Anda di halaman 1dari 8

DINAMIKA ATMOSFER

A. Lapisan Atmosfer
Secara sederhana, atmosfer berasal dari bahasa Yunani, yaitu atmo yang berarti udara
dan sphere yang berarti lapisan. Dengan demikian, atmosfer berarti lapisan udara. Atmosfer
adalah lapisan udara yang berfungsi sebafai pelindung permukaan bumi dari suhu udara yang
ekstrem. Dengan adanya atmosfer suhu udara pada siang hari di permukaan bumi tidak terlalu
panas dan pada malam hari tidak terlalu dingin. Selain itu, atmosfer juga berfungsi untuk
menghambat benda-benda angkasa yang mengancam kehidupan di bumi, seperti meteor.
Meteor yang hendak menabrak bumi akan terhalang oleh selubung lapisan atmosfer.
Gas-gas penyusun atmosfer terdiri atas lapisan nitrogen (N2), oksigen (O2), argon (Ar),
dan karbon dioksida (CO2). Nitrogen merupakan gas yang paling banyak terdapat di atmosfer.
Oksigen penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Karbon dioksida bermanfaat bagi
tumbuhan dalam proses fotosistesis. Akan tetapi, jika kadar karbon dioksida di atmosfer sangat
banyak dapat menyebabkan gejala efek rumah kaca (green house effect), yaitu terjadi
pemanasan suhu permukaan bumi.
Pada selubung lapisan atmosfer terdapat juga gas ozon. Ozon (O3) merupakan gas yang
berfungsi menahan sinar ultraviolet. Untuk melindunngi kehidupan, lapisan ozon menyerap
seluruh radiasi ultraviolet dari matahari. Ozon terletak pada ketinggian 20-30km. Akan tetapi, saat
ini lapisan ozon menipis akibat banyak kegiatan manusia yang merusak lapisan ozon.
Penipisan lapisan ozon menyebabkan sinar ultraviolet lebih banyak masuk ke permukaan
bumi. Hal tersebut menyebabkan berbagai jenis penyakit, seperti kanker kulit, katarak,
menurunnya kekebalan tubuh, dan menurunnya hasil panen. Penipisan lapisan ozon di atmosfer
lebih disebabkan oleh chlorofluorocarbon (CFC) yang terdapat pada lemari es dan air conditioner
(AC).
Atmosfer terdiri atas beberapa lapisan, yaitu troposfer, stratosfer, mesosfer, dan thermosfer.
Berikut akan diuraikan karakteristik dari setiap lapisan atmosfer.
1. Troposfer
Troposfer merupakan lapisan atmosfer yang paling rendah yang sangat berpengaruh
pada kehidupan di bumi. Semua gejala cuaca, seperti awan, petir, dan hujan terjadi pada lapisan
troposfer. Ketebalan lapisan troposfer diperkirakan mulai 0 sampai dengan 10 km.
2. Stratosfer
Lapisan stratosfer berada pada ketinggian 10 sampai 50 km di atas permukaan bumi.
Lapisan stratosfer penting bagi kelangsungan hidup organisme di permukaan bumi karena
lapisan ini merupakan lokasi terakumulasinya ozon. Oleh karena itu, stratosfer sering pula
dinamakan sebagai ozone layer (lapisan ozon). Lapisan ozon berfungsi untuk melindungi
permukaan bumi dari pengaruh langsung sinar ultraviolet.
3. Mesosfer
Mesosfer terletak pada ketinggian 50-80 km di atas permukaan bumi. Lapisan ini
berfungsi untuk menghancurkan meteor yang masuk ke bumi. Selain itu pada lapisan ini terjadi
pemantulan gelombang radio.
4. Thermosfer
Thermosfer terletak pada ketinggian di atas 80 km dari permukaan bumi. Thermos artinya
panas. Lapisan thermosfer memiliki suhu paling tinggi, yaitu sampai ratusan bahkan ribuan
derajat celcius. Terdapat beberapa gejala alam yang sering terjadi pada lapisan troposfer, antara
lain sebagai berikut.
a. Pelangi, yaitu suatu bentuk setengah lingkaran (lengkungan) di udara yang terdiri atas
spektrum warna yang terjadi ketika sinar matahari mengenai partikel-partikel air di udara. Partikel-
partikel air tersebut berupa uap atau titik-titik air yang tipis dan tembus pandang yang berfungsi
sebagai prisma yang memantulkan (refleksi) dan membiaskan (refraksi) spektrum warna pada
cahaya matahari.
b. Aurora, yaitu suatu gejala dalam bentuk cahaya yang sering tampak di sekitar kutub utara
dan selatan bumi. Aurora terbentuk jika partikel-partikel bermuatan listrik dari sun spot (bintik-
bintik matahari) mengalir ke arah bumi yang tertarik oleh gaya geomagnetik utara dan selatan
bumi. Aurora di sekitar kutub utara disebut Aurora Borealis (Cahaya Utara), sedangkan aurora di
kutub selatan disebut Aurora Australis (Cahaya Selatan).
c. Kilat, yaitu aliran atau loncatan listrik dalam bentuk cahaya (sinar) di antara dua awan
atau antara awan dan bumi yang bermuatan listrik berlawanan.
d. Fatamorgana, yaitu ilusi optik akibat pembiasan sinar matahari oleh udara dengan tingkat
kerapatannya yang berbeda. Biasanya terjadi di derah gurun.
e. Halo, yaitu lingkaran putih yang terkadang terlihat di sekitar matahari atau bulan. Biasanya
terjadi di daerah gurun.

UNSUR-UNSUR CUACA DAN IKLIM


A. CUACA
Cuaca adalah kondisi udara pada jangka waktu yang singkat dan wilayah yang sempit.
Misalnya, suhu, angin, dan hujan. Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari tentang cuaca.
Keadaan cuaca di permukaan bumi dipengaruhi oleh penyinaran matahari, kondisi permukaan
bumi seperti daratan dan perairan, serta topografi. Unsur-unsur cuaca meliputi suhu udara,
kelembapan udara, awan, hujan, tekanan udara, dan angin.

1. Suhu
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Suhu udara di setiap wilayah di
muka bumi cenderung berbeda-beda. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu udara adalah
termometer. Suhu udara di permukaan bumi yang tertinggi adalah di daerah tropis, kemudian
menurun seiring dengan bertambahnya letak lintang sampai ke arah kutub. Suhu udara biasanya
dinyatakan dalam skala celcius dan fahrenheit.

2. Tekanan udara
Tekanan udara adalah berat massa udara di atas suatu wilayah. Tekanan udara
menunjukkan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam setiap satuan luas
tertentu. Tekanan udara semakin rendah jika semakin tinggi dari permukaan laut. Alat untuk
mengukur tekanan udara disebut barometer.
3. Angin
Angin adalah udara yang bergerak dari daerah yang memiliki tekanan udara tinggi ke
daerah yang memiliki tekanan udara rendah. Menurut Hukum Buys Ballot, udara bergerak dari
daerah yang memiliki tekanan maksimum ke daerah yang memiliki tekanan minimum. Alat untuk
mengukur kecepatan angin adalah anemometer. Untuk memudahkan dalam pemberian
informasi, kecepatan angin diukur dengan menggunakan Skala Beaufort.
a. Angin Muson
Angin muson adalah angin yang berganti arah secara berlawanan setiap tahun.
Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun
berikutnya bertiup angin laut yang basah. Di Indonesia yang secara geografis terletak di
antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Pasifik dan Hindia) serta letak
matahari yang berubah setiap enam bulan berada di utara dan enam bulan berada di selatan
khatulistiwa.
Pada Oktober-April, terdapat angin ini melewati Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia yang luas sehingga banyak membawa uap air yang mengakibatkan di Indonesia
terjadi musim hujan. Angin muson ini diberi nama angin muson barat. Musim penghujan
meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia, hanya saja persebarannya tidak merata. Semakin
ke timur curah hujan semakin berkurang karena kandungan uap airnya semakin sedikit.

Pada April-Oktober, matahari berada di belahan langit utara sehingga Benua Asia
lebih panas daripada Benua Australia. Akibatnya, di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara
rendah, sedangkan di Australia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi yang
menyebabkan terjadinya arus angin dari Australia menuju Asia dinamakan angin muson
timur. Oleh karena melewati benua Australia yang sebagian besar berupa gurun maka angin
ini tidak mengandung uap air sehingga di Indonesia terjadi musim kemarau.
b. Angin Darat dan Angin Laut
Angin darat dan angin laut merupakan jenis angin yang biasa dirasakan dalam
kehidupan sehari-hari, terutama penduduk yang tinggal menetap di daerah pesisir. Sesuai
dengan Hukum Buys Ballot, udara akan bergerak dari daerah bertekanan udara maksimum
ke minimum. Jadi, pada malam hari bertiuplah angin dari darat menuju laut. Itulah yang
dinamakan angin darat. Angin darat dimanfaatkan oleh para nelayan tradisional pergi melaut
pada malam hari.
Pada siang hari, daratan lebih cepat menerima panas dan lautan relatif lebih lambat.
Hal tersebut menyebabkan daratan merupakan pusat tekanan rendah (minimum) dan lautan
merupakan pusat tekanan tinggi (maksimum). Oleh karena itu, pada siang hari berhembuslah
angin dari laut menuju darat. Itulah yang dinamakan angin laut.

c. Angin Gunung dan Angin Lembah


Angin gunung merupakan angin yang bergerak dari gunung menuju lembah,
dan sebaliknya angin lembah bertiup dari lembah menuju gunung. Proses terjadinya
angin gunung dan angin lembah tidak jauh berbeda dengan angin darat dan angin laut. Angin
gunung dan angin lembah pun termasuk kelompok angin lokal.
d. Angin Fohn
Angin Fohn adalah angin sifatnya panas, kering, kencang, dan ribut. Proses
terbentuknya angin Fohn, yaitu jika ada gerakan massa udara yang menaiki suatu
pegunungan dengan ketinggian lebih dari 200 meter. Massa udara yang naik tersebut akan
mengalami kondensasi sehingga terjadi hujan pada lereng tersebut (hujan orografis).
Kemudian, angin bergerak menuruni pegunungan sehingga suhu udaranya panas dengan
kecepatan tinggi. Angin Fohn yang terdapat di Indonesia, antara lain Angin Bohorok (Deli),
Angin Kumbang (Cirebon), Angin Gending (Pasuruan), Angin Wambraw (Biak), dan Angin
Brubu (Sulawesi Selatan).

4. Kelembapan Udara
Kelembapan udara berkaitan dengan kandungan air dalam udara. Semakin banyak
kandungan air di udara maka udara tersebut semakin lembab. Semakin banyak matahari
menyinari, maka penguapan akan semakin tinggi sehingga kelembapan juga semakin tinggi.
Kelembapan udara dibedakan atas dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Kelembapan absolut, yaitu banyaknya uap air yang terdapat pada udaa di suatu tempat.
Kelembapan absolut dinyatakan dengan banyaknya gram uap air dalam 1 m3 udara.
b. Kelembapan relatif, yaitu perbandingan jumlah uap air dalam udara (kelembapan absolut)
dengan jumlah uap air maksimum dalam udara tersebut dalam suhu yang sama dan
dinyatakan dalam persen (%).

5. Awan
Awan adalah kumpulan titik-titik air atau kristal es di dalam udara yang terjadi karena
adanya kondensasi atau sublimasi dari uap air yang terdapat dalam udara. Terbentuknya awan
dikarenakan kelembapan udara yang mengalami pendinginan hingga membeku atau mencapai
titik embun. Melalui proses yang disebut kondensasi, kemudian terbentuk butiran-butiran awan.
Awan dapat dikelompokkan berdasarkan ketinggiannya.
a. Awan Tinggi (Sirus/ Cirro), yakni awan yang berada pada ketinggian 6.000 m – 9.000 m.
Morfologinya berupa awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat, berbentuk
seperti bulu burung.
b. Awan Sedang (Alto), yakni awan yang berada pada ketinggian 2.000 m – 6.000 m.

c. Awan Rendah (Strato/ Stratus), yakni awan yang berada pada ketinggian kurang dari
2000 m. Morfologinya berupa awan yang tipis dan tersebar luas sehingga dapat
menutupi langit secara merata.

d. Awan Vertikal (Cumulus), yakni awan yang terjadi karena yang terjadi karena udara naik
dan terdapat pada ketinggian 500 m – 1.500 m. Awan ini bentuknya bergumpal-gumpal
(bundar-bundar) dan dasarnya horizontal.
6. Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun di suatu daerah dalam waktu tertentu
yang diukur dalam harian, bulanan, atau tahunan. Alat untuk mengukur curah hujan adalah rain
gouge. Faktor-faktor yang memengaruhi curah hujan, yaitu topografi, arah lereng, dan arah angin.
Proses terjadinya hujan diawali ketika sejumlah uap air di atmosfer bergerak ke tempat yang lebih
tinggi karena adanya beda tekanan uap air. Uap air bergerak dari tempat dengan tekanan uap air
lebih besar ke tempat dengan tekanan uap air lebih kecil. Uap air yang bergerak ke tempat yang
lebih tinggi pada ketinggian tertentu akan mengalami penjenuhan. Jika hal ini diikuti dengan
terjadinya kondensasi, uap air tersebut akan berubah bentuk menjadi butiran-butiran air hujan.
Tiga tipe hujan yang umum dijumpai di daerah tropis, antara lain sebagai berikut.
a. Hujan Frontal (Frontal Storms)
Hujan frontal adalah hujan yang terjadi di derah front yang disebabkan oleh
pertemuan massa udara panas dan massa udara dingin.

b. Hujan Zenithal / Hujan Konveksi (Conventional Stroms) / Hujan Naik Khatulistiwa


Hujan zenithal adalah hujan yang terjadi karena udara naik akibat pemanasan yang
tinggi. Hujan ini biasa terjadi di daerah tropis antara 23,5˚LU dan 23,5˚LS. Arus konveksi
menyebabkan uap air di daerah ekuator naik secara vertikal sebagai akibat pemanasan air
yang terus-menerus sehingga terjadilah kondensasi dan kemudian turun hujan. Disebut
hujan zenithal karena terjadi pada waktu matahari melalui zenit di daerah tersebut.

c. Hujan Orografis (Orographic Storms) / Hujan Naik Pegunungan


Hujan ini terjadi karena udara yang mengandung uap air di paksa bergerak menaiki
lereng gunung atau pegunungan yang semakin ke atas semakin dingin sehingga terjadi
kondensasi dan terjadilah hujan. Hujanynag jatuh pada lereng di laluinya disebut hujan
orografis. Adapun pada lereng di sebelahnya hanya tinggal angin yang bersifat kering.
Daerah ini disebut daerah bayangan hujan.

Anda mungkin juga menyukai