Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KULIAH KLIMATOLOGI

AWAN

DISUSUN OLEH

KELAS G (KELOMPOK 3)

IRINKA PRIYANI (175040207111020)

CHILYA QURROTA AYUN (175040207111032)

FANDY ANGGARA GITA M. (175040207111034)

ACHMAF FAKHRUL ARIF (175040207111040)

RIZQY SAMYUANTO RIFAI (175040207111044)

WAFI ROHADATUL AISY (175040207111050)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
A. Pengertian Awan
Awan merupakan kumpulan dari titik-titik air atau es yg melayang-layang dan
tersuspensI di udara pada ketinggian lebih dari 1 km dan dapat dilihat dengan mata
telanjang. Secara global, sistem perawanan berperan untuk menyaring, mengurangi,
bahkan mengeliminasi radiasi matahari. Tapi, jika matahari tampak mengintip dari
awan, misalnya, pendaran radiasi matahari dari awan itu justru akan membuat radiasi
matahari meningkat dibanding tidak ada awan sama sekali.
Awan adalah massa terdiri dari tetesan air atau kristal beku tergantung di
atmosfer di atas permukaan bumi atau tubuh planet lain. Awan juga massa terlihat
yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan
antar bintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan, suatu
cabang meteorologi.
Di bumi substansi biasanya kondensasi uap air. Dengan bantuan partikel
higroskopis udara seperti debu dan garam dari laut, tetesan air kecil terbentuk pada
ketinggian rendah dan kristal es pada ketinggian tinggi bila udara didinginkan jadi
jenuh oleh konvektif lokal atau lebih besar mengangkat non konvektif skala. Dengan
tidak adanya inti kondensasi, udara menjadi jenuh dan pembentukan awan
terhambat. dalam awan padat memperlihatkan pantulan tinggi (70% sampai 95%)
di seluruh awan terlihat berbagai panjang gelombang, sehingga tampak putih, di atas.
Tetesan embun (titi-titik air) cenderung efisien menyebarkan cahaya,
sehingga intensitas radiasi matahari berkurang dengan kedalaman arah ke gas,
maka warna abu-abu atau bahkan gelap kadang-kadang tampak di dasar awan.
Awan tipis mungkin tampak telah memperoleh warna dari lingkungan mereka
atau latar belakang dan awan diterangi oleh cahaya non-putih, seperti saat matahari
terbit atau terbenam, mungkin tampak berwarna sesuai. Awan terlihat lebih gelap
di dekat-inframerah karena air menyerap radiasi matahari pada saat panjang
gelombang
B. Mekanisme Terbentuknya Awan
Ada 3 hal yang menjadi syarat terbentuknya awan, yaitu :
1. Uap Air
Udara selalu mengandung uap air. Uap air ini dihasilkan oleh proses
evapotranspirasi dari berbagai sumber di permukaan bumi dan akan bergerak ke
lapisan troposfer. Suhu udara pada lapisan troposfer bumi akan semakin rendah
dengan bertambahnya ketinggian. Penurunan suhu udara akan mempercepat
tercapainya kejenuhan uap air pada udara tersebut, berarti akan merangsang
terjadinya kondensasi. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka
terbentuklah awan. Penguapan ini bisa terjadi dengan cara :
a. Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena
air lebih cepat menguap. Udara panas yang sarat dengan air ini akannaik
tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap
ituakan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang
takterhingga banyaknya.
b. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfir lembap. Udaramakin
lama akan menjadi semakin penuh dengan uap air.
c. Jika titik kondensasi dicapai dan udara masih terus naik, awan
makin banyak
d. Bila angin yang kuat menjumpai gunung, maka udara akan dipaksa naik,
sehingga suhunya turun, dan apabila cukup mengandung uap air
akanterbentuk awan
e. Massa udara panas bertemu dgn massa udara dingin, udara panasmeluncur
di atas udara dingin ( terjadi FRONT) & suhu udara panas turun
2. Inti Kondensasi
Kondensasi adalah proses perubahan uap air menjadi air atau larutan. Perubahan
uap air menjadi larutan terjadi setelah uap air tersebut di atmosfer mengalami proses
pendinginan. Selama proses pendinginan akan dilepaskan panas laten yang
dikandung oleh uap air ke udara dan sekitarnya. Panas laten tersebut merupakan
penyumbang energi ke atmosfer yang cukup besar.
Inti kondensasi atau inti pengembunan adalah kristal-kristal kecil yangnaik
keudara dengan diameter 10-6 mm dan melayang-layang di udara. Intikondensasi
dibagi menjadi 2, yaitu inti higroskopis dan inti non higroskopis.Inti higroskopis
adalah inti yang dapat menyerap dan mengikat uap air, terdiridari hasil pembakaran
(asam belerang dan uap zat lemas) dan garam-garamlaut yang dapat mempercepat
terbentuknya awan, sedangkan inti nonhigroskopis adalah berupa debu, pasir atau
bahan padatan tanah yang sangatkecil, tetapi tidak dapat menyerap dan mengikat
uap air, tidak berpengaruhterhadap pembentukan awan.
3. Proses Pendinginan
A. Proses naiknya udara yg banyak mengandung uap air ke lapisan atas
troposfer.Naik nya udara yang banyak mengandung uap air ke lapisan atas
troposfer dapat terjadi melalui 3 proses, yaitu :
1. Secara konveksi Akibat suhu udara lapisan bawah ini lebih tinggi, sehingga
udara tersebut memuai dan menjadi lebih ringan (lebih renggang) dan udara
dingin pada lapisan atas akan turun karena lebih berat (lebih rapat). Hujan
yang terjadi akibat peristiwa ini disebut hujan konveksi.
2. Secara orgografis Akibat udara bergerak terhalang oleh adanya pegunungan
atau penghalang geografis lainnya, sehingga massa udara tersebut dipaksa
naik sesuai dengan ketinggian penghalang geografis tersebut. Suhu massa
udara yang naik ini akan turun, sehingga proses kondensasi
dapat berlangsung. Hujan yang terjadi akibat peristiwa ini disebut hujan
orografi.
3. Secara frontal jika massa udara panas yg bergerak dan bertemu dengan
massa udara dingin dari arah yang berlawanan, massa udara panas akan
naik, sedangkan massa udara dingin akan tetap di lapisan bawah. Bila
udara panas tersebut banyak mengandung uap air, uap air yg terkandung
akan mengalami kondensasi. Hujan yang dihasilkan disebut hujan frontal.
B. Akibat hilangnya panas secara radiasi.
C. Jika massa udara bersentuhan dengan sesuatu yang dingin.
D. Jika terjadi percampuran massa udara panas dan dingin.

Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin
besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi
menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu akan terus
jatuh ke bawah dan turunlah hujan. Jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas,
titik-titik itu akan menguap dan awan menghilang. Inilah yang menyebabkan awan
selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti
menguap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang adaawan
yang tidak membawa hujan.

Proses pembentukan awan

Awan dapat terbentuk jika terjadi kondensasi uap air di atas permukaan bumi.
Udara yg mengalami kenaikan akan mengembang secara adiabatik karena tekanan
udara di atas lebih kecil dari pada tekanan udara di bawah.

Partikel-partikel yg disebut dengan aerosol inilah yang berfungsi sebagai


perangkap air dan selanjutnya akan membentuk titik-titik air. Selanjutnya aerosol
ini terangkat ke atmosfer, dan bila sejumlah besar udara terangkat ke lapisan yang
lebih tinggi, maka ia akan mengalami pendinginan dan selanjutnya mengembun.

Kumpulan titik-titik air hasil dari uap air dalam udara yang mengembun inilah
yang terlihat sebagai awan. Makin banyak udara yang mengembun, makin besar
awan yang terbentuk.

C. Klasifikasi Awan
Awan dapat digolongkan berdasarkan bentuk, ketingian dari permukaan bumi,
corak warna dan warna awan. Secara umum awan dikelompokkan atas empat
kelompok (Pettersseen, 1941; Barry and Chorley, 1976; Strangeways,2007)
1. Kelompok cirrus (Ci), Cirrosstratus dan Cirrocumulus. Menurut letaknya awanCirrus
adalah jenis awan tertinggi, kemudian Cirrocumulus dan Cirrostratus.
Awan cirrus adalah awan yang menyerupai bulu ayam yang halus dan tipisserta
warnanya putih. Strukturnya tersusun seperti serat-serat halus dannampak
seperti benang sutera putih. Biasanya jenis awan ini nampak padakondisi langit
cerah (biru).
Awan cirrocumulus (Cc) berada pada ketinggian 7.500-9.000 m dpl.
Himpunannya menyerupai gumpalan bulu domba berwarna putih danhimpunan
tersebut dinamakan massa globuler.
Awan cirrostratus (Cs) berada pada ketinggian 6.000- 7.500 m dpl. Himpunan
Cs adalah lapisan awan yang putih dan tipis, namun jika berada di udara
nampaknya seperti susu. Awan cirrostratus biasanya menghasilkan sebuah halo
(lingkaran) di sekitar matahari atau bulan.
2. Kelompok Altocumulus dan Altostratus. Awan jenis seperti ini tergolong
awanmenengah (middle clouds)yang tingginya 3.000- 6.000 m dpl.
Awan Altocumulus (Ac) tingginya antara 4.000 m dpl merupakan
gumpulanawan yang menyerupai bulu domba merino yang tebal, namun
warnanyaseragam (uniform) berwarna kelabu hingga kelabu kebir-biruan.
Awan Altostratus (As) tingginya antara 3.000- 4.000 m dpl. Awan tipe ini
menyerupai cadar yang rapat dan berwarna kelabu yang merupakan globuler
horisontal dan sering membentuk bayangan.
3. Kelompok Stracumulus, Nimbostratus, dan Stratus, merupakan kelompok awan rendah
(low clouds), yang terbentuk di dekat permukaan bumi hingga ketinggian 3.000 m.
Stratocumulus (Sc), adalah awan bertumpuk (cumulus), berlapis
(stratus)sehingga membentuk gumpalan
Nimbostratus (Ns) terletak antara ketinggian 1.200-1.500 m dpl.Merupakan
awan dengan jenis globuler tebal dan luas arah horisontal.
Awan Stratus (St), warnanya serba sama namun berlapis (stratus).
Awan jenis ini merupakan awan terendah dengan ketinggian antara 300-750
mdpl.

4. Kelompok Cumulus dan Cumulonimbus, merupakan kumpulan tipe awan yangkhas


karena terbentuk oleh proses adiabatik massa udara yang naik tegakdalam troposfer.
Cumulus (Cu), adalah tipe awan bertumpuk (cumulus) yang terletak
padaketinggian 450-900 m dpl. Merupakan awan yang terbentuk dari massa
udara yang naik secara menegak (vertikal) kemudian mengembun menjadi
awan
Cumulonimbus (Cb) merupakan tipe awan raksasa yang berkembang
secaravertikal. Kadang kala terus menjulang mencapai puncaknya yang
menyerupai gunung disertai oleh bentuk landasan besi.
DAFTAR PUSTAKA
Bayong, T.H.K, 1999. Klimatologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Barry, R. G. and Chorley, R. J. 1976.Atmosphere, weather and climate, third edition. Methuen,
London
Ian Strangeways. 2007. Precipitation: theory, measurement and distribution. Cambridge
University Press, England

Anda mungkin juga menyukai