Anda di halaman 1dari 84

PETA, PENGINDRAAN

JAUH DAN SISTEM


INFORMASI GEOGRAFIS
FIKRI RAMADHAN
PENGERTIAN PETA
Peta adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-
kenampakan abstrak objek-objek yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang
ada kaitannya dengan permukaan bumi, dan umumnya digambarkan pada
suatu bidang datar yang diperkecil/diskalakan (International Cartographic
Association, 1973).
Dari definisi di atas terdapat tiga hal penting yang harus dipahami, yaitu:
- Adanya penggambaran objek yang terdapat dimuka bumi (melalui
simbolisasi).
- Adanya proyeksi dari permukaan bumi yang berbentuk tidak datar kedalam
bidang datar
- objek-objek yang digambarkan diperkecil (dengan skala)
Ada beberapa ahli kartografi menjelaskan pengertian peta sebagai berikut.

• ICA (International Cartographic Association) Peta adalah gambaran atau representasi


unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya
dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan
pada suatu bidang datar dan diperkecil atau dipersekala
• Soetardjo Soerjosoemarno Peta adalah suatu lukisan dengan tinta dari seluruh atau
sebagian permukaan bumi yang diperkecil dengan perbandingan ukuran yang disebut
skala.
• Erwin Raisz (1948) Peta adalah suatu lukisan dengan tinta dari seluruh atau sebagian
permukaan bumi yang diperkecil dengan perbandingan ukuran yang disebut skala.
• Aryono Prihandito (1988) Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala
tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.
• Bakosurtanal (2005) Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data
kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan
keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan.
Komponen Peta
Komponen peta pada dasarnya adalah hal-hal yang harus ada pada
sebuah peta, agar peta tersebut dapat digunakan dengan baik oleh
para penggunanya.
1. JUDUL
Mencerminkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya di bagian atas
tengah, atas kanan, atau bawah. Dengan adanya judul, maka pembaca akan
mengetahui isi peta tersebut. Misal, peta iklim, peta curah hujan, peta
persebaran objek wisata, dan sebagainya.

2.GARIS TEPI PETA


Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta dan untuk
meletakkan garis astronomis, secara beraturan dan benar pada peta. Biasanya
garis ini dibuat rangkap dua dan tebal.
3. GARIS ASTRONOMIS
Garis astronomis terdiri
atas garis lintang dan
garis bujur yang
digunakan untuk
menunjukkan letak
suatu tempat atau
wilayah yang dibentuk
secara berlawanan arah
satu sama lain sehingga
membentuk vektor yang
menunjukan letak
astronomis.
4. ORIENTASI
Pada umumnya, arah
utara ditunjukkan oleh
tanda panah ke arah
atas peta. Letaknya di
tempat yang sesuai jika
ada garis lintang dan
bujur, koordinat dapat
sebagai petunjuk arah.
5. SKALA Skala dibagi menjadi 3, yaitu:
Skala adalah perbandingan jarak Skala angka. Misalnya 1 : 2.500.000.
pada peta dengan jarak artinya setiap 1 cm jarak dalam peta
sesungguhnya di lapangan. Skala sama dengan 25 km satuan jarak
sebenarnya.
ditulis di bawah judul peta, di luar
Skala garis. Skala ini dibuat dalam
garis tepi, atau di bawah legenda.
bentuk garis horizontal yang memiliki
panjang tertentu dan tiap ruas
Adapun rumus mencari Skala Peta berukuran 1 cm atau lebih untuk
adalah mewakili jarak tertentu yang diinginkan
oleh pembuat peta.
Skala verbal. Yakni skala yang ditulis
dengan kata-kata.
6. LEGENDA
Legenda adalah
keterangan dari
simbol-simbol yang
merupakan kunci
untuk memahami
peta.
7. SIMBOL
Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang
ada di permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya, jenis-
jenis simbol peta antara lain:

-Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional


-Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data yang berhubungan
dengan jarak
-Simbol area, digunakan untuk mewakili suatu area tertentu dengan
simbol yang mencakup area tertentu
8. WARNA PETA
Warna peta digunakan untuk membedakan kenampakan atau objek di permukaan
bumi, memberi kualitas atau kuantitas simbol di peta, dan untuk keperluan
estetika peta.
Warna simbol dalam peta terdiri :
Hijau: menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian kurang dari 200 m dpl.
Hijau muda : muda menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian antara
200–400 m di atas permukaan laut.
Merah: menunjukkan jalan kereta api/gunung aktif. Warna merah sering dijumpai
di peta suatu provinsi.
Kuning: menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian antara 500–1000 m
di atas permukaan laut..
Cokelat muda : menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian antara 1000–
1500 m di atas permukaan air laut.
Cokelat: menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 1500 m
di atas permukaan air laut.
Biru keputihan : menunjukkan warna kenampakan perairan. Warna biru
keputihan menunjukkan wilayah perairan yang kedalamannya kurang dari
200 m. Bentuk muka bumi dasar laut di wilayah ini didominasi oleh bentuk
lereng yang relatif landai. Zona di wilayah ini disebut dengan zona neritik.
Penyebaran dari zona ini ada di sekitar pantai. Di wilayah perairan darat
warna ini menunjukkan danau atau rawa.
Biru muda: menunjukkan wilayah perairan laut yang mempunyai kedalaman
antara 200–2000 m. Bentuk muka bumi dasar laut di wilayah ini didominasi
oleh bentukan lereng yang relatif terjal. Wilayah ini merupakan kelanjutan
dari zona neritik. Namun wilayah ini tidak tergambar dalam peta umum.
Biru tua : menunjukkan wilayah perairan laut dengan kedalaman lebih dari
2000 m.
9. LETTERING
Lettering berfungsi untuk mempertebal
arti dari simbol-simbol yang ada.
Macam penggunaan lettering:
Obyek Hipsografi ditulis dengan huruf
tegak warna hitam, contoh: Surakarta
Obyek Hidrografi ditulis dengan huruf
miring warna biru, contoh: Laut Jawa
10. INSET
Inset adalah peta kecil yang disisipkan
di peta utama.
11. TAHUN PEMBUATAN DAN PEMBUAT
Fungsi Peta
Menunjukkan posisi atau lokasi suatu wilayah di muka bumi.
Memperlihatkan atau menggambarkan fenomena-fenomena dan
bentuk-bentuk pada permukaan bumi.
Memperlihatkan ukuran, luas daerah, dan jarak di permukaan bumi.
Menyajikan informasi dalam konteks keruangan.
Jenis-Jenis Peta
Kalian tahu tidak kalau peta beragam jenisnya. Dari berbagai jenis peta,
pada umumnya hanya terbagi menjadi dua kelompok besar aja.
Pembagian jenis peta ini berdasarkan isi dan skala peta. Adapun
pembagiannya adalah sebagai berikut.
Jenis Peta Berdasarkan Isinya
Peta umum -> Menampilkan seluruh permukaan bumi dari segi fisik alam maupun
buatan manusia. Peta ini memiliki gambaran informasinya secara umum.
Contohnya peta topografi, peta rupabumi, peta korografi, dan lain-lain.
Peta khusus (peta tematik) -> Menampilkan informasi penampakan tertentu.
Penggunaan simbol sesuai dengan tema pada judul peta. Contoh peta
penggunaan lahan, peta kepadatan penduduk, peta persebaran objek wisata, dan
lain-lain.
Jenis Peta Berdasarkan Skalanya
Peta kadaster -> 1:100 – 1:5.000 (ex: peta hak milik tanah)
Peta skala besar -> 1:5.000 – 1:250.000 (ex: peta topografi)
Peta skala sedang -> 1: 250.000 – 1:500.000 (ex: peta kabupaten)
Peta skala kecil -> 1: 500.000 – 1:1.000.000 (ex: peta provinsi)
Peta Skala Geografis -> lebih kecil dari 1:1.000.000 (ex: peta negara atau benua)
Proyeksi Dan Syarat Peta
Proyeksi peta merupakan cara memindahkan bentuk permukaan bumi yang lengkung (globe) ke bidang
datang. Proyeksi peta berfungsi untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan (distorsi) antara bentuk
peta dengan aslinya. Contoh penyimpangannya berupa perubahan jarak dan luas wilayah. Prinsip dari
proyeksi peta adalah ekuidistan (jarak antar lokasi tetap), conform (peta arahnya tidak menyimpang), dan
equivalent (luas permukaan tetap). Secara umum, jenis-jenis proyeksi peta terdiri atas sebagai berikut.
Garis Karakter (Sumbu Simetri)
Proyeksi didasarkan hubungan antara sumbu simetri dan sumbu bumi. Meliputi normal (berhimpitan),
miring (membentuk sudut), dan melintang/transversal (tegak lurus).

Bidang Proyeksi
1. Azimuthal (Zenithal) -> Dilakukan di bidang datanr. Paling cocok digunakan ntuk daerah kutub.
Bentuk proyeksinya terdiri atas gnomonik, stereografi, dan orthografik.
2. Kerucut -> Dilakukan di bidang kerucut dengan puncak di atas kutub bagian utara. Paling cocok
digunakan untuk daerah lintang tengah. Bentuk proyeksinya terdiri atas normal, transversal, dan
oblique/miring.
3. Silinder -> Dilakukan di tabung yang diselubungkan kemudian direntangkan. Paling cocok digunakan
untuk daerah ekuator.
Rumus Peta
Disamping itu, satuan pada skala haruslah sama. Berikut rumus dalam menentukan skala, jarak
sebenarnya, dan jarak pada peta : skala = ukuran pada peta/ukuran sebenarnya, jarak sebenarnya
= ukuran pada peta/skala, jarak peta = jarak sebenarnya x skala.
Mencari Skala Peta Dari Garis Kontur
Rumus:
Skala = CI x 2000 m
CI adalah interval/beda tinggi yang didapat dari pengurangan angka ketinggian kontur di garis atas
dikurangi angka ketinggian kontur di garis yang bawahnya.
Contoh:
Diketahui dari sebuah peta, selisih garis antar kontur adalah 50 meter. Berapa skala peta tersebut?
a. 1:100.000
b. 1:150.000
c. 1:200.000
d. 1:250.000
e. 1:300.000
Jawab: Diketahui skala peta topografi adalah
CI = 50 meter 1:10.000. Berbedabeda tinggi antar
kontur dalam peta tersebut?
Skala = CI x 2000 m
a. 5 meter
= 50 x 2000 m
b. 50 meter
= 100.000
c. 55 meter
Jadi skala peta tersebut adalah a. d. 500 meter
1 : 100.000
e. 555 meter
Jawab:
Mencari kontur interval/beda tinggi
CI = 1/2000 x skala
(CI)
= 1/2000 x 10.000
Rumus:
=5
CI = 1/2000 x skala
Jadi, beda tinggi antar kontur dalam
Contoh: peta tersebut adalah a. 5 meter
Mencari tinggi kontur pada titik tertentu tanpa gambar peta kontur
Rumus:
d1/d2 x CI + tc atau
BC/AC x CI + tc
d1 = jarak B-C pada peta
d2 = jarak A-C pada peta
CI = kontur interval/beda tinggi
tc = angka kontur C/di bawah jarak ke-1
Contoh:
Jarak antara A ke kontur B pada adalah 5 cm, sedangkan jarak antara kontur B ke kontur C adalah 3 cm. Titik
kontur A berketinggian 50 meter dan titik kontur C berketiggian 25 meter. Skala peta adalah 1:50.000.
Berapa ketinggian kontur B pada peta tersebut?
a. 34,4 meter
b. 35,4 meter
c. 36,4 meter
d. 37,4 meter
e. 38,4 meter
adalah 34,4 meter
Jawab:
Cari dahulu kontur intervalnya (CI)
CI = 1/2000 x skala
= 1/2000 x 50.000
= 25 meter
d1 = B-C = 3 cm
d2 = A-C = (B-C) + (A-B) = 3 + 5 = 8 cm

Kx = (d1/d2 x CI) + tc
= (3/8 x 25 meter) + 25 meter
= (75/8 x 25 meter)
= 34.375 meter
Jadi, ketinggian titik B pada peta tersebut adalah 34,4 meter
Mencari beda tinggi dalam satuan persen (%)
Rumus:
Kemiringan lereng = Beda tinggi/jarak sebenarnya x 100 %
Contoh:
Diketahui titik kontur X berketinggian 225 meter dan titik Y berketinggian 125 meter. Jarak antara X-Y
pada peta dengan skala 1:50.000 adalah 4 cm. Berapa persen kemiringan lereng X-Y?
a. 25 %
b. 20 %
c. 15 %
d. 10 %
e. 5 %

Jawab:
Rumus: Beda Tinggi/jarak x 100 %
Beda tinggi X-Y = 225 – 125 meter
= 100 meter
= 10.000 cm
Jarak X-Y pada peta 4 cm
Jarak sebenarnya= Jarak x skala
= 4x 50.000
= 200.000 cm

Kemiringan Lereng X-Y adalah


= Beda tinggi/jarak x 100 %
= 10.000/200.000 x 100 %
=5%

Jarak, Kemiringan lereng X-Y adalah 5 %


Mencari kemiringan lereng dengan rumus:
Kontur tertinggi – kontur terendah/jarak sebenarnya x 100 %
400 – 25 / 10.000 x 100 %
375 / 10.000 x 100 %
0,0375 x 100 %
3,75 %
Kemiringan lereng A ke B adalah 3,75 %
Mencari beda tinggi dalam satuan derajat
Rumus:
Kemiringan lereng = Beda tinggi/jarak x 1 derajat

Kontur tertinggi – kontur terendah/jarak sebenarnya x 1


50 – 25 / 100 x 1
25 / 100 x 1
0,25 x 1
0,25
Kemiringan lereng A ke B adalah 0,25
Mencari gradien ketinggian
Titik A berada pada ketinggian 200 meter dan titik B berada pada ketinggian 600 meter. Panjang A
ke B adalah 2 cm dengan skala prta kontur 1:100.000. Berapa gradien ketinggian AB?
Rumus radien ketinggian:
Tangan a = y / x]
y = tinggi kontur AB
AB = 600 – 200 = 400 meter

x = panjang AB
PAB = 2 cm x skala
PAB = 2 cm x 100.000 cm
PAB = 200.000 cm = 2000 meter

Tangen a = y/x
Tangen a = 400 / 2000 = 0,2
Mencari ketinggian titik tertentu di antara dua garis kontur
Mencari ketinggian tertentu di antara titk kontur
Perhatikan Gambar Berikut:
Diketahui jarak A-C pada peta kontur adalah 10 cm dan jarak C-B
adalah 4 cm. Beberapa ketinggian titik B? Jenis tanaman apa yang
dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tersebut?

1. CI = 500 – 300 = 200 m


2. Ketinggian per-cm antara dua garis kontur = 200/10 = 20m
3. ketinggian titik B dari jarak C-B = 20 x 4 = 80 m, titik B = 500 – 80
= 420 m (kontur di atas dikurangi)
4. Ketinggian titik B dari jarak B-A = 20 x (10-4) = 20 x 6 = 120 m,
titik B = 300 + 120 = 420 m (Kontur di bawah ditambah)

Jadi, ketinggian titik B adalah 420 meter dan tanaman yang sesuai
untuk ditanam di tempat tersebut adalah padi, kelapa, tebu,
jagung,kapas (menggunakan iklim junghuhn)
Mengetahui titik tertentu dari garis kontur yang berjauhan
Perhatikan peta kontur berikut:

Mengetahui titik tertentu dari garis kontur yang berjauhan


Berapa ketinggian titik x?

1. Mencari CI tanpa skala = 1330 – 1250 = 80 m


2. Selisih antara garis kontur x dengan garis kontur 1330
adalah 3 garis
3. CI dikali selisih garis kontur = 80 x 3 240 m
4. Titik x = 1330 + 240 = 1570 m
5. Manual = 1330 + 80 = 1410 + 80 = 1570 m

Jadi, ketinggian titik x adalah 1.570 meter


Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan merupakan aktivitas yang selalu kita lakukan sehari-hari. Kita memahami dunia
sekitarnya melalui panca indra. Beberapa indra, seperti indra peraba, perasa dan pengecap
memerlukan kedekatan antara organ pengindraan dengan objek eksternal. Sementara itu,
indra penglihatan dan pendengaran tidak memerlukan kedekatan antara orga pengindra
dengan objek eksternal. Melalui kedua indra ini, kita memperoleh banyak informasi tentang
dunia sekitar.
Penginderaan Jauh (PJ) memiliki istilah yang berbeda di beberapa negara. Di negara Indonesia
sering disingkat dengan PJ atau Indraja. Di beberapa negara lain dikenal dengan sebutan
Remote Sensing (Inggris), Teledetection (Prancis), Fernerkundung (Jerman), Sensoriamento
Remota,(Portugis), Distansionaya (Rusia), dan Perception Remota (Spanyol).
Pada umumnya penginderaan jauh mengacu pada kegiatan pencatatan, mengamati,
memersepsi (merasaakn) benda atau peristiwa di tempat yang jauh. Artinya, antara alat
pengindera dengan objek atau peristiwa yang diamati tidak terjadi kontak langsung. Data
penginderaan jauh diperoleh dari suatu satelit, pesawat udara, balon udara atau wahana
lainnya. Data-data tersebut berasal dari rekaman sensor yang memiliki karakteristik berbeda-
beda pada masing-masing tingkat ketinggian yang akhirnya menentukan perbedaan dari data
penginderaan jauh yang di hasilkan.
Untuk memahami pengertian pnginderaan jauh lebih mendalam, berikut ini merupakan pendapat dari para ahli PJ.
• Lillesand dan Kiefer Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah,
atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung
terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji.
• David T. Lindgren Penginderaan jauh adalah berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis
informasi tentang bumi.
• Paul J. Curran Penginderaan jauh adalah penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar
lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan agar informasi yang berguna dapat diperoleh.
• Wilson dan Buffon Penginderaan jauh adalah suatu ilmu, seni dan teknik untuk memperoleh informasi tentang
objek, area, dan gejala dengan menggunakan alat dan tanpa kontak langsung dengan objek, area, maupun gejala
tersebut.
• Kenichi Okamoto Penginderaan jauh didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi,
dan menentukan objek, serta memperoleh informasi tentang sifat fisik mereka melalui analisis data pada objek
yang dikumpulkan dengan menggunakan sensor jarak jauh.
• American Society of Photogrametry Penginderaan jauh merupakan pengukuran atau perolehan informasitentang
beberapa sifat objek atau fenomena dengan alat perekam yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung atau
bersinggungan dengan objek atau fenomena yang dikaji.
Dari pendapat beberapa tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu, seni, dan
teknik untuk merekam suatu benda, gejala dan wilayah dari jarak jauh tanpa adanya kontak langsung atau
bersinggungan dengan alat pengindera berupa sensor buatan.
Komponen Penginderaan Jauh
Sistem merupakan serangkaian komponen yang saling bekerja secara terkoordinasi
untuk dapat mencapai tujuan tertentu. Untuk memperoleh informasi geosfer
melalui penginderaan jauh didukung oleh berbagai komponen. Menurut Sutanto
(1986: 53).
komponen penginderaan jauh terdiri dari sumber tenaga, atmosfer, interaksi dengan
objek, sensor, perolehan data dan pengguna data. Tenaga yang berasal dari
matahari tidak semuanya dapat mencapai bumi, maka interaksi antara tenaga dan
atmosfer dimasukkan dalam system penginderaan jauh. Begitu pula dengan
interaksi tenaga dan objek, karena interaksi keduanya menentukan besarnya tenaga
yang dapat mencapai sensor.

proses penginderaan jauh


Komponen Penginderaan Jauh
Adapun komponen-komponen penginderaan jauh dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sumber Tenaga
Sumber tenaga dalam penginderaan jauh berkaitan dengan objek yang memantulkan
tenaga. Sumber tenaga fungsinya agar sensor dapat merekam objek dari cahaya yang
dipantulkan oleh objek. Tenaga yang digunakan adalah tenaga elektromagnetik, dengan
sumber utamanya adalah matahari. Tenaga lain yang bisa digunakan adalah sumber
tenaga buatan, sehingga dikenal adanya pengindraan jauh sistem pasif dan pengindraan
jauh sistem aktif.
Penginderaan Jauh Sistem Pasif
Pada pengindraan jauh sistem pasif, tenaga yang menghubungkan perekam dengan objek
di bumi dengan menggunakan tenaga alamiah yaitu matahari (dengan memanfaatkan
tenaga pantulan), sehingga perekamannya hanya bisa dilakukan pada siang hari dengan
kondisi cuaca yang cerah.
Penginderaan Jauh Sistem Aktif
Pada pengindraan jauh sistem aktif, perekamannya dilakukan dengan tenaga buatan
(dengan tenaga pancaran), sehingga memungkinkan perekamannya dapat dilakukan pada
malam hari maupun siang hari, dan di segala cuaca.
Atmosfer
Atmosfer mempunyai peranan untuk menghambat dan mengganggu tenaga
atau sinar matahari yang datang (bersifat selektif terhadap panjang
gelombang). Tidak semua spektrum elektromagnetik mampu menembus
lapisan atmosfer, hanya sebagian kecil saja yang mampu menembusnya.
Hambatan pada atmosfer disebabkan oleh debu, uap air, dan gas. Hambatan
atmosfer ini berupa serapan, pantulan, dan hamburan.
Hamburan adalah pantulan ke segala arah yang disebabkan oleh benda-
benda yang permukaannya kasar dan bentukannya tidak menentu, atau oleh
benda-benda kecil lainnya yang berserakan. Bagian dari spektrum
elektromagnetik yang mampu menembus atmosfer dan sampai ke
permukaan bumi disebut jendela atmosfer.
Jendela atmosfer yang paling banyak digunakan adalah spektrum tampak
yang dibatasi oleh gelombang 0,4 mikrometer hingga 0,7 mikrometer.
Interaksi tenaga dengan objek
Setiap objek mempunyai sifat tertentu dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Objek yang
banyak memantulkan atau memancarkan tenaga akan tampak lebih cerah, sedangkan objek yang pantulan atau
pancarannya sedikit akan tampak gelap.
Interaksi antara tenaga dengan objek dibagi menjadi 3 ciri, yaitu:
1. ciri spektral, mendasarkan pada pengenalan pertama suatu objek, missal cerah dan gelap,
2. ciri spasial, mendasarkan pada perbedaan pola keruangannya, seperti bentuk, ukuran, tinggi, serta panjang, dan
3. ciri temporal, mendasarkan pada perbedaan waktu perekaman dan umur objek.
Sensor
Sensor berfungsi untuk menerima dan merekam tenaga yang datang dari suatu objek. Kemampuan sensor dalam
merekam objek terkecil disebut dengan resolusi spasial. Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan
menjadi 2 sebagai berikut.
Sensor Fotografik
Sensor fotografik adalah sensor yang berupa kamera dengan menggunakan film sebagai detektornya yang bekerja
pada spetrum tampak. Hasil dari penggunaan sensor fotografik adalah bentuk foto udara.
Sensor Elektronik
Sensor elektronik menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik yang beroperasi pada spektrum yang
lebih luas, yaitu dari sinar sampai gelombang radio dengan pita magnetik sebagai detektornya. Keluaran dari
penggunaan sensor elektrik ini adalah dalam bentuk citra.
Wahana
Wahana adalah kendaraan yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan data indraja.
Berdasarkan ketinggian peredaran dan tempat pemantulannya di angkasa, wahana dapat di bedakan menjadi
tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.
1. Pesawat terbang rendah sampai menengah, yaitu pesawat yang ketinggian pendaratannya antara 1.000 m
dan 9.000 m di atas permukaan bumi.
2. Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari 18.000 m di atas permukaan
bumi.
3. Satelit, yaitu wahana dengan 900 km di atas permukaan bumi.
Perolehan Data
Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual secara visual, maupun dengan numerik atau digital.
Perolehan data dengan menggunakan cara manual yaitu cara memperoleh data dengan menginterpretasi foto
udara secara visual. Perolehan data dengan cara numerik atau digital yaitu dengan menggunakan data digital
melalui komputer.
Pengguna Data (User)
Tingkat keberhasilan dari penerapan sistem pengindraan jauh ditentukan oleh pengguna data. Kemampuan
pengguna data dalam menerapkan hasil pengindaraan jauh juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang mendalam
tentang disiplin ilmu masing-masing maupun cara pengumpulan data dari sistem pengindraan jauh.
Data yang sama dapat digunakan untuk mencari info yang berbeda bagi pengguna (user) yang berbeda pula.
Berdasarkan kerincian, keandalan, dan kesesuaian data dari sistem pengindaraan jauh akan menentukan dapat
diterima atau tidaknya data pengindraan jauh oleh pengguna (user).
Jenis Sensor Dan Citra Pengideraan Jauh
Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor. Data indraja juga berupa data visual yang pada
umumnya dianalisis secara manual. Data visual dibedakan menjadi dua, yaitu data citra dan data noncitra. Data citra
dalah berupa gambaran yang mirip dengan wujud aslinya atau minimal berupa gambaran planimetri.
Data noncitra pada umumnya berupa garis atau grafik. Citra indraja adalah gambaran suatu gejala atau objek sebagai
hasil rekaman dari sebuah sensor, baik dengan cara optic, elekrooptik, maupun elektronik. Citra dibedakan menjadi
dua, yaitu citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra nonfoto (nonphotographic image).
Ada dua jenis sistem sensor, yaitu sensor pasif dan aktif. Instrumen pasif mendeteksi energi alami (umumnya cahaya)
yang dipantulkan atau dipancarkan dari obyek yang diamati.
Sebaliknya sensor aktif memiliki sumber energi sendiri, yang dipancarkan ke arah obyek yang diindera, kemudain
hasil pemantulannya akan ditangkap.
Keuntungan untuk sensor aktif termasuk kemampuan untuk melakukan penginderaan dan pengukuran kapan saja,
terlepas dari waktu, kondisi cuaca atau musim. Sensor aktif dapat digunakan untuk melakukan dengan panjang
gelombang yang tidak terdapat dalam cahaya sinar matahari, seperti gelombang mikro. Sistem penginderaan dengn
sensor aktif juga lebih bisa mengontrol cara penangkapan data obyek.
Namun, sensor memerlukan energi dalam jumlah yang cukup besar untuk mengindera target secara memadai.
Kebutuhan energi ini akan membuat penginderaan aktif lebih mahal
Contoh alat penginderaan sensor aktif adalah radar, yang menggunakan gelombang radio untuk memetakan lokasi
obyek di sekelilingnya.
Sementara itu sensor pasif tergantung pada kondisi cahaya, karena pada kondisi gelap pada malam atau mendung
sensor ini tidak dapat bekerja dengan baik. Namun sensor pasif lebih hemat dalam penggunaan energinya. Contoh
sensor pasif adalah kamera.
Citra Foto
Citra foto adalah gambaran suatu gejala di permukaan bumi sebagai hasil pemotretan dengan
menggunakan kamera. Citra foto dibedakan atas dasar spectrum elektromagnetik yang
digunakan, posisi sumbu kamera, sudut liputan kamera, jenis kamera, wahana yang digunakan,
dan system wahananya.
Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spectrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 5 jenis,
yaitu sebagai berikut :
Citra foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum ultraviolet.
Citra foto ortokromatik, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak
dari warna biru hingga sebagian warna hijau.
Citra foto inframerah modifikasi, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum
tampak dari warna merah dan sebagian warna hijau.
Citra inframerah asli, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah.
Citra foto pankromatik, yaitu citra foto yang dibuat demgan menggunakan seluruh spektrum
tampak.
Posisi Sumbu Kamera
Berdasarkan posisi sumbu kamera terhadap permukaan bumi citra foto dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu citra foto vertical dan citra foto condong.
1. Citra foto vertikal, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu kamera tegak
lurus terhadap permukaan bumi. kemiringan sumbu kamera sebesar 10 – 40
2. Citra foto condong, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu kamera
miring, umumnya membentuk sudut sebesar 100 atau lebih.
Jenis Kamera
Berdasarkan kamera yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
citra foto tunggal dan citra foto jamak.
1. Citra foto tunggal, yaitu citra foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Oleh
karena itu, setiap objek hanya tergambar dalam satu lembar foto.
2. Citra foto jamak, yaitu citra foto yang dibuat pada saat yang sama dan
menggambarkan objek liputan yang sama.
Warna yang Digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto berwarna dibedakan menjadi 2, yaitu citra
foto warna asli (true color) dan citra foto warna semua (false color).
Sistem Wahana
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu citra foto
udara dan citra foto satelit.
1. Citra foto udara, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan wahana yang
bergerak di udara, contohnya laying-layang, balon udara, dan pesawat terbang.
2. Citra foto satelit, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan wahana yang
bergerak di ruang angkasa, umumnya satelit.

Citra Nonfoto
Citra nonfoto merupakan gambaran objek yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera. Citra
nonfoto dibedakan atas spectrum elektromagnetik yang digunakan, sensor yang
digunakan, dan berdasarkan wahana yang digunakan.
Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam proses
penginderaan jauh, citra nonfoto dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu
sebagai berikut.
1. Citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan spectrum
inframerah termal. Penginderaan pada spektrum ini didasarkan atas
perbedaan suhu objek dan daya pancarnya pada suatu citra yang tercermin
dari perbedaan rona atau warnanya.
2. Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan
menggunakan spektrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil
penginderaan dengan sistem aktif, yaitu dengan sumber di luar tenaga
matahari (buatan). Adapun citra gelombang mikro dihasilkan dengan sistem
pasif, yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah (matahari).
Ciri-ciri citra
Ciri-ciri citra
Ciri-ciri citra
Ciri-ciri citra
Ciri-ciri citra
Ciri-ciri citra
Ciri-ciri citra
Ciri-ciri citra
Ciri-ciri citra
Tahapan Dalam Interpretasi Citra

-Deteksi, yaitu tahapan pengenalan/pengamatan objek


-Identifikasi, yaitu melihat ciri objek berdasarkan rona,
bentuk, tekstur dan lainnya
-Analisis, yaitu mengolah dan menggali lebih dalam mengenai
ciri-ciri objek tersebut sehingga mendapatkan hasil yang
akurat
-Deduksi/Klasifikasi, yaitu kesimpulan akhir/penentuan jenis
objek pada citra
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang berdasar pada data
keruangan dan merepresentasikan obyek di bumi. Apabila kita mengartikan satu
per satu atau gabungan katanya, maka SIG dapat dijabarkan sebagai berikut:

• Sistem adalah kumpulan dari sejumlah komponen yang saling terkait dan memiliki
fungsi satu sama lain.
• Informasi adalah data yang dapat memberikan keterangan tentang sesuatu.
• Geografis adalah segala sesuatu tentang gejala atau fenomena di permukaan
bumi yang bersifat keruangan.
• Sistem informasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari pengumpulan
data, manipulasi, pengelolaan, dan analisis serta menjabarkannya sehingga
menjadi keterangan.
• Informasi Geografis adalah keterangan mengenai ruang atau tempat-tempat serta
gejala-gejala dan fenomena yang terjadi dalam ruang tersebut di permukaan
Bumi.
Pengertian-pengertian tersebut dapat memberikan gambaran awal untuk memulai memahami
tentang konsep SIG. Beberapa pengertian SIG menurut beberapa ahli di bidangnya sebagai
berikut:

• Menurut Borrough (1986) SIG merupakan suatu sistem perangkat yang dapat melakukan
pengumpulan, penyimpanan, pengambilan kembali, perubahan, dan penanganan dari data-
data keruangan (spasial) untuk kebutuhan tertentu.
• Menurut Arronoff (1989) SIG merupakan sistem informasi yang mendasarkan pada kerja
komputer yang mampu menerima masukan, mengelola ( memberi,mengambil,
memanipulasi, dan analisis data ) dan kemudian memberi uraian.
• Menurut Linden (1987) SIG merupakan sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan
(manipulasi), analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.
• Berdasarkan uraian para ahli, dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan sistem informasi yang
digunakan untuk memasukkan data, memproses data, memanipulasi, mengelola data,
menganalisis dan menyajikan data secara spasial / keruangan untuk mendukung pengambilan
keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan suatu fenomena di muka bumi.
Data Informasi Geografis
Data SIG dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu data spasial dan data atribut.
Data spasial
Merupakan data yang memiliki referensi ruang kebumian (georeference ) atau koordinat geografis, dimana berbagai data atribut
terletak dalam berbagai unit spasial. Data ini merupakan data yang bereferensi geografis atas representasi obyek di bumi. Data spasial
umumnya disimpan dalam bentuk informasi dan koordinat sehingga dapat dimanipulasi dan dipetakan kembali. Data spasial berasal
dari peta analog ( peta dalam bentuk cetak ), data penginderaan jauh ( citra satelit, foto udara ), data hasil pengukuran lapangan, data
GPS ( global positioning system).
Ada dua model penyajian data spasial, yaitu model data raster dan model data vector
a) Model data raster
Merupakan model data dengan menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan strukturmatriks
atau piksel-piksel yang membentuk grid ( bidang referensi horizontal dan vertikal yang terbagi menjadi kotak-kotak). Tingkat ketelitian
model data raster sangat bergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya terhadap obyek di permukaan bumi. Satuan elemen data
raster biasa disebut dengan pixel (picture element). Elemen tersebut merupakan ekstrasi dari suatu citra yang disimpan sebagai
digital number (DN). Data raster dihasilkan oleh sistem penginderaan jauh. Akurasi model data raster sangat bergantung pada resolusi
atau ukuran piksel suatu gambar.
Karakteristik utama model data raster adalah bahwa setiap sel/pixel mempunyai nilai. Nilai sel/pixel mempresentasikan fenomena
atau gambaran dari suatu kategori. Dimensi dari setiap pixel dapat ditentukan ukurannya sesuai dengan kebutuhan. Ukuran pixel
menentukan bagamana kasar atau halusnya pola atau objek yang akan dipresentasikan. Semakin kecil ukuran pixel, maka akan
semakin halus atau lebih detail. Akan tetapi semain besar jumlah pixel yang digunakan maka akan berpengaruh terhadap
penyimpanan dan kecepatan proses. Resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap
pixel pada citra. Semakin kecil ukuran pixel maka objek yang dipresentasikan semakin tinggi resolusinya atau dengan kata lain
semakin tinggi resolusinya, semakin kecil ukuran sebenarnya di permukaan bumi.
b) Model data vektor
Merupakan data yang dapat menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial
dengan menggunakan titik-titik, garis atau kurva dan polygon beserta atribut-atributnya.
Bentuk dasar model vektor didefinisikan oleh sistem koordinat kartesius dua dimensi (x, y). Di
dalam model data spasial vektor, garis-garis atau kurva merupakan sekumpulan titik-titik
terurut yang dihubungkan. Poligon akan terbentuk penuh jika titik awal dan titik akhir poligon
memiliki nilai koordinat yang sama dengan titik awal.
Secara garis besar data spasial model vektor dibedakan menjadi 3 macam, yaitu data titik
(point), garis (line), dan area (poligon).
Data spasial titik (point), digunakan untuk mempresentasikan spasial yang paling sederhana
pada suatu objek. Titik tidak mempunyai dimensi, seperti lokasi fasilitas pendidikan ( sekolah)
lokasi fasilitas kesehatan, lokasi administratif (kota/ kabupaten ), dan lain -lain
Data spasial garis (line),digunakan untuk mempresentasikan objek dalam satu dimensi, seperti
jalan, sungai, dan lain-lain
Data spasial area (poligon), digunakan untuk mempresentasikan objek dalam dua dimensi
seperti danau, batas lahan,batas
Data atribut
Merupakan data yang menyimpan informasi tentang nilai atau besaran
dari data spasial. Data atribut diperoleh dari perhitungan statistik,
sensus, catatan lapangan. Data disimpan dalam bentuk tabel. Contoh
data atribut misalnya:

Pada peta lokasi sekolah, data atributnya memuat lokasi sekolah dan
nama sekolah.
Pada peta jalan, data atributnya memuat status jalan dan kondisi jalan
Pada peta penggunaan lahan, data atributnya memuat penggunaan
lahan, luas lahan.
METODE SIG
METODE SIG
METODE SIG
METODE SIG
SOAL 1
Dari gambar tersebut maka dapat diambil
kesimpulan bahwa peta adalah.....
A. Gambaran sebuah wilayah tertentu tanpa skala
B. Sebuah seni mengambar tentang fenomena di
permukaan bumi
C. Hasil gambaran wilayah dipermukaan yang
diproyeksikan dalam bidang datar
D. Gambaran wilayah yang disertai arah mata angin
E. Hasil gambaran yang sebih spesifik suatu wilayah
SOAL 2
Dari peta tersebut terlihat terdapat skala sehingga
jika skala dikalikan dengan gambar dipeta harus
sesuai dengan jarak sebenarnya dilapangan.
Pernyataan tersebut salahsatu syarat peta yaitu.....
A. Silinder
B. Realists
C. Equivalen
D. Confrom
E. Equidistan
SOAL 3
Dari peta tersebut terlihat terdapat skala sehingga
jika skala dikalikan dengan gambar dipeta harus
sesuai dengan luas sebenarnya dilapangan.
Pernyataan tersebut salahsatu syarat peta yaitu.....
A. Silinder
B. Realists
C. Equivalen
D. Confrom
E. Equidistan
SOAL 4
Jika kita amati peta tersebut bahwa wilayah
Kecamatan Brangsong terletak pada iklim
tropis, sehingga proyeksi yang digunakan
adalah.....
A. Silinder
B. Realists
C. Equivalen
D. Confrom
E. Equidistan
SOAL 5
Pada sebuah peta sering tergambar terdapat
jalan, kantor/instansi dan wilayah administras.
Jika kita buat symbol maka peta terdapat
simbol diantaranya…..
A. Statistik, kuantitatif, dan kualitatif
B. Titik, garis, dan dot
C. Luasan, garis, dan kualitatif
D. Titik, garis, dan area
E. Dot, garis, dan kuantitatif
SOAL 6
Amerika Serikat, China, dan Jepang dapat digambarkan pada peta
dengan menggunakan proyeksi …..
A. Azimuthal
B. Kerucut
C. Silinder
D. Zenithal
E. Equal area
SOAL 7
Pada peta X, jarak A-B adalah 16 cm dengan skala 1:100.000. pada peta
Y serupa ditemukan jarak A-B hanya 8 cm, maka skala peta Y tersebut
menjadi….
A. 1:50.000
B. 1:200.000
C. 1:400.000
D. 1:600.000
E. 1:800.000
SOAL 8
Perhatikan gambar
berikut!
Skala pada Peta Y
adalah…..
A. 1:50.000
B. 1:200.000
C. 1:400.000
D. 1:600.000
E. 1:800.000
SOAL 9

A. 690
B. 700
C. 650
D. 590
E. 490
SOAL 10
Zidan adalah seorang pelajar di SMA NU 05 Brangsong, dia mendapatkan tugas dari guru geografi untuk membuat sketsa
perjalanan dari rumah menuju sekolah dengan rincian:
1. Dari rumah ke arah 90o sejauh 250 m;
2. Kemudian dilanjutkan ke arah 0o sejauh 500 m;
3. Kemudian berbelok ke arah 45o sejauh 500 m;
4. Kemudian berbelok ke arah 0o sejauh 1 km;
5. Dari titik tersebut berbelok ke arah 90o sejauh 250 m.
Sketsa yang sesuai dengan informasi tersebut terdapat pada gambar

A B C D E
SOAL 11
SOAL 12
SOAL 13
SOAL 14
SOAL 15
SOAL 16
SOAL 17
SOAL 18
SOAL 19
SOAL 20
SOAL 20

Anda mungkin juga menyukai