap dapat kita lihat beberapa lapisan yang membentuk tanah.
Adanya lapisan-lapisan dalam tanah ini karena berlangsungnya perombakan yang
tidak sama. Lain halnya pada tanah yang tergolong entisol, disini lapisan-lapisan
merupakan hasil penimbunan bahan yang berasal dari tempat lain. Lapisan-lapisan
yang terbentuk sebagaimana kita lihat pada profil tanah dapat dikatakan tidak
selamanya tegas dan nyata sehingga kerap kali batas-batasnya agak kabur dan
kejadian demikian akan menyulitkan dalam penelitian (Sutejo & Kartasapoetra,
1991).
Pada umumnya penelaahan laisan-lapisan pembentuk tanah ditekankan pada
ketebalan solum tanah (medium bagi pertumbuhan tanaman) yang diukur
ketebalannya itu mulai dari lapisan batu-batuan sampai ke permukaan tanah.
Setelah diketahui solum tanah itu kemudian dapat ditentukan tebalnya lapisan atas
tanah (top soil) dan lapisan bawahnya (sub soil) yang satu dengan lainnya akan
menunjukkan perbedaan atau kekhususan yang mencolok (Sutejo &
Kartasapoetra, 1991). Tentang hal ini dapat ditemukan sebagai berikut:

a. Lapisan atas tanah (top soil) yang ketebalan solumnya sekitar 20 – 35 cm


merupakan tanah yang relatif lebih subur jika dibandingkan dengan sub soil,
banyak mengandung bahan organik dan biasanya merupakan lapisan olah
tanah bagi pertanian yang banyak memungkinkan keberhasilan usaha
penanaman diatasnya. Pada tanah litosol ketebalan solum tanah biasanya
kurang dari 25 cm.
b. Lapisan atas tanah merupakan media utama bagi perkembangan akar tanaman
yang kita budidayakan, dengan kandungan unsur-unsur haranya yang tinggi

3
serta tingkat kelembaban tanahnya menguntungkan bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pengolahan tanah yang baik (pengolahan dan
pemberian bahan organik) akan lebih memperbaiki sifat fisik tanah itu,
sedangkan kesuburan dan produktivitasnya akan lebih dapat ditingkatkan
dengan beberapa perlakuan, seperti pemberian pupuk, pemulasan,
pengapuran, pengeringan atau pembasahan dan lain sebagainya.
c. Akan tetapi dalam ketahanan, tanah lapisan atas biasanya lebih rapuh, lebih
mudah terangkut dan hanyut dibanding dengan sub soil, terutama pada
permukaan tanah yang mempunyai kemiringan (slope), hanya dengan
beberapa perlakuan pula (pemulasan, penterasan, penanaman rumput-
rumputan dan lain-lain maka keadaan top soil akan dapat lebih dipertahankan.

Biasanya profil tanah memiliki horison-horison O –A – E – B - C – R. Solum


Tanah atau empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca terdiri dari: O – A
– E – B, Lapisan tanah atas (Top Soil) meliputi: O – A, Lapisan tanah bawah
(Sub Soil) meliputi : E – B.
Meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tetanaman yang
sangat penting adalah horizon O – A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai
ketebalan dibawah 30 cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi,
palawija dan sayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm.
Oleh karena itu, istilah ‘kesuburan tanah’ biasanya mengacu kepada ketersediaan
hara pada lapisan setebal ini, yang biasanya disebut sebagai ‘lapisan olah’. Namun
bagi tetanaman perkebunan dan kehutanan (pepohonan) untuk jangka panjang
lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air (Hanafiah, 2004).

2.2 Sifat-Sifat Tanah

2.2.1 Sifat Fisik Tanah


1. Tekstur
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada
kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan
relatif pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan
kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini
menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Tan, 1992).

4
2. Struktur
Menurut Pandutama (2003) struktur tanah adalah pengelompokan/pengaturan
partikel tanah kedalam agregat atau kumpulan yang mantap. Struktur yang baik
ditandai dengan penetrasi air menjadi lebih baik, kemampuan tanah memegang air
tinggi, mudah untuk digarap, mudah ditembus akar, air dapat mengalir dengan
baik, tersedianya nutrisi dan internal drainasenya bagus.

3. Konsistensi
Menurut L.D. Baver dalam “Soil Physics” (1965), konsistensi tanah dapat
ditakrifkan sebagai daya kohesi dan adhesi tanah pada berbagai kelembaban.
Menurut Baver pula, Atterberg (tokoh pemula peneliti dan yang menggolong-
golongkan konsistensi tanah dalam kaitannya dengan kadar lengas) telah
melakukan klasifikasi dan penetapan konsistensi tanah sebagai berikut:
a. Konsistensi lekat, memili tanda-tanda dapat melekati atau melengketi macam-
macam bahan (benda) yang mengenainya.
b. Konsistensi liat atau plastik, memiliki tanda-tanda liat dan atau kemampuan
untuk diubah-ubah bentuknya.
c. Konsistensi lunak, memiliki tanda-tanda kegemburan.
d. Konsistensi keras, memiliki kekhususan sebagai gumpalan tanah yang keras,
dan bila dibelah akan pecah-pecah.

4. Porositas
Porositas adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati
oleh air dan udara. Pada keadaan basah seluruh pori baik makro, meso, maupun
mikro terisi oleh air, pada keadaan kering pori makro dan sebagian pori meso
terisi oleh udara. Porositas perlu diketahui karena merupakan gambaran aerasi dan
drainase tanah (Foth, 1994).

Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah yang pada umumnya pori
kasar ditempati udara dan pori kecil ditempati air, kecuali bila tanah kurang.
Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati butiran padat
(Pairunan, 1985).

5
Tanah dengan struktur lemah atau kersai pada umumnya mempunyai
porositas yang terbesar. Pengolahan tanah untuk sementara waktu dapat
memperbesar porositas, namun dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
turunnya porositas. Oleh karena itu, untuk memperbesar porositas tanah tindakan
yang perlu dilakukan adalah dengan penambahan bahan organik atau melakukan
pengolahan tanah secara minimum. Pengolahan tanah berlebih akan menyebabkan
rusaknya struktur tanah. Nilai porositas dapat diperoleh jika diketahui nilai bulk
density dan partikel densitynya (Hardjowigeno, 2010).

5. Suhu
Suhu tanah demikian berpengaruh pada tanaman, pengukuran biasanya dilakukan
pada kedalam 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100cm. Pengaruh suhu tanah
terhadap tanaman yaitu pada perkecambahan biji, pada aktivasi mikroorganisme,
dan perkembangan penyakit tanaman. Faktor pengaruh suhu tanah yaitu faktor
luar (eksternal) dan faktor dalam (internal). Faktor eksternal yaitu radiasi matahari
keawanan,curah hujan, angin dan kelembapan udara sedangkan faktor internal
yaitu tekstur tanah, struktur dan kadar air tanah, kandungan bahan organik dan
warna tanah (Ance, 1986).

6. Warna tanah
Warna tanah yang sering kita jumpai adalah warna kuning, merah, coklat, putih,
dan hitam serta warna-warna tanah di antara warna-warna tersebut, sedangkan
yang berwarna hijau dan lembayung jarang sekali ditemui. Warna tanah itu tidak
murni, dalam suatu warna coklat misalnya, di sana sini sering terdapat tambahan
berupa kumpulan titik dan corengan merah, kuning, atau warna gelap (hitam).
Warna coklat merupakan warna dasar, sedangkan warna merah, kuning, ataupun
hitam merupakan warna noda atau warna bercak (Kohnke, 1968).

2.2.2 Sifat Kimia Tanah


1. Derajat Kemasaman Tanah (pH)
pH tanah adalah satuan derajat yang dipergunakan untuk menentukan tingkat
keasaman atau kebasaan terhadap tanah. pH tanah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak

6
langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak
langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun.
Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk
tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH
lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi,
asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu
tanaman (Hardjowigeno, 2010).

2. C-Organik
Bahan organik tanah merupakan hasil perombakan dan penyusunan yang
dilakukan jasad renik tanah, senyawa penyusunnya adalah tidak jauh berbeda
dengan senyawa aslinya, yng tentunya dalam hal ini ada berbagai tambahan bahan
seperti glukosamin (hasil metabolis jasad renik) (Sutedjo & Kartasapoetra, 1991).
Sifat fisika yang dipengaruhi bahan organik adalah kemantapan agregat
tanah, dan selain itu sebagai penyedia unsur-unsur hara, tenaga maupun
komponen pembentuk tubuh jasad dalam tanah (Brady, 1974).

3. N-Total
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot
tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah, 2004).
Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan organik halus
dan bahan organik kasar), pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, pupuk,
dan air hujan (Hardjowigeno, 2010).

7
BAB III
METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan di Hutan Rusunawa Universitas Jambi pada
tanggal 06 April 2019 sampai dengan 01 mei 2019 Lokasi praktikum terletak pada
ketinggian 50 mdpl. Secara geografis tanah daerah penelitian berada pada
koordinat (3348,50.3893 m, 9821130,209 m) – (334882,5 m, 9821375,913 m)
dengan topografi datar sampai curam.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan adalah bor tanah, cangkul, pisau komando,
Munsell Soil Color Chart, karung, spidol, meteran, alat tulis, GPS, kertas lakmus,
abney level dan sunto. Sedangkan, Bahan yang digunakan adalah air.

3.3. Pelaksanaan Praktikum

3.3.1. Pengambilan Sampel Tanah dengan Boring


Pengambilan sampel tanah dengan boring dapat memberikan informasi
mengenai tanah yang terdapat pada suatu lahan sesuai dengan susunan horizon
tanah yang diamati. Penentuan titik bor di tentukan dengan menggunakan GPS
yang kemudian dibor dengan metode grid berjarak 50m x25 m.

8
3.3.2. Penentuan Lokasi dan Pengamatan Profil
Profil yang dibuat berada diantara sampel tanah yang diambil dengan
menggunakan bor. Sehingga, berdasarkan letak topografi daerah pengamatan,
pembuatan profil yang dilakukan di tengah lereng dan dibawa lereng. Hal tersebut
dapat memberikan gambaran informasi mengenai morfologi pada tempat yang
berbeda.

3.4. Analisis Data


Sampel tanah dari titik boring dan profil tanah diambil dan dianalisis beberapa
sifat morfologinya yaitu:
A. Warna Tanah
Warna disusun atas 3 variabel yaitu Hue menunjukkan warna spektrum.
Value menunjukkan kecerahan warna dan Chroma menunjukkan intensitas warna.
Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan warna tanah dengan warna
baku pada Munsell Soil Color Chart. Cocokkan warna tanah tersebut dengan
warna-warna pada buku Munsell Soil Colour Chart.
Apabila sudah ditemukan warna yang sama dengan warna tanah, lanjutkan dengan
mencatat nama kode warna tanah yang dimulai dari Hue, Value dan
chroma.Tetapkan batas horizon tanah tersebut berdasarkan warna maupun
konsistensi.
B. Tekstur Tanah
Tanah yang dianalisis kemudian dilebabkan dengan menggunakan air
secukupnya. Selanjutnya tanah dipirid antara ibu jari dan telunjuk sambil
dirasakan adanya rasa kasar, halus dan licin. Tektur tanah kemudian dikelaskan
menjadi 12 kelas yaitu:
C. Konsistensi
Penentuan konsistensi tanah dilakukan dengan menggulung tanah hingga
membentuk pita. Penentuan konsistensi dilakukan pada kondisi basah, lembab dan
kering. Adapun langkah kerja menentukan konsistensi dilapangan adalah dengan
meremas segumpal tanah. Apabila gumpalan tersebut mudah hancur maka tanyah
di nyatakan gembur. Sementara itu, apabila gumpalan tersebut sukar hancur maka
dinyakan bahwa tanah berkonsistensi teguh. Ha ini dilakukan pada kondisi
lembab. Sementara itu, apabila pada kondisi basah dapat diketahui dengan
kelekatan dan membentuk pita. Hal ini juga digunakan untuk menyatakan tingkat
plastis tanah.
D. Karatan
Karatan pada sampel tanahdiamati dengan melihat warna karatan pada
setiap horizon. Adapun karatan tersebut berwarna coklat kemerahan yang ditemui
pada sampel tanah.

9
E. Struktur
Struktur tanah merupakan susunan partikel-partikel yang membentuk
gumpalan gumpalan tanah akibat melekatnya butir-butir tanah satu sama lain. Satu
unit struktur disebut ped. Pengamatan struktur dilapangan dilakukan dengan
mengambil sampel tanah di setiap horizon yang kemudian dipecahkan perlahan
dengan menggunakan ibu jari. Selanjutnya diamati struktur yang dominan pada
sampel tanah tersebut.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pengamatan Deskripsi Boring


Data kelompok 1

No. Boring A1
Dalam Warna Tanah Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Lembab Basah
10 YR 3/3 (Dark Pasir Sangat - -
0-10
Brown) Berlempung Gembur
10 YR 4/6 (Dark Lempung - -
10-20 Gembur
Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 5/6 Lempung - -
20-40 Teguh
(Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 5/6 Lempung - -
40-60 Teguh
(Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 6/8 (Reddish Lempung Liat - -
60-80 Teguh
Yellow) Berpasir
10 YR 6/8 (Reddish Lempung Liat - -
80-100 Teguh
Yellow) Berpasir
10 YR 7/8 (Reddish Lempung Liat - -
100-120 Teguh
Yellow) Berpasir

No. Boring A2
Dalam Warna Tanah Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Lembab Basah
10 YR 3/3 (Dark Lempung Sangat - -
0-10
Brown) Berpasir Gembur
10 YR 4/6 (Dark Lempung - -
10-20 Gembur
Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 5/6 Lempung - -
20-40 Teguh
(Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 5/8 Lempung - -
40-60 Teguh
(Yellowish Brown) Berpasir
7,5 YR 6/8 (Reddish Lempung Liat - -
60-80 Teguh
Yellow) Berpasir
10 YR 6/8 Lempung Liat - -
80-100 Teguh
(Brownish Yellow) Berpasir
7,5 YR 5/8 (Strong Lempung Liat - -
100-120 Teguh
Brown) Berpasir

11
No. Boring A3
Dalam Warna Tanah Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Lembab Basah
10 YR 3/3 (Dark Lempung Sangat - -
0-6
Brown) Berpasir Gembur
10 YR 4/6 (Dark Lempung Sangat - -
6-12
Yellowish Brown) Berpasir Gembur
10 YR 5/6 Lempung Liat - -
12-20 Gembur
(Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 5/6 Lempung - -
20-40 Teguh
(Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 4/6 (Dark Lempung - -
40-60 Teguh
Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 5/8 6 - -
60-80 Liat Berpasir Teguh
(Yellowish Brown)
7,5 YR 6/6 (Reddish Lempung Liat - -
80-100 Teguh
Yellow) Berdebu
7,5 YR 6/8 (Reddish - -
100-120 Liat Berdebu Teguh
Yellow)

No. Boring A4
Dalam Warna Tanah Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Lembab Basah
10 YR 3/2 (Very - -
Lempung
0-10 Dark Grayish Gembur
Berpasir
Brown)
10 YR 5/6 Lempung - -
10-20 Teguh
(Yellowish Brown) Berpasir
2,5 YR 5/6 (Light Lempung - -
20-40 Teguh
Olive Brown) Berliat
10 YR 5/6 Lempung Liat - -
40-60 Teguh
(Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 5/6 Lempung Liat Sangat - -
60-80
(Yellowish Brown) Berpasir Teguh
2,5 YR 5/4 (Light Lempung Liat Sangat - -
80-100
Olive Brown) Berpasir Teguh
2,5 YR 6/4 (Light Lempung Liat Sangat - -
100-120
Yellowish Brown) Berdebu Teguh

12
No Boring B1
Dalam Warna Tanah Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Lembab Basah
10 YR 3/2 (Very - -
Lempung
0-10 Dark Grayish Gembur
Berpasir
Brown)
10 YR 5/6 - -
10-20 Liat Berpasir Gembur
(Yellowish Brown)
10 YR 5/8 - -
20-40 Liat Berpasir Teguh
(Yellowish Brown)
10 YR 4/4 (Dark - -
40-60 Liat Berpasir Teguh
Yellowish Brown)
10 YR 4/6 (Dark - -
60-80 Liat Berpasir Teguh
Yellowish Brown)
10 YR 5/6 - -
80-100 Liat Berdebu Teguh
(Yellowish Brown)
10 YR 6/6 - -
100-120 Liat Berdebu Teguh
(Brownish Yellow)

No. Boring B2
Dalam Warna Tanah Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Lembab Basah
10 YR 3/2 (Very - -
Lempung
0-10 Dark Grayish Gembur
Berpasir
Brown)
10 YR 4/6 (Dark - -
10-20 Lempung Gembur
Yellowish Brown)
10 YR 4/4 (Dark Lempung Liat - -
20-40 Teguh
Yellowish Brown) Berdebu
10 YR 4/4 (Dark Lempung Liat - -
40-60 Teguh
Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 5/6 Lempung Liat - -
60-80 Teguh
(Yellowish Brown) Berdebu
10 YR 5/6 - -
80-100 Liat Berdebu Teguh
(Yellowish Brown)
10 YR 5/8 - -
100-120 Liat Berdebu Teguh
(Yellowish Brown)

13
No Boring B2 Pembanding
Dalam Warna Tanah Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Lembab Basah
10 YR 3/3 (Dark Lempung - -
0-10 Gembur
Brown) Berdebu
10 YR 4/6 (Dark - -
10-20 Lempung Teguh
Yellowish Brown)
10 YR 4/6 (Dark Lempung Liat - -
20-40 Teguh
Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 4/6 (Dark Lempung Liat - -
40-60 Teguh
Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 5/6 Lempung Liat - -
60-80 Teguh
(Yellowish Brown) Berdebu
10 YR 5/6 - -
80-100 Liat Berdebu Teguh
(Yellowish Brown)
10 YR 5/8 - -
100-120 Liat Berdebu Teguh
(Yellowish Brown)

No. Boring B3
Dalam Warna Tanah Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Lembab Basah
10 YR 3/2 (Very - -
Pasir
0-10 Dark Grayish Gembur
Berlempung
Brown)
10 YR 3/4 (Dark Lempung - -
10-20 Gembur
Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 4/4 (Dark Lempung - -
20-40 Gembur
Yellowish Brown) Berliat
10 YR 4/6 (Dark Lempung Liat - -
40-60 Teguh
Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 5/6 Lempung Liat - -
60-80 Teguh
(Yellowish Brown) Berdebu
10 YR 5/8 - -
80-100 Liat Berdebu Teguh
(Yellowish Brown)
10 YR 5/8 - -
100-120 Liat Berdebu Teguh
(Yellowish Brown)

14
No. Boring B4
Dalam Warna Tanah Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Lembab Basah
10 YR 2/2 (Very Pasir - -
0-10 Gembur
dark Brown) Berlempung
10 YR 3/6 (Dark Lempung - -
10-20 Gembur
Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 4/4 (Dark Lempung Liat - -
20-40 Teguh
Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 4/6 (Dark Lempung Liat - -
40-60 Teguh
Yellowish Brown) Berpasir
10 YR 5/6 Lempung Liat - -
60-80 Teguh
(Yellowish Brown) Berdebu
10 YR 5/8 - -
80-100 Liat Berdebu Teguh
(Yellowish Brown)
10 YR 5/8 - -
100-120 Liat Berdebu Teguh
(Yellowish Brown)

No Boring B5
Dalam Warna Tanah Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Lembab Basah
10 YR 3/4 (Dark Pasir - -
0-10 Gembur
Yellowish Brown) Berlempung
10 YR 4/6 (Dark - -
10-20 Lempung Gembur
Yellowish Brown)
10 YR 4/6 (Dark Lempung Liat - -
20-40 Teguh
Yellowish Brown) Berdebu
10 YR 4/6 (Dark - -
40-60 Liat Berdebu Teguh
Yellowish Brown)
7,5 YR 5/6 (Strong - -
60-80 Liat Berdebu Teguh
Brown)
7,5 YR 5/6 (Strong - -
80-100 Liat Berdebu Teguh
Brown)
7,5 YR 5/8 (Strong - -
100-120 Liat Berdebu Teguh
Brown)

15
No. Boring B6
Dalam Warna Tanah Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Lembab Basah
10 YR 3/3 (Dark Lempung - -
0-10 Gembur
Brown) Berdebu
10 YR 4/6 (Dark Lempung - -
10-20 Gembur
Yellowish Brown) Berliat
10 YR 4/6 (Dark Lempung Liat - -
20-40 Teguh
Yellowish Brown) Berdebu
10 YR 4/6 (Dark - -
40-60 Liat Berdebu Teguh
Yellowish Brown)
7,5 YR 5/6 (Strong Lempung - -
60-80 Teguh
Brown) Berliat
7,5 YR 6/8 (Reddish Lempung - -
80-100 Teguh
Yellow) Berliat
7,5 YR 5/6 (Strong Lempung Liat - -
100-120 Teguh
Brown) Berdebu

Data Kelompok 2

No. Boring (S1) A


Dalam Warna Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Tanah Lembab Basah
0-10 10 YR 2/2 Lempung berpasir Tidak - -
teguh
10-26 10 YR 4/4 Lempung berpasir Tidak - -
teguh
26-54 10 YR 5/8 Lempung berdebu Agak teguh - -
54-93 10 YR 5/8 Lempung berliat Agak teguh - -
93-120 10 YR 5/6 Lempung liat Agak teguh - -
berdebu

16
No. Boring (S2) A
Dalam Warna Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Tanah Lembab Basah
0-15 10 YR 3/3 Lempung berpasir Tidak - -
teguh
(gembur)
15-30 10 YR 5/6 Lempung berpasir Tidak - -
teguh
30-50 10 YR 5/8 Lempung Agak teguh - -
50-82 10 YR 5/6 Lempung berliat Agak teguh - -
82-102 10 YR 6/8 Lempung berliat Agak teguh - -
102-120 10 YR 6/8 Lempung liat Agak teguh - -
berdebu

No. Boring (S3) A


Dalam Warna Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Tanah Lembab Basah
0-17 10 YR 3/3 Lempung berpasir Tidak - -
teguh
17-41 10 YR 4/6 Lempung Agak teguh - -
41-59 10 YR 5/6 Lempung berliat Agak teguh - -
59-79 10 YR 6/8 Lempung berpasir Teguh - -
79-110 10 YR 5/8 Lempung berpasir Teguh - -

17
No. Boring (S4) A
Dalam Warna Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Tanah Lembab Basah
0-16 10 YR 3/3 Lempung berpasir Tidak - -
teguh
16-28 10 YR 4/6 Lempung berpasir Tidak - -
teguh
28-50 10 YR 5/8 Lempung berdebu Agak teguh - -
50-70 10 YR 4/6 Lempung berdebu Agak teguh - -
70-89 10 YR 6/6 Lempung berdebu Teguh - -
89-120 10 YR 6/8 Lempung liat Teguh - -
berdebu

No. Boring (S5) A


Dalam Warna Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Tanah Lembab Basah
0-26 10 YR 3/3 Lempung berpasir Tidak - -
teguh
26-60 10 YR 5/6 Lempung liat Agak teguh - -
berpasir
60-84 10 YR 5/6 Liat berpasir Agak teguh - -
84-120 10 YR 6/8 Liat berpasir Teguh - -

No. Boring (S6) A


Dalam Warna Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Tanah Lembab Basah
0-10 10 YR 2/1 Pasir berlempung Tidak - -
teguh
10-21 10 YR 4/6 Lempung liat Agak teguh - -
berpasir
21-35 10 YR 6/6 Liat berpasir Teguh - -
35-54 10 YR 5/4 Liat berpasir Teguh - -

18
54-74 10 YR 5/4 Liat berpasir Teguh - -
74-88 10 YR 6/4 Liat berpasir Teguh - -

No. Boring (S1) B


Dalam Warna Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Tanah Lembab Basah
0-10 10 YR 3/6 Lempung berpasir Tidak - -
teguh
10-17 10 YR 3/4 Lempung berpasir Tidak - -
teguh
17-37 10 YR 4/6 Lempung berdebu Agak teguh - -
37-56 10 YR 5/6 Lempung berpasir Agak teguh - -
56-71 10 YR 5/6 Liat berpasir Agak teguh - -
71-70 10 YR 6/8 Liat berdebu Teguh - -

No. Boring (S2) B


Dalam Warna Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Tanah Lembab Basah
0-15 10 YR 2/2 Lempung Tidak - -
teguh
15-26 10 YR 3/2 Lempung berpasir Tidak - -
teguh
26-57 10 YR 4/6 Lempung berdebu Agak teguh - -
57-77 10 YR 6/8 Liat berpasir Agak teguh - -
77-107 10 YR 6/8 Liat berpasir Teguh - -

No. Boring (S3) B


Dalam Warna Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Tanah Lembab Basah
0-17 10 YR 3/3 Lempung Tidak - -
teguh
17-36 10 YR 4/6 Lempung berdebu Agak teguh - -

19
36-57 10 YR 5/8 Lempung liat Teguh - -
berdebu
57-90 7,5 YR 6/8 Liat berdebu Sangat - -
teguh

No. Boring (S4) B


Dalam Warna Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Tanah Lembab Basah
0-13 10 YR 3/3 Lempung berpasir Tidak - -
teguh
13-36 10 YR 5/6 Lempung berpasir Tidak - -
teguh
36-53 10 YR 3/4 Lempung berdebu Agak teguh - -
53-90 7,5 YR 5/8 Lempung berliat Agak teguh - -

No. Boring (S5) B


Dalam Warna Tekstur Konsistensi Karatan
Bor (cm) Tanah Lembab Basah
0-12 10 YR 3/2 Lempung berpasir Tidak teguh - -
12-29 10 YR 6/8 Lempung berpasir Tidak teguh - -
29-53 10 YR 4/4 Lempung liat berpasir Agak teguh - -
53-66 10 YR 6/8 Lempung liat berpasir Teguh - -
66-78 10 YR 7/8 Lempung liat berpasir Teguh - -
78-90 10 YR 7/8 Liat berpasir Sangat teguh - -
sekali

20
4.1.2 Pengamatan Profil Tanah.
Profil Tanah Lahan Hutan Belakang (P1)
Lokasi : Hutan Belakang Universitas Jambi, Desa Mendalo
Indah, Kec. Jambi Luar Kota, Kab. Muaro Jambi,
Prov. Jambi
Kode : Profil 1
Koordinat : X = -1o38’04”
Y = 103o34’26”
Klasifikasi Soil Taksonomi : Typic Hapludults
Ordo : Ultisol
Sub Ordo : Udults
Grup : Hapludults
Sub Grup : Typic Hapludults
Fisiografi : Tengah lereng
Elevasi : 50 mdpl
Kedalaman Efektif : 143 cm
Penggunaan Lahan : Tanaman tahunan dan herba
Bahan Induk :
Horizon Diagnostik : 0 – 10 cm Ochric, 10 – 170 cm Argilik
Sifat Penciri :
Tanggal : 1 Mei 2019

A 0 – 10 Dark Brown (10YR3/3),

21
cm tekstur lempung, struktur
butir medium), tingkat
perkembangan cukup,
konsistensu pada keadaan
lembab lepas, perakaran
halus dan kasar banyak,
batas tegas berombak, pH
5.
E 10 – 36 Dark Yelowish Brown
cm (10 YR 4/6), tekstur
lempung berpasir, struktur
remah (fine), tingkat
perkembangan lemah,
lepas, perakaran halus
banyak, batas tegas
berombak, pH 5.
Bt1 36 – 75 Yellowish Brown (10 YR
cm 5/6), tekstur lempung liat
berpasir, struktur remah
(veryfine), gambur,
tingkat perkembangan
lemah, perakaran halus
banyak, batas baur lurus,
pH 5.

Bt2 75 – 104 Brownish Yellow (10 YR


cm 6/6), tekstur lempung liat
berpasir, struktur gumpal
bersudut, tingkat
perkembangan cukup,
gembur, perakaran halus
sedikit, batas baur lurus,
pH 5.

Bt3 104 – Brownish Yellow (10 YR


170 cm 6/8), tekstur lempung liat
berpasir, struktur gumpal,
tingkat perkembangan
cukup, konsistensi teguh,
perakaran halus sedikit,
pH 5.
Profil Tanah Lahan Hutan Belakang P(2)

22
Lokasi : Hutan Belakang Universitas Jambi, Desa Mendalo
Indah, Kec. Jambi Luar Kota, Kab. Muaro Jambi,
Prov. Jambi
Jambi Luar Kota, Kab. Muaro Jambi, Prov. Jambi
Kode : Profil 2
Koordinat : X = -1o38’04”
Y = 103o34’26”
Klasifikasi Soil Taksonomi : Ruptic-Ultic Dystrudepts
Ordo : Inceptisols
Sub Ordo : Udepts
Grup : Dystrudepts
Sub Grup : Ruptic-Ultic Dystrudepts
Fisiografi : Kaki lereng
Elevasi : 50 mdpl
Kedalaman Efektif : 170 cm
Penggunaan Lahan : Tanaman tahunan dan herba
Bahan Induk :
Horizon Diagnostik : 0 – 10 cm Ochrik, 10 – 170 cm Kambik.
Sifat Penciri : 0 – 170 cm
Tanggal : 1 Mei 2019

A 0 – 10 cm Very Dark Brown (10 YR


2/2), tekstur lempung,

23
struktur butir (medium),
tingkat perkembangan
cukup, konsistensi pada
keadaan lembab gembur,
perakaran halus banyak,
batas tegas berombak, pH 5.
E 10 – 46 cm Dark Yellowish Brown (10
YR 4/6), tekstur lempung,
struktur gumpal bersudut
(medium), tingkat
perkembangan cukup,
gembur, perakaran halus
banyak, batas tegas
berombak, pH 5.
Bt1 46 – 105 Yellowish Brown (10 YR
cm 5/8), tekstur lempung liat
berpasir, struktur gumapl
bersudut (kuarsa), tingkat
perkembangan lemah, teguh,
terdapat perakaran halus,
batas
pH 5.
Bt2 105 – 132 Yellowish Brown (10 YR
cm 5/6), tekstur lempung liat
berpasir, struktur butir
(medium), tingkat
perkembangan cukup, teguh,
terdapat perakaran halus,
batas baur lurus, pH 5

Bt3 132 – 147 Yellowish Brown (10 YR


cm 5/8), tekstur lempung liat
berpasir, struktur butir
(medium), tingkat
perkembangan cukup, teguh,
batas baur lurus, pH 5.

Bt4 147 – 170 Dark Yellowish Brown (10


cm YR 4/6), tekstur lempung liat
berpasir, struktur gumpal
bersudut (kuarsa), tingkat
perkembangan kuat, teguh,
tidak ada akar, pH 5.

Profil Tanah Lahan Hutan Belakang (P1)


Lokasi : Hutan Belakang Universitas Jambi, Desa Mendalo
Indah, Kec. Jambi Luar Kota, Kab. Muaro Jambi,

24
Prov. Jambi
Kode : Profil 1
Koordinat : X = -1o38’04”
Y = 103o34’26”
Klasifikasi Soil Taksonomi : Typic Hapludults
Ordo : Ultisol
Sub Ordo : Udults
Grup : Hapludults
Sub Grup : Typic Hapludults
Fisiografi : Tengah lereng
Elevasi : 50 mdpl
Kedalaman Efektif : 143 cm
Penggunaan Lahan : Tanaman tahunan dan herba
Bahan Induk :
Horizon Diagnostik : 0 – 10 cm Ochric, 10 – 170 cm Argilik
Sifat Penciri :
Tanggal : 1 Mei 2019

A 0 – 10 Dark Brown (10YR3/3),


cm tekstur lempung, struktur
butir medium), tingkat
perkembangan cukup,
konsistensu pada keadaan

25
lembab lepas, perakaran
halus dan kasar banyak,
batas tegas berombak, pH
5.
E 10 – 36 Dark Yelowish Brown
cm (10 YR 4/6), tekstur
lempung berpasir, struktur
remah (fine), tingkat
perkembangan lemah,
lepas, perakaran halus
banyak, batas tegas
berombak, pH 5.
Bt1 36 – 75 Yellowish Brown (10 YR
cm 5/6), tekstur lempung liat
berpasir, struktur remah
(veryfine), gambur,
tingkat perkembangan
lemah, perakaran halus
banyak, batas baur lurus,
pH 5.

Bt2 75 – 104 Brownish Yellow (10 YR


cm 6/6), tekstur lempung liat
berpasir, struktur gumpal
bersudut, tingkat
perkembangan cukup,
gembur, perakaran halus
sedikit, batas baur lurus,
pH 5.

Bt3 104 – Brownish Yellow (10 YR


170 cm 6/8), tekstur lempung liat
berpasir, struktur gumpal,
tingkat perkembangan
cukup, konsistensi teguh,
perakaran halus sedikit,

26
pH 5.
Profil Tanah Lahan Hutan Belakang P(2)
Lokasi : Hutan Belakang Universitas Jambi, Desa Mendalo
Indah, Kec. Jambi Luar Kota, Kab. Muaro Jambi,
Prov. Jambi
Jambi Luar Kota, Kab. Muaro Jambi, Prov. Jambi
Kode : Profil 2
Koordinat : X = -1o38’04”
Y = 103o34’26”
Klasifikasi Soil Taksonomi : Ruptic-Ultic Dystrudepts
Ordo : Inceptisols
Sub Ordo : Udepts
Grup : Dystrudepts
Sub Grup : Ruptic-Ultic Dystrudepts
Fisiografi : Kaki lereng
Elevasi : 50 mdpl
Kedalaman Efektif : 170 cm
Penggunaan Lahan : Tanaman tahunan dan herba
Bahan Induk :
Horizon Diagnostik : 0 – 10 cm Ochrik, 10 – 170 cm Kambik.
Sifat Penciri : 0 – 170 cm
Tanggal : 1 Mei 2019

27
A 0 – 10 cm Very Dark Brown (10 YR
2/2), tekstur lempung,
struktur butir (medium),
tingkat perkembangan
cukup, konsistensi pada
keadaan lembab gembur,
perakaran halus banyak,
batas tegas berombak, pH 5.
E 10 – 46 cm Dark Yellowish Brown (10
YR 4/6), tekstur lempung,
struktur gumpal bersudut
(medium), tingkat
perkembangan cukup,
gembur, perakaran halus
banyak, batas tegas
berombak, pH 5.
Bt1 46 – 105 Yellowish Brown (10 YR
cm 5/8), tekstur lempung liat
berpasir, struktur gumapl
bersudut (kuarsa), tingkat
perkembangan lemah, teguh,
terdapat perakaran halus,
batas
pH 5.
Bt2 105 – 132 Yellowish Brown (10 YR
cm 5/6), tekstur lempung liat
berpasir, struktur butir
(medium), tingkat
perkembangan cukup, teguh,
terdapat perakaran halus,
batas baur lurus, pH 5

Bt3 132 – 147 Yellowish Brown (10 YR


cm 5/8), tekstur lempung liat
berpasir, struktur butir
(medium), tingkat
perkembangan cukup, teguh,
batas baur lurus, pH 5.

Bt4 147 – 170 Dark Yellowish Brown (10


cm YR 4/6), tekstur lempung liat
berpasir, struktur gumpal
bersudut (kuarsa), tingkat
perkembangan kuat, teguh,
tidak ada akar, pH 5.

28
4.2 Pembahasan

4.2.1 pembahasan deskripsi boring


Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel tanah dengan
menggunakan bor. Pengambilan sampel dengan menggunakan bor memiliki
kelebihan yaitu kita dapat mengetahui kondisi tanah sesuai dengan susunan
horizon nya. Titik bor terbagi menjadi 4 kode yaitu A, B, AS dan BS dengan
metode survey merupakan metode grid dengan jarak 25 m x 50 m yang dilakukan
searah dengan 400. Jumlah sampel yang diambil berdasrkan informasi tersebut
sebanyak 21 sampel yang terdiri dari 4 sampel merupakan kode A, 6 sampel
merupakan kode B, 6 sampel merupakan kode AS dan 5 sampel adalah kode BS.
Adapun posisi koordinat dari masing-masing sampel yang diambil secara
berturut-turut adalah (334850,3893, 9821130,209), (334862,8893, 982115,86),
(334875,389262615, 9821173,51067451), (334887,889262615,
9821195,1613096), (334807,90390522,9821219,14546772), (334820,40390522,
9821240,79610282), (334832,90390522, 9821262,44673791),
(334845,40390522,9821284,09737301), (334857,90390522, 9821305,7480081),
(334870,40390522, 9821327,3986432), (334821, 9821170,66025404), (334833,5,
9821192,31088913), (334846, 9821213,96152422), (334858,5,
9821235,61215931), (334871, 9821257,2627944), (334820,9821267,66025404),
(334832,5, 9821289,31088913), (334845, 9821310,96152422), (334857,5,
9821332,61215931), (334870,9821354,2627944) dan (334882,5,
9821375,91342949).

Berdasarkan hasil praktikum dapat dilihat bahwa setiap lapisan memiliki


kedalaman lapisan yang berbeda. Pada profil tanah ,1 lapisan A memiliki
kedalaman lapisan 0-10 cm, lapisan E memiliki kedalaman lapisan 10-36 cm,
sedangkan pada lapisan Bt1,Bt2 dan Bt3 memiliki kedalaman lapisan >36 cm.
Pengambilan sampel tanah ini dilakukan menggunakan bar sedalam 120cm.
Kemudian dilakukan pengukuran pada tiap-tiap warna tanah. Hal ini didukung
oleh Kartasapoetra dan Mulyani (1987) yang menyatakan bahwa lapisan tanah
atas (top soil) memiliki ketebalan solum sekitar 20 sampai 35 cm.

Data pengamatan hasil borring sampel A3 berdasarkan warna tanah yang


diketahui bahwa pada titik ini terbagi menjadi beberapa horizon yaitu pada
kedalaman 0-6 cm, 6-12 cm, 12-20 cm, 20-40 cm, 40-60 cm, 60-80 cm, 80-100
cm dan 100-120 cm yang masing-masing secara berturut-turut berwarna dark
brown, dark yellowish brown, yellowish brown, yellowish brownPada batasan
lapisan ini, dapat dilihat pada tabel bahwa pada lapisan A, E, danBt memiliki
batas lapisan yang sama, yaitu berangsur. Lapisan A hingga lapisan Bt memiliki
beberapa batasan lapisan yang berangsur. Hal ini sesuia dengan pendapat
Hardjowigeno (2007) bahwa dalam pengamatan tanah di lapangan ketajaman

29
peralihan hrizon dibedakan kedalam tiga tingkatan yaitu nyata, jelas berangsur
dan baur.

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa topografi batas lapisan pada lapisan
A, E, dan Bt sama, yaitu berombak. Dalam pengamatan di lapangan, diperoleh
bahwa batasan antar lapisan kurang tegas atau baur dengan topografi batasan
lapisan yang berombak. Adanya batasan dan topografi lapisan lapisan ini sesuai
dengan Kartasapoetra dan Mulyani (1987) yang menyatakan bahwa lapisan-
lapisan yang terbentuk pada profil tanah dapat dikatakan tidak selamanya tegas
dan nyata tetapi kerap kali batas-batasnya agak kabur.

Lapisan A, E, dan Bt memiliki tekstur yang berbeda-beda. Pada lapisan A


bertekstur lempung. Karena pada saat pengamatan tekstur tanah dengan
menggunakan indera perasa yaitu dengan membasahi sedikit media tanah dan
dibentuk pita dengan memelintir tanah dengan ibu jari dan telunjuk, pita ini tak
dapat terbentuk sehingga dikatakan bertekstur lempung. Pada lapisan B dan Bt
bertekstur lempung liat, karena tanah ini dapat membentuk pita yang lemah
dengan ukuran <2,5cm dan saat digerus dengan ibu jari tanah terasa halus.

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Dalam


praktek di lapangan, diperoleh struktur tanah tiap lapisan agak berbeda.Pada
lapisan A struktur tanah sangat kasar sedangkan lapisan E kasar dan lapisan Bt
halus. Menurut Hardjowigeno (1987), gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai
bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.

Konsistensi tanah pada setiap lapisan juga menunjukkan perbedaan. Pada


lapisan A konsistensi tanah kering teguh sedangkan pada lapisan E konsistensi
tanah lembab gembur. Adapun lapisan Bt konsistensi tanah lembab lepas. Tanah
basah adalah tanah dengan kandungan air di atas kapasitas lapang. Tanah lembab
adalah tanah dengan kandungan air mendekati kapasitas lapang sedangkan tanah
kering adalah tanah dalam keadaan kering angina. Dengan demikian, konsistensi
tanah dalam hal ini disebabkan oleh kandungan air pada setiap lapisan tanah
(Hardjowigeno, 1987).

Berkaitan dengan hal tersebut warna yang mewakili pada masingmasing


titik boring diantanya A1-A6 adalah yellowish brown atau coklat kekuningan.
Sementara itu, pada titik bor B1-B6 didominasi oleh warna yelowish brown atau
coklat kekuningan pula. Warna coklat kekuningan tersebut menggambarkan
bahwa kandungan bahan organik pada sampel tanah yang diamati sedikit. Hal
tersebut sesuai dengan Hardjowigeno (1992) yang menyebutkan bahwa penyebab
perbedaan warna permukaan adalah bahan organik yang semakin kedalam warna
tanah semakin terang karena bahan organik yang terkandung pada tanah semakin
sedikit. Tekstur dan konsistensi yang mewakili dalam pengamatan ini pada A1-A6
adalah lempung liat berpasir dan teguh. Demikian pula pada titik bor B1-B6 yang

30
didominasi oleh tekstur lempung liat berpasir dan berkonsistensi agak teguh.
Apabila dipijat dengan ibu jari dan telunjuk maka akan terasa halus dengan sedikit
bagian agak kasar, dapat membentuk bola yang agak teguh dan jika dipilin
gulungan membentuk gulungan yang mudah hancur.

Pengamatan pada titik bor AS1-AS6 dan BS1-BS4 diketahui bahwa warna
titik bor AS1-AS6 adalah yellowish brown atau coklat kekuningan. Sementara itu,
pada BS1-BS4 didominasi oleh warna yellowish brown pula. Namun, pada titik
BS 4 lapisan terdalam memiliki warna dark brown. Warna tersebut terjadi karena
pada titik BS4 merupakan titik yang terdapat dibawah lereng yang sangat dekat
dengan sungai. Pengaruh kadar air menentukan warna pada tanah tersebut yang
berwarna gak gelap. Hal tersebut sesuai dengan Wirjodiharjo dalam Sutedjo dan
Kartasapoetra (2002) yang menyatakan bahwa kadar air dapat menentukan
intensitas warna tanah.Tekstur tanah yang dominan pada titik bor AS1-AS6 dan
BS1-BS4 memiliki tekstur lempung berliat. Hal tersebut terlihat dari cirinya yaitu
agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh dan dapat dibentuk
gulungan yang agak mudah hancur. Sehingga, konsistensi pada kedua titik ini
juga termasuk agak teguh.

4.2.2 pembahasan profil tanah


Pengamatan profil tanah dilakukan di dua tempat yang berbeda yaitu
ditengah lereng dan di bawah lereng. Penentuan lokasi profil berdasarkan letkanya
posisi setiap titik bor sehingga, profil berada di tengah dari sampel bor yang
diamati. Profil yang di buat terbagi menjadi 2 profil yaitu di bagian tengah dan
bawah lereng. Hal tersebut juga dapat memberikan informasi mengenai proses
pembentukan tanah yang disebabkan oleh fak tor topografi (relief). Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa pada profil 1 yang berada di
tengah lereng terbagi menjadi 6 horizon yang memiliki kedalaman dan sifat
morfologi yang berbeda-beda. Pada horion 1 yaitu pada kedalaman 0-12 cm
memiliki deskripsi setiap horizon adalah adalah Batas lapisan sangat jelas batas
topografi rata, warna 10 YR 3/2 (very dark greysh brown), tekstur lempung,
perkembangan struktur kuat, gumpal bersudut, dengan pori mikro banyak, meso
sedang dan makro banyak, konsistensi dalam kondisi lembab adalah gembur
dengan pH lapang 5. Sementara itu, pada horizon 2 pada kedalaman 12-43 cm
memiliki batas lapisan jelas batas topografi berombak, warna 10 YR 3/6
(yelowish brown), tekstur lempung berpasir, perkembangan struktur cukup,
gumpal bersudut, dengan pori mikro sedang, meso sedang dan makro sedang,
konsistensi dalam kondisi lembab adalah gembur dengan pH lapang 5. Penentuan

31
deskripsi horizon juga terdapat pada lapisan 3 yang memiliki deskripsi profil yaitu
pada kedalaman 43-65 cm dengan Batas lapisan jelas batas topografi rata, warna
10 YR 6/8 (brownish yellow), tekstur lempung berpasir, perkembangan struktur
cukup, gumpal bersudut, dengan pori mikro banyak, meso sedang sampai banyak
dan makro sedang, konsistensi dalam kondisi lembab adalah gembur dengan pH
lapang 5. Sementara itu, pada horizon ke 4 dan ke 5 memiliki kedalaman 65-98
cm dengan Batas lapisan jelas batas topografi rata, warna 10 YR 5/8 (yellowish
brown), tekstur lempung liat berpasir, perkembangan struktur cukup, gumpal
bersudut, dengan pori mikro banyak, meso sedikit dan pori makro sedikit,
konsistensi dalam kondisi lembab adalah teguh dengan pH lapang 5. Dan pada
horizon ke 5 yaitu pada kedalaman 98-132 cm diketahui bahwa Batas lapisan baur
batas topografi rata, warna 10 YR 6/8 (brownish yellow), tekstur lempung liat
berpasir, perkembangan struktur cukup, gumpal bersudut, dengan pori mikro
sedang, meso banyak dan pori makro sedikit, konsistensi dalam kondisi lembab
adalah teguh dengan pH lapang 5. Sementara itu pada horizon ke 6 yang
merupakan horizon terbawah memiliki kedalaam 132-170 cm batas lapisan baur
batas topografi rata, warna 10 YR 6/8 (brownish yellow), tekstur lempung liat
berpasir, perkembangan struktur cukup, gumpal bersudut, dengan pori mikro
banyak, meso sedikit dan pori makro sedikit, konsistensi dalam kondisi lembab
adalah sangat teguh dengan pH lapang 5.

Pengamatan profil tanah juga dilakukan pada lokasi yang berada pada
bawah lereng. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan terdapat 6
horizon dengan kedalaman yang berbeda-beda. Pada horizon 1 yaitu dengan
kedalaman 0-13,3 cm memiliki Batas lapisan sangat jelas, batas lapisan
bergelombang, warna tanah very dark greyish brown, tekstur berlempung kasar,
taraf perkembangan struktur cukup, bentuknya butiran, ukuran sedang, pori mikro
sedikit, pori meso banyak, pori makro banyak, konsistensi gmbur pada keadaan
lembab, pH 4. Sementara itu, horizon ke 2 pada kedalaman 13,3-41,3 cm memiliki
batas lapisan jelas, batas topografi berombak, wana dark yellowish brown, tekstur
lempung berpasir, taraf perkembangan struktur cukup, bentuk struktur gumpal
berukuran besar, memiliki pori mikri banyak, pori mikro banyak, pori meso
banyak, pori makro sedikit, konsistensi teguh pada keadaan lembab, pH tanah 5.

32
Pengamatan horizon ke 3 juga diketahui hingga kedalaman 41,3-86,7 cm dengan
batas lapisan berangsur, batas topografi rata, wana tanah yellowish brown, tekstur
lempung liat berdebu, taraf perkembangan struktur cukup, bentuk struktur gumpal
berukuran besar, memiliki pori mikro banyak, pori mikro banyak, pori meso
sedang, pori makro sedikit, konsistensi teguh pada keadaan lembab, pH tanah 5.
Pengamatan horizon ke 4, 5, 6 tidak lagi berdasarkan warna karna warna yang
diamati hampir serupa dengan horizon yang berada diatasnya. Sehingga,
penetapan warna dilakukan berdasarkan konsistensi. Berdasrkan konsistensi
tersebut diketahui terdapa 3 horizon yang terdiri dari horizon yang dinyatakan
sebagai horizon 4 yaitu horizon 86,7-119,7 cm dengan batas lapisan baur, batas
topografi rata, wana tanah brownish yellow, tekstur lempung liat berpasir, taraf
perkembangan struktur cukup, bentuk struktur gumpal berukuran sangat besar,
memiliki pori mikro banyak, pori mikro banyak, pori meso sedang, pori makro
sedikit, konsistensi teguh pada keadaan lembab, pH tanah 5. Sedangkan horion 5
memiliki kedalaman 119,7-140,7 cm dengan batas lapisan jelas, batas topografi
merata, wana tanah brownish yellow, tekstur lempung liat berpasir, taraf
perkembangan struktur cukup, bentuk struktur gumpal bersudut berukuran sangat
besar, memiliki pori mikri banyak, pori mikro banyak, pori meso banyak, pori
makro sedikit, konsistensi sangat teguh pada keadaan lembab, pH tanah 5. Disisi
lain horizon 6 dengan kedalaman 140,7-169,7 cm memiliki batas lapisan jelas,
batas topografi rata, wana tanah dark yellowish brown, tekstur lempung liat
berpasir, taraf perkembangan struktur cukup, bentuk struktur keeping dan
berukuran sangat besar, memiliki pori mikri banyak, pori mikro banyak, pori
meso banyak, pori makro sedikit, konsistensi sangat teguh pada keadaan lembab,
pH tanah 5.

Profil 1 menunjukkan tanah dengan horizon yang relatif terang dari atas
hingga bawah. Namun terdapat pencucian pada lapisan ke 2 dan penimbunan pada
lapisan ke 3,4,5 dan 6. Sehingga, horizon yang terdapat pada profil berturut-turut
dari atas ke bawah adalah A, E, Bt1, B t2, Bt3, Bt4. Sementara itu, pada profil 2
terbagi menjadi 6 lapisan dimana terdapat pencucian pada lapisan ke 3 dan
penimbunan pada lapisan 5 dan 6. Sehingga, penentuan horizon nya adalah A,

33
AB, E, Bt1, Bt2, Bt2.

4.3 Klasifikasi Tanah


profil 1 dan profil 2 memiliki beberapa kesamaan dalam pengamatan
epipedon dan endopedon. Keadaan lereng pada profil 2 tidak menunjukkan
perbedaan yang cukup signifikan,. Hal tersebut diasumsikan terjadi karena
kelerengan masih landai dan tidak terlalu curam sehingga belum dapat membuat
perbedaan pada tanah. Profil yang diamati memiliki horizon teratas yang berwarna
hitam namun tidak mencapai 18 cm. Selain itu warna value <4 sehingga termasuk
kepada epipedon ochrick. Sementara itu, terdapat penimbunan liat yang terdapat
pada horizon de kedua profil sehingga dapat diketahui bahwa endopedon
merupakan endopedon argilik.Argilik merupakan salah satu penciri dari tanah
ultisol sehingga dapat diketahui bahwa ordo tanah yang diamati merupakan tanah
dengan ordo ultisol. Sementara itu, lokasi yang diamati yaitu provinsi Jambi
termasuk kedalam regim kelembaban udic yang tidak pernah kering selama 3
bulan (kumulatif) dan 9 bulan adalah bulan basah. Berdasarkan kondisi tersebut
sub ordo dari tanah dalam pengamatan ini adalah udult. Profil yang diamati tidak
memiliki penciri lain di setiap horionnya sehinga, tanah yang diamati termasuk
kedalam grup Hapludults. Sementara itu, apabila dicampurkan horizon Ap pada
pengamatan kali lebih dari 18 cm mengandung humus sehingga termasuk kedalam
sub grup Humic Hapludults. Karena tanah yang diteliti merupakan tanah yang
berada di provinsi dengan masing-masingprofil dengan tekstur yang dominan
adalah lempung liat berpasir dan padaregim kelembaban adalah hipertermik maka
klasifikasi tanah pada kedua profil yang di amati pada tingkat seri adalah Humic
Hapludult, Lempung liat berpasir, hipertermik, Hutan Rusunawa Universitas
Jambi.

34
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Morfologi tanah pada pengamatan memiliki kesamaan yaitu warna tanah yang
didominasi adalah yellowish brown, namun tekstur pada A1-A4 dan B1-B6
lempung liat berpasir dan AS1-AS6 dan BS1-BS2 adalah lempung berliat.

2. Perbedaan lereng yang dijadikan sebagai lokasi pengamatan belum dapat


menggambarkan perbedaan klasifikasi tanah namun memberikan perbedaan
dalam hal peralihan horizon. Tanah yang diamati pada kedua profil tersebut
merupakan tanah denga seri Humic Hapludult, Lempung liat berpasir,
hipertermik, Hutan Rusunawa Universitas Jambi.

5.2. Saran
Dalam pelaksanaan praktikum,praktikan sebaiknya lebih teliti dalam
menganalisis.data yang di dapatkan.

35
DAFTAR PUSTAKA
Ance G. K. 1986. Teknologi Benih. Jakarta: Bina Aksara.

Baver, L.D. 1965. Soil Physics. New York: John Wiley & Sons.

Brady, N.C. 1974. The Natural and Properties of Soil. New York: MacMillan.

Gusli, Sikstus. 2015. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah. Makassar:


Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

___________. 2007. Ilmu tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

___________. 2010. Ilmu tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Kartasapoetra dan Mulyani Sutedjo. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka
Cipta.

Kohnke, Helmut. 1968. Soil Physics. Mishawaka: McGraw-Hill Book Company.

Pairunan, dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Perguruan Tinggi


Negeri Indonesia Timur.

Pandutama, M.H. dkk. 2003. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jember: Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Purwowidodo. 1991. Ganesa Tanah. Jakarta: Rajawali.

Sutedjo, M.M. dan Kartasapoetra, A.G. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta:
Rineka Cipta.

Tan, K.H. 1992. Dasar–Dasar Kimia Tanah (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah


Mada Univ. Press, Bulaksumur.

Arifin, Moch. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan Berbagai Penggunaan Lahan

Dalam Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian

MAPETA. Vol. XII, No. 2: 72 – 144

36
Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah

Mada

Foth, Henry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Gadjah Mada University

Press.Yogyakarta.

Gobahong. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hakim,N.M.Y, dkk. 1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.

Lampung.

Hanafiah, Kemas A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Hardika, Mahardika dan Purnomo. 2007. “Status Kesuburan Tanah Di Bawah

Tegakan Eucalyptus Pellita F.Mueii: Studi Kasus Di Hphti Pt. Arara

Abadi, Riau (Soil fertility ander Eucalyptus pellita F.Mu ell standsz Case

study in PT. Arara Ahadi, Riau)”. Landasan Penelitina Dasar-Dasar Tanah

di Lapang. Jurnal Manusia Dan Lingkungan, Vol. 20, No.l, Maret.

2013:22-34.

37
LAMPIRAN
Pengamatan Bor Tanggal 06 April 2019

Boring A1 Boring A2

Boring A3 Boring A4

Pengamatan Boring 13 April 2019

Boring B1 Boring B2

38
Boring B2 (Pembanding) Boring B3

Boring B4 Boring B5

Boring B6

39
Penampang Profil 01 Mei 2019

Penampang 1 Penampang 2

 Gambar segitiga tekstur

40

Anda mungkin juga menyukai