Bioremediasi
Limbah Minyak
Limbah minyak bumi dapat terjadi di semua lini aktivitas perminyakan mulai dari
eksplorasi sampai ke proses pengilangan dan berpotensi menghasilkan limbah berupa lumpur
minyak bumi (Oily Sludge). Salah satu kontaminan minyak bumi yang sulit diurai adalah
senyawaan hidrokarbon. Secara alamiah lingkungan memiliki kemampuan untuk mendegradasi
senyawasenyawa pencemar yang masuk ke dalamnya melalui proses biologis dan kimiawi.
Namun, sering kali beban pencemaran di lingkungan lebih besar dibandingkan dengan
kecepatan proses degradasi zat pencemar tersebut secara alami. Akibatnya, zat pencemar
akan terakumulasi sehingga dibutuhkan campur tangan manusia dengan teknologi yang ada
untuk mengatasi pencemaran tersebut (Nugroho, 2006).
Salah satu alternatif penanggulangan lingkungan tercemar minyak adalah dengan
teknik bioremediasi, yaitu suatu teknologi yang ramah lingkungan, efektif dan ekonomis dengan
memanfaatkan aktivitas mikroba seperti bakteri. Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh
Tang., et al (2010) tentang bioremediasi pada tanah yang tercemar minyak menggunakan
kombinasi tanaman ryegrass dan kelompok mikroba yang efektif dilakukan dengan “pot
experiment”.
Bahan dan Alat Hasil Penelitian
Bahan yang digunakan dalam Berdasarkan hasil penelitian multi fungsi biokompos dalam
penelitian ini adalah vermikompos rehabilitasi lahan tercemar limbah lumpur minyak bumi dapat
disimpulkan sebagai berikut:
steril, n-heksan, rumput gajah,
limbah lumpur minyak bumi yang ● 1. Penambahan kompos dan urea dapat meningkatkan
didapatkan dari pertambangan efisiensi degradasi TPH dan diperoleh hubungan positif antara
jumlah penambahan kompos dan urea terhadap tingkat degradasi
tradisional Cepu Jawa Timur.
TPH.
Sedangkan alat-alat yang
digunakan adalah Oven listrik, ● 2. Komposisi medium terbaik dalam mendegradasi TPH
adalah perlakuan C2 (100 g berat kering lumpur minyak bumi, 100
tanur, cawan petri, desikator,
g berat kering biokompos, 9 g urea, rasio C/N = 5) dengan tingkat
neraca analitik, pot plastik, pH degradasi 91,15%,.
indikator, ketas saring, Erlenmeyer
dan peralatan gelas lainnya. ● 3. Faktor lingkungan yang menghasilkan kondisi optimal ini
dicapai pada remediasi diperoleh melalui kondisi awal pH 8,25;
kadar air 49,97%; WHC 101,64%; dan kadar abu 63,76% dan
kondisi akhir pH 6,25; kadar air 55,04%; kadar abu 73,39%; dan
WHC 124,11%.
Pemanfaatan Rumput Fimbrisylis sp.
dalam Proses Bioremediasi Tanah pada
Berbagai Konsentrasi Limbah Minyak
Bumi
PENDAHULUAN
Minyak bumi, sampai saat ini masih menjadi sumber energi terbesar
bagi dunia. Tampaknya, sebelum alternatif sumber energi lain pengganti
minyak bumi ditemukan, maka usaha pertambangan minyak bumi akan terus
memainkan peran yang penting bagi kehidupan manusia. Permasalahannya,
proses pengeboran dan produksi minyak bumi juga mengandung risiko bagi
kelestarian lingkungan. Berbagai penelitian dan upaya terus dilakukan untuk
menemukan cara paling efektif mengatasi masalah limbah minyak bumi ini.
Salah satu teknologi yang memberi harapan dan sedang diuji coba saat ini
adalah teknologi bioremediasi (bioremediation). Bioremediasi merupakan
alternatif yang dilakukan dimana laut yang tercemar dibersihkan dengan
memanfaatkan kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi
kontaminan.
Hasil Penelitian
Pengisolasian Bakteri
Lumpur minyak bumi atau sludge merupakan salah satu limbah kegiatan eksplorasi dan
produksi minyak bumi dan gas. Salah satu kandungan sludge minyak bumi adalah
senyawa hidrokarbon, yang mempunyai karakter fisik dan kimia tertentu yang dapat
menurunkan kualitas lingkungan, meracuni biota, menganggu rantai makanan dan pada
akhirnya mempengaruhi kehidupan manusia (Naufal 2005: 3). Menurut Saleh (2001: 7)
karena limbah tersebut berbahaya, maka polutan tidak boleh dibuang langsung ke
lingkungan sebelum mendapat penanganan khusus. Penggunaan konsorsium bakteri
pada proses bioremediasi minyak bumi dapat mempengaruhi proses degradasi minyak
bumi. Hal tersebut disebabkan setiap spesies bakteri membutuhkan substrat yang
spesifik untuk mendegradasi keseluruhan komponen penyusun minyak bumi. Pada
kultur campur (konsorsium) bakteri akan terjadi dua kemungkinan yang dapat
berpengaruh pada proses bioremediasi yaitu sinergisme dan antagonisme. Menurut
Aditiawati (2001: 1) bahwa proses sinergisme bakteri kultur campur dapat meningkatkan
proses bioremediasi dan sebaliknya jika antagonisme akan terjadi penurunan proses
bioremediasi.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah aerator, alumunium foil, autoklaf,
ayakkan tanah, batang pengaduk, baskom, bunsen, cawan petri, colony counter,
dandang, derigen, ember besar, erlenmeyer, gelas beker, gelas ukur, hot plate,
incubator, jarum ose, kamera digital, kapas, karet, kertas label, kompor,
magnetic stirrer, masker, pipet serologis, pipet tetes, polybag, sarung tangan,
sendok semen, sentrifuge, shaker, soil tester, tension ball, timbangan analitik
dan tabung reaksi. Bahan-bahan yang diperlukan yaitu alkohol 70%, aquadest,
bakteri hidrokarbonoklastik (Micrococcus luteus dan Pseudomomas
pseudoalcaligenes), kloroform, limbah minyak bumi yang diambil dari PT
Pertamina UBEP Limau Prabumulih wilayah Sumatera Selatan, medium zobell
padat dan cair, methanol, pupuk (NPK, KCL dan TSP), serbuk kayu, tanah segar
yang telah diayak dan tumbuhan Leucaena leucocephala.
Kesimpulan
sintesis dan karakterisasi plastik biodegradable dari pati onggok singkong dan
04 ekstrak lidah buaya (aloe vera) dengan plasticizer gliserol
Plastik yang digunakan saat ini merupakan polimer sintetis dari bahan baku minyak bumi yang
terbatas jumlahnya dan tidak dapat diperbaharui. Maka, dibutuhkan adanya alternatif bahan
plastik yang diperoleh dari bahan yang mudah didapat dan tersedia di alam dalam jumlah besar dan
murah tetapi mampu menghasilkan produk dengan kekuatan yang sama yaitu bioplastik
(Martaningtiyas, 2004). Bioplastik adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan
mudah terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun oleh cuaca (kelembapan dan
radiasi sinar matahari). Bioplastik dapat diperoleh dengan cara pencampuran pati dengan
selulosa, gelatin dan jenis biopolimer lainnya yang dapat memperbaiki kekurangan dari sifat
plastik berbahan pati (Ban, 2006 dalam Ummah Al Nathiqoh). Pada penelitian ini akan dipreparasi
plastik biodegradable berbahan pati ubi jalar dan plasticizer gliserol. Plastik berbahan pati ubi
jalar, penguat kitosan dan plasticizer gliserol diharapkan dapat memberikan dampak baik bagi
lingkungn dan mengurangi plastik sintetis.
Pembuatan bioplastic
Plastik yang berbahan dasar pati umumnya mempunyai karakteristik yang kaku dan
rapuh, sehingga perlu ditambahkan bahan polimer lain yang bersifat elastis
untuk memperbaiki sifat tersebut. Salah satu bahan yang dapat ditambahkan
adalah lidah buaya (Aloe vera) karena mengandung senyawa kolagen (protein)
yang memberikan sifat lentur dan elastis .Menurut Choche ,lidah buaya juga
mengandung polisakarida antara lain acemannan, glucomannan dan galactan, di
mana acemannan merupakan kandungan terbesar dalam polisakarida yaitu
sebesar 60%. Femenia menyebutkan bahwa kandungan karbohidrat
(polisakarida) dalam lidah buaya merupakan komponen terbanyak setelah air,
sehingga akan lebih mudah untuk diaplikasikan sebagai bahan pembuatan
plastik biodegradable.
Pembuatan ekstrak Pembuatan pati
lidah buaya onggok singkong
spektrum ekstrak lidah buaya. Serapan spektrum dari pati onggok singkong. Serapan
yang menunjukkan adanya polisakarida 3425,58 cm-1 , 2931,80 cm-1 yang diperkuat pada
acemannan yaitu berada pada bilangan serapan 1373,32 cm-1, dan 1026,13 cm-1, secara
gelombang antara 1589,34 cm-1 dan berurutan menunjukkan adanya gugus -OH
1080,14 cm-1. Hal ini sesuai dengan (hidroksil), C-H (metil), dan C-O (eter) yang
penelitian [19] yang menjelaskan bahwa merupakan komponen penyusun pati.
pita serapan senyawa acemannan
berada disekitar bilangan gelombang
1635 cm-1 dan 1078,53 cm-1 .
Berdasarkan hasil spektrum FTIR pada
gambar 1, maka dapat disimpulkan
bahwa dalam ekstrak lidah buaya
mengandung polisakarida (acemannan).
Pembuatan plastik Pembuatan pati
biodegradable onggok singkong
pembuatan Plastik Biodegradable Metode yang Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
digunakan dalam pembuatan plastik diambil kesimpulan bahwa sifat mekanik
biodegradable mengikuti metode yang telah
plastik biodegradable dipengaruhi oleh variasi
dilakukan oleh Hasan [10] yaitu sintesis
pati, gliserol dan ekstrak lidah buaya dengan
polyblend. Metode sintesis polyblend merupakan
pencampuran bahan dalam jumlah dan nilai laju transmisi uap air terendah 3,05 g/m2
perbandingan tertentu pada pembuatan plastik jam. Penambahan ekstrak lidah buaya tidak
berbahan dasar pati. Gliserol dalam penelitian ini terlalu berpengaruh terhadap
tidak hanya berfungsi sebagai plasticizer, tetapi biodegradabilitas plastik biodegradable di
juga sebagai crosslinking antar molekul pati. tanah.
Crosslinking dapat menjadikan pati lebih stabil
terhadap proses pemanasan, pengasaman, dan
pengadukan.
SIFAT MEKANIK DAN MORFOLOGI PLASTIK BIODEGRADABLE DARI
LIMBAH TEPUNG NASI AKING DAN TEPUNG TAPIOKA
MENGGUNAKAN GLISEROL SEBAGAI PLASTICIZER