ACARA VI
KEAWANAN
: E1J014115
Shift
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Awan adalah sekumpulan tetesan air ( kristal es ) di dalam udara di atmosfer yang
terjadi karena pengembunan / pemadatan uap air yang terdapat dalam udara setelah
melampaui keadaan jenuh. Kondisi awan dapat berupa cair, gas, dan padat karena
dipengaruhi oleh suhu (Takeda, 2005).
Awan mempunyai bentuk dan ukuran yang bermacam-macam. Dan dari bentuk dan
ukuran yang bermacam-macam tadi, ada awan yang menyebabkan bayangan dan hujan,
ada pula yang tidak menyebabkan bayangan dan hujan. Dalam ilmu pertanian, petani
hendaknya mengetahui jenis-jenis awan yang dapat menyebabkan hujan atau tidak. Hal
itu disebabkan karena hujan dapat mempengaruhi siklus tumbuh tanaman para petani.
Awan dapat pula digolongkan pada letaknya, yaitu awan rendah, awan sedang dan awan
tinggi (Handoko, 1999).
Terbentuknya awan dikarenakan udara yang banyak mengandung uap air mengalami
proses pendinginan sehingga mencapai titik embun. Proses pendinginan terjadi karena
udara terdorong ke atas sampai atmosfir, dimana suhunya lebih rendah dibandingkan
permukaan. Seiring dengan kenaikan udara panas di ketinggian, tekanan udarapun
berkurang. Kondisi ini menyebabkan udara yang mengandung uap air menyebar dan
mengalami pendinginan. Dan pada saat mencapai titik embun, udara menyatu dengan uap
air. Seluruh uap air yang terkondensasi dalam udara tersebut membeku dan membentuk
embun sehingga terlihat sebagai butiran-butiran awan (Wahyuningsih, 2004).
Klasifikasi awan
Menurut konvensasi internasional tentang awan dibedakan atas 4 golongan dan 10 tipe:
I. Awan tinggi (> 6.000 m)
1. Cirrocumulus (CC) : seperti kumpulan bulu domba
2. Cirrostratus (CS) : seperti puti halus menutupi seluruh angkasa,sering menimbulkan
lingakaran pada matahari dan bulan.
3. Cirrus (Cr) : halus sperti bulu berserat.tersusun seperti pita.
II. Awan sedang (2.000-6.000)
1. Altocumulus (Ac): sekumpulan awan berbentuk bulat,berlapis lapis, bergelombang,
berwaran putih, pucat.
2. Altostratus (As) : seperti selendang yang tebal ,berserat,keabuhan
III. Awan rendah (<2.000 m)
berwarna
putih
mengkilat,sedangkan
bagian
yang
membelakangi kelabu.
2. Cumulonimbus
(Cb) : Awan
volumenya
kabut
naik
yang
banyak
terjadi
di
daerah
yang
lembab
dan
danau.keawanan terbesar terdapat diwilayah sekitar lintang 60o lintang bumi (lintang
pertengahan) karena wilayah ini merupakn pertemuan massa udara yang hangat dan
lembab dari lintang rendah dengan massa udara dingin dari wilayah kutub (Lakitan,
2002).
1.2
Tujuan Praktikum
1. Untuk megetahui macam macam bentuk awan.
2. Untuk memberikan pengertian tentang kemungkinan terjadinya hujan dengan
melihat kondisi cuaca beberapa waktu sebelumnya.
BAB III
METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
Bahan dan alat yang digunakan hanya alat tulis. Karena pengamatan dilakukan
manual di lapangan secara langsung.
3.2 Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Bengkulu pada saat praktikum 14 November 2016.
3.3 Cara Kerja
Cara Kerja dalam praktikum ini yaitu:
a. Mengamati keadaan keawanan sejak pagi hari mulai matahari terbit sampai matahari
terbenam
b. Selain pembentukan keawanan tersebut unsur-unsur lain diamati yaitu jarak pandang,
suhu uadar, kelembaban udara tekanan udara dan arah serta kecepatan angin.
c. Pengamatan unsur-unsur tersebut dilakukan setiap jam
d. Pengamatan dilakukan oleh mahasiswa secara berkelompok
e. Catat apabila terjadi hujan. Perkiraan berapa luas dan lamanya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Hasil yang diperoleh dari praktimu ini yaitu:
Jam
06.00-07.00
Nama
CirrusStratus
07.00-08.00
AutoStratus
08.00-09.00
AltoCumulus
09.00-10.00
NimboStratus
10.00-11.00
CirusCumulus
Awan
Ciri-ciri Awan
Strukturnya
seperti
kelambu putih pucat
yang menutup seluruh
angkasa,
kadang
dapat
membentuk
lingkaran
disekitar
bulan atau matahari
Berbentuk
seperti
selendang
tebal,
bagian yg menghadap
matahari atau bulan
berwarna lebih terang
Berbentuk
seperti
bola-bola yang saling
berdekatan
atau
bergandengan dengan
warna putih pucat.
Bola-bola
bagian
tegah biasanya lebih
besar
Adalah awan tebal
dengan bentuk tidak
teratur dan dapat
menimbulkan banyak
hujan
Strukturnya
menyerupai
gerombolan domba di
angkasa
11.00-12.00
Tidak ada
12.00-13.00
13.00-14.00
Awan
cirrocumulus
14.00-15.00
Awan Cirrostr
Awan yang
bentuknya seperti
gerombolan domba
atus
15.00-16.00
16.00-17.00
Awan
altostratus
4.2 Pembahasan
Awan adalah kumpulan titik-titik air atau es yang melayang-layang di atmosfer. Awan
ini terjadi kerena adanya kondensasi atau pengembunan.
Awan diklasifikasikan menjadi 4 golongan :
1. Golongan awan tinggi (> 6000 m) : Awan Cirrus (Ci), Awan Cirrostartus (Cs) dan
Awan Cirrocumulus (Cc).
2. Golongan awan Sedang (2000 6000): Awan Altostratus (As) dan Altocumulus (Ac)
3. Golongan awan Rendah (0 2000 m): Awan Stratocumulus (Sc) dan Awan Stratus
(St)
4. Golongan awan dengan perkembangan vertical: Awan Nimbostratus (Ns), Awan
Cumulus (Cu) dan Awan Comulonimbus (Cn) (Nasir, 1990).
Pengamatan dilakukan pada sore hari disaat radiasi matahari tidak lagi maksimal dan
penguapan hampir mencapai minimum. Penguapan pada tanaman mempengaruhi
pembentukan awan, karena awan terbentuk dari adanya kondensasi dan pengembunan.
Pada prinsipnya awan terjadi ketika udara yang mengandung uap air, dengan suhu tinggi
kemudian suhu turun melampaui titik kondensasi
Ada dua sebab utama terjadinya pendinginan udara yaitu :
a. Karena radiasi bumi
Pada malam hari tanah lebih dingin dari udara diatasnya (karena panas
diradiasikan bumi ke atmosfer), kemudian udara ikut dingin; bila terjadi kondensasi
terbentuklah kabut pada pagi hari (berada tidak jauh dari permukaan bumi )
b. Karena udara naik, yang disebabkan oleh:
Radiasi matahari : menyebabkan suhu udara dekat permukaan bumi panas dan
udara naik kemudian mengalami pendinginan terbentuk awan cumulus dan
comulonimbus (awan perkembangan vertikal (200 6000 m)). Karena gunung atau
bukit : angin dipaksa naik gunung atau bukit bila suhu dingin mencapai titik embun
akan terjadi kondensasi, terjadi awan. Karena kabut atau front : bila ada pertemuan
udara panas dan dingin udara panas akan naik dan bila mengalami pedinginginan dan
melampaui titik kondensasi akan terjadi awan
pertemuan dua udara dengan arah yang berlawanan akan terjadi konvergensi, udara
naik.
Melihat dari faktor di atas, maka dapat dijelaskan bahwa, terbentuknya awan
merupakan proses lanjutan dari radiasi matahari dan naiknya udara. Udara yang
membawa kelembaban akan mengalami kondensasai dan terbentuklah awan. Awan
diberi nama sesuai dengan bentuk serta ketinggiannya. Pada pengamatan ini tidak
semua awan teramati karena kondisi atmosfer yang pada umumnya ditutupi oleh awan
pada lapisan bawah.
Awan yang terbentuk dapat menyebabkan hujan dan bayangan. Dalam
pertanian, hal ini sangat perlu untuk diketahui. Daerah atau lahan pertanian yang
ditutupi bayangan akan menghambat tanaman dalam menerima radiasi matahari yang
mempengaruhi fotosintesis tanaman. Bayangan juga mengakibatkan adanya perbedaan
kelembababan mikro tanaman. Selain bayangan, awan juga membawa butiran es yang
kemudian menjadi hujan. Perlu diketahui jenis awan yang dapat membawa hujan
tersebut, karena curah hujan yang tinggi ikut mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Awan terbentuk ketika uap air sudah jenuh dan jika mengalami kondensasi.
Penjenuhan dapt terjadi akibat penambahan air (penyatuan), tumbukan, atau
kombinasinya. Prses pembentukan awan adalah rangkaian proses yang rumit dan
melibatkan proses dinamik dan juga proses mikrofisik. Faktor faktor utama yang
mempengaruhi proses pembentukan awan (Ahrens, 2007) diantaranya adalah:
1. Pemanasan permukaan dan free convection
2. Pengangkatan/lifting mechanism yang dipengaruhi oleh tofografi
3.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Bentuk- bentuk awan yang tampak pada pengamatan ini yaitu:
Cirrus, Cirrus Stratus, AutoStratus, Alto Cumulus, Nimbo Stratus, Cirrus Cumulus
2. Kemungkinan terjadinya hujan dapat dilakukan dengan pengamatan bentuk-bentuk
awan yang ada pada saat itu. Awan yang menjadi penanda akan terjadi hujan yaitu:
Cumulonimbus.
5.2 Saran
Dalam praktikum ini disarankan agar praktikan lebih memahami tentang ciri-ciri
keawanan, faktor pembentuk awan dan manfaat adanya awan. Praktikan diharapkan lebih
teliti dalam mengamati bentuk dan nama awan tersebut karena bentuk awan bisa saja
berubah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahrens, 2007. Klimatologi Pertanian. USU Press. Medan
Aris, 2011. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya, Yogyakarta.
Handoko, Ir. 1999. Klimatologi Dasar. FMIPA. IPB, Bogor.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar KlimatologiI, Raja Grafindo Persada,Null.
Nasir, A. A. dan Y. Koesmaryono. 1990. Pengantar Ilmu Iklim Untuk Pertanian, Pustaka
Jaya, Bogor.
Takeda, Kensaku. 2005. Hidrologi Pertanian. PT. Pratya Utama, Bogor.
Wahyuningsih, Utami. 2004. Geografi. Pabelan, Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
KONSEVASI TANAH DAN AIR
ACARA II
PENGUKURAN KELERENGAN PADA TIPE LAND USE
: E1J014115
Shift