Anda di halaman 1dari 44

A.

KARAKTERISTIK LAPISAN-LAPISAN ATMOSFER BUMI


1. Pengertian Atmosfer
Atmosfer berasal dari kata:
Atmos = uap atau udara
Sphaira = lapisan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa atmosfer ini adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi.
Lapisan ini terdiri dari berbagai macam gas. Gas – gas tersebut adalah:
a. Nitrogen (N2) sebanyak 78,08%
b. Oksigen (O2) sebanyak 20,95%
c. Argon (Ar) sebanyak 0,93%
d. Karbondiosida (CO2) sebanyak 0,034%
e. Unsur – unsur lain (Neon, helium, ozon, hidrogen, krypton, metana dan xenon)
2. Ciri-ciri Lapisan Atmosfer
a. Berada pada ketinggian 0 – 560 Km di atas permukaan tanah
b. Terdiri dari gas, debu dan uap air
c. Tidak berwarna, berwujud, berbau namun dapat dirasakan dalam bentuk angin
d. Menyebabkan tenakan karena memiliki berat
e. Dapat mengembang dan menyusut
f. Terdiri dari lapisan – lapisan udara dengan karakter dan fungsi yang berbeda.
Salah satu unsur yang penting di atmosfer adalah uap air. Uap air ini berasal dari
penguapan air laut, air danau, air sungai, air permukaan lainnya serta transpirasi oleh
mahkluk hidup. Terdapat juga smog pada atmosfer. Smog ini singkata dari smoke dan
fog, yaitu kabut tebal yang sering dijumpai di daerah industri.
3. Lapisan-lapisan Atmosfer

Gambar 1. Lapisan Atmosfer

Secara vertikal atmosfer bumi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Lapisan troposfer (0-18 km dpl) memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1) Lapisan paling dekat dengan permukaan bumi
2) Tempat kejadian fenomena iklim, seperti angin, hujan, petir, dan pelangi
3) Ketebalan lapisan di equator sekitar 18 Km dpl dan sekitar kutub hanya 8 Km dpl
4) 80% masa atmosfer berada di lapisan ini
5) Terjadi gradien termometrik (penurunan suhu 0,6° C setiap kenaikan 100m)
6) Suhu teratas troposfer -60° C sedangkan pada permukaan laut daerah tropis
sekitar 27° C
7) Terdapat lapisan tropopause (lapisan antara troposfer dan stratosfer).
b. Lapisan stratosfer (18-60 Km dpl), memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1) Terdapat lapisan ozon pada ketinggian 35 Km dpl yang bermanfaat melindungi
bumi dari pancaran ultraviolet
2) Terdapat lapisan isotermal (18-22 Km dpl) yang memiliki suhu sekitar 60°C
3) Terdapat lapisan inversi (20-60 Km dpl)
4) Pada lapisan ini pesawat jet terbang
5) Terdapat lapisan stratopause (lapisan antara stratosfer dan mesosfer)
c. Mesosfer (60 -80 Km dpl), memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
1) Melindungi bumi dari benda – benda luar angkasa
2) Tempat terjadinya pembakaran benda luar angkasa
3) Suhu bagian atas lapisan ini semakin rendah
4) Pada ketinggian 80 Km dpl suhu mencapai -90° C (lapisan paling dingin)
5) Terdapat lapisan mesopause (lapisan antara mesosfer dan termosfer)
d. Termosfer (80 – 100 Km dpl),memiliki ciri –ciri sebagai berikut:
1) Memiliki temperatur antara -40° C hingga -5° C
2) Terjadi ionisasi sebagian molekul dan atom udara
e. Ionosfer (100 – 800 Km dpl), memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1) Memiliki temperatur antara 0° C – 70° C
2) Terjadi ionisasi seluruh atom udara
3) Terjadi pemantulan gelombang radio pada lapisan ini
4) Terdapat 3 lapisan, yaitu:
a) Lapisan E (lapisan Kennely – Heavyside)
b) Lapisan F (terjadi pemantulan panjang – pendek gelombang radio)
c) Lapisan atom
f. Eksosfer (800 – 1.500 Km dpl), memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1) Terjadi gerakan atom – atom secara tidak beraturan
2) Lapisan paling panas
3) Satelit diluncurkan pada lapisan ini
4) Disebut juga ruang antar planet dan geostationer.
4. Manfaat Lapisan Atmosfer
Penyelidikan atmosfer memiliki beberapa kegunaan, antara lain sebagai berikut.
a. Membuat ramalan cuaca (prakiraan cuaca) jangka pendek atau jangka panjang.
Prakiraan cuaca berperan penting untuk bidang pertanian, penerbangan, pelayaran,
dan peternakan.
b. Menyelidiki kemungkinan-kemungkinan diadakan hujan buatan.
c. Mengetahui sebab-sebab gangguan radio, televisi, dan cara-cara meningkatkan
hubungan telekomunikasi melalui udara.
d. Mengetahui syarat-syarat hidup di lapisan udara bagian atas.
e. Tempat menyelidiki kondisi atmosfer disebut stasiun meteorology atau
observatorium meteorologi.
5. Gejala Optik di Atmosfer
Atmosfer tersusun dari berbagai macam gas, sehingga berbagai gejala optik yang
indah sering terjadi di lapisan ini. Gejala tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Pelangi

Gambar 2. Pelangi
Pelangi adalah gejala optik yang terjadi akibat proses pembiasan sinar
matahari oleh titik – titik air hujan sehingga terurai menjadi berkas warna (spektrum
warna). Warna – warna terdiri atas merah, jingga, kuning, hijau, nila, biru, ungu.
b. Halo

Gambar 3. Halo matahari


Sumber : http://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/halo-fenomena-
meksiko_20150527_175233.jpg (diunduh pada tangga 12 Maret 2017 pukul 23.12)
Halo adalah lingkaran sinar putih yang mengelilingi bulan atau matahari.
Fenomena ini terjadi akibat proses pembiasan sinar matahari atau bulan oleh kristal
– kristal es yang terkondensasi dalam jenis awan – awan tinggi.
c. Sandikala

Gambar 4. Sandikala
Sandikala adalah cahaya berwarna merah kekuningan yang muncul ketika
matahari terbit dan terbenam.
d. Fatamorgana

Gambar 5. Fatamorgana
Sumber : https://saripedia.files.wordpress.com/2011/12/fatamorgana.jpg?w=401 (diunduh
pada tangga 12 Maret 2017 pukul 23.35)

Fatamorgana adalah ilusi optik yang dihasilkan dari pembiasan cahaya


melalui kepadatan yeng berbeda.
e. Aurora

Gambar 6. Aurora
Sumber : https://i.ytimg.com/vi/75YNSArVj5M/maxresdefault.jpg (diunduh pada tangga 12
Maret 2017 pukul 23.22)
Aurora adalah pita cahaya warna warni yang terdapat di langit kutub utara
dan selatan. Fenomena ini terjadi karena interaksi antara gelombang elektromagnetik
matahari dan medan magnet bumi. Aurora di kutub utara disebut Aurora Borealis,
sedangkan yang di selatan disebut Aurora Australis.
6. Manfaat Penyelidikan Atmosfer
Penyidikan atmosfer memiliki beberapa manfaat, antara lain adalah:
a. Melakukan prakiraan cuaca.
b. Menyelidiki kemungkinan hujan buatan.
c. Mengetahui penyebab gangguan radio dan televisi.
B. PENGUKURAN UNSUR-UNSUR CUACA DAN INTERPRETASI DATA CUACA
1. Pengertian Cuaca
Cuaca adalah keadaan udara pada suatu saat dalam waktu yang singkat dan
wilayah yang sempit. Jangka waktu mencapai 1-14 hari. Ilmu pengetahuan yang
memepelajari cuaca disebut meteorology. Cuaca itu terbentuk dari gabungan unsur-
unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya : pagi hari,
siang hari atau sore hari dan keadaanya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat dan setiap
jamnya. Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24
jam melalui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Keadaan Cuaca
dapat diperkirakan dengan cara pengamatan. Pengamatan dilakukan terhadap unsur-
unsur cuaca seperti penyinaran matahari, suhu udarara, kelembapan, tutupan awan , dan
curah hujan.
2. Unsur-unsur Cuaca
a. Penyinaran Matahari
Temperatur di Indonesia dipengaruhi oleh posisi lintang dan keadaan
alamnya. Posisi lintang Indonesia berada di Antara 6 0 08’ LU dan 110 15’ LS
sehingga Indonesia menerima panas matahari sama banyak. Semua panas yang
berasal dari penyinaran matahari diterima oleh permukaan bumi, sebagian
dipantulkan kembali, dan sebagian lagi diserap oleh udara dan awan. Jumlah panas
matahari yang diterima bumi bergantung pada hal-hal berikut:
1) Lama penyinaran. Semakin lama penyinaran maka makin tinggi temperatur.
2) Sudut datang sinar matahari. Semakin miring sinar matahari maka makin
berurang panasnya. Tempat yang mendapat sinar matahari yang datang dari sudut
miring lebih luas.
3) Ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu tempat maka temperatur makin rendah.
4) Komposisi udara. Apabila udara banyak mengandung awan (uap air) dan gas
karbon dioksida maka suhu udara akan meningkat.
5) Angin dan arus laut. Adanya angin dan arus laut yang datang dari daerah dingin
akan mendinginkan daerah yang dilalui.
6) Keadaan tanah. Tanah yang licin dan putih banyak memantulkan panas. Tanah
yang kasar dan hitam banyak menyerap panas.
7) Sifat permukaan. Dataran lebih cepat menerima panas daripada lautan.
8) Intensitas penyinaran matahari terhadap permukaan bumi dapat diukur dengan
alat pyrheliometer.

Gambar 7. Pyrheliometer

Udara bersifat ditermal, artinya udara dapat melewatkan panas matahari. Sifat
ditermal terdapat pada udara murni. Setelah panas matahari sampai ke permukaan
bumi, panas ini memanaskan udara disekitarnya. Udara dapat memanas karena
proses konveksi, adveksi, turbulensi dan konduksi. Penjelasan untuk tiap proses
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Konveksi adalah pemanasan secara vertical. Penyebaran panas ini terjadi akibat
adanya gerakan udara secara vertikal, sehingga udara di atas yang belum panas
akan memanas karena pengaruh udara di bawahnya yang sudah panas.

Gambar 8. Pola gerakan udara konveksi

2) Adveksi adalah penyebaran panas secara horizontal. Penyebaran panas ini terjadi
akibat gerakan udara panas secara horizontal dan menyebabkan udara di
sekitarnya juga menjadi panas.
Gambar 9. Pola gerakan udara adveksi

3) Turbulensi adalah penyebaran panas secara berputar-putar. Penyebaran panas


akan menyebabkan udara yang sudah panas bercampur dengan udara yang belum
panas.

Gambar 10. Pola gerakan udara turbulensi

4) Konduksi adalah pemanasan ini terjadi karena molekul-molekul udara yang dekat
dengan permukaan bumi akan menjadi panas setelah bersinggungan dengan bumi
yang memiliki panas internal. Molekul-molekul udara yang sudah panas
bersinggungan dengan molekul-molekul udara yang belum panas sehingga ikut
memanas.

Gambar 11. Pola gerakan udara adveksi


b. Suhu Udara
Suhu udara atau temperatur udara adalah keadaan panas atau dinginya udara.
Suhu udara diukur menggunakan termometer. Termometer maksimum digunakan
untuk mengukur suhu tertinggi dan termometer digunakan untuk mengukur suhu
terendah. Selain itu, digunakan juga termometer pencatat. Pengukuran suhu
digunakan dalam waktu tertentu, biasanya digunakan satu hari. Suhu udara di dataran
tinggi lebih tinggi daripada di pegunungan. Demikian pula suhu di daerah tropis
lebih tinggi daripada di daerah lintang sedang dan daerah kutub.

Gambar 12. Thermometer maksimum

Berdasarkan rumus Brake untuk mengetahui temperatur rata-rata suatu


tempat digunakan rumus:

Tx = To – 0,6 x

Keterangan :
Tx = temperatur rata-rata suatu tempat (x) yang dicari
To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui
h = tinggi tempat (x)
Contoh :
Temperatur permukaan laut = 270 C . kota X tingginya 1500 m (di Indonesia).
Tanya : berapa temperatur rata-rata kota X?
Jawab :
Tx = h
To – 0,6 x
100
= 1500
270 - 0,6 x
100
0
= 27 - 0,6 x 15
= 270 - 9 0
= 180

c. Tekanan Udara
Permukaan bumi mendapat tekanan dari udara karena udara memiliki masa.
Besarnya tekanan udara dapat diukur dengan barometer. Makin tinggi letak suatu
tempat dari muaka laut, makin rendah tekanan udaranya. Hal ini disebabkan oleh
makin berkurangnya udara yang menekan. Tekanan udara dihitung dengan
menggunakan milibar. Garis pada peta yang menghubungkan daerah yang
bertekanan udara sama disebut isobar.
Barometer juga dipakai untuk mengukur ketinggian tempat dari muka laut.
Setiap kenaikan 10 m, permukaan air raksa dalam tabug turun rata-rata 1 mm. satua
ini dapat dinyatakan dalam milibar (mb). Pada lapisan atmosfer bawah, tekanan
udara turun 1 mb untuk setiap kenanikan 8 m. Pada lapisan atmosfer atas, tekanan
udara udara turun 1 mb setiap kenaikan lebih dari 8 m.
Barometer aneroid sebagai alat pengukur ketinggian tempat disebut altimeter.
Altimeternya umunya digunakan untuk mengukur ketinggian pesawat terbang.
Tekanan udara pada suatu tempat berubah sepanjang hari.

Gambar 13. Barometer


d. Angin
Perbedaan tekanan udara di beberapa tempat menimbulkan aliran udara.
Aliran ini berlangsung dari tempat yang bertekanan udara tinggi ke tempat yang
bertekanan rendah. Udara yang mengalir disebut angin. Besarnya kecepatan angin
dapat ditentukan dengan alat anemometer. ada Tiga hal penting yang menyangkut
sifat angin, yaitu kekuatan angin, arah angin, dan kecepatan angin.
1) Kekuatan Angin
Kekuatan angin ditentukan oleh kecepatanya, makin cepat angin bertiup maka
makin tinggi kekuatanya.
2) Arah Angin
Angin meunjukan dari mana datangnya angin dan bukan kemana angin itu
bergerak. Menurut seorang ahli yang bernama Buys Ballot mengemukakan
hukumnya yang berbunyi : “udara mengalir dari daerah maksimum ke daerah
minimum. Pada belahan bumi utara, udara atau angin berbelok ke kanan dan di
bumi selatan berbelok ke kiri”.
3) Kecepatan Angin
Kecepatan angin ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut:
a) Gradien barometrik
Gradien barometrik, yaitu angka yang menunjukan perbedaan tekanan udara
melalui dua garis isobar pada garis lurus, dihitung untuk tiap-tiap 111km
(jarak 111 km di eguator 1(atau 1/360 x 40.000 k =111 km). Menurut Hukum
Steveson bahwa kecepatan angin bertiup berbanding lurus dengan gradient
barometriknya, semakin besar pula kecepatanya.
b) Relief permukaan bumi
Angin bertiup kencang pada daerah yang reliefnya rata dan tidak ada
rintangan. Sebaliknya bila bertiup pada daerah yang reliefnya kasar dan
rintangan banyak , maka angin akan berkurang kecepatanya.
c) Ada tidaknya tumbuh-tumbuhan
Banyaknya pohon-pohonan akan menghambat kecepatan angin dan
sebaliknya, bila pohon-pohonya jarang maka sedikit sekali memberi
hambatan kecepatan angin.
d) Tinggi dari permukaan tanah
Angin yang bertiup dekat dengan permukaan bumi akan mendapatkan
hambatan karena bergesekan dengan muka bumi, sedangkan angin yang
berttiup jauh di atas permukaan bumi bebas dari hambatan-hambatan.
Jenis-jenis angin:
1) Angin tetap
Angin tetap adalah angin yang bertiup sepanjang tahun. Angin tetap dibedakan
menjadi berikut:
a) Angin barat adalah angin yang bertiup dari daerah sub tropis ke intang 600 ,
baik lintang utara maupun lintang selatan
b) Angin timur adalah angin dingin yang bergerak dari kutub selatan ke arah
lintang 600 . baik lintang utara maupun lintang selatan
c) Angin pasat adalah angin tetap yang berasal dari daerah tekanan maksimum
subtropics (300-400 LU/LS) menuju kea rah daerah tekanan minimum equator
(katulistiwa). Angin pasat meliputi angin pasat di belahan bumi utara disebut
angin pasat timur laut, dan angin pasat di belahan bumi selatan disebut angin
pasat tenggara. Di sekitar katulistiwa , kedua angin pasat ini bertemu. Karena
temperature di daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa
naik secara vertical (konveksi). Daerah pertemuan kedua angin pasat tersebut
dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). DKAT ditandai
dengan temperature selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini , wilayah
DKAT terbebas dari adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan
daerah Doldrum (wilayah tenang).
d) Angin anti pasat, pada ketinggian tertentu massa angin pasat naik secara
vertical kembali bergerak mendatar kea rah wilayah sub tropis. Angin anti
pasat bergerak meninggalkan katulistiwa menuju daerah maksimum
subtropis.
2) Angin muson atau angin musim
Angin muson atau angin musim adalah angin yang bertiup atau berhembus secara
periodic setiap setengah tahun sekali berganti arah. Angin muson barat laut
terjadi Antara Oktober- April, dengan letak matahari berada di belahan bumi
selatan terutama Australia lebih banyak menerima panas matahari , sehingga
suhu disana lebih tinggi (tekanan udara rendah). Sedangkan suhu di benua Asia
rendah (tekanan udara tinggi). Angin bergerak dari Asia ke Australia, sehigga
Indonesia terjadi musim penghujan karena di perjalanannya banyak membawa
uap air. Angin muson timur laut terjadi Antara April-Oktober. Pada periode ini
matahari berada pada belahan bumi bagian utara, terutma bagian Asia yang
banyak menerima pemanasan matahari, akibatnya suhu di benua Asia tinggi
(tekanan udara rendah) sedangkan di benua Australia rendah (tekanan udara
tinggi). Angin bergerak dari Australia menuju Asia , sehingga di Indonesia terjadi
musim kemarau karena dalam perjalananya sedikit membawa uap air.
3) Angin lokal
a) Angin darat dan angin laut
Pada malam hari, suhu udara di daratan lebih cepat dingin sehingga tekanan
udara di atas daratan tinggi (maksimum). Sementara itu suhu udara di lautan
lambat dingin sehingga tekanan udaranya rendah (minimum), sehingga angin
bergerak dari daratan menuju ke laut disebut dengan angin darat. Sebaliknya
pada siang hari, terjadi pergerakan udara dari laut menuju darat disebut angin
laut.
Gambar 14. Angin darat dan laut
b) Angin lembah dan angin gunung
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari lembah menuju lereng gunung
yang terjadi di siang hari. Sementara angin gunung adalah angin yang bertiup
dari puncak gunung menuju lembah , terjadi pada malam hari.

Gambar 15. Angin lembah dan gunung


c) Angin fohn (angin jauh)
Angin Fohn merupakan angin yang sifatnya jatuh atau turun, kering dan
panas. Hal ini karena uap air yang dibawa telah diturunkan sebagai hujan di
lereng gunung yang berhadapan dengan arah datangnya angin.

Gambar 16. Angin Fohn

4) Angin siklon dan anti siklon


Daerah depresi adalah daerah yang bertekanan minimum dikelilingi oleh daerah
yang bertekanan maksimum. Di daerah tersebut garis-garis isobarnya tertutup
dan verbal atau ketinggian tekanan udara memusat. Akibatnya terjadi gerakan
angin berputar memusat yang disebut dengan angin siklon. Sebaliknya, daerah
kompresi yaitu daerah yang bertekanan maksimum dikelilingi oleh daerah yang
bertekanan minimum. Pada daerah ini, angin berputar dengan arah yag keluar
disebut dengan angin antisiklon. Arah gerakan kedua jenis angin tersebut sesuai
dengan hukum Buys Ballot.

Gambar 17. Angin siklon dan anti siklon


e. Awan
Awan adalah kumpulan uap air dan kristal es pada udara di atmosfer. Awan
terjadi karena adanya pengembunan atau pemadatan uap air yang terdapat di udara
setelah melampaui keadaan jenuh. Kondisi awan dapat berupa cair, gas, atau padat
dan sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu.
Pembagian jenis awan yang ada sekarang ini adalah hasil dari kongres
meteorologi internasional yang diadakan di Munich, Jerman pada tahun 1802 dan
Uppsala, Swedia pada tahun 1894. Pembagian jenis awan atau taksonomi awan
adalah sebagai berikut:
1) Awan tinggi, terdapat pada ketinggian Antara 3-18 km . Awan jenis ini selalu
terdiri dari Kristal-kristal es karena pengaruh letaknya. Awan yang tergolong
awan pada senis ini adalah sebagai berikut:
a) Cirrus (Ci) : awan jenis ini halus , berstruktur seperti serat, atau berbentuk
seperti bulu burung. Awan ini sering tersusun seperti pita yang melengkung
di langit, sehigga seakan-akan tempak bertemu di horizon dan terdapat Kristal
es. Awan cirrus tidak menimbulkan hujan.
Gambar 18. Awan cirrus
b) Cirrostratus (Cs) : bentuknya seperti kelambu putih yang halus dan rata yang
menutup seluruh langit sehingga langit Nampak cerah., atau seperti anyaman
yang bentuknya tidak teratur. Awan ini sering menimbulkam halo (lingkaran
bercahaya) yang mengelilingi matahari atau bulan. Biasanya terjadi pada
musim kemarau.

Gambar 19. Awan cirrostratus


c) Cirromulus (Cc) : Awan jenis ini terputus-putus dan penuh dengan kristal-
kristal es sehingga bentuknya seperti segerombolan domba dan sering
menimbulkan bayangan.

Gambar 20. Awan cirromulus


2) Awan Menengah, terdapat pada ketinggian Antara 2-8 km. awan yang tergolong
awan menengah adalah sebagai berikut:
a) Altocomulus (Ac) : Awan jenis ini berukuran kecil-kecil tetapi banyak
biasanya berbentuk seperti bola yang agak tebal berwarna putih pucat da nada
bagian yang kelabu. Awan jenis ini bergerombol sehingga tampak saling
bergandengan.

Gambar 21. Awan Altocomulus

b) Altostratus (As) : Awan jenis ini berukuran luas dan tebal. Warna awan
altostratus kelabu, sehingga dapat menghalangi sebagian sinar matahari
sebagian siar matahari atau bulan.

Gambar 22. Awan Altostratus

3) Awan Rendah, terdapat pada ketinggian kurang dari 2 km. Awan yang tergolong
dalam awan rendah adalah sebagai berikut:
a) Stratocumulus (Sc) : Awan jenis ini bentuknya seperti bola-bola yang sering
menutupi seluruh langit sehingga tampak seperti gelombang di lautan.
Lapisan awan ini tipis sehingga tidak menimbulkan hujan.

Gambar 23. Awan stratocumulus


b) Stratus (St) : Awan yang rendah dan sangat luas, tingginya dibawah 2.000 m.
melebar seperti kabut dan berlapis-lapis. Kabut dan awan stratus pada
dasarnya tidak berbeda.

Gambar 24. Awan stratus

c) Nimbostratus (Ns) : Awan ini bentuknya tidak menentu, tepianya tidak


beraturan. Di Indonesia awan ini hanya menimbulkan gerimis saja .Awan ini
berwarna putih kelabu dan penyebaranya di langit cukup luas.

Gambar 25. Awan Nimbostratus

4) Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada ketinggian 500-1500 meter.
a) Cumulus (Cu) : Merupakan aan tebal dengan puncak-puncak yang agak
tinggi, terbenuk pada siang hari karena udara naik. Bila awan ini terkena sinar
matahari hanya pada sebelah sisinya, timbul bayangan berwarna kelabu.

Gambar 26. Awan cumulus


b) Cumulonimbus (Cb) : Awan jenis ini dapat menimbulkan hujan dengan kilat
Guntur. Awan ini bervolume besar , pososinya rendah, berpuncak tinggi dan
melebar, sehigga merupakan awan yang tebal. Biasanya di atas awan
cumulonimbus terdapat awan cirrostratus. Hal ini sering terjadi pada waktu
angin rebut.

Gambar 27. Awan cumolunimbus

Kemampuan awan menimbulkan hujan tergantung pada musim. Pada musim


kerig di daerah dingin, walaupun awanya tebal belum tentu mendatangkan hujan
karena dapat tertiup angin. Pada musim panas di Daerah tropis , walaupun awanya
tipis sering terjadi hujan.
Awan yang rendah dan dekat dengan permukaan bumi disebut kabut. Jenis-
jenis kabut adalah sebagai berikut:
1) Kabut sawah
Kabut sawah adalah kabut yang terjadi pada malam atau pagi hari ketika cuaca
terang dan udara dingin melalui sungai., selokan, atau wilayah sawah. Oleh
karena air bersuhu lebih panas , suhu udara akan naik dan kesanggupan memuat
air bertambah sehingga terjadi penguapan. Akan tetapi, setelah sampai daratan
agak tinggi, udara tersebut mendingin dan mengalami kondensasi dan
membentuk kabut.
2) Kabut adveksi
Kabut aveksi adalah kabut yang terjadi karena udara panas yang mengandung
uap air melewati daerah dingin , sehingga terjadi kondensasi dan membentuk
kabut.
3) Kabut industri
Kabut industri adalah kabut yang berwarna kehitaman yang terdapat diatas
wilayah industri akibat kumpulan asap pabrik.Jumlah intikondensasi bertambah
banyak sehingga udara yang mengandung uap air membentuk kabut.
4) Kabut pendinginan
Kabut peendinginan adalah kabut yang terjadi pada malam hari dan udara terang
karena pendinginan. Lapisan udara yang terjadi mencapai kelembapan relative
100%.
f. Kelembaban Udara
Kelembapan udara dibedakan menjadi kelembapan mutlak dan kelembapan
nisbi. Kelembapan mutlak (kelembapan absolut) adalah bilangan yang menunjukan
massa uap air yang tertampung dalam satu meter kubik udara. Di sisi lain,
kelembapan nisbi (kelembapan relatif) adalah bilangan yang menunjukan
perbandingan Antara jumlah uap air yang ada di udara saat pengukuran dan jumlah
uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tersebut.
kelembapan mutlak
Kelembapan nisbi= ×100 %
nilai jenuh udara
Perhatiakan contoh soal berikut ini. Udara di sebuah ruang laboraturium
bervolume 27 m3 mengandung uap air sebanyak 360 gram. Pada suhu 21o C, udara
tersebut mengandung uap air sebanyak 18,5 gram, sehingga:
360 gram
Kelembapan nisbi= 3
=13,333 g/m 3
27 m

13,333 g /m 3
Kelembapan relatif = × 100 %=72%
18,5
Angka-angka diatas menunjukan bahwa jika suhu udara naik, kelembapan
relatifnya berkurang. Oleh karena itu, kelembapan relative tertinggi terjadi pada pagi
hari dan kelembapan relative terjadi pada sore hari . Salah satu alat yang digunakan
untuk mengukur kelembapan nisbi adalah hygrometer rambut. Rambut manusia
bersifat memanjang pada udara basah dan memendek padaudara udara kering.
Perubahan panjang pendeknya rambut ini mampu menggerakkan jarum pada skala.
Higrometer yang mampu mencatat data kelembapan udara secara kontinu disebut
higrograf.
g. Curah Hujan
Banyaknya hujan yang terjadi pada suatu tempat dapat diketahui dengan
pengkuran curah hujan. Alat pengukur curah hujan disebut penakar hujan. Alat
pengukur curah hujan biasa berfungsi untuk mengukur jumlah hujan yang jatuh
selama 24 jam per hari pada suatu gelas ukur.
Jumlah curah hujan juga tidak sama sepanjang tahun. Curah hujan paling
banyak terjadi selama bertiup angin musim barat.
1) Hujan zenital (hujan tropis), terjadi pada daerah tropis dan disebut juga hujan
naik equatorial. Hujan jenis ini biasanya terjadi pada sore hari setelah
pemanasan maksimal (pukul 14.00-15.00). Di daerah tropis hujan ini terjadi
bersamaan dengan kedudukan matahari pada titik zenith, atau beberapa waktu
sesudahnya. Daerah tropis mengalami hujan zenital dua kali dalam setahun dan
pada daerah subtropics hanya mengalami satu kali dalam satu tahun.
2) Hujan musim, terjadi pada daerah-daerah musim , Hujan zenital di daerah
musim mengalami perubahan karena daerah –daerah ini dipengaruhi oleh angim
musim.
3) Hujan siklon (hujan frontal) terjadi di daerah beriklim sedang. Angin yang
berada pada daerah iklim sedang selalu disertai hujan karena pada daerah siklon
udara naik ke atas dan mendingin. Hujan di daerah iklim sedang dapat dikatakan
berlangsung sepanjang tahun.
4) Hujan musim dingin, terjadi di daerah-daerah subtropics. Daerah subtropics di
pesisir barat kontinen-kontinen pada waktu musim dingin mengalami hujan
ketika matahari berada pada posisi nadir.
5) Hujan musim panas, terjadi pada daerah subtropis (pesisir timur benua).
6) Hujan pegunungan (hujan orografis), terjadi di daerah pegunungan. Udara yang
banyak mengandung uap air naik ke atas pegunungan . Akibat penurunan suhu,
terjadi peristiwa kondensasi dan terjadi hujan pada lereng yang berhadapan
dengan arah datangnya angin.

Gambar 28. Hujan orografis


C. KLASIFIKASI TIPE IKLIM DAN POLA IKLIM GLOBAL
1. Pengertian Iklim
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang
penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan memiliki
wilayah yang luas. Misalnya Indonesia memiliki iklim tropis.
2. Jenis-jenis Iklim
a. Klasifikasi Iklim Matahari
Iklim matahari adalah iklim yang pembagiannya berdasarkan banyaknya sinar
matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Intensitas panas yang diterima oleh
suatu tempat dipengaruhi oleh letak lintangnya sehingga iklim ini disebut dengan
“iklim garis lintang”. Adapun pembagian daerah iklim matahari adalah sebagai
berikut:
1) Iklim Tropis (0-23,5o LU dan 0-23,5o LS)
a) Matahari selalu vertikal sehingga suhu udara rata-rata tinggi (20o C -30o C)
b) Tekanan udaranya lebih rendah dan berubah secara perlahan dan beraturan.
c) Kejadian hujan lebih banyak daripada banyak wilayah lainnya.
2) Iklim Subtropis (23,5o – 40o LU dan 23,5o – 40o LS)
a) Daerah peralihan antar iklim tropis dan iklim sedang.
b) Terdapat empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan
musim dingin.
c) Pada musim panas, suhu tidak terlalu panas dan pada musim dingin, suhu
juga tidak terlalu dingin.
d) Jika hujannya jatuh pada musim dingin disebut iklim Mediterania. Jika
hujannya jatuh pada saat musim panas, disebut iklim Tiongkok.
e) Wilayah yang memiliki iklim subtropis antara lain meliputi sebagian besar
Eropa (kecuali Skandinavia), kawasan Asia Tengah, Asia Timur dan Asia
Barat sebelah utara, Amerika Serikat, selatan Amerika Selatan, Afrika Utara,
selatan Afrika dan Australia.
3) Iklim Sedang (40o – 66, 5o LU dan 40o – 66, 5o LS)
a) Tekanan udara sering berubah-ubah.
b) Arah angin yang bertiup berubah-ubah tidak menentu. Kadang menimbulkan
badai yang tiba-tiba.
4) Iklim Dingin (40o – 66, 5o LU dan 40o – 66, 5o LS)
a) Terdapat iklim tundra, yaitu musim dingin yang berlangsung lama, sedangkan
musim berlangsung singkat, udaranya kering. Pada musim dingin, tanah
selalu membeku karena tertutup oleh lapisan es dan salju sepanjang tahun. Di
musim panas, terdapat banyak rawa akibat es yang mencair di permukaann
tanah. Terdapat lumut-lumutan dan semak-semak. Wilayahnya meliputi
Amerika Utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan Greendland, dan
Serbia bagian utara.
b) Terdapat iklim es, yaitu terdapat salju abadi akibat suhu yang terus-menerus
rendah. Wilayahnya meliputi Kutub Utara, yaitu Greenland dan Antartika di
Kutub Selatan.

Gambar 29. Iklim Matahari (sumber http://1.bp.blogspot.com/ diakses 13 Maret


2017 pukul 09.30 WIB)
b. Iklim Fisis
Iklim fisis adalah klasifikasi iklim yang pembagiannya berdasarkan kondisi
sebenarnya suatu daerah sebagai hasil pengaruh keadaan alam dan lingkungan
sekitarnya. Faktor yang berpengaruh antara lain daratan yang luas, lautan, angin, arus
laut, vegetasi, dan topografi. Iklim ini dapat dibedakan menjadi:
1) Iklim Laut
Iklim laut terletak di daerah yang dikelilingi oleh lautan. Ciri-cirinya antara lain
penguapan tinggi, udara selalu lembab, langitnya tertutup awan, perbedaan suhu
antara siang dan malam hari rendah, serta memiliki curah hujan yang rendah,
serta memililki curah hujan yang tinggi.
2) Iklim Darat
Iklim darat adalah iklim yang tidak dipengaruhi oleh angin laut karena letaknya
di tengah-tengah benua. Ciri-cirinya antara lain kelembaban udara rendah,
perbedaan suhu antara siang dan malam hari sangat mencolok sehingga
memungkinkan adanya padang rumput.
3) Iklim Gunung
Iklim gunung adalah iklim yang terdapat di dataran tinggi. Ciri-cirinya antara
lain terdapat di daerah yang beriklim sedang, hujan banyak terjadi di lereng yang
menghadap angin dan kadang banyak turun salju.
4) Iklim Musim
Iklim musim adalah iklim yang terdapat di daerah yang dilalui oleh angin musim
sehingga musim berganti setiap setengah tahun. Ciri-cirinya antara lain setengah
tahun angin laut basah yang menimbulkan hujan dan setengah tahun bertiup
angin darat yang kering sehingga menimbulkan musim kemarau.
c. Iklim Menurut Koppen
Koppen membuat klasifikasi iklim seluruh dunia berdasarkan suhu dan kelembaban
udara. Kedua unsur iklim tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap permukaan
bumi dan kehidupan diatasnya. Berdasarkan ketentuan itu Koppen membagi iklim
dalam lima daerah iklim pokok. Masing-masing daerah iklim diberi simbol A, B, C,
D, dan E.
Klasifikasi iklim Koppen menggunakan sistem huruf.
Huruf Pertama (A, B, C, D, E) Karakter suhu atau curah hujan
Huruf Kedua (f, w, s, m) Tingkat kelembaban (kebekuan wilayah)
Contoh : Af
Tingkat Kelembaban (Kebekuan Wilayah)
Karakter suhu atau curah hujan
Karakter suhu atau curah hujan dibagi menjadi:
1) Iklim A (iklim tropis). Iklim tropis memiliki rata-rata suhu bulanan yang
terdingin lebih dari 18O C sehingga kelembaban udaranya tinggi
2) Iklim B (iklim arid atau kering). Pada iklim kering, proses penguapan air lebih
tinggi dibandingkan dengan kejadian hujannya sehingga tidak terdapat kelebihan
air tanah dan sungai permanen.
3) Iklim C (iklim sedang hangat). Iklim sedang memiliki rata-rata suhu bulanan
sekitar -3O C - 18O C. Paling tidak, ada satu bulan yang suhu rata-rata bulanannya
melebihi 10O C. Iklim C memiliki empat musim yaitu musim semi, panas, gugur
dan dingin.
4) Iklim D (iklim salju). Iklim salju memilki suhu rata-rata bulanan kurang dari -3 O
C.
5) Iklim E (Iklim es atau salju abadi). Iklim es memiliki suhu rata-rata bulanan
terpanas kurang dari 10O C. Selain itu, musim panas pada daerah ini tidak jelas.
Tingkat kelembaban atau kebekuan wilayah dibagi menjadi:
1) Huruf f menunjukkan kondisi lembab, tidak terdapat musim kering, dan curah
hujan cukup setiap bulannya.
2) Huruf w menunjukkan musim kering jatuh pada musim dingin
3) Huruf s menunjukkan musim kering jatuh pada musim panas
4) Huruf m menunjukkan monsun, yaitu musim kering yang jelas walaupun
periodenya sebentar.

Khusus untuk tipe B, huruf keduanya adalah sebagai berikut:


1) Huruf s (stepa atau semiarid), rata-rata curah hujan tahunannya sekitar 380 mm –
760 mm per tahun.
2) Huruf w (gurun atau arid), rata-rata curah hujan tahunannya kurang dari 250 mm
per tahun.

Khusus untuk tipe E, huruf keduanya adalah sebagai berikut:


1) Huruf t artinya tundra.
2) Huruf f artinya salju abadi.
3) Huruf h artinya iklim salju pegunungan tinggi.

Koppen membagi daerah iklim di bumi menjadi lima kelompok utama, yaitu
sebagai berikut:
1) Iklim A, yaitu iklim tropis yang terdiri atas :
a) Af : Iklim hutan hujan tropis
b) Aw : Iklim sabana tropis
c) Am : Monsun tropis
2) Iklim B, yaitu iklim kering yang terdiri atas:
a) Bs : Iklim stepa
b) Bw : Iklim gurun
3) Iklim C, yaitu iklim sedang hangat yang terdiri atas:
a) Cf : Iklim lembab, lembab sepanjang tahun
b) Cw : Iklim lembab dan musim kering terjadi pada musim dingin
c) Cs : Iklim lembab dan musim kering terjadi pada musim panas
4) Iklim D, yaitu iklim dingin yang terdiri dari:
a) Df : Iklim hujan salju dingin dan lembab sepanjang tahun
b) Dw : Iklim hutan salju dingin dan musim kering terjadi pada musim
dingin
5) Iklim E, yaitu iklim arktik atau iklim salju abadi yang terdiri atas:
a) Et : Iklim tundra
b) Ef : Iklim kutub
c) Eh : Iklim salju pegunungan tinggi

Gambar 30. Klasifikasi Iklim Koppen


(Sumber http://hanschen.org/koppen/img/koppen_major_1901-2010.png diakses tanggal 13
Maret 2017 pukul 09.05 WIB)

Menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan
D. Af dan Am terdapat di daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan utara, seperti
Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara. Aw terdapat di Indonesia
yang letaknya dekat dengan benua Australia seperti daerah-daerah di Nusa
Tenggara, Kepulauan Aru, dan Irian Jaya pantai selatan. C terdapat di hutan-
hutan daerah pegunungan. D terdapat di pegunungan salju Irian Jaya.

d. Iklim Menurut Schmidt-Ferguson


Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Fergusson adalah klasifikasi iklim yang banyak
digunakan dalam bidang perkebunan dan pertanian. Klasifikasi iklim ini dibuat
berdasarkan kondisi iklim di daerah tropis. Dasarnya adalah jumlah curah hujan yang
jatuh setiap bulan dan tingkat kebasahan yang disebut gradien (Q). Gradien Q adalah
persentase nilai perbandingan antara jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-
rata bulan basah. Bulan kering memiliki tebal curah hujan <60 mm, bulan lembab
memiliki tebal curah hujan 60 mm- 100 mm, dan bulan basah memiliki tebal curah
hujan >100 mm.
Cara penentuannya adalah sebagai berikut:
1) Untuk menentukan tipe curah hujan, Schmidt-Fergusson menggunakan tingkat
keabsahan yang disebut gradien (Q).
2) Untuk menentukan nilai Q, digunakan rumus :

Keterangan :
Q = Perbandingan bulan kering dan bulan basah (%)
Md = mean (rata-rata) bulan kering, yaitu jumlah bulan kering dibagi jumlah
tahun pengamatan
Mw = mean (rata-rata) bulan basah, yaitu perbandingan antara jumlah bulan
basah dibagi dengan jumlah tahun pengamatan

Gambar 31. Iklim menurut Schmidt-Fergusson

Tabel 1. Nilai Q

e. Iklim Oldeman
Klasifikasi iklim Oldeman tergolong klasifikasi yang baru di Indonesia dan
pada beberapa hal masih mengundang diskusi mengenai batasan atau kriteria yang
digunakan. Namun demikian untuk keperluan praktis klasifikasi ini cukup berguna
terutama dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di Indonesia. Klasifikasi
iklim ini diarahkan kepada tanaman pangan seperti padi dan palawija.
Dibandingkan dengan metode lain, metode ini sudah lebih maju karena sekaligus
memperhitungkan unsur cuaca lain seperti radiasi matahari dikaitkan dengan
kebutuhan air tanaman.
Oldeman membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan
dengan pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Ia membuat dan menggolongkan
tipe-tipe iklim di Indonesia berdasarkan pada kriteria bulan-bulan basah dan
bulan-bulan kering secara berturut-turut. Kriteria dalam klasifikasi iklim
didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering
(BK) dengan batasan memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air
tanaman.
Kriteria bulan basah, lembab, dan bulan kering sesuai Oldeman adalah
sebagai berikut:
1) Bulan kering : curah hujan kurang dari 100 mm
2) Bulan lembab : curah hujan 100-200 mm
3) Bulan basah : curah hujan lebih dari 200 mm

Selanjutnya dalam penentuan klasifikasi iklim Oldeman menggunakan


ketentuan panjang periode bulan basah dan bulan kering berturut-turut. Tipe utama
klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan pada jumlah pada jumlah
bulan basah berturut-turut. Sedangkan sub divisinya dibagi menjadi 4 yang
didasarkan pada jumlah bulan kering berturut-turut. Oldeman membagi tipe iklim
menjadi 5 katagori yaitu A, B, C, D dan E.

Tabel 2. Tipe Utama


No Tipe Utama Panjang Bulan Basah (Bulan)
.
1. A >9
2. B 7-9
3. C 5-6
4. D 3-4
5. E <3

Tabel 3. Sub Tipe


No
Sub Tipe Panjang Bulan Kering (Bulan)
.
1. 1 <= 1
2. 2 2-3
3. 3 4-6
4. 4 >6

Berdasarkan kriteria di atas kita dapat membuat klasifikasi tipe iklim


Oldeman untuk suatu daerah tertentu yang mempunyai cukup banyak stasiun/pos
hujan. Data yang dipergunakan adalah data curah hujan bulanan selama 10 tahun
atau lebih yang diperoleh dari sejumlah stasiun/pos hujan yang kemudian dihitung
rata-ratanya.

Gambar 32. Iklim menurut Oldeman


Berdasarkan 5 tipe utama dan 4 sub divisi tersebut, maka tipe iklim dapat
dikelompokkan menjadi 17 wilayah agroklimat Oldeman mulai dari A1 sampai E4
sebagaimana tersaji pada gambar segitiga Oldeman. Oldeman mengeluarkan
penjabaran tiap-tiap tipe agroklimat sebagai berikut.

Tabel 4. Penjabaran Agroklimat


f. Iklim Junghuhn
Seperti halnya Schmidt dan Ferguson, untuk keperluan pola pembudidayaan
tanaman perkebunan, seperti tanaman teh, kopi, dan kina, seorang ahli Botani dari
Belanda bernama Junghuhn membuat penggolongan iklim khususnya di negara
Indonesia terutama di Pulau Jawa berdasarkan pada garis ketinggian. Indikasi tipe
iklim adalah jenis tumbuhan yang cocok hidup pada suatu kawasan. Junghuhn
membagi lima wilayah iklim berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut
sebagai berikut ini:
1) Zona Iklim Panas, antara ketinggian 0–600 meter di atas permukaan laut,
dengan suhu 26,3–22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami padi, jagung,
kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa & kakao.
2) Zone Iklim Sedang, antara ketinggian 600–1.500 meter di atas permukaan laut,
dengan suhu 22-17,1°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami padi,
tembakau, teh, kopi, cokelat, kina & sayuran.
3) Zone Iklim Sejuk, antara ketinggian 1.500–2.500 meter di atas permukaan laut,
dengan suhu 17,1–11,1°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami teh, kopi,
kina, dan sayur-sayuran.
4) Zone Iklim Dingin, antara ketinggian lebih dari 2.500 meter di atas permukaan
laut, dengan suhu 11,1–6,2°C. Tumbuhan yang masih mampu bertahan adalah
lumut dan beberapa jenis rumput dan Tidak ada tanaman budidaya.

Gambar 33. Iklim menurut Junghuhn

D. PENGARUH PERUBAHAN IKLIM GLOBAL TERHADAP KEHIDUPAN


1. Pengertian dan Gejala Perubahan Iklim Global
Kemajuan pesat pembangunan ekonomi khususnya dimulai pada awal reformasi
industri memberikan dampak yang serius terhadap iklim dunia, antara lain lewat
pembakaram secara besar-besaran batu bara, bahan bahan bakar fosil serta alih fungsi
lahan yang dapat menyebakan suhu bumi menjadi naik. Perubahan suhu rata-rata
permukaan bumi secara tidak wajar ini nantinya menyebabkan terjadinya perubahan
pada unsur-unsur iklim lainnya, seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan
di udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya
merubah pola iklim dunia. Peristiwa ini kemudian di kenal dengan Perubahan Iklim.
Iklim global sebenarnya sudah berubah dari jutaan tahun yang lalu, sebagai
contoh dahulunya sebagian wilayah di bumi ini tertutupi oleh es namun kini berubah
menjadi lebih hangat. Perubahan tersebut awalnya karena proses alam seperti suhu yang
naik turun secara musiman sebagai akibat fluktuasi radiasi matahari , misalnya akibat
letusan gunung api. Namun, yang terjadi saat ini perubahan iklim yang terjadi bukan
hanya terjadi akibat peristiwa alam melainkan lebih karena berbagai aktivitas manusia.
Perubahan iklim sendiri merupakan sebuah fenomena global karena penyebabnya
bersifat global. Selain itu, dampaknya juga bersifat global, dirasakan oleh seluruh
mahluk hidup diberbagai belahan dunia. Kesimpulannya, perubahan iklim global dapat
diartikan sebagai berubahnya iklim di bumi yang dapat disebabkan karena proses
internal (peristiwa alam) ataupun eksternal (seperti aktivitas manusia) yang dapat
merubah komposisi atmosfer secara global, yang bisa diamati dalam kurun waktu
tertentu ( jangka panjang).
Perubahan iklim terjadi secara global namun dampak yang dirasakan bervariasi
secara local dan global. Indikator utama perubahan iklim terdiri dari perubahan dan pola
intensitas berbagai parameter iklim antara lain suhu, curah hujan, kelembaban, angin,
tutupan awan, dan penguapan (evaporasi). Di tingkat global perubahan iklim dapat
dirasakan diseluruh dunia antara lain menyebabkan terjadinya:
a. Perubahan dalam siklus hidrologi
Kenaikan temperature telah mempercepat siklus hidrologi, atmosfer yang lebih
hangat akan menyimpan lebih banyak uap air, sehingga menjadi kurang stabil dan
menghasilkan lebih banyak presipitasi, terutama dalam bentuk hujan lebat. Panas
yang lebih besar juga mempercepat proses evaporasi. Dampak dari perubahan-
perubahan tersebut dalam siklus air adalah menurunnya kuantitas dan kualitas air
bersih di dunia. Sementara itu, pola angin dan jejak badai juga akan berubah.
Intensitas siklon tropis akan semakin meningkat (namun tidak berpengaruh
terhadap frekuensi siklon tropis), dengan kecepatan angin maksimum bertambah
dan hujan yang semakin lebat.
b. Meningkatnya resiko kesehatan
Perubahan iklim akan mengubah distribusi nyamuk-nyamuk malaria dan penyakit-
penyakit menular lainnya, sehingga mempengaruhi distribusi musiman penyakit
alergi akibat serbuk sari dan meningkatkan penyakit-penyakit pada saat gelombang
panas (heat waves).
c. Kenaikan muka air laut
Prediksi paling baik untuk kenaikan muka laut akibat perluasan lautan dan
pencairan gletser pada akhir abad 21 (dibandingkan dengan keadaan pada 1989-
1999) adalah 28-58 cm. Hal ini akan menyebabkan memburuknya bencana banjir di
daerah pantai dan erosi. Kenaikan muka laut yang besar hingga 1 meter pada 2100
diperkirakan akan melebihi 1 meter, apabila lapisan es terus mencair seiring dengan
kenaikan temperatur. Saat ini terdapat bukti yang menunjukan bahwa lapisan es di
Antartika dan Greenland perlahan berkurang dan berkontribusi terhadap kenaikan
muka laut. Sekitar 125.000 tahun yang lalu, ketika daerah kutub lebih hangat
daripada saat ini selama periode waktu tertentu, pencairan es kutub telah
menyebabkan kenaikan muka laut naik 4-6 meter. Kenaikan muka laut memiliki
kelembaban besar dan akan terus berlangsung selama berabad-abad. Lautan juga
akan mengalami kenaikan temperature yang akan berpengaruh terhadap kehidupan
bawah laut. Selama empat dekade terakhir, sebagai contoh, plankton di Atlantik
Utara telah bermigrasi ke arah kutub sebanyak 10 o lintang. Selain itu juga, lautan
mengalami proses pengasaman seiring dengan diserapnya lebih banyak
karbondioksida. Hal ini akan menyebabkanbatu karang, ki yang juga disebabkan
oleh keong laut, dan spesies lainnya kehilangan kemampuan untuk membentuk
cangkang atau kerangka.
d. Mempengaruhi kekayaan keanekaragaman hayati
Musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati yang juga disebabkan oleh
kejadian hujan badai yang meningkat frekuensi dan intensitasnya, angin topan, dan
banjir, meningkatnya jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena
kekeringan yang berkepanjangan, meningkatnya frekuensi kebakaran hutan,,
daerah-daerah tertentumenjadi padat dan sesak karena terjadi arus pengungsian.
Beberapa fakta perubahan iklim yang menghilangkan keanekaragaman hayati,
diantaranya:
1) Populasi penguin Antartika menurun lebih dari 80% sejak 1975 akibat
hilangnya es lautan
2) Kijang Karibu Artik mengalami penurunan tajam karena kelaparan akibat
perubahan iklim saat pencairan awal es dan pembekuan, yang mengakibatkan
ereka sulit mhan menjangkau tumbuhan makanannya.
3) Burung yang bermigrasi nyaris mati akibat perjalanan yang tidak tepat waktu
membuat mereka tidak mendapat persediaan makanan yang cukup saat mereka
tiba di tempat tujuan dan/ atau tempat-tempat seperti lahan basah yang sudah
mongering sehingga tidak menyediakan habitat bagi mereka.
e. Menimpa komunitas yang paling rentan
Komunitas yang paling miskin akan menjadi komunitas yang paling rentan
terhadap dampak dari perubahan iklim, sebab mereka akan sulit untuk melakukan
usaha untuk menceah dan mengatasi dampak dari perubahan iklim dengan
kurangnya kemampuan. Beberapa komunitas yang paling rentan adalah buruh tani,
suku-suku asli dan orang-orang yang tinggal di tepi pantai. Beberapa fakta saat ini
menunjukan bahwa kekurangan pangan terjadi di Negara-negara yang rentan
terhadap perubahan iklim dan masih berkembang.
Ditingkat nasional, menurut Edvin, A dkk.(2011), meskipun ketersediaaan data
parameter perubahan iklim dalam rentang waktu 30 tahun belum memadai di
Indonesia, para ahli di Indonesia telah berupaya menjelaskan adanya fenomena
perubahan iklim di Indonesia, dengan beberapa indicator diantaranya:
1) Perubahan suhu daratan, menggambarkan perubahan situasi lokal yang meliputi
suhu maksimum, suhu minimum, dan suhu rata-rata baik harian maupun
bulanan. Pengamataan yang dilakukan menunjukan bahwa di Indonesia terjadi
perubahan suhu udara yang diamati antara lain di Padang, Jakarta, Cilacap,
Biak, Jayapura mengalami kenaikan suhu minimum, sementara Sibolga,
Manado, Ambon, Wamena mengalami penurunan.
2) Peningkatan curah hujan ekstrim, perubahan iklim merupakan perubahan energi
dan siklus air yang menyebabkan terjadinya pola curah hujan berubah eksrim
(melebihi ambang batas statistik) yang disebabkan fenomena cuaca seperti
banjir, kekeringan, berkurangnya jumlah hari hujan, serta penambahan periode
hari hujan secara berturut-turut.
3) Maju mundurnya musim, di Indonesia yang dikenal sebagai Negara agraris,
informasi yang paling penting bagi pertanian adalah informasi awal datangnya
musim kemarau dan musim hujan.Pengamatan yang dilakukan oleh BMKG
dibeberapa wilayah Sumatera, Jawa , dan Sulawesi selama 30 tahun (1971-
2000) dan periode 2001-2010 telah terjadi pergeseran musim, misalkan musim
kemarau di Jawa Barat mengalami pergeseran maju (lebih cepat dating) sekitar
20 hari dibanding 30 tahun lalu.
4) Perubahan Jumlah Volume Hujan, informasi akumulasi curah hujan harian,
bulanan dan tahunan menjadi catatan penting yang menunjukan potensi
kapasitas sumber daya air tercurah, informasi ini penting untuk pengelolaan
sumber daya air jangka panjang. Secara global, hasil kajian IPCC (2007)
menunjukan bahwa sejak tahun 1850 tercatat ada 12 tahun terpanas berdasarkan
data temperatur permukaan global. Sebelas dari dua belas tahun terpanas
tersebut terjadi dalam waktu 12 tahun terakhir ini. Laporan IPCC juga
menyatakan bahwa kegiatan manusia ikut berperan dalam pemanasan global
sejak pertengahan abad ke 20. Pemanasan global akan terus meningkat dengan
percepatan yang lebih tinggi pada abad ke-21 apabila tidak ada upaya
menanggulanginya.
2. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Iklim Global
Seperti yang telah diterangkan pada bagian sebelumnya perubahan iklim global
memang suatu perubahan yang pasti terjadi karena faktor internal berupa proses alamiah
seperti aktivitas vulkanisme. Namun pada kenyataannya, perubahan iklim global yang
terjadi saat ini faktor utamanya disebabkan oleh aktivitas manusia. Selain itu,
pertambahan populasi penduduk dan pesatnya pertumbuhan teknologi dan industri
ternyata juga member kontribusi besar pada pertambahan Gas Rumah Kaca (GRK).
Akibat jenis aktivitas yang berbeda-beda, maka GRK yang dikontribusikan oleh
setiap negara ke atmosfer pun porsinya berbeda-beda. Di Indonesia sendiri Gas Rumah
Kaca (GRK) yang berasal dari manusia dapat dibedakan atas beberapa hal, yaitu:
a. Kehutanan
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan luas hutan terbesar,
yaitu 120,3 juta hektar. Sekitar 17% dari luasan tersebut adalah hutan konservasi dan
23% hutan lindung, sementara sisanya adalah hutan produksi (FWI/GFW, 2001).
Namun dari tahun ke tahun luas hutan berkurang. Hal ini disebabkan oleh penebangan
liar atau juga kebakaran hutan (disengaja ataupun tidak disengaja). Padahal hutan
sangat berperan sebagai penyerap CO2 dan penghasil O2. Dengan kemampuan hutan
tersebut dapat mengurangi kadar GRK di udara.
b. Pemanfaatan Energi Bahan Bakar Fosil
Saat ini kehidupan manusia sangat tergantung pada energi listrik dan bahan
bakar fosil. Ketergantungan tersebut sangat berdampak buruk bagi kehidupan umat
manusia. Penggunaan energi fosil seperti, minyak bumi, batu bara, dan gas alam dalam
berbagai kegiatan akan memicu bertambahnya emisi GRK di atmosfer.
c. Pertanian dan Peternakan
Sektor pertanian juga berperan banyak terhadap meningkatnya emisi GRK,
khususnya gas metana (CH4) yang dihasilkan dari sawah yang tergenang. Berdasarkan
penelitian sektor pertanian menghasilkan emisi gas metana tertinggi di banding sektor-
sektor lainnya. Sektor peternakan juga tidak kalah dalam mengemisikan GRK, hal
tersebut dikarenakan kotoran ternak yang membusuk akan melepaskan gas metana ke
atmosfer.
d. Sampah
Kegiatan manusia selalu menghasilkan sampah. Sampah merupakan maslah
besar yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia. Data dari Kementerian
Lingkungan Hidup mengatakan bahawa pada tahun 1995 rata-rata orang di perkotaan
Indonesia menghasilkan sampah 0,8 kg per hari dan terus meningkat hingga 1 kg per
orang per hari pada tahun 2000. Diperkirakan timbunan sampah pada tahun 2020
untuk tiap orang per hari adalah sebesar 2,1 kg.
Sampah sendiri turut menghasilkan emisi GRK berupa gas metana, walaupun
dalam jumlah yang cukup kecil dibandingkan emisi GRK yang dihasilkan dari sector
kehutanan dan energy. Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan sekitar 50 kg
gas metana. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, diperkirakan pada tahun
2020 sampah yang dihasilkan per hari sekitar 500 juta kg atau sekitar 190 ton per
tahun. Dengan jumlah sampah yang sedemikian besar, maka Indonesia akan
menghasilkan gas metana ke atmosfer sekitar 9500 ton per tahun. Jika sampah kota
tidak dikelola secara benar, maka laju pemanasan global dan perubahan iklim akan
semakin cepat.
3. Dampak atau Pengaruh Perubahan Iklim Global terhadap Kehidupan
Perubahan iklim itu sendiri terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup
panjang, antara 50-100 tahun. Walaupun terjadi secara perlahan, perubahan iklim
memberikan dampak yang sangat besar pada kehidupan umat manusia. Sebagian besar
wilayah di dunia akan menjadi semakin panas, sementara bagian lainnya akan berubah
semakin dingin. Saat ini pun dampaknya sudak mulai kita rasakan. Berikut ini beberapa
dampak perubahan iklim:
a. Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian
Perubahan iklim akan menyebabkan pergeseran musim, sehingga musim kemarau
menjadi lebih panjang. Hal ini akan menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan
kebakaran hutan. Sehingga Indonesia harus mengimpor beras dari luar negeri untuk
memenuhi kebutuhannya. Secara otomatis, produktivitas di bidang pertanian juga
akan menurun.
b. Dampak Perubahan Iklim terhadap Kenaikan Muka Air Laut
Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan
mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan
kenaikan permukaan air laut. Hal ini membawa banyak perubahan bagi kehidupan di
bawah laut, seperti pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan.
Sehingga akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam
kehidupan masyarakat pesisir pantai. Kenaikan muka air laut akan menyebabkan
hancurnya tambak-tambak ikan di beberapa daerah, juga dapat merusak terumbu
karang yang ada di laut Indonesia.
c. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem
Meningkatnya tingkat keasaman dari laut karena bertambahnya karbondioksida di
atmosfer akan membawa dampak negatif pada organisme-organisme laut. Misalnya,
hilangnya jenis flora dan fauna khususnya di Indonesia.
d. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sumber Daya Air
Pada pertengahan abad ini, rata-rata aliran air sungai dan kelestarian air di daerah
sub polar serta daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat sebanyak 10-40%.
Sementara di daerah subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang
sebanyak 10-30% sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami
kekeringan akan semakin parah kondisinya.
e. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan
Frekuensi timbulnya penyakit seperti malaria dan demam berdarah akan meningkat.
Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare,
gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan
melalui berbagai serangga dan hewan.
Hal tersebut menunjukan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman serius
bagi kelangsungan hidup umat manusia serta mahluk hidup lain. Selain itu dampakanya
tidak hanya terjadi di satu Negara atau di satu wilayah, tapi di seluruh dunia, melintasi
batas negara. Walaupun begitu, tingkat perekonomian yang jauh di bawah negara maju
serta perekonomian yang berbasis sumber daya alam yang menyebabkan negara
berkembang lebih rentan terhadap dampak-dampak yang di timbulkan akibat perubahan
iklim dibandingkan negara maju. Dalam prosesnya perubahan iklim terjadi sangat
lamban, sehingga dampaknya tak langsung dirasakan saat ini, namun sangat terasa bagi
generasi mendatang. Dan ketika perubahan iklim telah terjadi, maka tak satu upaya pun
yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kondisi ke keadaan semula.
4. Upaya Mengurangi Terjadinya Perubahan Iklim Global
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai untuk mengurangi, diantaranya yaitu:
a. Mengurangi pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi.
b. Menggunakan kendaraan umum agar polusi gas dapat berkurang.
c. Mengelola tempat pembuangan sampah.
d. Mengurangi penggunaan AC.
Selain yang di atas, hal sederhana yang dapat dilakukan juga adalah 5R (Rethink,
Reduce, Reuse, Recycle, Replace) yaitu :
a. Rethink : yaitu merubah pola perilaku dalam hal produksi dan konsumsi suatu
barang (produk) yang dihasilkan sehingga dapat dianalisis cara melakukan daur
ulang terhadap produk tersebut.
b. Reduce : yaitu sebisa mungkin mengurangi penggunaan barang-barang atau material
yang dipergunakan setiap hari karena semakin banyak barang yang digunakan maka
makin banyak juga sampah yang dihasilkan.
c. Reuse : yaitu sebisa mungkin memilih barang-barang yang dapat digunakan kembali
dan harus menghindari penggunaan barang-barang yang dispossable (sekali pakai).
Hal ini dilakukan untuk memperpanjang waktu penggunaan suatu barang sebelum
menjadi sampah.
d. Recycle : Sebisa mungkin barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi dapat didaur
ulang atau dimanfaatkan kembali misalnya plastik bekas detergen bisa kita gunakan
untuk membuat berbagai hasta karya yang unik dan menarik contohnya tas.Dimana
tas itu bisa kita jual,selain mendapatkan hasilnya kita pun juga telah melindungi alam
kita dari bahaya global warming.
e. Recovery/Replace : Meneliti barang-barang yang dipakai sehari-hari
kemudian mengganti barang-barang sekali pakai dengan barang yang lebih tahan
lama.
E. KARAKTERISTIK IKLIM DI INDONESIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP
AKTIVITAS MANUSIA
1. Karakteristik Iklim di Indonesia
Letak astrronomis Indonesia yang berada pada 6 0 LU—110 LS dan di antara 950
BT— 1410 BT, membuat Indonesia memiliki iklim tropis. Hal ini mengakibatkan
Indonesia mengalami siang hari 12 jam dan malam hari 12 jam. Selain itu, letak
astronomis tersebut membuat iklim di Indonesia dipengaruhi oleh tiga iklim, yaitu iklim
musim (muson), iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut.
a. Iklim Musim (Iklim Muson) yaitu iklim yang sangat dipengaruhi oleh angin musim
yang berubah-ubah setiap enam bulan sekali. Angin muson barat bertiup setiap
Oktober hingga April yang sifatnya basah, sehingga membawa musim penghujan.
Angin muson timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang sifatnya
kering mengakibatkan Indonesia mengalami musim kering atau kemarau.
b. Iklim Tropis atau Tropika (Iklim Panas) yaitu dipengaruhi oleh Indonesia yang
berada di daerah tropis. Suhu yang tinggi mengakibatkan peenguapan yang tinggi
dan berpotensi untuk terjadinya hujan.
c. Iklim Laut, Indonesia yang merupakan negara kepulauan mengakibatkan Indonesia
memiliki wilayah laut yang luas, berakibat terjadinya penguapan air laut secara
intensif menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi.
Ketiga jenis iklim tersebut berdampak pada tingginya curah hujan di Indonesia.
Rata-rata curah hujan di Indonesia sekitar 2.500 mm/tahun. Karena kondisi curah hujan
yang besar dan penyinaran matahari yang cukup, wilayah Indonesia memiliki kondisi
tanah yang tidak pernah kekurangan air sehingga cocok untuk kegiatan pertanian.
Wilayah Indonesia diapit oleh benua yaitu benua Asia dan Australia, serta dua
samudera yaitu Samudra Hindia dan Samudera Pasifik. Letak geografis tersebut
mengakibatkan Indonesia terpengaruh oleh sirkulasi monsun. Angin monsun yang
bergerak melalui Indonesia mengakibatkan Indonesia memiliki dua musim yaitu musim
penghujan dan musim kemarau.
a. Musim Penghujan di Indonesia (Oktober – April)
Angin monsun bergerak dari benua Asia (mengalami musim dingin) ke arah benua
Australia (mengalami musim panas) melalui Samudera Hindia dan sebagian besar
wilayah Indonesia, disebut sebagai munson barat. Kadar uap air yang dibawa oleh
angin ini sangat tinggi karena melewati samudera yang luas dan dijatuhkan sebagai
hujan dengan intensitas yang tinggi.

Gambar 34. Peta Pergerakan Angin Muson Barat

b. Musim Kemarau di Indonesia (April – Oktober)


Angin munson bergerak dari Benua Australia (mengalami musim dingin) ke benua
Asia (mengalami musim panas) melalui laut-laut sempit disekitar Kepulauan
Indonesia di sebelah selatan katulistiwa, disebut sebagai munson timur. Kadar uap
air yang dibawa oleh angin monsun timur ini rendah karena melalui laut-laut yang
sempit sehingga intensitas hujan yang terjadi juga rendah.

Gambar 35. Peta Pergerakan Angin Muson Timur

2. Pengaruh Karakteristik Iklim Terhadap Aktivitas Manusia


a. Pengaruh Karakteristik Iklim Dibidang Pertanian, Sosial, dan Budaya
1) Pengaruh di bidang pertanian
Faktor-faktor iklim seperti cuaca dan kelembapan sangat mempengaruhi
perkembangan pertanian di Indonesia. Kondisi suhu, curah hujan dan pola musim
sangat menentukan kecocokan dan optimalisasi pembudidayaan tanaman
pertanian. Misalnya, padi sangat cocok dibudidayakan di daerah yang bersuhu
udara panas dengan curah hujan yang cukup tinggi. Tanaman hortikultura seperti
sayur-sayuran dan buah-buahan cocok dibudidayakan di daerah sedang sampai
sejuk dengan intensitas curah hujan tidak setinggi pada tanaman padi. Begitu
pula di bidang perikanan atau kelautan, faktor iklim seperti cuaca, suhu, dan
musim sangat berpengaruh, baik terhadap para nelayan maupun ikan yang akan
di tangkap. Pada umumnya para nelayan mengerti benar tentang keadaan cuaca,
terutama yang behubungan dengan angin dan musim. Dengan pengetahuan yang
dimiliki oleh mereka, mereka tahu kapan datangnya angin musim barat dan angin
musim timur.
Pada saat berhembus angin barat mereka sangat berhati-hati dalam
menangkap ikan di laut. Karena musim angin barat sering menimbulkan
gelombang besar yang membahayakan mereka. Dan mereka juga tahu mengenai
tanda-tanda alam seperti akan datangnya badai yang besar, sehingga mereka
tidak akan turun ke laut untuk menangkap ikan.
2) Pengaruh di bidang budaya
Penduduk di daerah tropik, menggunakan pakaian yang relatif tipis,
karena suhu di daerah ini panas. Di daerah gunung penduduk menggunakan
pakaian yang relatif tebal karena memang suhunya relatif dingin. Sedangkan di
daerah beriklim sedang penduduk menggunakan pakaian yang tebal menutup
seluruh tubuh. Rumah-rumah di daerah pantai atau dataran rendah daerah tropis,
biasanya banyak fentilasinya, genting terbuat dari tanah. Pada daerah
pegunungan yang tinggi yang suhunya dingin, rumah biasanya mempunyai
fentilasi yang sedikit dan atapnya banyak terbuat dari seng. Ini bertujuan bila
ketika siang hari atap yang terbuat dari seng tadi bisa menyimpan cadangan
panas. Sedangkan  di daerah sedang, rumah hanya sedikit membutuhkan ventilasi
bahkan pada saat musim dingin mereka memerlukan penghangat. Agar ruangan
tetap hangat, mereka menggunakan tungku penghangat atau mesin pemanas.
Selain itu juga berpengaruh terhadap material utama penyusun rumah, ada yang
memakai batu bata, kayu, es (rumah igloo), dll. Di daerah yang sering terjadi
badai maka tidak pantas memakai kayu, karena akan sangat mudah sekai
diterbangkan angin.
3) Pengaruh di bidang sosial
Para nelayan, terutama nelayan tradisional, banyak memanfaatkan angin
darat untuk melaut dan memanfaatkan angin laut untuk mendarat. Namun ini
sangat bertolak belakang dengan nelayan modern. Pada nelayan modern  sudah
tidak terpengaruh oleh cuaca, karena mereka dapat menggunakan perahu
bermotor. Jadi sewaktu-waktu jika mereka ingin melaut mereka tidak perlu
memperhatikan pergerakan angin, yaitu salah satu dari unsur iklim.
Bidang pertanian sangat bergantung sekali pada tipe iklim suatu wilayah.
Karena penentuan awal tanam dan awal panen harus sesuai dengan tipe iklminya.
Penduduk di daerah dataran rendah memanfaatkan awal musim penghujan untuk
pengolahan tanah pertanian. Sedangkan penduduk di daerah pegunungan
sebagian besar bercocok tanam sayuran (holtikultura). Hasil pertanian yang
melimpah tersebut dapat digunakan Indonesia untuk mengekspor sebagian
sumber daya alam yang dihasilkan ke. negara lain.
b. Pengaruh Karakteristik Iklim dibidang Transportasi, Komunikasi, dan
Pariwisata
1) Peranan iklim dibidang transportasi
Faktor-faktor cuaca dan iklim mempunyai peranan yang besar tehadap bidang
transportasi. Seperti cuaca, suhu, arah dan kecepatan angin, awan, dan kabut
sangat mempengaruhi kelancaran jalur penerbangan. Selain berpengaruh
terhadap penerbangan, faktor cuaca dan iklim berpengaruh pula terhadap
transportasi laut. Seperti arah dan kecepatan angin, tinggi gelombang, badai dan
lain-lain.
2) Peranan iklim dibidang telekomunikasi
Faktor cuaca dan iklim berpengaruh pula terhadap bidang telekomunikasi.
Seperti arus angin dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar daerah dengan
menggunakan telepon angin.Tentunya kita sudah mengetahui pula bahwa cuaca
dan iklim merupakan akibat dari proses-proses yang terjadi di atmosfer atau
lapisan udara. Lapisan udara yang menyelebungi bumi terdiri dari beberapa
lapisan, di antaranya terdapat lapisan ionosfer. Lapisan ini mengandung partikel-
partikel yang mengalami ionisasi sehingga bermuatan listrik. Dengan adanya
lapisan ionosfer ini, maka siaran radio dan televisi dapat di dengar dan dilihat
dimana-mana.
3) Peranan iklim dibidang pariwisata
Faktor cuaca dan iklim berpengaruh pula terhadap bidang pariwisata. Seperti
cuaca cerah, banyak cahaya matahari, kecepatan angin, udara sejuk, kering,
panas, dan sebagainya sangat mempengarui terhadap pelaksanaan wisata, baik
wisata darat maupun laut. Dengan kondisi seperti yang telah disebutkan, maka
pelaksanaan wisata akan semakin dinikmati.

F. LEMBAGA-LEMBAGA YANG MENYEDIAKAN DAN MEMANFAATKAN DATA


CUACA DAN IKLIM DI INDONESIA
1. Badan Meteorologi, klimatologi, geofisik (BMKG)
Badan Meteorologi, klimatologi, geofisik (BMKG) adalah sebuah lembaga pemerintah
Non-Departemen (LPND) yang dipimpin sorang kepala badan. BMKG melaksanakan
tugas kepemerintahan di bidang meteorology, Klimatologi, Kualitas Udara dan
Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
melaksanakan tugasnya, BMKG menyelenggarakan fungsinya, diantaranya sebagai
berikut:
a. Mengadakan pelayanan data dan informasi dibidang meteorology, klimatologi, dan
geofisika.
b. Menyampaikan informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat
berkenaan perubahan iklim.
c. Menyampaikan informasi dan peringaan dini kepada instansi dan pihak terkait serta
masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor meteorology, klimatologi dan
geofisika.
d. Mengadakan kerjasama internasional di bidang meteorology, klimatologi dan
geofisika.
e. Mengadakan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di
lingkungan BMKG.
2. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional yang selanjutnya dalam Peraturan
Presiden ini disebut dengan LAPAN adalah lembaga pemerintah non-kementerian yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang
membidangi urusan pemerintahan di bidang riset dan teknologi.
Tugas Pokok
LAPAN mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta
penyelenggaraan keantariksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Fungsi
Dalam mengemban tugas pokok di atas LAPAN menyelenggarakan fungsi-fungsi :
a. Penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan sains
antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan
jauh serta pemanfaatannya;
b. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi
penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya;
c. Penyelenggaraan keantariksaan;
d. Pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN;
e. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan LAPAN;
f. Pelaksanaan kajian kebijakan strategis penerbangan dan antariksa;
g. Pelaksanaan penjalaran teknologi penerbangan dan antariksa;
h. Pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan sistem informasi penerbangan dan
antariksa;
i. Pengawasan atas pelaksanaan tugas LAPAN; dan
j. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian dan
pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa,
dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Asri Oktaviani. 2017. Atmosfer Bumi. Lembaga pelatihan OSN. Diakses dari
http://www.pelatihan-osn.com/ diunduh pada tanggal 10 Maret 2017, pukul 14.44 WIB

Danang Endarto, dkk. 2009. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat pembukuan,
Departemen Pendidikan Nasional

Hermana dan assomadi. 2005. Atmosfer Sains dan Fenomena. Journal of Climate vol 18.
halaman 864 – 875

Jimmy Fakhruddin. 2016. Ciri, Sifat, Karakteristik Dan Manfaat Lapisan Atmosfer Bumi.
Diakses dari http://www.bankjim.com/2016/11/ciri-sifat-karakteristik-dan-
manfaat.html/ diunduh pada tanggal 10 Maret 2017, pukul 14.15 WIB

K. Wardiyatmoko. 2013. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Lili Sumantri. 2016. Buku Siswa Aktif dan Keatif Belajar Geografi 3. Bandug: Grafindo

Yasinto Sindhu P. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Yulmadia Yulir. 2013. Geografi untuk SMA Kelas X. Bogor: Yudistira

Anda mungkin juga menyukai