Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/353039268

ANALYSIS OF ATMOSPHERE CONDITIONS ON HAIL OVER SURABAYA (CASE


STUDY 12 JANUARY 2017) / ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN
HUJAN ES DI SURABAYA (STUDI KASUS 12 JANUARI 2017)

Conference Paper · July 2017

CITATION READS

1 419

2 authors, including:

Muhammad Arif Munandar


Meteorological Climatological and Geophysical Agency
31 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Aviation Meteorology View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Arif Munandar on 07 July 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya
Sabtu, 22 Juli 2017
Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor

ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN HUJAN


ES DI SURABAYA
(STUDI KASUS 12 JANUARI 2017)

NI KADEK TRISNA DEWI1*, MUHAMMAD ARIF MUNANDAR2


Prodi Meteorologi,
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Jl. Perhubungan I no 5, Pondok Betung, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten 15221

Abstrak. Hujan es dapat menyebabkan dampak negatif bagi lingkungan maupun


kehidupan masyarakat, seperti rusaknya sarana publik. Pada tanggal 12 Januari 2017 di
wilayah Surabaya dan Sidoarjo terjadi hujan lebat yang disertai dengan butir es (hail)
yang mencapai ukuran sebesar kelereng. Penulis melakukan analisis keadaan atmosfer
pada saat kejadian hujan es tersebut.Metode yang digunakan dalam penulisan ini
adalah analisis kondisi cuaca permukaan dan data reanalisis serta citra satelit.Analisis
kondisi cuaca permukaan seperti suhu, tekanan, kelembapan relatif dan data reanalisis
untuk analisis kejadian hujan es. Sedangkan analisis citra satelit cuaca Himawari 8
kanal inframerah (IR) digunakan untuk melihat gambaran citra awan.Terjadi kenaikan
suhu dan kelembapan relatif serta penurunan tekanan yang signifikan sesaat sebelum
hujan es. Adanya konvergensi diatas Surabaya dan Sidoarjo, serta kelembapan udara
tiap lapisan yang basah sampai lapisan atas menyebabkan ketidakstabilan atmosfer
yang mendukung terbentunya awan konvektif. Awan yang menutupi wilayah Surabaya
dan Sidoarjo pada saat kejadian merupakan awan Cumulonimbus dengan suhu puncak
awan yang sangat dingin.

Kata kunci : Hujan Es, Himawari-8, Awan Cumulonimbus


Abstract. Hail can cause negative impacts to the environment and people's lifes, such
as the destruction of public facilities. On January 12, 2017 there was a heavy rain
accompanied by hail which reached the size of a marble. The author analyzes the state
of the atmosphere when the phenomena occured. The method used in this paper is
analysingthe surface weather conditions and reanalysis data as well as satellite imagery.
Analysis of surface weather conditions such as temperature, pressure, relative humidity
and reanalysis data to describe the state of the atmosphere. While analysis of weather
satellite images Himawari 8 channel infrared (IR) to view the image of cloud visually.
There is a rise in temperature and relative humidity followed by a significant drop in
pressure just before the hail event occured. The convergence above Surabaya and
Sidoarjo, as well as the moist humidity of each atmosphere layer to the upper
layercaused atmosphere instability that supported convective cloud formation. Cloud
cover from satellite imagenary above Surabaya at the time of the hail event is
Cumulonimbus with a very cold cloud top temperature.
Keyword :Hail, Himawari-8, Cumulonimbus

1. Pendahuluan
Cumulonimbus (CB) adalah awan berbentuk gumpalan yang menjulang tinggi dan
tidak memiliki batas puncak awan yang jelas (berserat). CB dapat menghasilkan
hujan deras tiba-tiba (shower) yang disertai badai guruh (Thunderstorm) bahkan
butiran es (hailstone) [3]. Presipitasi (endapan) dapat berupa air cair (hujan)
maupun air padat (es) .Kondensasi uap air terjadi dalam bentuk air. Namun ketika
awan melewati freezing level yaitu lapisan dengan suhu dibawah 0°C, kandungan
dalam awan merupakan campuran air dengan tetes air kelewat dingin. Ketika

*
email : nikadktrisnadewi@gmail.com

22
23
Ni Kadek Trisna Dewi dkk

awan mulai mencapai suhu dibawah -40°C, maka mulai terbentuk kristal es dari
tetes air kelewat dingin yang secara spontan membeku.

Pada kamis, 12 Januari 2017 tejadi hujan lebat yang disertai dengan butir es di
wilayah Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur. Meski tidak menimbulkan kerusakan
signifikan namun hujan es termasuk fenomena ekstrem yang jarang terjadi di
wilayah Indonesia. Hujan ekstrem yang dibarengi dengan hujan es umumnya
terbentuk pada awan CB yang memiliki updraft yang sangat kuat, memiliki
kandungan air yang banyak, puncak awan yang tinggi, butir air yang besar dan
sejumlah besar bagian awan berada diatas freezing level[1]. Hujan es biasanya
sering terjadi pada wilayah ekstratropis karena memiliki freezing level yang lebih
rendah, dibandingkan dengan wilayah tropis [2].Meski sering terbentuk CB di
Indonesia, hujan es jarang terjadi karena selain suhu permukaannya yang cukup
hangat, wilayah Indonesia memiliki freezing level yang relatif lebih tinggi
sehingga es yang jatuh dari awan seringkali mencair sebelum mencapai
permukaan.

2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah analisis kondisi atmosfer dengan menggunakan
data sebagai berikut:

1. Data satelit cuaca Himawari 8 kanal Inframerah IR tanggal 12 Januari 2017


2. Data reanalisis dari ECMWF (European Centre for Medium-Range Weather
Forecasts ) tanggal 12 Januari 2017
3. Data suhu dan tekanan hasil pengamatan meteorologi permukaan dari Stasiun
Meteorologi Juanda Surabaya

Data satelit yang digunakan adalah data satelit Himawari 8 kanal IR (Inframerah)
yang ditampilkan dengan aplikasi SATAID GMSLPD. Kanal IR menggunakan
radiasi gelombang panjang yang dikeluarkan bumi setiap saat yang dinyatakan
sebagai brightness temperature Prinsip ini dimanfaatkan untuk mendeteksi adanya
tutupan awan di atmosfer, dimana wilayah dengan tutupan awan yang tebal atau
awan tinggi yang dingin akan terlihat lebih cerah karena memiliki suhu yang lebih
rendah.

Data reanalisis yang diambil yaitu berupa data tekanan di permukaan laut, data
angin permukaan serta kelembapan tiap lapisan.Data ini ditampilkan dengan
menggunakan aplikasi GRADS untuk melihat keadaan atmosfer yang mendukung
penyebab jatuhnya hujan es. Data yang telah ditampilkan didukung oleh data suhu
dan tekanan hasil pengamatan permukaan di stasiun meteorologi Juanda pada
tanggal 12 Januari 2017.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Analisis Data Satelit Himawari 8


Perubahan perawanan diatas wilayah Surabaya dan Sidoarjo dilihat secara visual
melalui citra satelit Himawari 8 kanal IR yang ditunjukkan Gambar 1. Pada
24 ISSN : 2477-0477

Gambar 2, pukul 07.00 UTC suhu puncak awan mencapai suhu -40°C. Suhu
puncak awan terendah mencapai hampir -80°C, mengindikasikan awan konvektif
yang menutupi wilayah Surabaya dan Sidoarjo pada saat itu merupakan awan CB
dengan suhu puncak yang sangat rendah.

Gambar 1. Citra satelit Himawari 8 kanal IR

Gambar 2. Time series suhu puncak awan


Pada Gambar 3 menunjukkan filter suhu puncak awan CB. Awan yang
ditampilkan adalah awan yang memiliki suhu kurang dari -32°C, semakin pekat
citra yang ditampilkan maka suhu puncak awan semakin dingin.
25
Ni Kadek Trisna Dewi dkk

Gambar 3. Citra satelit Himawari 8 kanal IR yang sudah di filter sehingga hanya menampilkan
awan dengan suhu puncak kurang dari -32oC

3.2 Analisis Data Reanalisis


Berdasarkan Gambar 4 secara umum tekanan udara di belahan bumi utara (BBU)
lebih tinggi daripada tekanan udara di belahan bumi selatan (BBS) sehingga
massa udara mengalir dari BBU ke BBS. Karakteristik massa udara dari belahan
bumi utara cukup lembab karena didominasi oleh lautan. Diatas wilayah Surabaya
dan Sidoarjo terlihat adanya perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang
didominasi angin baratan.

Gambar 4. Kontur tekanan di permukaan laut dan peta arah dan kecepatan angin pukul 06.00
UTC
Umumnya uap air akan terkondensasi dalam kondisi udara jenuh ( RH 100%),
namun dalam kenyataannya hanya sedikit tetes awan yang terkondensasi karena
keadaan jenuh. Hal ini disebabkan oleh aerosol di udara yang bertindak sebagai
26 ISSN : 2477-0477

inti kondensasi. Dari beberapa lintasan pesawat melalui awan-awan Cumulus,


diperoleh bahwa pada bagian luar awan, udara biasanya mempunyai kelembapan
relatif antara 95 dan 100 persen, kemudian menukik turun serendah 70% dekat
ujung-ujung awan dimana percampuran turbulen bertanggung jawab masuknya
udara kering dari luar awan [1]. Gambar 5 menunjukkan keadaan udara basah
mulai dari lapisan permukaan hinga lapisan atas memperlihatkan persediaan uap
air yang mencukupi untuk pertumbuhan awan.

Gambar 5. Kelembapan relatif vertikal dari data ECMWF yang ditampilkan dengan GRADS

3.3 Analisis Data Pengamatan Meteorologi Permukaan

Berdasarkan data hasil pengamatan meteorologi permukaan di stasiun


Meteorologi Juanda pada tanggal 12 Januari 2017 terlihat sebuah pola yang saling
berkebalikan antara grafik suhu lingkungan dengan grafik tekanan. Terjadi
peningkatan suhu yang cukup signifikan dalam waktu 3 jam mulai dari pukul 00
UTC sampai jam 06 UTC sebelum akhirnya turun secara drastis sebelum terjadi
fenomena hujan es.

1010 Grafik Tekanan


1008
1006
P
1004
1002
0 3 6 9 12 15 18 21

40 Grafik Suhu Lingkungan

20
T
0
0 3 6 9 12 15 18 21

Gambar 6. Grafik Suhu danTekanan hasil pengamatan meteorologi permukaan dari stasiun
meteorologi Juanda Surabaya pada tanggal 12 Januari 2017
27
Ni Kadek Trisna Dewi dkk

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dengan data satelit Himawari 8 kanal IR menunjukkan
bahwa awan konvektif yang menutupi wilayah Surabaya dan Sidoarjo pada
kejadian hujan es 12 Januari 2017 adalah awan CB dengan suhu puncak yang
hampir mencapai -80° C. Dari analisis data reanalisis tekanan permukaan laut
menunjukkan bahwa massa udara datang dari BBU dengan karakteristik yang
cukup lembap untuk pembentukan awan konvektif. Arah dan kecepatan angin
menunjukkan adanya konvergensi di sekitar Surabaya dan Sidoarjo yang identik
dengan daerah berkumpulnya massa udara. Grafik suhu dan tekanan dari hasil
pengamatan meteorologi permukaan dari stasiun Meteorologi Juanda Surabaya
menunjukkan pola yang berkebalikan. Terjadi kenaikan suhu yang signifikan
sebebelum terjadinya hujan es, kemudian turun secara drastis. Sebaliknya tekanan
mengalami penurunan tiba-tiba sebelum terjadi hujan es.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dalam
pembuatan tulisan ini, baik dalam hal dukungan materi maupun moral bagi
penulis.

Daftar Pustaka

1. Dedi Sucahyono S dan Kukuh Rubudiyanto, 2013, Cuaca dan Iklim Ekstrim
Di Indonesia,Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika, Jakarta
2. Fadholi, A., 2012,Analisa Kondisi Atmosfer pada Kejadian Cuaca Ekstrem
Hujan Es (Hail). Simetri, Jurnal Ilmu Fisika Indonesia, 1 (2(D)), hlm. 74-80.
3. Tjasyono, B.H.K., 2007,Mikrofisika Awan, Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika, Jakarta

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai