Anda di halaman 1dari 10

1.

Judul : Bahan Ajar Geografi Kelas 10 Materi Dinamika Atmosfer dan


Dampaknya terhadap Kehidupan (Home Learning)
2. Sekolah : SMAN 1 MEDAN
3. Materi : Unsur-Unsur Cuaca : Angin, Kelembapan Udara, Awan, Hujan
4. Petunjuk : Bacalah Materi dan Kerjakan Latihan Soal!

1. Unsur-Unsur Cuaca
a. Suhu Udara
b. Tekanan Idara
c. Angin
1) Angin Musim
2) Angin Lokal
Angin lokal adalah jenis angin yang hanya berhembus di wilayah-wilayah dan waktu-
waktu tertentu saja. Beberapa contoh angin jenis ini antara lain yaitu angin darat-angin
laut, angin gunung-angin lembah, angin siklon-angin antisiklon dan angin fohn.
a. Angin Darat dan Angin Laut
Bagi penduduk di pesisir pantai pasti tidak asing dengan adanya angin darat
dan angin laut. Sering angin jenis ini digunakan oleh nelayan tradisional untuk
mengembangkan layar kapal guna mencari ikan. Angin darat bertiup dari
daratan menuju laut sedangkan angin laut bergerak dari laut menuju darat.

Kita semua tahu bahwa daratan merupakan benda padat, oleh karenanya
daratan akan lebih mudah untuk menerima dan melepas energi panas. Nah,
akibatnya jika hari telah malam, maka suhu daratan akan lebih dingin daripada
laut sehingga memiliki tekanan udara yang lebih besar. Hal ini mengakibatkan
aliran angin berhembus dari daratan menuju lautan. Inilah yang dinamakan
sebagai angin darat.

Pada siang hari, daratan akan lebih cepat menerima energi panas daripada laut
sehingga tekanan di darat menjadi lebih rendah daripada laut. Hal ini
mengakibatkan munculnya aliran angin dari laut menuju daratan. Inilah yang
dinamakan sebagai angin laut.

Untuk lebih jelaskan, perhatikan gambar di bawah ini;

Gambar. Arah angin darat dan Angin laut (Sumber: Eni Anjayani,2009)
b. Angin Gunung dan Angin Lembah
Pada wilayah pegunungan terdapat pula angin lokal yaitu angin gunung dan
lembah yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara kedua wilayah
tersebut. Pada pagi sampai menjelang siang hari, bagian lereng atau punggung
pegunungan lebih dulu disinari Matahari dibandingkan dengan wilayah
lembah. Akibatnya, wilayah lereng lebih cepat panas dan menjadi pusat
tekanan rendah sedangkan suhu udara di daerah lembah masih relatif dingin
sehingga menjadi pusat tekanan tinggi. Maka massa udara bergerak dari
lembah ke lereng atau bagian punggung gunung massa udara yang bergerak ini
disebut angin lembah. Pada malam hari, suhu udara di wilayah gunung sudah
sedemikian rendah sehingga terjadi pengendapan massa udara padat dari
wilayah gunung ke lembah yang masih relatif lebih hangat. Gerakan udara ini
dikenal dengan angin gunung (Bambang Utoyo, 2006).

Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut ini;

Gambar. Angin gunung dan angin lembah (Sumber: Eni Anjayani, 2009)

c. Angin Jatuh (Fohn)

Angin fohn merupakan angin yang bergerak menuruni pegunungan. Selain


pada umumnya bersifat membawa panas dan kering, angin ini juga terjadi
dalam satu rangkaian dengan hujan orografik.

Proses terjadinya angin fohn dimulai dengan gerakan massa udara dari wilayah
pantai yang banyak mengandung uap air. Massa udara itu lalu naik melalui
lereng gunung. Oleh karena naik, maka suhunya menjadi menjadi semakin
berkurang (Ingat: setiap naik ketinggian 100 m dari permukaan laut, maka
suhu akan turun sekitar 0,6°C). Akibat terus-menerus terjadi penurunan suhu,
pada ketinggian tertentu terjadilah proses kondensasi (pengembunan) dan
terbentuk awan yang selanjutnya dijatuhkan sebagai hujan orografis di daerah
lereng pegunungan yang menghadap pantai.
Gambar: Proses terjadinya hujan orografis dan angin fohn
Massa udara yang telah kering karena uap airnya telah dijatuhkan sebagai
hujan ini terus bergerak menuruni lereng pegunungan yang membelakangi
pantai (daerah bayangan hujan). Massa udara yang bergerak turun melintasi
daerah bayangan hujan ini dinamakan angin fohn atau angin jatuh.

Oleh karena gerakan angin terus turun dari ketinggian, maka suhu angin akan
mengalami peningkatan. Hal inilah yang menyebabkan pada umumnya angin
fohn bersifat panas dan kering.

Anjayani, Eni.2009. Geografi: Untuk Kelas X SMA/MA. Klaten: PT Cempaka


Putih.
Hartono.2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: CV.
Citra Praya.
Rahayu, Saptanti.2009. Nuansa Geografi. Solo: PT Widya Duta Grafika.
Utoyo, Bambang.2006.Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia. Bandung: PT.
Pribumi Mekar.

d. Kelembapan Udara
Kelembaban/kelengasan udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam sejumlah
massa udara. Nah, ntuk mengukur kelembaban udara digunakan alat yang bernama
Higrometer atau Psycometer Asmann. Gambar kedua alat tersebut dapat dilihat di bawah
ini.
Gambar: Alat untuk mengukur kelembaban udara (A) Higrometer dan (B) Psycometer Asmann
(Sumber: thiesclima.com dan kwcigarfactory.com)

kelengasan udara dapat dibedakan menjadi 2 macam, yakni:

1) Kelembaban/kelengasan absolut atau densitas uap air

Kelembaban/kelengasan absolut yakni jumlah uap air yang terkandung dalam setiap
unit volume udara. Biasanya dinyatakan dengan satuan gram uap air setiap m3udara
atau gram/liter. Contohnya begini, jika dalam 2 m3 udara terkandung sebanyak 50
gram air, maka kelengasan absolutnya adalah 25 gram/m3.

2) Kelembaban/kelengasan relatif atau Kelengasan nisbi

Kelembaban nisbi (relatif) merupakan perbandingan jumlah air dalam udara dengan
jumlah uap air maksimum yang dikandung udara dalam suhu yang sama. Kelembaban
nisbi biasanya dinyatakan dalam bentuk persen (%). Persamaannya adalah sebagai
berikut;

Keterangan:

RH = Kelengasan relatif (%)

e = jumlah uap air yang terkandung dalam udara yang diperoleh dari hasil pengukuran
(gram/m3) atau tekanan uap yang

diperoleh dari hasil pengukuran (mb atau mm Hg atau atm).

E = Kapasitas maksimal yang mampu dikandung massa udara (gr/m3), atau kapasitas
tekanan uap maksimal pada suhu yang sama (mb atau mm Hg atau atm).
Lantas bagaimana cara menghitung kelembaban nisbi ?, untuk lebih mudahnya,
perhatikan contoh berikut ini;

Pada suhu 25°C, kemampuan maksimum udara menampung uap air adalah 100
gram/m3. Berdasarkan hasil pengukuran langsung ternyata kandungan uap airnya
sebesar 55 gram/m3. Berapa kelengasan relatifnya?

Jawab:

Kelengasan relatifnya adalah…

RH = (55/100) x 100 % = 55 %

Nah, yang perlu diketahui adalah jika kelembaban relatifnya mencapai 100%, maka
massa udara akan mencapai tingkat/titik jenuh sehingga dapat terjadi kondensasi alias
pengembunan yakni uap air akan berubah menjadi titik-titik air. Nah, kumpulan titik-
titik air di atmosfer disebut sebagai awan.

Terkadang saat kelembaban relatifnya mencapai 100%, suhu udara sudah sangat
rendah sampai berada di bawah titik beku sehingga uap air tidak lagi mengalami
proses kondensasi. Uap air mengalami terjadi sublimasi di mana uap air berubah
menjadi bentuk kristal-kristal es.

Rahayu, Saptanti.2009. Nuansa Geografi. Solo: PT Widya Duta Grafika. Utoyo,


Bambang.2006.Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia. Bandung: PT. Pribumi Mekar.

e. Awan
Awan ialah kumpulan titik-titik air/kristal es di dalam udara yang terjadi karena adanya
kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat dalam udara. Awan yang menempel di
permukaan bumi disebut kabut. Sedangkan embun adalah uap air yang mengalami proses
pengembunan (proses berubahnya gas menjadi cairan). Nah, foto untuk embun, kabut dan
awan bisa dilihat pada gambar di bawah ini;
Kalsifikasi Awan di Atmosfer

1) Berdasarkan morfologinya (Bentuknya), awan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yakni:


a) Awan Commulus, yaitu awan yang bentuknya bergumpal-gumpal (bundar-bundar)
dan bagian dasarnya horizontal.
b) Awan Stratus, yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehingga dapat menutupi
langit secara merata. Dalam arti khusus awan stratus adalah kelompok awan yang
rendah dan luas.
c) Awan Cirrus, yaitu awan yang berdiri sendiri halus dan berserat, berbentuk seperti
bulu burung. Sering terdapat kristal es tetapi tidak menyebabkan turunnya hujan.

2) Berdasarkan ketinggiannya, awan dapat dibedakan sebagai berikut.


a) Awan rendah (ketinggian kurang dari 2 km).
Contoh: nimbostratus, stratus, dan
stratocumulus.
b) Awan menengah, mempunyai ketinggian dasar awan antara 2–6 km.
Contoh: altostratus dan altocumulus.
c) Awan tinggi (ketinggian di atas 6 km).
Contoh: cirrostratus, cirrocumulus, dan cirrus.
d) Awan menjulang vertikal (ketinggian 0,5–18 km).
Contoh: cumulonimbus dan cumulus.
Anjayani, Eni.2009. Geografi: Untuk Kelas X SMA/MA. Klaten: PT Cempaka Putih.
Hartono.2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: CV. Citra Praya.

donegalweatherchannel.com, aero-mechanic.com

f. Hujan

Hujan merupakan peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang
dicurahkan dari atmosfer menuju ke permukaan bumi. Hal ini dikarenakan titik-titik air yang
terkandung di dalam awan bertambah semakin banyak sampai pada keadaan dimana awan
sudah tidak mampu lagi untuk menampung titik-titik air tersebut, maka akan dijatuhkan
kembali ke permukaan Bumi dalam bentuk air hujan atau presipitasi.

Bagaimana caranya mengukur curah hujan ?

Gambar: Alat penakar curah hujan yang terdiri dari corong dan tabung (sumber: infoplease.com)

Jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah selama waktu tertentu disebut curah hujan. Nah,
untuk mengetahui besarnya curah hujan digunakanlah alat yang disebut penakar hujan
(rain gauge). Alat ini terdiri dari corong dan tabung penampung. Curah hujan biasanya
diukur dalam milimeter (mm) atau sentimeter (cm).

Dari pengukuran curah hujan ini nantinya akan didapatkan beberapa data yang bisa kita
olah menjadi 3 macam hasil pengukuran hujan, yakni;

1) Jumlah curah hujan harian. Merupakan hasil pengukuran hujan selama 24 jam.
2) Curah hujan bulanan. Merupakan jumlah total curah hujan harian selama sebulan.
3) Curah hujan tahunan. Merupakan jumlah total curah hujan harian selama 12 bulan.

B. Macam-Macam Air Hujan


Nah, hujan itu sendiri dapat kita bedakan menjadi beberapa macam, antara lain;

1. Berdasarkan Ukuran Butirnya

a) Hujan gerimis (drizzle), diameter butirannya kurang dari 0,5 mm.


b) Hujan salju (snow), terdiri atas kristal-kristal es yang temperatur udaranya berada di
bawah titik beku.
c) Hujan batu es, merupakan curahan batu es yang turun di dalam cuaca panas dari awan
yang temperaturnya di bawah titik beku.
d) hujan deras (rain), yaitu curahan air yang turun dari awan yang temperatur nya di atas
titik beku dan diameter butirannya kurang lebih 7 mm.

2. Berdasarkan Proses Terjadinya

a) Hujan zenithal
Hujan zenithal terjadi karena massa udara yang banyak mengandung uap air naik ke atas
secara vertikal (angin mendorongnya ke atas). Akibatnya terjadilah penurunan suhu
(semakin naik, suhu berkurang) sehingga terjadi peristiwa kondensasi (pengembunan) dan
membentuk awan konveksi. Adapun tanda-tanda hujan Zenith yaitu butir-butir airnya kasar,
jatuhnya jarang dan turunnya tiba-tiba, serta berhenti lebih cepat.

Untuk daerah tropis, hujan zenithal dapat terjadi sebanyak 2 kali setahun sedangkan daerah
lintang 23,5° LU/LS dapat mengalami satu kali hujan dalam setahun.
b) Hujan frontal

Hujan frontal terjadi di daerah pertemuan antara massa udara panas dan massa udara
dingin. Massa udara panas yang kurang padat akan naik ke atas sedangkan massa udara
dingin yang lebih padat akan turun ke bawah.

Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang front. Hujan terjadi di daerah
front karena massa udara panas yang lembap bertemu dengan massa udara dingin sehingga
terjadi kondensasi. Kemudian, terbentuklah awan pada akhirnya turun hujan.

Gambar: Proses terjadinya hujan front akibat pertemuan massa udara panas dan dingin (Sumber:
isidunia.com)

c) Hujan Orografis

Hujan orografis, terjadi karena massa udara yang mengandung uap air dipaksa bergerak
menaiki lereng gunung atau pegunungan. Oleh karena itu, massa udara tersebut terus
mengalami penurunan suhu sehingga mengalami kondensasi menjadi titik-titik air.
Akhirnya, titik-titik air turun di sekitar lereng pegunungan. Fenomena itulah yang
dinamakan hujan orografis (Hartono.2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta).
Gambar: Proses terjadinya Hujan orografis (sumber:Hartono.2007. Geografi: Jelajah Bumi dan
Alam Semesta)

Anjayani, Eni.2009. Geografi: Untuk Kelas X SMA/MA. Klaten: PT Cempaka Putih.


Hartono.2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: CV. Citra Praya.

2. Latihan :
1) Di daerah Jakarta hujan yang lebat seringkali menimbulkan bencana banjir. Apa pendapat
anda tentang hal tersebut? Faktor apa saja yang menyebabkan bencana banjir tersebut
dapat terjadi?
2) Apa yang dimaksud hujan frontal?
3) Apa perbedaan antara konveksi, adveksi dan turbulensi?

3. Penilaian :

Anda mungkin juga menyukai