Kelompok 1:
1. Fitriana Wulandari (200605009)
1. Troposfer: Ini adalah lapisan terdekat dengan permukaan Bumi, dan mencakup ketinggian
sekitar 0-12 kilometer di atas permukaan laut. Hampir semua cuaca terjadi di dalam troposfer,
dan sebagian besar oksigen dan nitrogen dalam atmosfer juga terkonsentrasi di sini.
2. Stratosfer: Lapisan ini terletak di atas troposfer, mencapai ketinggian sekitar 12-50 kilometer di
atas permukaan laut. Lapisan ozon terkonsentrasi di stratosfer, yang memainkan peran penting
dalam melindungi Bumi dari sinar ultraviolet berbahaya.
3. Mesosfer: Lapisan ini terletak di atas stratosfer, mencapai ketinggian sekitar 50-85 kilometer di
atas permukaan laut. Suhu di mesosfer sangat dingin, dengan suhu rata-rata sekitar -85 derajat
Celsius.
4. Termosfer: Lapisan ini terletak di atas mesosfer, mencapai ketinggian sekitar 85-600 kilometer
di atas permukaan laut. Ini adalah lapisan di mana aurora terjadi, dan juga merupakan lapisan
tempat satelit dan stasiun antariksa berada.
5. Eksosfer: Lapisan atmosfer paling luar, mencakup ketinggian lebih dari 600 kilometer di atas
permukaan laut. Lapisan ini sangat tipis, dan gas-gas di sini sangat jarang dan terdispersi.
1. Melindungi bumi dari radiasi matahari yang berbahaya: Lapisan ozon yang terdapat pada stratosfer
berfungsi melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV) yang berbahaya bagi kehidupan. Tanpa lapisan
ozon, radiasi UV dapat merusak materi genetik makhluk hidup dan menyebabkan berbagai penyakit.
2. Menjaga keseimbangan iklim: Lapisan udara bertanggung jawab dalam menjaga suhu bumi agar tetap
stabil dan mengatur pergerakan angin dan hujan. Lapisan atmosfer mengatur jumlah radiasi matahari
yang diterima bumi dan memantulkan kembali sebagian radiasi matahari ke luar angkasa.
3. Menyediakan oksigen untuk kehidupan: Udara pada lapisan troposfer yang terdapat di sekitar kita
mengandung oksigen yang sangat penting bagi makhluk hidup, terutama manusia dan hewan. Oksigen
diperlukan untuk proses respirasi dan pembakaran bahan bakar dalam tubuh.
4. Menyediakan medium bagi kehidupan: Udara pada lapisan troposfer juga berfungsi sebagai medium
bagi kehidupan. Udara yang bersirkulasi membawa suara, aroma, dan mengatur kadar kelembaban yang
penting bagi tanaman dan hewan.
5. Menjaga keseimbangan ekosistem: Lapisan udara juga berperan dalam menjaga keseimbangan
ekosistem di bumi. Udara membawa partikel yang mengandung nutrisi bagi tanaman, mengatur suhu,
dan membantu menjaga kelembaban tanah.
Tanpa lapisan udara, kehidupan di bumi akan sangat sulit dan tidak mungkin berkembang seperti saat ini.
3.Sifat-Sifat Atmosfer
Sifat-sifat atmosfer antara lain:
1. Temperatur: Lapisan udara memiliki suhu yang bervariasi, tergantung pada ketinggian dan
kondisi cuaca. Pada umumnya, suhu lapisan udara akan turun sekitar 6,5 derajat Celsius per
kilometer kenaikan ketinggian.
2. Kelembaban: Kelembaban udara juga bervariasi pada setiap lapisan udara, tergantung pada
jumlah uap air yang terkandung di dalamnya. Lapisan udara yang lebih tinggi memiliki
kelembaban yang lebih rendah.
3. Tekanan: Tekanan udara juga berbeda pada setiap lapisan udara, yang dipengaruhi oleh
gravitasi bumi dan massa udara di atasnya.
4. Kepadatan: Kepadatan udara pada setiap lapisan berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh suhu dan
tekanan udara.
5. Komposisi: Komposisi udara pada setiap lapisan juga berbeda, tergantung pada kandungan gas
di dalamnya. Pada umumnya, udara terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% gas-gas
lainnya seperti argon, karbon dioksida, dan neon.
6. Ketinggian: Lapisan udara dapat dibagi menjadi beberapa ketinggian, seperti lapisan troposfer,
stratosfer, mesosfer, termosfer, dan eksosfer, masing-masing dengan karakteristik dan fungsi
yang berbeda.
5.Kandungan atmosfer
Udara yang terdapat pada lapisan atmosfer bumi terdiri dari beberapa jenis gas, diantaranya adalah:
Nitrogen (N2): merupakan gas yang paling banyak terdapat di udara, dengan persentase sekitar 78%.
Nitrogen sangat penting untuk proses fotosintesis tumbuhan dan untuk mempertahankan keseimbangan
ekosistem.
Oksigen (O2): merupakan gas yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia
dan hewan, karena digunakan dalam proses respirasi. Oksigen terdapat di udara sekitar 21%.
Argon (Ar): merupakan gas yang relatif tidak reaktif dan sangat stabil, dengan persentase sekitar 0,93%
di udara.
Karbon Dioksida (CO2): merupakan gas yang dihasilkan dari proses respirasi makhluk hidup dan
pembakaran bahan bakar fosil. Kandungan CO2 di udara meningkat akibat aktivitas manusia seperti pabrik,
kendaraan bermotor, dan lain-lain.
Neon (Ne), Helium (He), Methane (CH4), Kripton (Kr), Hidrogen (H2), Xenon (Xe), dan Ozone (O3):
merupakan jenis gas lainnya yang terdapat di udara dalam jumlah yang kecil.
Kandungan gas-gas di atas dapat berbeda-beda pada setiap lapisan udara, tergantung pada kondisi lingkungan
dan proses alam yang terjadi di dalamnya
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/353039268
CITATION READS
1 419
2 authors, including:
31 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Muhammad Arif Munandar on 07 July 2021.
Jl. Perhubungan I no 5, Pondok Betung, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten 15221
1. Pendahuluan
Cumulonimbus (CB) adalah awan berbentuk gumpalan yang menjulang tinggi dan
tidak memiliki batas puncak awan yang jelas (berserat). CB dapat menghasilkan
hujan deras tiba-tiba (shower) yang disertai badai guruh (Thunderstorm) bahkan
butiran es (hailstone) [3]. Presipitasi (endapan) dapat berupa air cair (hujan)maupun
air padat (es) .Kondensasi uap air terjadi dalam bentuk air. Namun ketika awan
melewati freezing level yaitu lapisan dengan suhu dibawah 0°C, kandungan dalam
awan merupakan campuran air dengan tetes air kelewat dingin. Ketika
23
Ni Kadek Trisna Dewi dkk
*
email : nikadktrisnadewi@gmail.com
22
23
Ni Kadek Trisna Dewi dkk
awan mulai mencapai suhu dibawah -40°C, maka mulai terbentuk kristal es dari
tetes air kelewat dingin yang secara spontan membeku.
Pada kamis, 12 Januari 2017 tejadi hujan lebat yang disertai dengan butir es di
wilayah Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur. Meski tidak menimbulkan kerusakan
signifikan namun hujan es termasuk fenomena ekstrem yang jarang terjadi di
wilayah Indonesia. Hujan ekstrem yang dibarengi dengan hujan es umumnya
terbentuk pada awan CB yang memiliki updraft yang sangat kuat, memiliki
kandungan air yang banyak, puncak awan yang tinggi, butir air yang besar dan
sejumlah besar bagian awan berada diatas freezing level[1]. Hujan es biasanya
sering terjadi pada wilayah ekstratropis karena memiliki freezing level yang lebih
rendah, dibandingkan dengan wilayah tropis [2].Meski sering terbentuk CB di
Indonesia, hujan es jarang terjadi karena selain suhu permukaannya yang cukup
hangat, wilayah Indonesia memiliki freezing level yang relatif lebih tinggi sehingga
es yang jatuh dari awan seringkali mencair sebelum mencapai permukaan.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah analisis kondisi atmosfer dengan menggunakan
data sebagai berikut:
Data satelit yang digunakan adalah data satelit Himawari 8 kanal IR (Inframerah)
yang ditampilkan dengan aplikasi SATAID GMSLPD. Kanal IR menggunakan
radiasi gelombang panjang yang dikeluarkan bumi setiap saat yang dinyatakan
sebagai brightness temperature Prinsip ini dimanfaatkan untuk mendeteksi adanya
tutupan awan di atmosfer, dimana wilayah dengan tutupan awan yang tebal atau
awan tinggi yang dingin akan terlihat lebih cerah karena memiliki suhu yang lebih
rendah.
Data reanalisis yang diambil yaitu berupa data tekanan di permukaan laut, data
angin permukaan serta kelembapan tiap lapisan.Data ini ditampilkan dengan
menggunakan aplikasi GRADS untuk melihat keadaan atmosfer yang mendukung
penyebab jatuhnya hujan es. Data yang telah ditampilkan didukung oleh data suhu
dan tekanan hasil pengamatan permukaan di stasiun meteorologi Juanda pada
tanggal 12 Januari 2017.
Pada Gambar 3 menunjukkan filter suhu puncak awan CB. Awan yang ditampilkan
adalah awan yang memiliki suhu kurang dari -32°C, semakin pekat citra yang
ditampilkan maka suhu puncak awan semakin dingin.
25
Ni Kadek Trisna Dewi dkk
Gambar 3. Citra satelit Himawari 8 kanal IR yang sudah di filter sehingga hanya menampilkan
awan dengan suhu puncak kurang dari -32oC
Gambar 4. Kontur tekanan di permukaan laut dan peta arah dan kecepatan angin pukul 06.00
UTC
Umumnya uap air akan terkondensasi dalam kondisi udara jenuh ( RH 100%),
namun dalam kenyataannya hanya sedikit tetes awan yang terkondensasi karena
keadaan jenuh. Hal ini disebabkan oleh aerosol di udara yang bertindak sebagai
26
Ni Kadek Trisna Dewi dkk
inti kondensasi. Dari beberapa lintasan pesawat melalui awan-awan Cumulus,
diperoleh bahwa pada bagian luar awan, udara biasanya mempunyai kelembapan
relatif antara 95 dan 100 persen, kemudian menukik turun serendah 70% dekat
ujung-ujung awan dimana percampuran turbulen bertanggung jawab masuknya
udara kering dari luar awan [1]. Gambar 5 menunjukkan keadaan udara basah mulai
dari lapisan permukaan hinga lapisan atas memperlihatkan persediaan uap air yang
mencukupi untuk pertumbuhan awan.
Gambar 5. Kelembapan relatif vertikal dari data ECMWF yang ditampilkan dengan GRADS
1006
1004 0 3 6 9 12 15 18 21
9 12 15 18 21
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dengan data satelit Himawari 8 kanal IR
menunjukkan bahwa awan konvektif yang menutupi wilayah Surabaya
dan Sidoarjo pada kejadian hujan es 12 Januari 2017 adalah awan CB
dengan suhu puncak yang hampir mencapai -80° C. Dari analisis data
reanalisis tekanan permukaan laut menunjukkan bahwa massa udara
datang dari BBU dengan karakteristik yang cukup lembap untuk
pembentukan awan konvektif. Arah dan kecepatan angin menunjukkan
adanya konvergensi di sekitar Surabaya dan Sidoarjo yang identik
dengan daerah berkumpulnya massa udara. Grafik suhu dan tekanan
dari hasil pengamatan meteorologi permukaan dari stasiun Meteorologi
Juanda Surabaya menunjukkan pola yang berkebalikan. Terjadi
kenaikan suhu yang signifikan sebebelum terjadinya hujan es,
kemudian turun secara drastis. Sebaliknya tekanan mengalami
penurunan tiba-tiba sebelum terjadi hujan es.
Daftar Pustaka
1. Dedi Sucahyono S dan Kukuh Rubudiyanto, 2013, Cuaca dan Iklim
Ekstrim Di Indonesia,Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta
2. Fadholi, A., 2012,Analisa Kondisi Atmosfer pada Kejadian Cuaca
Ekstrem Hujan Es (Hail). Simetri, Jurnal Ilmu Fisika Indonesia, 1
(2(D)), hlm. 74-80.
3. Tjasyono, B.H.K., 2007,Mikrofisika Awan, Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika, Jakarta
28
Ni Kadek Trisna Dewi dkk