Secara vertikal atmosfer bumi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Lapisan troposfer (0-18 km dpl) memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1) Lapisan paling dekat dengan permukaan bumi
2) Tempat kejadian fenomena iklim, seperti angin, hujan, petir, dan pelangi
3) Ketebalan lapisan di equator sekitar 18 Km dpl dan sekitar kutub hanya 8 Km dpl
4) 80% masa atmosfer berada di lapisan ini
5) Terjadi gradien termometrik (penurunan suhu 0,6° C setiap kenaikan 100m)
6) Suhu teratas troposfer -60° C sedangkan pada permukaan laut daerah tropis
sekitar 27° C
7) Terdapat lapisan tropopause (lapisan antara troposfer dan stratosfer).
b. Lapisan stratosfer (18-60 Km dpl), memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1) Terdapat lapisan ozon pada ketinggian 35 Km dpl yang bermanfaat melindungi
bumi dari pancaran ultraviolet
2) Terdapat lapisan isotermal (18-22 Km dpl) yang memiliki suhu sekitar 60°C
3) Terdapat lapisan inversi (20-60 Km dpl)
4) Pada lapisan ini pesawat jet terbang
5) Terdapat lapisan stratopause (lapisan antara stratosfer dan mesosfer)
c. Mesosfer (60 -80 Km dpl), memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
1) Melindungi bumi dari benda – benda luar angkasa
2) Tempat terjadinya pembakaran benda luar angkasa
3) Suhu bagian atas lapisan ini semakin rendah
4) Pada ketinggian 80 Km dpl suhu mencapai -90° C (lapisan paling dingin)
5) Terdapat lapisan mesopause (lapisan antara mesosfer dan termosfer)
d. Termosfer (80 – 100 Km dpl),memiliki ciri –ciri sebagai berikut:
1) Memiliki temperatur antara -40° C hingga -5° C
2) Terjadi ionisasi sebagian molekul dan atom udara
e. Ionosfer (100 – 800 Km dpl), memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1) Memiliki temperatur antara 0° C – 70° C
2) Terjadi ionisasi seluruh atom udara
3) Terjadi pemantulan gelombang radio pada lapisan ini
4) Terdapat 3 lapisan, yaitu:
a) Lapisan E (lapisan Kennely – Heavyside)
b) Lapisan F (terjadi pemantulan panjang – pendek gelombang radio)
c) Lapisan atom
f. Eksosfer (800 – 1.500 Km dpl), memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1) Terjadi gerakan atom – atom secara tidak beraturan
2) Lapisan paling panas
3) Satelit diluncurkan pada lapisan ini
4) Disebut juga ruang antar planet dan geostationer.
4. Manfaat Lapisan Atmosfer
Penyelidikan atmosfer memiliki beberapa kegunaan, antara lain sebagai berikut.
a. Membuat ramalan cuaca (prakiraan cuaca) jangka pendek atau jangka panjang.
Prakiraan cuaca berperan penting untuk bidang pertanian, penerbangan, pelayaran,
dan peternakan.
b. Menyelidiki kemungkinan-kemungkinan diadakan hujan buatan.
c. Mengetahui sebab-sebab gangguan radio, televisi, dan cara-cara meningkatkan
hubungan telekomunikasi melalui udara.
d. Mengetahui syarat-syarat hidup di lapisan udara bagian atas.
e. Tempat menyelidiki kondisi atmosfer disebut stasiun meteorology atau
observatorium meteorologi.
5. Gejala Optik di Atmosfer
Atmosfer tersusun dari berbagai macam gas, sehingga berbagai gejala optik yang
indah sering terjadi di lapisan ini. Gejala tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Pelangi
Gambar 2. Pelangi
Pelangi adalah gejala optik yang terjadi akibat proses pembiasan sinar
matahari oleh titik – titik air hujan sehingga terurai menjadi berkas warna (spektrum
warna). Warna – warna terdiri atas merah, jingga, kuning, hijau, nila, biru, ungu.
b. Halo
Gambar 4. Sandikala
Sandikala adalah cahaya berwarna merah kekuningan yang muncul ketika
matahari terbit dan terbenam.
d. Fatamorgana
Gambar 5. Fatamorgana
Sumber : https://saripedia.files.wordpress.com/2011/12/fatamorgana.jpg?w=401 (diunduh
pada tangga 12 Maret 2017 pukul 23.35)
Gambar 6. Aurora
Sumber : https://i.ytimg.com/vi/75YNSArVj5M/maxresdefault.jpg (diunduh pada tangga 12
Maret 2017 pukul 23.22)
Aurora adalah pita cahaya warna warni yang terdapat di langit kutub utara
dan selatan. Fenomena ini terjadi karena interaksi antara gelombang elektromagnetik
matahari dan medan magnet bumi. Aurora di kutub utara disebut Aurora Borealis,
sedangkan yang di selatan disebut Aurora Australis.
6. Manfaat Penyelidikan Atmosfer
Penyidikan atmosfer memiliki beberapa manfaat, antara lain adalah:
a. Melakukan prakiraan cuaca.
b. Menyelidiki kemungkinan hujan buatan.
c. Mengetahui penyebab gangguan radio dan televisi.
B. PENGUKURAN UNSUR-UNSUR CUACA DAN INTERPRETASI DATA CUACA
1. Pengertian Cuaca
Cuaca adalah keadaan udara pada suatu saat dalam waktu yang singkat dan
wilayah yang sempit. Jangka waktu mencapai 1-14 hari. Ilmu pengetahuan yang
memepelajari cuaca disebut meteorology. Cuaca itu terbentuk dari gabungan unsur-
unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya : pagi hari,
siang hari atau sore hari dan keadaanya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat dan setiap
jamnya. Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24
jam melalui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Keadaan Cuaca
dapat diperkirakan dengan cara pengamatan. Pengamatan dilakukan terhadap unsur-
unsur cuaca seperti penyinaran matahari, suhu udarara, kelembapan, tutupan awan , dan
curah hujan.
2. Unsur-unsur Cuaca
a. Penyinaran Matahari
Temperatur di Indonesia dipengaruhi oleh posisi lintang dan keadaan
alamnya. Posisi lintang Indonesia berada di Antara 6 0 08’ LU dan 110 15’ LS
sehingga Indonesia menerima panas matahari sama banyak. Semua panas yang
berasal dari penyinaran matahari diterima oleh permukaan bumi, sebagian
dipantulkan kembali, dan sebagian lagi diserap oleh udara dan awan. Jumlah panas
matahari yang diterima bumi bergantung pada hal-hal berikut:
1) Lama penyinaran. Semakin lama penyinaran maka makin tinggi temperatur.
2) Sudut datang sinar matahari. Semakin miring sinar matahari maka makin
berurang panasnya. Tempat yang mendapat sinar matahari yang datang dari sudut
miring lebih luas.
3) Ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu tempat maka temperatur makin rendah.
4) Komposisi udara. Apabila udara banyak mengandung awan (uap air) dan gas
karbon dioksida maka suhu udara akan meningkat.
5) Angin dan arus laut. Adanya angin dan arus laut yang datang dari daerah dingin
akan mendinginkan daerah yang dilalui.
6) Keadaan tanah. Tanah yang licin dan putih banyak memantulkan panas. Tanah
yang kasar dan hitam banyak menyerap panas.
7) Sifat permukaan. Dataran lebih cepat menerima panas daripada lautan.
8) Intensitas penyinaran matahari terhadap permukaan bumi dapat diukur dengan
alat pyrheliometer.
Gambar 7. Pyrheliometer
Udara bersifat ditermal, artinya udara dapat melewatkan panas matahari. Sifat
ditermal terdapat pada udara murni. Setelah panas matahari sampai ke permukaan
bumi, panas ini memanaskan udara disekitarnya. Udara dapat memanas karena
proses konveksi, adveksi, turbulensi dan konduksi. Penjelasan untuk tiap proses
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Konveksi adalah pemanasan secara vertical. Penyebaran panas ini terjadi akibat
adanya gerakan udara secara vertikal, sehingga udara di atas yang belum panas
akan memanas karena pengaruh udara di bawahnya yang sudah panas.
2) Adveksi adalah penyebaran panas secara horizontal. Penyebaran panas ini terjadi
akibat gerakan udara panas secara horizontal dan menyebabkan udara di
sekitarnya juga menjadi panas.
Gambar 9. Pola gerakan udara adveksi
4) Konduksi adalah pemanasan ini terjadi karena molekul-molekul udara yang dekat
dengan permukaan bumi akan menjadi panas setelah bersinggungan dengan bumi
yang memiliki panas internal. Molekul-molekul udara yang sudah panas
bersinggungan dengan molekul-molekul udara yang belum panas sehingga ikut
memanas.
Tx = To – 0,6 x
Keterangan :
Tx = temperatur rata-rata suatu tempat (x) yang dicari
To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui
h = tinggi tempat (x)
Contoh :
Temperatur permukaan laut = 270 C . kota X tingginya 1500 m (di Indonesia).
Tanya : berapa temperatur rata-rata kota X?
Jawab :
Tx = h
To – 0,6 x
100
= 1500
270 - 0,6 x
100
0
= 27 - 0,6 x 15
= 270 - 9 0
= 180
c. Tekanan Udara
Permukaan bumi mendapat tekanan dari udara karena udara memiliki masa.
Besarnya tekanan udara dapat diukur dengan barometer. Makin tinggi letak suatu
tempat dari muaka laut, makin rendah tekanan udaranya. Hal ini disebabkan oleh
makin berkurangnya udara yang menekan. Tekanan udara dihitung dengan
menggunakan milibar. Garis pada peta yang menghubungkan daerah yang
bertekanan udara sama disebut isobar.
Barometer juga dipakai untuk mengukur ketinggian tempat dari muka laut.
Setiap kenaikan 10 m, permukaan air raksa dalam tabug turun rata-rata 1 mm. satua
ini dapat dinyatakan dalam milibar (mb). Pada lapisan atmosfer bawah, tekanan
udara turun 1 mb untuk setiap kenanikan 8 m. Pada lapisan atmosfer atas, tekanan
udara udara turun 1 mb setiap kenaikan lebih dari 8 m.
Barometer aneroid sebagai alat pengukur ketinggian tempat disebut altimeter.
Altimeternya umunya digunakan untuk mengukur ketinggian pesawat terbang.
Tekanan udara pada suatu tempat berubah sepanjang hari.
b) Altostratus (As) : Awan jenis ini berukuran luas dan tebal. Warna awan
altostratus kelabu, sehingga dapat menghalangi sebagian sinar matahari
sebagian siar matahari atau bulan.
3) Awan Rendah, terdapat pada ketinggian kurang dari 2 km. Awan yang tergolong
dalam awan rendah adalah sebagai berikut:
a) Stratocumulus (Sc) : Awan jenis ini bentuknya seperti bola-bola yang sering
menutupi seluruh langit sehingga tampak seperti gelombang di lautan.
Lapisan awan ini tipis sehingga tidak menimbulkan hujan.
4) Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada ketinggian 500-1500 meter.
a) Cumulus (Cu) : Merupakan aan tebal dengan puncak-puncak yang agak
tinggi, terbenuk pada siang hari karena udara naik. Bila awan ini terkena sinar
matahari hanya pada sebelah sisinya, timbul bayangan berwarna kelabu.
13,333 g /m 3
Kelembapan relatif = × 100 %=72%
18,5
Angka-angka diatas menunjukan bahwa jika suhu udara naik, kelembapan
relatifnya berkurang. Oleh karena itu, kelembapan relative tertinggi terjadi pada pagi
hari dan kelembapan relative terjadi pada sore hari . Salah satu alat yang digunakan
untuk mengukur kelembapan nisbi adalah hygrometer rambut. Rambut manusia
bersifat memanjang pada udara basah dan memendek padaudara udara kering.
Perubahan panjang pendeknya rambut ini mampu menggerakkan jarum pada skala.
Higrometer yang mampu mencatat data kelembapan udara secara kontinu disebut
higrograf.
g. Curah Hujan
Banyaknya hujan yang terjadi pada suatu tempat dapat diketahui dengan
pengkuran curah hujan. Alat pengukur curah hujan disebut penakar hujan. Alat
pengukur curah hujan biasa berfungsi untuk mengukur jumlah hujan yang jatuh
selama 24 jam per hari pada suatu gelas ukur.
Jumlah curah hujan juga tidak sama sepanjang tahun. Curah hujan paling
banyak terjadi selama bertiup angin musim barat.
1) Hujan zenital (hujan tropis), terjadi pada daerah tropis dan disebut juga hujan
naik equatorial. Hujan jenis ini biasanya terjadi pada sore hari setelah
pemanasan maksimal (pukul 14.00-15.00). Di daerah tropis hujan ini terjadi
bersamaan dengan kedudukan matahari pada titik zenith, atau beberapa waktu
sesudahnya. Daerah tropis mengalami hujan zenital dua kali dalam setahun dan
pada daerah subtropics hanya mengalami satu kali dalam satu tahun.
2) Hujan musim, terjadi pada daerah-daerah musim , Hujan zenital di daerah
musim mengalami perubahan karena daerah –daerah ini dipengaruhi oleh angim
musim.
3) Hujan siklon (hujan frontal) terjadi di daerah beriklim sedang. Angin yang
berada pada daerah iklim sedang selalu disertai hujan karena pada daerah siklon
udara naik ke atas dan mendingin. Hujan di daerah iklim sedang dapat dikatakan
berlangsung sepanjang tahun.
4) Hujan musim dingin, terjadi di daerah-daerah subtropics. Daerah subtropics di
pesisir barat kontinen-kontinen pada waktu musim dingin mengalami hujan
ketika matahari berada pada posisi nadir.
5) Hujan musim panas, terjadi pada daerah subtropis (pesisir timur benua).
6) Hujan pegunungan (hujan orografis), terjadi di daerah pegunungan. Udara yang
banyak mengandung uap air naik ke atas pegunungan . Akibat penurunan suhu,
terjadi peristiwa kondensasi dan terjadi hujan pada lereng yang berhadapan
dengan arah datangnya angin.
Koppen membagi daerah iklim di bumi menjadi lima kelompok utama, yaitu
sebagai berikut:
1) Iklim A, yaitu iklim tropis yang terdiri atas :
a) Af : Iklim hutan hujan tropis
b) Aw : Iklim sabana tropis
c) Am : Monsun tropis
2) Iklim B, yaitu iklim kering yang terdiri atas:
a) Bs : Iklim stepa
b) Bw : Iklim gurun
3) Iklim C, yaitu iklim sedang hangat yang terdiri atas:
a) Cf : Iklim lembab, lembab sepanjang tahun
b) Cw : Iklim lembab dan musim kering terjadi pada musim dingin
c) Cs : Iklim lembab dan musim kering terjadi pada musim panas
4) Iklim D, yaitu iklim dingin yang terdiri dari:
a) Df : Iklim hujan salju dingin dan lembab sepanjang tahun
b) Dw : Iklim hutan salju dingin dan musim kering terjadi pada musim
dingin
5) Iklim E, yaitu iklim arktik atau iklim salju abadi yang terdiri atas:
a) Et : Iklim tundra
b) Ef : Iklim kutub
c) Eh : Iklim salju pegunungan tinggi
Menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan
D. Af dan Am terdapat di daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan utara, seperti
Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara. Aw terdapat di Indonesia
yang letaknya dekat dengan benua Australia seperti daerah-daerah di Nusa
Tenggara, Kepulauan Aru, dan Irian Jaya pantai selatan. C terdapat di hutan-
hutan daerah pegunungan. D terdapat di pegunungan salju Irian Jaya.
Keterangan :
Q = Perbandingan bulan kering dan bulan basah (%)
Md = mean (rata-rata) bulan kering, yaitu jumlah bulan kering dibagi jumlah
tahun pengamatan
Mw = mean (rata-rata) bulan basah, yaitu perbandingan antara jumlah bulan
basah dibagi dengan jumlah tahun pengamatan
Tabel 1. Nilai Q
e. Iklim Oldeman
Klasifikasi iklim Oldeman tergolong klasifikasi yang baru di Indonesia dan
pada beberapa hal masih mengundang diskusi mengenai batasan atau kriteria yang
digunakan. Namun demikian untuk keperluan praktis klasifikasi ini cukup berguna
terutama dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di Indonesia. Klasifikasi
iklim ini diarahkan kepada tanaman pangan seperti padi dan palawija.
Dibandingkan dengan metode lain, metode ini sudah lebih maju karena sekaligus
memperhitungkan unsur cuaca lain seperti radiasi matahari dikaitkan dengan
kebutuhan air tanaman.
Oldeman membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan
dengan pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Ia membuat dan menggolongkan
tipe-tipe iklim di Indonesia berdasarkan pada kriteria bulan-bulan basah dan
bulan-bulan kering secara berturut-turut. Kriteria dalam klasifikasi iklim
didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering
(BK) dengan batasan memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air
tanaman.
Kriteria bulan basah, lembab, dan bulan kering sesuai Oldeman adalah
sebagai berikut:
1) Bulan kering : curah hujan kurang dari 100 mm
2) Bulan lembab : curah hujan 100-200 mm
3) Bulan basah : curah hujan lebih dari 200 mm
Asri Oktaviani. 2017. Atmosfer Bumi. Lembaga pelatihan OSN. Diakses dari
http://www.pelatihan-osn.com/ diunduh pada tanggal 10 Maret 2017, pukul 14.44 WIB
Danang Endarto, dkk. 2009. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat pembukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Hermana dan assomadi. 2005. Atmosfer Sains dan Fenomena. Journal of Climate vol 18.
halaman 864 – 875
Jimmy Fakhruddin. 2016. Ciri, Sifat, Karakteristik Dan Manfaat Lapisan Atmosfer Bumi.
Diakses dari http://www.bankjim.com/2016/11/ciri-sifat-karakteristik-dan-
manfaat.html/ diunduh pada tanggal 10 Maret 2017, pukul 14.15 WIB
Lili Sumantri. 2016. Buku Siswa Aktif dan Keatif Belajar Geografi 3. Bandug: Grafindo