Anda di halaman 1dari 34

Bioteknologi Lingkungan

Bioremediasi
Limbah Minyak

Baiq Yulia Putri Nur Rohmayanti


Bioremediasi Limbah Minyak

01 Penggunaan Biokompos dalam Bioremediasi Lahan


Tercemar Limbah Minyak Bumi

Pemanfaatan Rumput Fimbrisylis sp. dalam Proses


02 Bioremediasi Tanah pada Berbagai Konsentrasi Limbah
Minyak Bumi

03 Bioremediasi Minyak Bumi Di Perairan Laut

Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi Dengan Menggunakan


04 Bakteri Indigen Secara Invitro (Invitro Bioremediation Of Oil Refinery
Waste By Indigenous Bacteria)

Asosiasi Konsorsium Bakteri Pseudomonas Pseudoalcaligenes dan


05 Micrococus Luteus dengan Lamtoro (Leucaena Leucocephala (Lamk.) De
Wit) dalam Upaya Meningkatkan Bioremediasi Minyak Bumi
Penggunaan Biokompos dalam
Bioremediasi Lahan Tercemar Limbah
Minyak Bumi
PENDAHULUAN

Limbah minyak bumi dapat terjadi di semua lini aktivitas perminyakan mulai dari
eksplorasi sampai ke proses pengilangan dan berpotensi menghasilkan limbah berupa lumpur
minyak bumi (Oily Sludge). Salah satu kontaminan minyak bumi yang sulit diurai adalah
senyawaan hidrokarbon. Secara alamiah lingkungan memiliki kemampuan untuk mendegradasi
senyawasenyawa pencemar yang masuk ke dalamnya melalui proses biologis dan kimiawi.
Namun, sering kali beban pencemaran di lingkungan lebih besar dibandingkan dengan
kecepatan proses degradasi zat pencemar tersebut secara alami. Akibatnya, zat pencemar
akan terakumulasi sehingga dibutuhkan campur tangan manusia dengan teknologi yang ada
untuk mengatasi pencemaran tersebut (Nugroho, 2006).
Salah satu alternatif penanggulangan lingkungan tercemar minyak adalah dengan
teknik bioremediasi, yaitu suatu teknologi yang ramah lingkungan, efektif dan ekonomis dengan
memanfaatkan aktivitas mikroba seperti bakteri. Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh
Tang., et al (2010) tentang bioremediasi pada tanah yang tercemar minyak menggunakan
kombinasi tanaman ryegrass dan kelompok mikroba yang efektif dilakukan dengan “pot
experiment”.
Bahan dan Alat Hasil Penelitian
Bahan yang digunakan dalam Berdasarkan hasil penelitian multi fungsi biokompos dalam
penelitian ini adalah vermikompos rehabilitasi lahan tercemar limbah lumpur minyak bumi dapat
disimpulkan sebagai berikut:
steril, n-heksan, rumput gajah,
limbah lumpur minyak bumi yang ● 1. Penambahan kompos dan urea dapat meningkatkan
didapatkan dari pertambangan efisiensi degradasi TPH dan diperoleh hubungan positif antara
jumlah penambahan kompos dan urea terhadap tingkat degradasi
tradisional Cepu Jawa Timur.
TPH.
Sedangkan alat-alat yang
digunakan adalah Oven listrik, ● 2. Komposisi medium terbaik dalam mendegradasi TPH
adalah perlakuan C2 (100 g berat kering lumpur minyak bumi, 100
tanur, cawan petri, desikator,
g berat kering biokompos, 9 g urea, rasio C/N = 5) dengan tingkat
neraca analitik, pot plastik, pH degradasi 91,15%,.
indikator, ketas saring, Erlenmeyer
dan peralatan gelas lainnya. ● 3. Faktor lingkungan yang menghasilkan kondisi optimal ini
dicapai pada remediasi diperoleh melalui kondisi awal pH 8,25;
kadar air 49,97%; WHC 101,64%; dan kadar abu 63,76% dan
kondisi akhir pH 6,25; kadar air 55,04%; kadar abu 73,39%; dan
WHC 124,11%.
Pemanfaatan Rumput Fimbrisylis sp.
dalam Proses Bioremediasi Tanah pada
Berbagai Konsentrasi Limbah Minyak
Bumi

PENDAHULUAN

industri minyak bumi merupakan industri yang berpotensial menimbulkan


dampak negatif bagi lingkungan hidup sekitar. Hidrokarbon minyak bumi (petroleum)
merupakan salah satu polutan dengan penyebaran sangat luas dan dapat mencemari tanah,
pantai, air bawah tanah, sedimen, dan air permukaan. Kandungan Total petroleum hydrocarbon
(TPH)≤15% pada limbah minyak bumi harus diolah hal ini berdasarkan keputusan Kementrian
Lingkungan Hidup (KLH) no 128 tahun 2003
Pemanfaatan Fimbristylis sp dalam proses bioremediasi dapat dipertimbangkan
diduga tanaman ini mampu menjadi agen fitoremediasi atau mampu me pada penelitian
Estuningsih dkk[3] yang menyatakan bahwa pada akhir proses bioremediasi terlihat adanya
kerja sama dengan phyto alga dan tumbuhan tingkat tinggi hal ini ditandai dengan tumbuh
suburnya phyto alga dan Fimbristylis sp.
Bahan dan Alat Hasil Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian Interaksi antara kosentrasi limbah minyak bumi
ini yaitu aluminium foil, autoklaf, batang pengaduk, dan penggunaan rumput berpengaruh tidak nyata terhadap
bunsen, cawan Petri, colony counter, ember besar jumlah populasi bakteri. Jumlah populasi bakteri pada interaksi
30 buah (diameter 30 cm), erlenmeyer, gelas beker, kedua faktor perlakuan menunjukkan tidak adanya perbedaan.
gelas ukur, hot plate, incubator, jarum ose, kamera Hal ini diduga bandingkan dengan bagian lainnya. Bakteri
digital, kapas, karet, kertas label, kertas saring, mendominasi daerah rhizosphere, pertumbuhannya didukung
magnetic stirrer, oven, penangas air, pH meter, oleh bahan nutrisi yang dilepaskan jaringan akar tanaman
pipet serologis, pipet tetes, sentrifuge, shaker, misalnya asam amino, vitamin, dan zat hara lainnya sehingga
spektrofotometer 20 D, timbangan analitik, dan bakteri mampu tumbuh lebih baik dan jumlah populasi bakteri
tabung reaksi. lebih banyak di daerah rhizosphere ini.
Bahan yang di perlukan yaitu alkohol Pemanfaatan Fimbristylis sp. meningkatkan jumlah
70%, aquades, starter bakteri yang terdiri dari: populasi bakteri. Pemanfaatan rumput Fimbristylis sp
Pseudomonas pseudoalcaligenes, Bacillus meningkatkan penurunan nilai Total Petroleum Hidrokarbon
sphaericus, Bacillus sphaericus var. Rotans, (TPH) yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tidak
Bacillus megaterium, Xanthobacter autotraphicus, menggunakan rumput fimbristylis sp. Semakin banyak limbah
Bacillus mycoides, Bacillus cereus var. albolactis minyak bumi yang ditambahkan maka pertumbuhan Fimbristylis
yang di isolasi dari limbah minyak bumi sp. semakin renda
Bioremediasi Minyak Bumi Di Perairan Laut

Minyak bumi, sampai saat ini masih menjadi sumber energi terbesar
bagi dunia. Tampaknya, sebelum alternatif sumber energi lain pengganti
minyak bumi ditemukan, maka usaha pertambangan minyak bumi akan terus
memainkan peran yang penting bagi kehidupan manusia. Permasalahannya,
proses pengeboran dan produksi minyak bumi juga mengandung risiko bagi
kelestarian lingkungan. Berbagai penelitian dan upaya terus dilakukan untuk
menemukan cara paling efektif mengatasi masalah limbah minyak bumi ini.
Salah satu teknologi yang memberi harapan dan sedang diuji coba saat ini
adalah teknologi bioremediasi (bioremediation). Bioremediasi merupakan
alternatif yang dilakukan dimana laut yang tercemar dibersihkan dengan
memanfaatkan kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi
kontaminan.
Hasil Penelitian
Pengisolasian Bakteri

Bakteri pendegradasi komponen minyak yang sulit didegradasi ini


dapat diperoleh dengan memanfaatkan komponen minyak bumi yang masih
ada setelah pertumbuhan yang lengkap bakteri pendegradasi awal. Oleh karena
itu, untuk memperoleh isolat bakteri yang lebih lengkap untuk menghasilkan
degradasi total minyak bumi yang lebih besar, isolasi bakteri pendegradasi
minyak bumi dilakukan secara bertahap
Pre studi dan Hasil Penelitian
pemantauan
Terdapat pendekatan kajian bioremediasi yaitu:
1) Bioaugmentasi. Prinsipnya adalah mikroba pengurai minyak ditambahkan ke lingkungan dimana telah tersedia
mikroba dari berbagai spesies dan terkontaminasi minyak.
2) Biostimulasi. Prinsipnya adalah mikroba pengurai minyak yang telah ada dalam lingkungan terkontaminasi minyak
distimulasi aktivitasnya dengan penambahan nutrient. Penambahan nutrient diperlukan untuk meningkatkan laju
bioremediasi.
Fungsi pemantauan didasarkan kepada penggunaan pemantauan, yaitu:
1) Pemantauan retrospektif. Pemantauan retrospektif adalah pemantauan yang hasil-hasilnya digunakan untuk
melakukan koreksi atau jastifikasi/pembenaran terhadap predictive hazard assessments dan penerapan teknologi.
Keduanya dipantau secara dan/atau menggunakan indikator fisik, kimia dan biologis.
2) Pemantauan prospektif. Pemantauan prosepektif adalah pemantauan yang hasilhasilnya digunakan untuk
melakukan prediksi. Uji ekotoksisitas merupakan contoh pemantauan prospektif. Salah satu indicator tingkat
toksisitas organic adalah rasio BOD/COD
Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi Dengan Menggunakan
Bakteri Indigen Secara Invitro (Invitro Bioremediation Of Oil Refinery
Waste By Indigenous Bacteria)

Salah satu cara untuk pengelolaan dan pemanfaatan limbah dilakukan


dengan menggunakan agen biologi yang disebut bioremediasi.
Bioremediasi merupakan suatu proses pemulihan (remediasi) lahan yang
tercemar limbah organik maupun limbah anorganik dengan
memanfaatkan organisme. Bioremediasi minyak bumi dapat dilakukan
melalui dua pendekatan utama yaitu seeding dan bioaugmentasi. Seeding
adalah inokulasi mikroorganisme ke lokasi tercemar minyak bumi.
Mikroorganisme yang diinokulasikan tersebut dapat diperoleh dari luar
(nonindigenous) atau dengan memanfaatkan mikroorganisme lokal yang
ada di lokasi tercemar (indegenous)
Bahan dan Alat Proses Bioredemiasi
Bahan penelitian adalah isolat Proses bioremediasi dilakukan dengan penambahan
bakteri yang diisolasi dari limbah inokulum bakteri indigen dengan konsentrasi 10%
minyak bumi yang berasal dari untuk perlakuan, sedangkan untuk kontrol tanpa
tempat pembuangan limbah kilang penambahan bakteri indigen, rasio C:N:P 100:5:1
minyak bumi di Pertamina Sungai dan pH 7 di dalam bioreaktor sederhana. Percobaan
Pakning (Acinetobacter baumannii,
dilakukan selama 35 hari dan setiap satu minggu
Alcaligenes eutrophus, Bacillus
sekali dilakukan sampling untuk parameter
sp1., Methylococcus capsulatus,
pertumbuhan mikroba, tingkat degradasi, Chemical
Bacillus sp2., Morococcus sp.,
Pseudomonas diminuta, Oxygen Demand (COD) (Anonimus, 2005) dan
Xanthomonas albilineans, Bacillus perubahan pH, sedangkan parameter komposisi dan
cereus dan Flavobacterium jenis senyawa yang terkandung di dalam sampel
branchiophiia), dilakukan pada akhir perlakuan.
Asosiasi Konsorsium Bakteri Pseudomonas Pseudoalcaligenes dan
Micrococus Luteus dengan Lamtoro (Leucaena Leucocephala (Lamk.) De Wit)
dalam Upaya Meningkatkan Bioremediasi Minyak Bumi

Lumpur minyak bumi atau sludge merupakan salah satu limbah kegiatan eksplorasi dan
produksi minyak bumi dan gas. Salah satu kandungan sludge minyak bumi adalah
senyawa hidrokarbon, yang mempunyai karakter fisik dan kimia tertentu yang dapat
menurunkan kualitas lingkungan, meracuni biota, menganggu rantai makanan dan pada
akhirnya mempengaruhi kehidupan manusia (Naufal 2005: 3). Menurut Saleh (2001: 7)
karena limbah tersebut berbahaya, maka polutan tidak boleh dibuang langsung ke
lingkungan sebelum mendapat penanganan khusus. Penggunaan konsorsium bakteri
pada proses bioremediasi minyak bumi dapat mempengaruhi proses degradasi minyak
bumi. Hal tersebut disebabkan setiap spesies bakteri membutuhkan substrat yang
spesifik untuk mendegradasi keseluruhan komponen penyusun minyak bumi. Pada
kultur campur (konsorsium) bakteri akan terjadi dua kemungkinan yang dapat
berpengaruh pada proses bioremediasi yaitu sinergisme dan antagonisme. Menurut
Aditiawati (2001: 1) bahwa proses sinergisme bakteri kultur campur dapat meningkatkan
proses bioremediasi dan sebaliknya jika antagonisme akan terjadi penurunan proses
bioremediasi.
Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah aerator, alumunium foil, autoklaf,
ayakkan tanah, batang pengaduk, baskom, bunsen, cawan petri, colony counter,
dandang, derigen, ember besar, erlenmeyer, gelas beker, gelas ukur, hot plate,
incubator, jarum ose, kamera digital, kapas, karet, kertas label, kompor,
magnetic stirrer, masker, pipet serologis, pipet tetes, polybag, sarung tangan,
sendok semen, sentrifuge, shaker, soil tester, tension ball, timbangan analitik
dan tabung reaksi. Bahan-bahan yang diperlukan yaitu alkohol 70%, aquadest,
bakteri hidrokarbonoklastik (Micrococcus luteus dan Pseudomomas
pseudoalcaligenes), kloroform, limbah minyak bumi yang diambil dari PT
Pertamina UBEP Limau Prabumulih wilayah Sumatera Selatan, medium zobell
padat dan cair, methanol, pupuk (NPK, KCL dan TSP), serbuk kayu, tanah segar
yang telah diayak dan tumbuhan Leucaena leucocephala.
Kesimpulan

Hasil bioremediasi hidrokarbon sludge minyak bumi menggunakan kultur


campur bakteri dan lamtoro diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Perlakuan (penanaman lamtoro dan inokulasi konsorsium bakteri)
menunjukkan berpengaruh tidak nyata terhadap berat basah tanaman
lamtoro dan berpengaruh nyata terhadap penurunan nilai TPH minyak
bumi.
b. Perlakuan B3 (inokulasi konsorsium bakteri dan penanaman lamtoro)
pada bioreaktor menghasilkan nilai tertinggi baik pada perhitungan
jumlah sel bakteri, pertambahan berat basah tanaman maupun
penurunan nilai TPH minyak bumi.
c. Kerja sama antara konsorsium bakteri Micrococus luteus dan bakteri
Pseudomonas pseudoalcaligenes dengan Leucaena leucocephala dapat
meningkatkan bioremediasi minyak bumi
Biodegradable
plastic
Biodegradable plastic

01 Potensi Pengembangan Plastik Biodegradable Berbasis Pati


Sagu Dan Ubikayu Di Indonesia

Pemanfaatan Pati Umbi Garut Untuk Pembuatan Plastik


02 Biodegradable

Studi Pembuatan Bahan Alternatif Plastik Biodegradable Dari


03 Pati Ubi Jalar Dengan Plasticizer Gliserol Dengan Metode Melt
Intercalation

sintesis dan karakterisasi plastik biodegradable dari pati onggok singkong dan
04 ekstrak lidah buaya (aloe vera) dengan plasticizer gliserol

Sifat Mekanik Dan Morfologi Plastik Biodegradable Dari


05 Limbah Tepung Nasi Aking Dan Tepung Tapioka
Menggunakan Gliserol Sebagai Plasticizer
Potensi Pengembangan Plastik
Biodegradable Berbasis Pati Sagu
Dan Ubikayu Di Indonesia
Penggunaan plastik yang cukup tinggi berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan (Tokiwa
et al. 2009), karena sulit terdegradasi sehingga terjadi penumpukan sampah plastik yang
mencemari lingkungan. Plastik yang ditimbun di tanah juga sulit terdegradasi. Polimer sintetis
yang merupakan bagian utama dari plastik akan terdegradasi dalam waktu puluhan bahkan ratusan
tahun. Jika dibakar, plastik akan menghasilkan emisi karbon yang mencemari lingkungan.
Beberapa penelitian telah menghasilkan teknologi pembuatan plastik dari bahan alami yang dapat
terdegradasi dalam waktu singkat yang disebut sebagai. plastik biodegradable atau bioplastik.
Plastik biodegradable terbuat dari bahan polimer alami seperti pati, selulosa, dan lemak. Bahan
utama yang sering digunakan dalam pembuatan plastik biodegradable adalah pati dan Poly Lactic
Acid (PLA)
Pati Sebagai Bahan Baku Plastik
Biodegradable

Pati sagu dapat dimanfaatkan untuk pangan dan nonpangan.


Sebagai bahan pangan, sagu dimanfaatkan sebagai bahan
baku mi (Purwani et al. 2006, Prayoga et al, 2016) dan bahan
tambahan fungsional pati resisten (Purwani et al. 2012).
Selain sebagai bahan pangan, pati sagu juga prospektif
dikembangkan sebagai bahan baku industri substrat
fermentasi butanol-etanol, plastik biodegradable, gula cair,
penyedap makanan, dan berkaitan dengan suhu gelatinisasi.
Pati dengan ukuran granula kecil cenderung memiliki suhu
gelatinisasi yang tinggi karena ikatan molekulnya lebih kuat
sehingga energi yang diperlukan untuk proses lebih tinggi.
Ubi Kayu
Ubi kayu mengandung karbohidrat cukup tinggi, berkisar antara
34,7 37,9%. Sebagai bahan industri ubi kayu umumnya diproses
menjadi tapioka. Tapioka merupakan pati yang diambil dari ubikayu.
Tapioka dapat dimanfaatkan untuk bahan pangan maupun industri
non pangan. Sebagi bahan pangan, tapioka setelah melalui proses
modifikasi dapat digunakan sebagai food ingredient. mia dan fisik
tapioka dapat dilihat pada Tabel 5. Komponen utama penyusun
tapioka adalah pati dengan kandungan amilopektin sedikit lebih
tinggi daripada amilosa. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
kandungan amilosa dan amilopektin mempengaruhi kristalinitas dan
kekuatan mekanis bioplastik yang dihasilkan. Pati dengan
kandungan amilopektin tinggi dengan penambahan plasticizer dapat
meningkatkan kekuatan mekanisnya
Proses
Produksi
Plastik biodegradable dengan berbagai bentuk dapat dibuat dari pati dengan bahan tambahan.
Campuran pati alami, pati tergelatinisasi, pati termoplastis, dan pati termodifikasi, polimer atau
monomer (asam laktat, hidroksi alkanoat) dapat ditambah dengan plasticizer, bleaching maupun
pewarna dilakukan melalui proses ekstrusi menggunakan ekstruder pada suhu 100 160°C. Hasil
ekstrusi setelah melalui proses pengeringan dan pelleting menghasilkan pellet plastik
biodegradable. Pellet atau biji bioplastik selanjutnya dapat diproses menjadi berbagai bentuk
plastik menggunakan plastik converter berupa film blowing untuk menghasilkan kantung plastik.
Penggunaan termoforming dan injection moulding akan menghasilkan produk seperti keyboard
dan pesawat telepon. Blow moulding digunakan untuk menghasilkan produk berupa botol
plastik, dan extrucsion coating menghasilkan film laminasi untuk kemasan makanan ringan,
retort pouch
Plastik biodegradable ramah lingkungan telah dikembangkan sebagai subtitusi
penggunaan plastik konvensional. Plastik biodegradable dapat diproduksi dari
bahan dasar pati yang banyak tersedia di Indonesia, di antaranya pati sagu dan
pati ubi kayu. Teknologi produksi plastik biodegradable relatif sederhana dan
produk yang dihasilkan memiliki karakteristik yang menyerupai jenis kemasan
plastik yang banyak digunakan, seperti LPDE, HDPE, dan PP. Penelitian untuk
memproduksi plastik biodegradable berbasis pati telah banyak dilakukan di
Indonesia, namun kebanyakan dalam skala laboratorium. Teknologi produksi
biodegradable plastik dalam skala yang lebih besar masih perlu dikembangkan
untuk menghasilkan produk yang secara ekonomi menguntungkan.
PEMANFAATAN PATI UMBI GARUT UNTUK
PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE

Penggunaan Pati sebagai Bahan Baku Plastik Biodegradabel Indonesia kaya


akan sumberdaya alam, diantaranya pati-patian yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan plastik biodegradabel. Pengkajian pemanfaatan
sumberdaya pati Indonesia untuk produksi plastik biodegradabel dapat
dilakukan melalui 3 cara yaitu :
1. Pencampuran antara polimer plastic dengan pati
2. Modifikasikimiawi pati
3. Penggunaan pati sebagai bahan baku fermentasi menghasilkan
monomer/polimer plastic biodegradabel
Pati umbi garut
Pati umbi Garut merupakan hasil ekstraksi umbi Garut dari tanaman garut (Maranta
arundinaceae L.) yang merupakan jenis umbi-umbian yang memiliki kandungan patinya
sekitar 80 - 85% sehingga umbi garut tidak kalah dengan umbi-umbian lain yang
dianggap sebagai sumber pati seperti pati ketela pohon (85%), pati ketela rambat (63%)
dan pati kentang (18%). Tanaman garut (Maranta arundinacea L) dapat tumbuh maksimal
di bawah lindungan pohon dengan kadar matahari minimum, sehingga tanaman ini
potensial diusahakan di hutan rakyat, tanah pekarangan, maupun daerah-daerah
penghijauan. Tanaman ini mampu tumbuh pada tanah yang miskin kesuburannya,
meskipun untuk produksi terbaik harus dipupuk. Pati garut dapat digunakan sebagai
alternatif untuk pengganti atau substitusi tepung terigu sebagai bahan baku pembuatan
kue, mie, roti kering, bubur bayi, makanan diet pengganti nasi, disamping digunakan di
industri kimia, kosmetik, pupuk, gula cair dan obat-obatan. Akan tetapi pemanfaatan
tepung garut masih menghadapi beberapa kendala, terutama pemasaran dan
kontinuitas pasokan bahan baku
Kesimpulan

Dari hasil percobaan dan analisis data hasil pengamatan bisa


disimpulkan beberapa hal berikut ini: 1. Studi kelayakan teknik
pembuatan bioplastik dari pati umbi garut dapat ditentukan oleh
kandungan amilosa 16,2% dan amilopektin 69,8%, akan tetapi
dengan menambah penggunaan filler ZnO dengan ukuran 500-900
nm akan dapat memperbaiki sifat mekanis dari bioplastik yang
dihasilkan. 2. Optimasi kondisi operasi pembuatan bioplastik pada
lama pemanasan dan pengadukan selama 40 menit diperoleh hasil
bioplastik yang memiliki fleksibilitas yang makin meningkat seiring
kenaikan gliserol sampai 30% wt. Sementara transparansi dan
fleksibilitas dari bioplastik semakin menurun ketika kadar ZnO
meningkat dari 1 sampai 3% wt.
STUDI PEMBUATAN BAHAN ALTERNATIF PLASTIK
BIODEGRADABLE DARI PATI UBI JALAR DENGAN
PLASTICIZER GLISEROL DENGAN METODE MELT
INTERCALATION

Plastik yang digunakan saat ini merupakan polimer sintetis dari bahan baku minyak bumi yang
terbatas jumlahnya dan tidak dapat diperbaharui. Maka, dibutuhkan adanya alternatif bahan
plastik yang diperoleh dari bahan yang mudah didapat dan tersedia di alam dalam jumlah besar dan
murah tetapi mampu menghasilkan produk dengan kekuatan yang sama yaitu bioplastik
(Martaningtiyas, 2004). Bioplastik adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan
mudah terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun oleh cuaca (kelembapan dan
radiasi sinar matahari). Bioplastik dapat diperoleh dengan cara pencampuran pati dengan
selulosa, gelatin dan jenis biopolimer lainnya yang dapat memperbaiki kekurangan dari sifat
plastik berbahan pati (Ban, 2006 dalam Ummah Al Nathiqoh). Pada penelitian ini akan dipreparasi
plastik biodegradable berbahan pati ubi jalar dan plasticizer gliserol. Plastik berbahan pati ubi
jalar, penguat kitosan dan plasticizer gliserol diharapkan dapat memberikan dampak baik bagi
lingkungn dan mengurangi plastik sintetis.
Pembuatan bioplastic

Pembuatan bioplastik menggunakan metode pembuatan film plastik biodegradable


yaitu melt intercalation yaitu teknik inversi fasa dengan penguapan pelarut
setelah proses pencetakkan yang dilakukan pada plat kaca. Metode pembuatan
film plastik biodegradable ini didasarkan pada prinsip termodinamika larutan
dimana keadaan awal larutan stabil kemudian mengalami ketidakstabilan pada
proses perubahan fase (demixing), dari air menjadi padat. Proses
pemadatannya (solidifikasi) diawali transisi fase cair satu ke fase dua cairan
(liquidliquid demixing) sehingga pada tahap tertentu fase (polimer konsentrasi
tinggi) akan membentuk padatan. Proses pembuatan bioplastik dengan variasi
konsentrasi gliserol dilakukan dengan mencampurkan 2% kitosan dengan
gliserol yang massanya divariasikan 0,5, 1, dan 1,5 (%v/v)) dan 100 ml aquadest,
menambahkan Asama setat 1 % kedalam campuran tersebut agar kitosan larut
sempurna.
kesimpulan
Sifat mekanik terbaik dari bioplastik dengan variasi konsentrasi plasticizer
gliserol diperoleh pada konsentrasi gliserol 0,5%, yaitu kuat tarik 19,23
MPa, sedangkan nilai elongasi terbaik diperoleh pada saat variasi gliserol
1,5 % yaitu 39,16%. Bioplastik pada saat variasi konsentrasi kitosan
diperoleh sifat mekanik terbaik yaitu nilai kuat terbaik pada saat
konsentrasi kitosan 2% yaitu 5,60 MPa, sedangkan nilai elongasi terbaik
pada saat konsentrasi kitosan 1% yaitu 32,62%. Nilai elongasi bioplastik
akan meningkat seiring bertambahnya konsentrasi gliserol (0.5, 1 dan
1.5%), yaitu 0, 21,66% dan 39,16%, kemudian akan menurun seiring
bertambahnya konsentrasi kitosan (1%, 2% dan 3%) yaitu 32,62%, 16,60%
dan 8,35%. Sedangkan nilai kuat tarik sebaliknya pada saat penambahan
konsentrasi gliserol nilai kuat tarik semakin menurun yaitu 19,23 Mpa, 11,58
Mpa dan 8,83 Mpa
SINTESIS DAN KARAKTERISASI PLASTIK BIODEGRADABLE DARI
PATI ONGGOK SINGKONG DAN EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera)
DENGAN PLASTICIZER GLISEROL

Plastik yang berbahan dasar pati umumnya mempunyai karakteristik yang kaku dan
rapuh, sehingga perlu ditambahkan bahan polimer lain yang bersifat elastis
untuk memperbaiki sifat tersebut. Salah satu bahan yang dapat ditambahkan
adalah lidah buaya (Aloe vera) karena mengandung senyawa kolagen (protein)
yang memberikan sifat lentur dan elastis .Menurut Choche ,lidah buaya juga
mengandung polisakarida antara lain acemannan, glucomannan dan galactan, di
mana acemannan merupakan kandungan terbesar dalam polisakarida yaitu
sebesar 60%. Femenia menyebutkan bahwa kandungan karbohidrat
(polisakarida) dalam lidah buaya merupakan komponen terbanyak setelah air,
sehingga akan lebih mudah untuk diaplikasikan sebagai bahan pembuatan
plastik biodegradable.
Pembuatan ekstrak Pembuatan pati
lidah buaya onggok singkong
spektrum ekstrak lidah buaya. Serapan spektrum dari pati onggok singkong. Serapan
yang menunjukkan adanya polisakarida 3425,58 cm-1 , 2931,80 cm-1 yang diperkuat pada
acemannan yaitu berada pada bilangan serapan 1373,32 cm-1, dan 1026,13 cm-1, secara
gelombang antara 1589,34 cm-1 dan berurutan menunjukkan adanya gugus -OH
1080,14 cm-1. Hal ini sesuai dengan (hidroksil), C-H (metil), dan C-O (eter) yang
penelitian [19] yang menjelaskan bahwa merupakan komponen penyusun pati.
pita serapan senyawa acemannan
berada disekitar bilangan gelombang
1635 cm-1 dan 1078,53 cm-1 .
Berdasarkan hasil spektrum FTIR pada
gambar 1, maka dapat disimpulkan
bahwa dalam ekstrak lidah buaya
mengandung polisakarida (acemannan).
Pembuatan plastik Pembuatan pati
biodegradable onggok singkong
pembuatan Plastik Biodegradable Metode yang Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
digunakan dalam pembuatan plastik diambil kesimpulan bahwa sifat mekanik
biodegradable mengikuti metode yang telah
plastik biodegradable dipengaruhi oleh variasi
dilakukan oleh Hasan [10] yaitu sintesis
pati, gliserol dan ekstrak lidah buaya dengan
polyblend. Metode sintesis polyblend merupakan
pencampuran bahan dalam jumlah dan nilai laju transmisi uap air terendah 3,05 g/m2
perbandingan tertentu pada pembuatan plastik jam. Penambahan ekstrak lidah buaya tidak
berbahan dasar pati. Gliserol dalam penelitian ini terlalu berpengaruh terhadap
tidak hanya berfungsi sebagai plasticizer, tetapi biodegradabilitas plastik biodegradable di
juga sebagai crosslinking antar molekul pati. tanah.
Crosslinking dapat menjadikan pati lebih stabil
terhadap proses pemanasan, pengasaman, dan
pengadukan.
SIFAT MEKANIK DAN MORFOLOGI PLASTIK BIODEGRADABLE DARI
LIMBAH TEPUNG NASI AKING DAN TEPUNG TAPIOKA
MENGGUNAKAN GLISEROL SEBAGAI PLASTICIZER

Padi dan singkong merupakan tanaman pertanian yang sangat penting di


Indonesia. Tepung beras dan tapioka merupakan bahan perekat dan
pengental yang efisien, sehingga banyak digunakan dalam industri sup, saus,
pengisi pasta, dan lain-lain. Laohakunjit dan Noomhorm (2004) dan Phan dkk
(2005) telah meneliti pembuatan bioplastik dari tepung beras dan singkong
dengan penambahan plasticizer gliserol dan sorbitol. Bioplastik yang terbuat
dari pati singkong dan diberi plasticizer gliderol bersifat transparan, jernih,
homogen, fleksibel dan mudah dibawa. Sedangkan, bioplastik dari pati beras
yang diberi plasticizer gliserol lebih rapuh dan kurang tahan terhadap beban
mekanik (Phan dkk, 2005). Kuat tarik bioplastik dati pati beras yang diberi
plasticizer gliserol lebih rendah jika dibandingkan dengan yang diberi
plasticizer sorbitol
Kadar komponen utama tepung dalam % yang
meliputi lemak, protein, abu, serat kasar dan
Pembuatan
air ditentukan menurut protokolpati
yang
Bahan dan Metode diterbitkan oleh Association of Official
onggok singkong
Analytical Chemists (AOAC, 1990). Karbohidrat
dihitung sebagai selisih antara 100 dengan
Bahan nasi aking yang digunakan
jumlahan kadar lemak, protein, abu, serat kasar
diperoleh dari pengepul di daerah
dan air. Kadar amylose dalam tepung nasi aking
Tembalang, dicuci dengan air hingga
dan tepung tapioka ditentukan secara
bersih dan dijemur dibawah terik
kolorimetri menurut protokol yang diterbitkan
matahari hingga kering (kadar air oleh American Association Cereal Chemist
±10%). Selanjutnya nasi aking yang (AACC, 2000). Tebal lembaran plastic diukur
sudah kering digiling menggunakan menggunakan micrometer digital bepresisi
ball mill dan diayak hingga diperoleh tinggi (Digimatic Indicator, Mitutoyo
tepung nasi aking dengan ukuran Corporation, Japan). Pengukuran dilakukan
butir rata-rata ±300µm hingga mencapai ketelitian 0.0001 (±5%) pada
beberapa bagian lembaran plastik secara acak,
dan ketebalan film adalah reratanya.
Menurut de la Guerivier (1976), amilose dalam
pati akan membentuk tekstur dan permukaan
Karakteristik tepung nasi aking dan
Pembuatan
yang teratur, pati elastisitas
serta meningkatkan
tepung tapioka onggok
dan kelekatan padasingkong
produk berbasis pati.
Artinya, pati yang mempunyai kadar amilose
Sebagai bahan baku untuk pembuatan
yang tinggi akan membentuk gel yang lebih
plastik biodegradable, maka komposisi
keras (Novelo-Cen dan Betancur-Ancona,
kimia nasi aking dan tepung tapioka perlu
2005). Oleh karena itu, tepung tapioka
diketahui. Komponen utama yang perlu
diperhatikan adalah kandungan merupakan bahan yang sangat diperlukan
karbohidrat, pati, protein dan lemak di untuk menghasilkan produk yang memerlukan
dalamnya. Seperti telah diketahui, plastik tekstur yang kuat. Kadar air yang cukup tinggi
biodegradable dapat dibuat dari berbagai dalam tepung nasi aking dapat memberi efek
bahan baku, seperti protein, lemak (lipid), plasticizer dengan menurunkan ketahanan
polisakarida (karbohidrat) atau gabungan mekanik dan meningkatkan fleksibilitas plastik
dari bahan-bahan tersebut. Hasil analisis biodegradable yang dihasilkan
proksimat terhadap tepung nasi aking dan
tepung tapioka
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai