Faktor-faktor Iklim
Soal
1. Jelaskan factor-faktor iklim!
2. Jelaskan pengaruh temperature udara terhadap kelembapan udara!
3. Jelaskan pengaruh radiasi matahari terhadap temperature udara!
4. Jelaskan pengaruh pergerakan angin terhadap kelembapan udara!
5. Bagaimana pengaruh arah pergerakan matahari tehadap orientasi matahari!
6. Jelaskan pengaruh fisika biologi dan kimia hujan terhadap bangunan!
7. Bagaimana pengaruh ketinggian dan kedalaman bangunan terhadap bayangan angin!
Jawaban
1. Faktor-faktor iklim mengacu pada elemen-elemen fisik dan atmosfer yang membentuk
kondisi cuaca dan iklim di suatu wilayah atau daerah. Beberapa faktor utama yang
mempengaruhi iklim termasuk:
a. Sinar Matahari (Radiasi Surya): Radiasi matahari adalah sumber energi utama bagi
atmosfer Bumi. Kuantitas dan distribusi sinar matahari mempengaruhi suhu dan iklim
suatu wilayah. Daerah yang menerima lebih banyak sinar matahari cenderung
memiliki suhu yang lebih tinggi.
b. Udara: Komposisi dan sirkulasi udara di atmosfer mempengaruhi iklim. Angin
mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, membawa
bersama mereka suhu dan kelembaban.
c. Tekanan Udara: Perbedaan tekanan udara di atmosfer menciptakan gerakan udara,
yang pada gilirannya mempengaruhi kondisi cuaca dan iklim. Daerah bertekanan
rendah biasanya terkait dengan cuaca buruk, seperti hujan dan badai.
d. Kelembaban Udara: Kelembaban udara merujuk pada kadar uap air dalam udara.
Udara yang lembap memiliki lebih banyak uap air, yang dapat menghasilkan hujan
atau salju, tergantung pada suhu.
e. Topografi: Relief permukaan bumi, seperti pegunungan, lembah, dan dataran,
mempengaruhi iklim suatu daerah. Pegunungan dapat menghalangi aliran udara dan
menciptakan iklim mikro di sisi berangin dan sisi teduh pegunungan
2. Suhu udara memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelembapan udara, dan
hubungan antara keduanya dijelaskan melalui konsep titik embun (dew point) dan
kelembaban relatif (relative humidity).
a. Titik Embun (Dew Point): Titik embun adalah suhu di mana udara jenuh dengan
uap air dan uap air mulai mengembun menjadi cairan. Dengan kata lain, titik embun
adalah suhu di mana udara mencapai kelembaban relatif 100%. Ketika suhu udara
menurun menuju titik embun, kelembaban udara dalam bentuk embun atau kabut
mulai terbentuk. Semakin dekat suhu udara dengan titik embun, semakin tinggi
kelembaban udara.
b. Kelembaban Relatif (Relative Humidity): Kelembaban relatif adalah ukuran sejauh
mana udara mengandung uap air dibandingkan dengan jumlah maksimal yang dapat
dipegangnya pada suhu tertentu. Dinyatakan dalam persentase, kelembaban relatif
100% berarti udara mengandung sejumlah maksimal uap air pada suhu tersebut. Saat
suhu udara dan titik embun sama, kelembaban relatif adalah 100%.
c. Pengaruh suhu terhadap kelembaban udara adalah sebagai berikut:
d. Kenaikan Suhu: Ketika suhu udara naik, udara dapat menampung lebih banyak uap
air sebelum mencapai titik embun. Oleh karena itu, kelembaban relatif udara akan
turun jika suhu naik tanpa adanya penambahan uap air dalam udara. Udara mungkin
terasa lebih kering pada suhu yang tinggi meskipun kelembaban relatif tetap sama,
karena kapasitas maksimal udara untuk menampung uap air lebih tinggi pada suhu
yang lebih tinggi.
e. Penurunan Suhu: Sebaliknya, ketika suhu udara turun, kapasitas udara untuk
menampung uap air berkurang. Jika kelembaban relatif tetap, tetapi suhu turun, udara
dapat mencapai kelembaban relatif 100% lebih cepat dan embun atau kabut bisa
terbentuk. Ini adalah alasan mengapa embun sering kali terjadi pada pagi hari ketika
suhu udara rendah.
f. Dengan demikian, suhu udara mempengaruhi kelembaban udara dengan cara
mengubah kapasitas udara untuk menampung uap air. Pemahaman tentang hubungan
ini penting dalam konteks cuaca, prediksi hujan, dan juga dalam kehidupan sehari-
hari, karena memahami kelembaban relatif dapat memberikan informasi tentang
kenyamanan termal dan potensi pembentukan embun atau kabut.
3. Radiasi matahari memiliki pengaruh langsung yang besar terhadap suhu udara di Bumi.
Berikut adalah cara-cara di mana radiasi matahari mempengaruhi suhu udara:
a. Penyinaran Matahari (Insolation): Radiasi matahari mencapai Bumi dalam bentuk
sinar matahari. Ketika sinar matahari mencapai permukaan Bumi, sebagian besar
energi tersebut diserap oleh tanah, air, dan benda-benda lainnya. Energi ini kemudian
diubah menjadi panas, menyebabkan pemanasan permukaan Bumi.
b. Pemanasan Permukaan Bumi: Permukaan Bumi menyerap energi dari sinar matahari,
yang menyebabkan pemanasan. Permukaan yang gelap menyerap lebih banyak panas
dibandingkan permukaan yang cerah. Pada siang hari, permukaan tanah yang terkena
sinar matahari langsung akan menjadi sangat panas, memanaskan udara di sekitarnya
melalui konduksi.
c. Konduksi dan Konveksi: Panas yang diserap oleh permukaan Bumi disebarkan ke
udara melalui konduksi (perambatan panas melalui bahan) dan konveksi (pergerakan
udara panas ke atas). Udara yang terpanaskan di permukaan Bumi naik ke atas karena
lebih ringan dari udara dingin di sekitarnya. Ini menciptakan konveksi udara yang
membantu mendistribusikan panas ke lapisan udara yang lebih tinggi.
d. Pengaruh Suhu terhadap Tekanan Udara: Pemanasan udara menyebabkan molekul
udara menjadi lebih aktif dan terbangun, yang meningkatkan tekanan udara.
Perubahan dalam tekanan udara ini dapat mempengaruhi pola angin dan cuaca di
suatu wilayah.
e. Vaporisasi: Panas dari sinar matahari menyebabkan penguapan air dari permukaan
tanah dan badan air. Proses ini mengubah air menjadi uap air yang kemudian naik ke
atmosfer. Penguapan ini merupakan salah satu cara penting di mana panas dari sinar
matahari ditransfer ke atmosfer dan mempengaruhi kelembaban udara.
f. Radiasi Kembali: Setelah permukaan Bumi dipanaskan oleh sinar matahari, itu
memancarkan kembali panasnya ke atmosfer dalam bentuk radiasi panas
(inframerah). Beberapa gas di atmosfer, seperti karbon dioksida dan uap air,
menyerap radiasi ini dan memancarkannya kembali ke permukaan Bumi, yang
menyebabkan suhu permukaan tetap relatif hangat.
6. Hujan memiliki pengaruh signifikan terhadap bangunan dan struktur bangunan dari segi
fisika, biologi, dan kimia. Pengaruh ini dapat mencakup kerusakan secara fisik,
pertumbuhan organisme biologis, dan reaksi kimia yang dapat merusak material
bangunan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pengaruh hujan dalam ketiga
aspek tersebut:
a. 1. Pengaruh Fisika:
b. Erosi dan Pelapukan: Hujan yang terus-menerus dapat menyebabkan erosi tanah di
sekitar bangunan, terutama jika bangunan tersebut tidak memiliki pelapis atau
penahan tanah yang memadai. Erosi tanah dapat merusak dasar bangunan,
menyebabkan pergeseran dan retakan.
c. Pembengkakan dan Penyusutan Tanah: Tanah dapat membengkak ketika terserap air
hujan dan menyusut ketika kering. Pembengkakan dan penyusutan tanah ini dapat
menyebabkan perubahan struktur tanah di sekitar pondasi bangunan, yang pada
gilirannya dapat merusak fondasi dan struktur bangunan.
d. Fluktuasi Suhu: Hujan juga dapat mengakibatkan fluktuasi suhu di sekitar bangunan.
Suhu yang naik dan turun secara ekstrem dapat menyebabkan material bangunan
mengalami perubahan dimensi, yang dapat mengarah pada retakan dan deformasi.
e. 2. Pengaruh Biologi:
f. ** Pertumbuhan Jamur dan Lumut:** Kelembaban yang disebabkan oleh hujan
seringkali menciptakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan jamur dan lumut
pada permukaan bangunan. Ini tidak hanya merusak estetika bangunan, tetapi juga
dapat merusak cat, kayu, dan bahan-bahan lainnya.
g. Koloni Serangga: Lingkungan yang lembap dapat menarik koloni serangga seperti
rayap dan semut. Serangga-serangga ini dapat merusak kayu, isolasi, dan bahkan
kabel listrik dalam bangunan.
h. 3. Pengaruh Kimia:
i. Korosi: Hujan yang bersifat asam dapat merusak material bangunan yang sensitif
terhadap korosi, seperti logam. Asam dalam hujan dapat mengikis lapisan pelindung
logam dan mempercepat proses korosi.
j. Degradasi Material: Hujan dengan pH rendah (asam) dapat merusak batuan, marmer,
dan beton, mengakibatkan degradasi struktur dan kehilangan integritas material.