Anda di halaman 1dari 36

Meteorologi Laut

Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini berisikan tentang pengertian dan unsur-unsur meteorologi atmosfir, termodinamika atmosfir, interaksi laut dan atmosfir, uap air, gerak fluida dan rotasi sumber air serta iklim di Indonesia. Standar Kompetensi : bumi,

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan unsur-unsur meteorologi, lapisan dan komposisi atmosfir, massa udara, proses interaksi yang terjadi antara laut dan atmosfir, faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan fluida, proses terjadinya siklus hidrologi di alam serta mampu menjelaskan pembagian iklim di Indonesia. Kompetensi Dasar Materi Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran Pendahuluan Mengkaji dan menjelaskan : 1. Gambaran Umum MK Meteorologi 2. Pengertian Meteorologi Unsur-unsur Meteorologi Mengkaji dan menjelaskan :

Alokasi Waktu 2 x 50

Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mampu menjelaskan pengertian meteorologi

Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mampu menjelaskan hubungan radiasi maatahari, suhu, tekanan dan angin sebagai unsur pengendali iklim. Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan sifat dan asal atmosfir, komposisi atmosfir serta mampu membedakan lapisan-lapisan atmosfir

4 x 50

Radiasi Matahari Suhu Udara Tekanan Udara Angin

Atmosfir Bumi Mengkaji dan menjelaskan :


2 x 50

Evolusi Atmosfir Bumi Komposisi Atmosfir Lapisan Atmosfir Gas Sempurna

Setelah mengikuti Termodinamika Mengkaji dan kuliah ini, menjelaskan : Atmosfir mahasiswa mampu menjelaskan hukum 1. Hk. termodinamika serta Termodinamika I perubahan suhu 2. Hk. secara adiabatik Termodinamika II 3. HK. Terrmodinamk III 4. Proses Adiabatik Setelah mengikuti Air di Atmosfir kuliah ini, mahasiswa mampu menjelaskan proses terjadinya uap air di udara serta proses stabilitas yang terjadi di atmosfir Setelah mengikuti Sirkulasi umum kuliah ini, atmosfer dan mahasiswa dapat angin lokal menjelaskan mekanisme angin , sirkulasi atmosfer dan menganalisis interaksi angin dan atmosfer Mengkaji dan menjelaskan :

4 x 50

4 x 50

Uap air di Udara Stabilitas di Atmosfir

Mengkaji dan menjelaskan :


4 x 50

Mekanisme angin Sirkulasi atmosfer meridional Sirkulasi atmosfer zonal Monsun Konveksi Troposfer Angin Foehn Angin lokal 4 x 50

Setelah mengikuti Mengkaji dan Interaksi kuliah ini, Lautan-Atmosfir menjelaskan : mahasiswa mampu menjelaskan Perbedaan Laut interaksi antara dan Atmosfir lautan dan atmosfir Budget Energi termasuk prosespada system proses pertukaran aliran laut-udara dalam system aliran Proses Pertukaran laut-atmosfir pada Sistem Aliran LautUdara Interaksi

atmosfer-laut dan gejala El-Nino 4 x 50

Setelah mengikuti Gerak Fluida Mengkaji dan kuliah ini dan Rotasi Bumi menjelaskan : mahasiswa mampu menjelaskan 1. Gaya Coriolis pengaruh dan akibat 2. Gerakan Inersia yang ditimbulkan 3. Gaya Tekanan oleh gerakan Horizontal dangayadari rotasi 4. Geostrofik bumi terhadap aliran fluida Mahasiswa dapat Klasifikasi Iklim Mengkaji dan menjelaskan menjelaskan : sirkulasi udara secara umum, Pendekatan kalsifikasi iklim dan Klasifikasi Iklim mampu menjelaskan Klasifikasi hubungan unsurKoeppen unsur iklim dengan Klasifikasi Iklim kelembaban udara Thornthwaite Iklim di Indonesia
http://laboseanografiunsri.wordpress.com/meteorologi-laut/

4 x 50

laporan meteorologi laut (awan)


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Meteorologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari gejala-gejala peristiwa-peristiwa dan proses-proses yang terjadi dalam lapisan udara yang menyelubungi bumi. Lapisan udara ini di kenal dengan atmosfer. Lapisan atmosfer terdiri dari lapisan-lapisan troposfer, tropopause, stratosfer, dan ionosfer yang masing-masing mempunyai batas-batas ketinggian dan suhu tertentu (Barry,1976).

Sebagian besar bahan pengisi atmosfer adalah gas yang mudah mampat dan mengembang. Medan gravitasi bumi cenderung menarikseluruh bahan atmosfer ke permukaan bumi. Akibatnya, kerapatan partikel atmosfer meningkat dengan makin berkurangnya ketinggian. Masa dan tekanannya pun meningkat semakin dekat permukaan bumi. (Lakitan, 1994) Meteorologi menelaah tentang proses atau gejala fisika yang berlangsung secara dinamis pada lapisan atmosfer bumi, dan lebih ditekankan pada perubahan-perubahan kondisi atmosfer yang terjadi dalam waktu singkat, misal fluktuasi harian unsur-unsur iklim. Kegiatan perikanan sangat memerlukan meteorologi laut terutama berkaitan dengan keadaan cuaca, arus dan gelombang yang terjadi di suatu perairan. Meteorologi laut digunakan untuk menentukan daerah penangkapan (fishing ground) dan waktu yang tepat. Dengan adanya meteorologi laut kegiatan penangkapan ikan akan berjalan sesuai dengan tujuan dan mendapatkan hasil yang optimal serta keselamatan dapat terjaga.

1.2. Tujuan Praktikum Tujuan dari Praktikum Meteorologi Laut adalah: 1. Mengetahui aplikasi Meteorologi Laut dalam bidang perikanan 2. Mengetahui jenis jenis awan yang diamati 3. Mengetahui nilai temperatur serta kelembaban udara

1.3. Manfaat Praktikum

Manfaat pelaksanaan praktikum meteorologi laut adalah supaya mahasiswa dapat mempraktekan ilmu-ilmu yang diperoleh serta menambah ilmu dan wawasan dalam bidang perikanan terutama bidang meteorologi laut.

1.4. Waktu dan Tempat Praktikum Meteorologi Laut ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 30 Oktober 2010 bertempat di Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Semarang. Dan pada hari Rabu, tanggal 3 November 2010 pada pukul 09.00 WIB yang bertempat di Pantai Mangkang Kulon Semarang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Awan

2.1.1. Pengertian umum awan Pada umumnya awan terdiri dari butir-butir air cair yang berukuran sedemikian kecil sehingga tidak jatuh. Namun apabila awan tersebut mencapai suatu ketinggian dimana temperatur udaranya jauh dibawah 0 C maka butir-butir air tersebut menjadi butir-butir es (kristal). Awan adalah penolong berharga dalam ramalan cuaca karena memperlihatkan, perubahan apa yang sedang terjadi dalam atmosfer. Awan itu sendiri tidak memberitahu kita terlalu banyak. Ahli cuaca harus mengetahui bagaimana ia telah berkembang dengan berubah atau pecah pada umumnya, kemungkinan ada hujan lebih besar kalau awan tinggi yang terpisah menjadi tambah tebal, bertambah jumlahnya dan dasar awan lebih rendah (Wisnubroto, 1981).

2.1.2. Jenis-jenis awan Awan terbagi dalam 4 golongan yaitu awan tinggi, awan menangah, awan rendah, dan awan yang membumbung keatas. Tiap golongan awan ini terbagi lagi dalam beberapa jenis menurut ketinggian dan bentuk awan tersebut misalnya cirrus, alto cumulus, nimbo stratus, cumulus nimbus, dan lain sebagainya. Awan merupakan salah satu jenis hydrometer, jenis hydrometer yang lain adalah kabut, hujan lembut, hujan merata, hujan setempat, dan salju. Jenis-jenis hujan tergantung dari jenis-jenis awan yang merupakan sumbernya (Handoko, 1995) Menurut Wisnubroto (1981), cuaca penuh sinar matahari mungkin menjadi biasa jika kabut jadi bersih sebelum tengah hari dan kalau dasar awan menjadi lebih tinggi. Di sini kita memperlihatkan sepuluh jenis awan yang penting dikelompokkan secara internasional, menjadi tiga golongan menurut ukuran tinggi, yaitu : rendah, menengah (sedang), dan tinggi. 1. Awan Tinggi terdapat pada ketinggian 6.000 meter ke atas. a) Cirrus (Ci) adalah sejenis awan tinggi yang terbentuk seperti mata pancing atau seperti bulu ayam dengan struktur berserat (fibrous). Awan cirrus tersebut nampak putih bersih. b) Cirro cumulus (Cc) adalah sejenis awan tinggi yang terbentuk seperti sisik ikan. Awan cirro cumulus nampak putih bersih, gumpalan-gumpalan awannya adalah kecil-kecil, dan bundar tanpa bayangbayang. umumnya awan ini tersusun dalam kelompok, garis/riak yang dihasilkan dari getaran lembaran awan. Ini disebabkan karena awan cirro cumulus itu terletak jauh dari mata penilik. c) Cirro stratus (Cs) adalah sejenis awan tinggi yang tidak mempunyai gambar, melainkan merupakan suatu layar awan yang rata. Awan tipis menyerupai lembaran yang putih menutupi seluruh langit dan menampilkan gambaran seperti susu. Awan ini seringkali menghasilkan halo disekitar matahari/bulan. Pada siang hari kalau langit diliputi awan cirro stratus, maka langit nampak putih silau. 2. Awan Menengah terdapat pada ketinggian antara 2.000meter dan 6.000 meter.

a)

Alto cumulus (Ac) adalah jenis awan menengah yang terbentuk serupa dengan awan cirro cumulus, seperti bulu domba atau seperti sisik ikan. Akan tetapi gumpalan-gumpalan awannya nampak lebih besar, massa awan yang pipih dan globular tersusun dalam bentuk garis / gelombang. karena awan alto cumulus terletak lebih dekat pada mata penilik.

b) Alto stratus (As) adalah jenis awan menengah, dan pada prinsipnya, awan yang berupa lembaran yang seragam bentuknya dengan warna putih kotor / abu-abu. Kadang-kadang corona terbentuk, alto stratus umumnya diikuti oleh presipitasi yang meluas dan lama. 3. Awan Rendah terdapat pada ketinggian 2.000 meter kebawah a) Nimbo stratus (Ns), pada prinsipnya terbentuk serupa dengan alto stratus, akan tetapi amat tebal sehingga sinar matahari sulit untuk menembus lapisan awan ini. Dengan demikian maka bagian bawah awan nimbo stratus berwarna abu-abu gelap sampai hitam. Awan nimbo stratus bisa menimbulkan hujan lebat. b) Strato cumulus (Sc) adalah jenis awan rendah yang pada prinsipnya berbentuk serupa dengan awan alto cumulus, seperti bulu domba akan tetapi gumpalan-gumpalan awannya nampak lebih besar, karena awan strato cumulus terletak lebih dekat pada mata penilik. Awan strato cumulus nampak berwarna abu-abu dan bentuk tiga dimensi sudah nampak. Massa globular besar atau massa awan bergulunggulung lembut berwarna abu-abu. Pada umumnya tersusun dalam satu pola yang tetap. c) (Low) Stratus (St) adalah jenis awan rendah yang tidak mempunyai gambar apa-apa melainkan merupakan suatu layar awan yang rata. Kalau awan (low) stratus mencapai permukaan tanah, maka hal ini disebut kabut. Stratus yang tipis menghasikan corona.

4. Awan yang membung keatas a) Cumulus humilis (Ch) merupakan fase pertama pembentukan awan golongan IV ini terjadi karena adanya aliran udara vertikal. Pada tempat-tempat dimana udara mengalir ke atas maka terbentuk awan,

dan di tempat-tempat diman udara mengalir ke bawah, mak awan yang ada akan dilenyapkan. Awan cumulus humilis ini juga dikenal dengan sebutan cumulus kecil atau juga dengan sebutan fair weather cumuli. Awan yang tebal dan rapat dengan perkembangan vertikal. permukaan bagian atas berbentuk kubah dengan struktur seperti kubis, sedangkan bagian dasarnya hampir horisontal. b) Cumulus congestus, merupakan fase kedua pembentukan awan golongan IV. Kalau hari makin panas, maka aliran udara vertikal mendapat kesempatan untuk mencapai ketinggian yang lebih besar, dan hal ini menyebabkan awan cumulus humilis bertumbuh ke atas. Bagian bawah cumulus congestus ini mulai memperoleh warna abu-abu, karena sudah bertambah tebal, sehingga sinar mata hari mengalami kesulitan untuk menembus awan ini. Puncak awan cumulus congestus belum melebar, melainkan masih berbentuk runcing. c) Cumulo nimbus, merupakan fase terakhir pembentuka awan golongan IV. Bagian atas cumulo nimbus sudah melebar. Bagian bawah cumulo nimbus nampak berwarna abu-abu gelap sampai hitam. Cumulo nimbus menimbulkan hujan setempat (showers). Selain itu, petir, kilat, dan guntur ditimbulakan oleh cumulo nimbus.

2.2.

Kelembaban udara Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. jumlah uap air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer yaitu hanya kira-kira 2% dari dari jumlah masa. Akan tetapi uap air merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim. Gas-gas yang menyusun atmosfer yang dekat permukaan laut relatif konstan dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Sedang uap air merupakan bagian yang tidak konstan, bervariasi dari 0% sampai 5% (Wilson, 1993).

Menurut Wilson (1993), adanya variabilitas kandungan uap air ini dalam udara baik berdasarkan tempat maupun waktu adalah penting karena : 1. Besarnya jumlah uap air dalam udara merupakan indikator kapasitas potensial atmosfer tentang terjadinya presipitasi. 2. Uap air mempunyai sifat menyerap radiasi bumi sehingga ia akan menetukan cepatnya kehilangan panas dari bumi dan dengan sendirinya juga ikut mengatur temperatur. 3. Makin besar jumlah uap air dalam udara makin besar jumlah energi potensial yang laten tersedia dalam atmosfer dan merupakan sumber / asal terjadinya hujan angin (strom). Sedangkan sebaran kelembaban udara ada tiga macam yaitu : 1. Sebaran vertikal Sebaran vertikal terjadi karena sumber kelembaban udara adalah permukaan bumi, maka sebagian besar uap air akan terkumpul di lapisan yang lebih bawah. Dan uap air itu jumlahnya turun dengan cepat dengan naiknya temperatur. 2. Sebaran horisontal Uap air dalam udara yang dinyatakan dalam kelembaban spesifik atau tekanan uap mempunyai harga tertinggi di katulistiwa dan terendah di kutub. Ini serupa dengan sebaran temperatur, yang merupakan faktor penentu besarnya kapasitas udara Menurut Lakitan (1994), berbagai cara digunakan untuk menyatakan jumlah uap air yang ada di udara :

1. Kelembaban mutlak, yakni angka yang menunjukan jumlah massa uap air yang terdapat dalam satuan volume udara, dinyatakan dalam gram per meter kubik udara. 2. Kelembaban nisbi, yakni angka yang menunjukan perbandingan antara massa uap air yang sesungguhnya ada dalam suatu massa udara pada suhu tertentu, dengan massa uap air dalam keadaan udara kenyang pada suhu itu, biasanya dinyatakan dalam %. Pengamatan kelembaban udara dimaksudkan untuk memperoeh data tentang kelembaban nisbi dari udara atmosfer daerah yang diamati. Utama maksud tersebut diperlukan alat pengukuran kelembaban udara. Ada berbagai tipe alat pengukuran kelembaban udara tetapi yang umum dipakai adalah hygrometer dan psychrometer.

2.3.

Temperatur udara Temperatur udara adalah salah satu efek dari radiasi matahari. Makhluk hidup hanya dapat

berkembang pada temperatur tertentu dan setiap fenomena dari kehidupan vegetasi sangant erat hubungannya dengan zone panas optimal. Temperatur udara yang diukur dengan termometer. Tempat yang terbuka, suhunya berbeda dengan tempat yang bergedung, demikian pula suhu di ladang berumput berbeda dengan ladang yang dibajak, atau jalan beraspal dan sebagainya. Pengukuran temperatur udara hanya memperoleh satu nilai yang menyatakan nilai rata-rata suhu temperatur atmosfer. Secara fisis suhu dapat didefinisikan sebagai tingkat gerakan molekul benda, mekin cepat

gerakan molekul, makin tinggi suhunya. Suhu dapat juga didefinikasikan sebagai tingkat panas suatu benda. Panas bergerak dari sebuah benda yang mempunyai suhu tinggi ke benda dengan suhu rendah (Handoko, 1995). Untuk menyatakan suhu udara dipakai berbagai skala. Dua skala yang sering dipakai dalam pengukuran suhu udara adalah skala Fahrenheit yang dipakai di Negara Inggris dan skala Celcius atau skala perseratusan (centigrade) yang dipakai oleh sebagian besar di dunia (Handoko, 1995). Skala Fahrenheit menetapkan titik didih air pada 212 derajat dan titik lebur es pada 32 derajat. Dalam skala perseratus (skala Celcius) ditetapkan titik didih air pada 100 derajat dan titik lebur es pada 0 (nol) derajat. Skala Celcius sekarang banyak dipakai dalam pelaporan dan analisis data cuaca dan iklim. Kedua skala tersebut menunjukan suhu yang sama pada -40 derajat (Handoko, 1995). Pada lapisan troposfer, secara umum suhu makin rendah menurut ketinggian. hal ini dapat dijelaskan dengan faktor-faktor berikut: 1. Udara merupakan penyimpan panas terburuk, sehingga suhu udara sangat dipengaruhi oleh permukaan bumi tempat persentuhan antara udara dengan daratan dan lautan. Permukaan bumi tersebut merupakan pemasok panas terasa untuk pemanas udara. 2. Lautan mempunyai luas dan kapasitas panas yang lebih besar daripada daratan, sehingga meskipun daratan merupakan penyimpan panas yang lebih buruk tetapi karena udara bercampur secara dinamis, maka pengaruh permukaan lautan secara vertikal akan lebih dominan. Akibatnya suhu akan turun menurut ketinggian baik di atas lautan maupun daratan. Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian di Indonesia sekitar 5-6C tiap kenaikan 1000 m (Handoko, 1995). 2.4. Temperatur air

Temperatur air adalah keadaan suhu air, yang menyatakan tingkat panas dan dinginnya air, Tekanan air dinyatakan dengan satuan derajat Celcius, Fahrenheit, Reamur dan Kelvin. Menurut Lakitan (1994), ada dua istilah dalam menentukan temperatur air yaitu temperatur insitu dan temperatur pada dasarnya mempunyai sifat potensial. Temperatur udara adalah sifat termodinamis cairan karena aktifitas molekul dan atom didalam cairan tersebut. Semakin besar aktifitas (energi), semakin tinggi pula temperaturnya. Temperaturnya menunjukkan kandugan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi panas spesifik. Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari satu satuan massa fluida sebesar 1. Jika kandungan energi panas nol (tidak ada aktifitas atom dan molekul dalam fluida) maka temperaturnya secara absolute juga nol (dalam skala Kelvin). Jadi nol dalam skala Kelvin adalah suatu kondisi dimana sama sekali tidak ada aktifitas atom molekul dalam suatu fluida. Temperatur air laut dipermukaan ditentukan oleh adanya pemanasan (heating) di daerah tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi. Kisaran harga temperatur di laut adalah -2 s.d. 35C. Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Sebuah parsel air yang bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain akan mengalami penekanan (komperasi) atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel air mengalami penekanan secara adibiatis (tanpa terjadi pertukaran anegi panas), maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air mengalami pengembangan (adibiatis), maka temperaturnya akan berkurang. Satuan untuk temperatur dan temperatur potensial adalah derajat Celcius. Sementara itu, jika temperatur akan digunakan untuk menghitung kandungan energi panas dan transpor energi panas, harus digunakan satuan Kelvin. 0C = 273,16 K. Perubahan 1C sama dengan perubahan 1K. (Handoko, 1995).

III. MATERI DAN METODE

3.1.

Materi Alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan jenis-jenis awan pada praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut: kamera untuk mengambil foto awan, buku Identifikasi awan untuk mengidentifikasi foto awan yang telah didapatkan, termometer Dry and Wet untuk mengukur kelembaban, air tawar sebagai media untuk mengukur kelembaban, termometer Hg untuk mengukur temperatur udara dan air, dan stopwatch dengan ketelitian 1 s sebagai penghitung waktu.

3.2.

Metode

3.2.1. Keawanan a. Jenis-jenis awan Metode yang digunakan dalam pengamatan jenisjenis awan pada praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Menentukan titik stasiun pengamatan; Mengambil foto awan; Mengidentifikasi awan yang telah didapatkan dengan buku identifikasi; Mendokumentasikan hasil pengamatan; Mencatat hasil pengamatan. b. Kelembaban udara

Metode yang digunakan dalam pengamatan kelembaban udara pada praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Menentukan titik awal (titik stasiun) pengukuran kelembaban; Memasukkan secara perlahan-lahan air tawar ke dalam tempat tempat yang telah disediakan; Membiarkan selama 5 menit untuk penyesuaian (pengamat jangan sampai mengganggu); Membaca skala yang tertera dalam termometer; Mencatat hasil pengamatan. c. Temperatur air Metode yang digunakan dalam pengamatan temperatur air pada praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut: 1. Mengukur temperatur air laut setiap 15 m; 2. Memasukkan termometer ke dalam air laut; 3. Membiarkan 5 menit untuk penyesuaian; 4. Mencatat suhu yang tertera pada skala; 5. Menggambar grafik hasil pengukuran. d. Temperatur udara Metode yang digunakan dalam pengamatan temperatur udara pada praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut: 1. Mengukur temperatur air laut setiap 15 m;

2.

Pengukuran dilakukan di atas permukaan air laut dan selama pengukuran temperatur udara, termometer jangan sampai terkena langsung radiasi matahari;

3. 4. 5.

Membiarkan 5 menit untuk penyesuaian; Mencatat suhu yang tertera pada skala; Menggambar grafik hasil pengukuran.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi Lokasi praktikum Meteorologi Laut yang kami lakukan berada di daerah Pantai Mangkang Kulon, Semarang. Secara geografis, terletak diantara 109o 35-110o 50 Bujur Timur dan 6o 50-7o 10 Lintang Selatan. Dengan luas 373,70 km2. Secara topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan. Daerah pantai merupakan kawasan di bagian Utara yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa dengan kemiringan antara 0% sampai 2%, daerah dataran rendah merupakan kawasan di bagian Tengah, dengan kemiringan antara 2-15 %, daerah perbukitan merupakan kawasan di bagian Selatan dengan kemiringan antara 15-40% dan beberapa kawasan dengan kemiringan diatas 40% (>40%). Sesuai dengan letak geografis, dipengaruhi iklim daerah tropis yang dipengaruhi oleh angin muson dengan 2 musim, yaitu musim kemarau pada bulan April-September dan musim penghujan antara bulan Oktober-Maret. Curah hujan tahunan rata-rata sebesar 2.790 mm, suhu udara berkisar antara 230 C sampai dengan 340C, dengan kelembaban udara tahunan rata-rata 77% (Anonim, 2010).

Air laut surut, memungkinkan arus tidak begitu kencang, sehingga jarang kapal-kapal melintas di sekitar break water. Disekitar break water nampak kotor dan banyak orang yang memanfaatkan break water untuk menyalurkan hobinya yaitu memancing di laut. Disekitar break water terdapat sampahsampah yang berupa sampah organik seperti: daun, tumbuh-tumbuhan laut yang tercabut dari dasar dan biota-biota yang telah mati dan terapung di atas perairan; sampah anorganik seperti plastik. Keawanan 4.2.1. Jenis-jenis awan Hasil dari pengamatan jenis-jenis awan pada praktikum Meteorologi Laut tersaji dalam tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengamatan pada Jenis-Jenis Awan Waktu (WIB) 09.00 Jenis awan Stratus Keterangan Awan rendah yang seragam, umumnya berwarna kelabu tetapi tidak menyentuh permukaan bumi. 10.00 11.00 Altostratus Strato cumulus Berwarna kebiruan menutupi sebagian/seluruh langit Lapisan awan yang terdiri dari kelabu, unsure bulatan

pipih/memanjang

berwarna

masing-masing

unsure dapat saling menyambung. 12.00 Cumulus Awan yang umumnya mampat dan berbentuk gumpalan yang menjulang Lapisan awan berwarna putih atau kelabu yang terdiri dari unsur-unsur berbentuk bulatan pipih.

13.00

Alto cumulus

14.00

Cumulus

Awan yang umumnya mampat dan berbentuk gumpalan yang menjulang. Awan yang umumnya mampat dan berbentuk gumpalan yang menjulang. Awan yang tampak tersusun dari serat lembut dan halus

15.00

Cumulus

16.00

Cirrus

berwarna putih mengkilap bagaikan sutera.

Dari hasil hasil pengamatan yang dilakukan di pantai Mangkang diperoleh hasil jenis jenis awan pada pukul 09.00 yaitu jenis awan Stratus yang merupakan awan rendah berwarna kelabu. Lalu pada pukul 10.00 terdapat jenis awan Altostratus yang merupakan awan sedang yang mana awannya menutupi sebagian atau seluruh langit. Pada pukul 11.00 terbentuk awan Stratocumulus yang termasuk dalam jenis awan rendah berwarna kelabu yang masing-masing unsurnya saling menyambung. Lalu pada pukul 12.00, 14.00, 15.00 terbentuk awan Cumulus yaitu awan yang umumnya mampat dan berbentuk gumpalan yang menjulang. Sedangkan pada pukul 13.00 terbentuk awan Altocumulus berwarna putih yang terdiri dari unsure-unsur bulatan pipih dan pukul 16.00 terbentuk awan Cirrus yang berupa filamen atau cangkuk. Awan terbentuk sebagai hasil pendinginan (kondensasi atau sublimasi) dari massa udara basah yang sedang bergerak ke atas. Proses pendinginan terjadi karena menurunnya suhu udara tersebut secara adiabatis atau mengalami pencampuran dengan udara dingin yang sedang bergerak ke arah horisontal (adveksi). Butir-butir debu atau kristal es yang melayang-layang di lapisan troposfer dapat berfungsi sebagai inti-inti kondensasi dan sublimasi yang dapat mempercepat proses pendinginan. Awan dapat terjadi dari massa udara yang sedang naik kearah vertikal karena berbagai sebab, yaitu: pengaruh radiasi matahari (secara konveksi) dan melalui bidang peluncuran (pengangkatan orografis atau frontal) (Tjasyono, 2004).

Keadaan pada saat pengamatan awan cerah, karena matahari bersinar terang dan pengamatan dilakukan pada saat tengah hari. Tidak ada tanda-tanda adanya badai karena hanya terbentuk awanawan tinggi dan sedang serta awan-awan rendah yang dalam pengamatan berada jauh dari tempat kita melakukan pengamatan. Pada umumnya, kemungkinan ada hujan lebih besar kalau awan tinggi yang terpisah menjadi tambah tebal, bertambah jumlahnya dan dasar awan menjadi lebih rendah. Cuaca penuh sinar matahari mungkin menjadi biasa jika kabut jadi bersih sebelum tengah hari dan kalau dasar awan menjadi lebih tinggi. Awan dalam pengamatan tiap jam berbeda karena awan mengalami pertumbuhan. 4.2.2. Kelembaban udara Hasil dari pengamatan kelembaban udara pada praktikum Meteorologi Laut adalah tersaji dalam tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengamatan Kelembaban Waktu 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 Dry 330C 330C 340C 330C 300C 320C 300C 310C Wet 280C 270C 280C 280C 280C 290C 270C 280C Selisih 50C 60C 60C 50C 20C 30C 30C 30C Kelembaban udara (%) 67 % 61 % 62 % 67 % 86 % 93 % 78 % 79 %

Berdasarkan Tabel 2. hasil pengamatan kelembaban dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Hubungan Kelembaban dengan Waktu. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil pada pukul 09.00 kelembapan sebesar 67 %, pada pukul 10.00 sebesar 61 %, pada pukul 11.00 sebesar 62 %, pukul 12.00 sebesar 67 %, pukul 13.00 sebesar 86 %, pukul 14.00 seebsar 93 %, pukul 15.00 sebesar 78 %, dan pada pukul 16.00 sebesar 79 %. Kelembaban udara tertinggi yaitu pada pukul 14.00 sebesar 93 % dengan selisih 30C. Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. jumlah uap air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer. Yaitu hanya kira-kira 2% dari dari jumlah masa. Akan tetapi uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim. Pada kondisi tekanan atau kerapatan uap air jenuh, udara tidak dapat lagi menampung tambahan uap air. Penambahan uap air akan akan diimbangi dengan proses kondensasi. (Lakitan, 1994). Pengamatan kelembaban udara dimaksudkan untuk memperoeh data tentang kelembapan nisbi dari udara atmosfer daerah yang diamati. Maksud utama tersebut diperlukan alat pengukuran kelembaban udara. Ada berbagai tipe alat pengukuran kelembaban udara tetapi yang umum dipakai adalah hygrometer dan psychrometer. (Lakitan, 1994).

4.2.3. Temperatur udara dan air Hasil dari pengamatan temperatur udara pada praktikum Meteorologi Laut tersaji dalam tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengamatan Temperatur Udara dan Temperatur Air Waktu 1 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 290C 290C 280C 280C 290C 280C 280C 270C Temperatur Udara (o C ) 2 280C 290C 290C 290C 290C 290C 290C 270C 3 270C 290C 290C 290C 290C 290C 290C 280C 280C 290C 28,60C 28,60C 290C 28,60C 28,60C 27,30C 1 300C 300C 310C 310C 320C 300C 320C 310C Temperatur Air (o C ) 2 310C 310C 310C 310C 300C 310C 310C 310C 3 310C 300C 310C 320C 310C 320C 320C 310C 30,60C 30,30C 310C 31,30C 310C 310C 31,60C 310C

Berdasarkan Tabel 3. hasil pengamatan kelembaban dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Hubungan Suhu dengan Waktu.

Dari hasil di atas temperatur udara rata-rata pada pukul 09.00 - 16.00 secara berturut-turut adalah 280C; 290C; 28,60C; 28,60C; 290C; 28,60C; 28,60C; 27,30C dan temperatur air rata-rata pada pukul 09.00 16.00 berturut-turut adalah 30,60C; 30,30C; 310C;31,30C; 310C; 310C; 31,60C; 310C. Suhu pada siang hari cenderung stabil. Penyinaran matahari secara langsung terhadap udara tidak banyak memberikan pemanasan karena udara tidak mampu menyerap energi matahari yang berwujud gelombang pendek. Pemanasan udara secara tidak langsung terjadi setelah bumi menyerap energi matahari dan kemudian dipancarkan kembali ke udara dalam bentuk gelombang panjang. Suhu udara memiliki hubungan dengan lokasi dimana kita melakukan pengamatan, contohnya tempat yang terbuka, suhunya berbeda dengan tempat yang bergedung, demikian pula suhu di ladang

berumput berbeda dengan ladang yang dibajak, atau jalan beraspal dan sebagainya. Yang menyebabkan perubahan suhu di suatu daerah adalah curah hujan, penguapan, kelembapan udara, kecepatan angin, intensitas cahaya matahari (Handoko, 1995). Ada dua istilah dalam menentukan temperatur air yaitu temperatur insitu dan temperatur pada dasarnya mempunyai sifat potensial. Temperatur udara adalah sifat termodinamis cairan karena aktifitas molekul dan atom didalam cairan tersebut. Semakin besar aktifitas (energi), semakin tinggi pula temperaturnya. Temperaturnya menunjukkan kandugan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi panas spesifik (Lakitan, 1994). Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Sebuah parsel air yang bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain akan mengalami penekanan (komperasi) atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel air mengalami penekanan secara adibiatis (tanpa terjadi pertukaran anegi panas), maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air mengalami pengembangan (adibiatis), maka temperaturnya akan berkurang. Satuan untuk temperatur dan temperatur potensial adalah derajat Celcius. Sementara itu, jika temperatur akan digunakan untuk menghitung kandungan energi panas dan transpor energi panas, harus digunakan satuan Kelvin. 0C = 273,16 K. Perubahan 1C sama dengan perubahan 1K. (Handoko, 1995).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Meteorologi Laut yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Aplikasinya bagi penangkapan yaitu dengan mempelajari awan maka akan mengetahui apakah akan terjadi badai atau hujan besar bilamana kalau awan tinggi yang terpisah menjadi tambah tebal, dan jumlahnya bertambah dan dasar awan menjadi lebih rendah; 2. Jenis-jenis awan yang didapat adalah stratus, altostratus, stratocumulus, cumulus, altocumulus, dan cirrus. 3. Kelembaban udara dipengaruhi oleh temperatur udara. Kelembaban tertinggi yaitu 93% dan terendaah 61%. Sedangkan temperatur tertinggi yaitu 29C untuk udara 31,6C untuk air. Temperatur terendah 27,3C untuk udara 30,3C untuk air.

5.2.

Saran Saran yang dapat diberikan dari praktikum Meteorologi Laut adalah:

1. Alat yang digunakan sebaiknya disediakan untuk masing-masing kelompok agar dapat mengoptimalkan waktu; 2. Diharapkan agar tetap menjaga kebersihan pantai; 3. Sebaiknya disediakan tempat khusus yang berisi alat-alat yang ada di Stasiun Maritim.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. http://www.semarang.go.id/cms/rpjm/bab-II.html/ (18 November 2010.

Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Bogor. Hutabarat, Sahala, Evans. 2000. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Wilson, E.M. 1993. Hidrologi Teknik. ITB. Bandung. Wisnubroto, Soekardi. 1981. Asas Meteorologi pertanian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Tjasyono, Bayang. 2004. Klimatologi. ITB. Bandung. http://rahayuseptia.blogspot.com/2011/07/laporan-meteorologi-laut-awan.html

METEOROLOGI LAUT
Posted by heru triyanda Friday, February 15, 2013 2 comments

APA ITU ILMU METEOROLOGI 1. Ilmu yang mempelajari fenomena atmosfer dgn perubahan, prediksi dan implikasinya 2. Fokus utama kepada fenomena cuaca & iklim

3. Cuaca adalah dimana perubahan atmosfer pada skala waktuyang pendek 4. Iklim adalah kondisi rata2 cuaca suatu wilayah 5. Tanpa disadari tdk ada aspek apapun kehidupan manusia yang tidak berhubungan dengan iklim dan cuaca

Sejarah pengamatan meteorologi di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kpl Rumah Sakit Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika. Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi yg dikepalai Oleh Dr. Bergsma Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dibagi menjadi dua yaitu: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan AL. Di Jakarta dibentuk sebuah Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum & Tenaga. Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi & Geofisika diganti namanya menjadi Pusat Meteorologi & Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di bawah Departemen Perhubungan, & pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi & Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di bawah Departemen Perhubungan Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika. Terakhir kali nya, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, & Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.

http://www.kuliahkelautan.com/2013/02/meteorologi-laut.html

Meteorologi Laut

gambar 1. atmosfer . http://www.bilgiustam.com/atmosfer-nedir-katmanlari-nelerdir/

Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari angin matahari, sinar ultraviolet dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer dan Eksosfer. Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Atmosfer bumi adalah lapisan udara yang mengelilingi atau menyelubungi bumi yang bersama-sama dengan bumi melakukan rotasi dan berevolusi mengelilingi matahari. Di bumi, atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan bumi. Atmosfer tidak mempunyai batas mendadak, tetapi agak menipis lambat laun dengan menambah ketinggian, tidak ada batas pasti antara atmosfer dan angkasa luar.

gambar 2. atmosfer . http://www.ilmedavet.com/nedir-bu-atmosfer.html

Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut fenomena yang terjadi di lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap. Studi tentang atmosfer mula-mula dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena pembiasan sinar matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang. Dengan peralatan yang sensitif yang dipasang di wahana luar angkasa, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang atmosfer berikut fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya. Sejarah geologi memperlihatkan bahwa atmosfer Bumi telah mengalami perubahan dramatis selama 4,6 miliar tahun usianya. Perkembangan atmosfer ini turut menentukan perkembangan bentuk kehidupan di dalamnya. Dengan melakukan pemetaan tahap perkembangan atmosfer Bumi menurut kurun waktu, akan bisa diketahui apakah planet lain memungkinkan akan muncul atau bahkan memiliki kehidupan. Bahkan bentuk kehidupan seperti apa yang ada di dalamnya.

gambar 3. bagian atmosfer. http://www.atm.ch.cam.ac.uk/tour/atmosphere.html

* Kandungan Dalam Lapisan Atmosfir Bumi*

tabel 1. kandungan atmosfer. http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2011/04/komposisi-gas-gas-diatmosfer.html

Tabel 7a-1 merupakan daftar sebelas gas yang paling banyak ditemukan di atmosfer bawah bumi berdasarkan volume. Dari gas yang terdaftar, nitrogen, oksigen, uap air, karbon dioksida, metan, asam nitrat, dan ozon sangat penting bagi kesehatan biosfer bumi. Tabel tersebut menunjukkan bahwa nitrogen dan oksigen adalah komponen utama dari atmosfer berdasarkan volume. Bersama-sama dua gas tersebut membentuk sekitar 99% dari atmosfer kering. Kedua gas ini memiliki asosiasi yang sangat penting dengan kehidupan. Nitrogen akan terlepas dari atmosfer dan disimpan di permukaan bumi terutama oleh bakteri nitrogen khusus, dan dengan suatu cara petir membawanya melalui presipitasi. Penambahan nitrogen ini ke dalam tanah di permukaan bumi dan badan air, sangat dibutuhkan sebagai pasokan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen kembali ke atmosfer terutama melalui pembakaran biomassa dan denitrifikasi. Oksigen dipertukarkan antara atmosfer dan kehidupan melalui proses fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis menghasilkan oksigen ketika karbon dioksida dan air secara kimiawi diubah menjadi glukosa dengan bantuan sinar matahari. Respirasi adalah proses kebalikan dari fotosintesis. Dalam respirasi, oksigen dikombinasikan dengan glukosa untuk kimia melepaskan energi untuk metabolisme. Produk dari reaksi ini adalah air dan karbon dioksida. Gas yang paling banyak berikutnya pada tabel adalah uap air. Uap air konsentrasinya bervariasi di atmosfer baik secara spasial dan temporal. Konsentrasi tertinggi uap air ditemukan di dekat khatulistiwa atas lautan dan hutan hujan tropis Daerah kutub yang dingin dan gurun benua subtropis adalah lokasi dimana volume uap air dapat mendekati nol persen.

Sedangkan sisanya adalah gas yang ditemukan yang presentasinya sedikit.

gambar 4. kandungan atmosfer. http://id.wikipedia.org/wiki/Atmosfer

*Manfaat Atmosfer*

Ada banyak manfaat dan kegunaan dari atmosfer. Diantaranya adalah : 1. Melindungi makhluk hidup yang yang ada di muka bumi karena membantu menjaga stabilitas suhu udara siang dan malam, menyerap radiasi dan sinar ultraviolet yang sangat berbahaya bagi manusia dan makhluk bumi lainnya. 2. Melindungi bumi dari benda-benda angkasa yang jatuh ke bumi karena terkena gaya gravitasi bumi. 3. Mengandung gas-gas yang dibutuhkan manusia, hewan dan tumbuhan untuk bernafas dan untuk keperluan lainnya seperti oksigen, nitrogen, karbon dioksida, dan lain sebagainya. 4. lain. *Lapisan-Lapisan Atmosfer* Media cuaca yang mempengaruhi awan, angin, salju, hujan, badai, topan, dan lain-

gambar5. lapisan atmosfer. http://www.newworldencyclopedia.org/ entry/Earth%27s_atmosphere

Atmosfer ini mempunyai lapisan lapisan. Ada yang meneyebukan atmosfer mempunyai 5 lapisan. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa atmosfe hanya mempunyai 6 lapisan, karena ada yang membedakan antaa lapisan termosfer dan ionosfer. Berikut adalah lapisanlapisan atmosfer:

1.

Troposfer

gambar 6. troposfer. http://www.dmi.gov.tr/arastirma/ozon-ve-uv.aspx

Lapisan ini berada pada level yang terendah, campuran gasnya paling ideal untuk menopang kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini kehidupan terlindung dari sengatan radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda langit lain. Dibandingkan dengan lapisan atmosfer yang lain, lapisan ini adalah yang paling tipis (kurang lebih 15 kilometer dari permukaan tanah). Dalam lapisan ini, hampir semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak, angin tekanan dan kelembaban yang kita rasakan sehari-hari berlangsung. Suhu udara pada permukaan air laut sekitar 27 derajat Celsius, dan semakin naik ke atas, suhu semakin turun. Dan setiap kenaikan 100m suhu berkurang 0,61 derajat Celsius (sesuai dengan Teori Braak). Pada lapisan ini terjadi peristiwa cuaca seperti hujan, angin, musim salju, kemarau, dsb. Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke udara. Biasanya, jika ketinggian bertambah, suhu udara akan berkurang secara tunak ( steady), dari sekitar 17 sampai -52. Pada permukaan bumi yang tertentu, seperti daerah pegunungan dan dataran tinggi dapat menyebabkan anomali terhadap gradien suhu tersebut.

Di antara stratosfer dan troposfer terdapat lapisan yang disebut lapisan Tropopause, yang membatasi lapisan troposfer dengan stratosfer. 2. Stratosfer

gambar 7. stratosfer. http://www.telegraph.co.uk/news/newstopics/howaboutthat/5005022/Teens-captureimages-of-space-with-56-camera-and-balloon.html

Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari ketinggian sekitar 11 km. Suhu di lapisan stratosfer yang paling bawah relatif stabil dan sangat dingin yaitu - 70oF atau sekitar - 57oC. Pada lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi dengan pola aliran yang tertentu.Disini juga tempat terbangnya pesawat. Awan tinggi jenis cirrus kadang-kadang terjadi di lapisan paling bawah, namun tidak ada pola cuaca yang signifikan yang terjadi pada lapisan ini. Dari bagian tengah stratosfer keatas, pola suhunya berubah menjadi semakin bertambah semakin naik, karena bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon yang bertambah. Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra violet. Suhu pada lapisan ini bisa mencapai sekitar 18oC pada ketinggian sekitar 40 km. Lapisan stratopause memisahkan stratosfer dengan lapisan berikutnya. 3. Mesosfer

gambar 8. mesosfer. http://www.upv.es/satelite/trabajos/pracGrupo7/mesosfer.htm

Mesosfer adalah lapisan udara ketiga, di mana suhu atmosfer akan berkurang dengan pertambahan ketinggian hingga ke lapisan keempat, termosfer. Udara yang terdapat di sini akan mengakibatkan pergeseran berlaku dengan objek yang datang dari angkasa dan menghasilkan suhu yang tinggi. Kebanyakan meteor yang sampai ke bumi biasanya terbakar di lapisan ini. Mesosfer terletak di antara 50 km dan 80-85 km dari permukaan bumi, saat suhunya berkurang dari 290 K hingga 200 K (18oC hingga 73oC). Antara lapisan Mesosfer dan lapisan atermosfer terdapat lapisan perantara yaitu Mesopause. Kurang lebih 25 mil atau 40km diatas permukaan bumi terdapat lapisan transisi menuju lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali turun ketika ketinggian bertambah, sampai menjadi sekitar - 143oC di dekat bagian atas dari lapisan ini, yaitu kurang lebih 81 km diatas permukaan bumi. Suhu serendah ini memungkinkan terjadi awan noctilucent, yang terbentuk dari kristal es.

4.

Termosfer

gambar 9. termosfer. http://www.dmi.gov.tr/genel/sss.aspx?s=atmosfer

Transisi dari mesosfer ke termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 81 km. Dinamai termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi pada lapisan ini yaitu sekitar 1982oC. Perubahan ini terjadi karena serapan radiasi sinar ultra violet. Radiasi ini menyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk lapisan bermuatan listrik yang dikenal dengan nama ionosfer, yang dapat memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya era satelit, lapisan ini berguna untuk membantu memancarkan gelombang radio jarak jauh. Lapisan ionosfir ini juga merupakan lapisan pelindung Bumi dari batu meteor yang berasal dari luar angkasa karena ditarik oleh grafitasi bumi, dilapisan ionosfir ini batu meteor terbakar dan terurai, jika sangat besar dan tidak habis dilapisan udara ionosfir ini maka akan jatuh sampai kepermukaan Bumi yang disebut Meteorit. Fenomena aurora yang dikenal juga dengan cahaya utara atau cahaya selatan terjadi disini. Pengertian Lapisan Termosfer sebagai Lapisan Atmosfir. Pengertian Lapisan Termosfer sebagai Lapisan Atmosfir) Lapisan Termosfer Berada di atas mesopouse dengan ketinggian sekitar 75 km sampai pada ketinggian sekitar 650 km. Pada lapisan ini, gas-gas akan terionisasi, oleh karenanya lapisan ini sering juga disebut lapisan ionosfer. Molekul oksigen akan terpecah menjadi oksegen atomik di sini. Proses pemecahan molekul oksigen dan gas-gas atmosfer lainnya akan menghasilkan panas, yang akan menyebabkan meningkatnya suhu pada lapisan ini. 5. Eksosfer

gambar 10. eksosfer. http://archmur.blogspot.com/2011/07/atmosfer.html

Eksosfer adalah lapsan bumi yang terletak paling luar. Adanya refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh partikel debu meteoritik. Cahaya matahari yang dipantulkan tersebut juga disebut sebagai cahaya Zodiakal. Eksosfer merupakan batasan antara atmosfer bumi dengan angkasa luar. Molekul-molekul udaa yang ada pada lapisan ini bisa langsung terlempar, terlepas ke luar angkasa ataupun terikat kembali dengan gravitasi bumi. Pada lapisan ini juga merupakan orbitt dai satelit.

Ada daerah tambahan dalam atmosfer yang disebutkan dengan nama lain, yaitu : a. Ozon Lapisan (Ozonosphere) Dalam stratosfer, dalam berbagai ketinggian sekitar 10-50 km, konsentrasi ozon (O3) adalah beberapa bagian per juta, yang jauh lebih tinggi daripada konsentrasi ozon di atmosfer yang lebih rendah (meskipun masih kecil dibandingkan dengan komponen utama atmosfer). Lapisan ini, dikenal sebagai lapisan ozon, sangat penting bagi kehidupan karena menyerap radiasi UV biologis berbahaya dari Matahari. b. Ionosfer Ini adalah wilayah atmosfer yang mengandung ion (yang membentuk sebuah "plasma"), yang diciptakan oleh interaksi radiasi surya dengan partikel gas. Tumpang tindih ionosfer dengan mesosfer dan termosfer, naik ke ketinggian 550 km. Nilainya dalam hal praktis adalah bahwa hal itu memungkinkan propagasi sinyal gelombang radio, yang memantul dari ion dan dapat ditularkan ke tempat yang jauh di bumi. c. Magnetosfer

Ini adalah wilayah di mana medan magnet bumi berinteraksi dengan angin surya. Batas dalam adalah ionosfer, tetapi meluas untuk puluhan ribu kilometer, dengan ekor panjang jauh dari Matahari. d. Van Allen sabuk radiasi Ini adalah daerah di mana partikel bermuatan (membentuk plasma) dari angin matahari terjebak oleh medan magnet bumi. Ketika sabuk "overload," partikel pemogokan atmosfer atas dan berpendar, menghasilkan efek yang dikenal sebagai aurora kutub. Kualitatif, ada dua sabuk: sabuk batin, sebagian besar terdiri dari proton, dan sabuk luar, sebagian besar terdiri dari elektron. e. Homosphere (atau Turbosphere) dan Heterosphere Wilayah bawah turbopause (yaitu, di bawah ketinggian sekitar 100 km) dikenal sebagai homosphere atau turbosphere, dimana kandungan kimia baik dicampur dan komposisi atmosfer masih cukup seragam (lihat Komposisi dari atmosfer bawah). Wilayah atas turbopause ini disebut heterosphere, di mana, dengan tidak adanya pencampuran, komposisi kimia dari atmosfer bervariasi.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Atmosfer http://organisasi.org/lapisan_atmosfir_atmosfer_bumi_pengertian_dan_penjelasan_fisika http://organisasi.org/pengertian-atmosfer-atmosfir-komposisi-fungsi-manfaat-atmosfer-bumi http://www.smpn7bgr.com/?ttg=ksi&h=1558&y=27&kat=Karya%20Ilmiah&oleh=RADEN%20RAFDHILLA H%20.K&jdl=LAPISAN%20EKSOSFER

Diposkan oleh elsa nurmandhini di 9/06/2011 03:11:00 PM http://elsanurman.blogspot.com/2011/09/meeorologi-laut.html

Anda mungkin juga menyukai