Anda di halaman 1dari 7

Iklim dan Cuaca

1. Pengertian Iklim dan Cuaca

Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian, khususnya
terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan
pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim adalah
kondisi lanjutan yang merupakan kumpulan dari kondisi cuaca, yang kemudian disusun dan dihitung
dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dan waktu tertentu. Indonesia sendiri merupakan Negara
beriklim tropis yang hanya memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Secara
umum, musim hujan di Indonesia terjadi saat muson barat sedangkan musim kemarau terjadi saat
muson timur. Meskipun musim terjadi secara periodik, namun musim dapat mengalami pergeseran
seperti semakin lamanya musim penghujan dan semakin mundurnya musim kemarau.

Perubahan iklim secara statistik didefinisikan sebagai perubahan kecenderungan baik naik atau turun
dari unsur–unsur iklim yang disertai keragaman harian, musiman maupun siklus yang tetap berlaku
untuk satu periode yang panjang. Perubahan iklim diukur berdasarkan perubahan komponen utama
iklim, yaitu suhu atau temperatur, musim (hujan dan kemarau), kelembaban dan angin. Dari variabel-
variabel tersebut variabel yang paling banyak dikemukakan adalah suhu dan curah hujan.

2. Unsur Cuaca dan Iklim

2.1 Temperatur Udara

Temperatur Udara adalah derajat panas dan dingin udara. Temperature udara disetiap tempat berbeda.
Adapun Faktor-Faktor yang mempengaruhi temperature udara di suatu daerah adalah :

a. Durasi atau lamanya waktu penyinaran matahari

Matahari memiliki peran yang sangat penting dalam memeengaruhi suhu udara. Semakin
lama matahari menyinari suatu wilayah, sudah dipastikan wilayah tersebut mempunyai suhu
udara yang tinggi, begitu pun sebaliknya.

b. Sudut atau arah datangnya sinar matahari

Sudut terkecil dari sinar matahari terjadi pada pagi dan sore hari, saat itu sinar matahari yang
dipancarkan enggak terlalu besar sehingga suhu udara juga enggak terlalu panas.

Nah, semakin besar sudut sinar matahari, yakni tepat tengah hari, maka suhu udara akan
semakin panas.

c. Adanya awan di langit

Peran awan juga ikut memengaruhi suhu udara, lo. Kok bisa, sih?

Saat awan melintas, kemungkinan sinar matahari akan terhalang oleh awan tersebut.
Akibatnya suhu udara di daerah perlahan menjadi turun.
d. Ketinggian suatu tempat

Semakin rendah suatu tempat suhu udara akan semakin tinggi, dan begitu sebaliknya semakin
tinggi suatu tempat maka suhu udara menjadi rendah.

e. Perbedaan garis lintang di suatu wilayah

Perlu diketahui bahwa terdapat garis lintang yang membagi bumi menjadi empat wilayah,
yakni tropis, sub tropis, sedang dan dingin. Daerah yang berada di wilayah tropis atau garis
khatulistiwa (Indonesia) akan merasakan suhu udara yang relatif panas atau tropis. Sedangkan
daerah dingin tepatnya di kawasan kutub, suhu udara akan terasa sangat dingin.

f. Pergerakan arus laut dan angin

Arus laut dan juga angin juga turut mempengaruhi suhu udara.

2.2 Tekanan udara

Tekanan udara disebut juga air pressure, merupakan komponen penting yang memengaruhi cuaca dan
iklim di suatu wilayah. Air pressure berperan dalam menggerakkan udara dari satu wilayah ke wilayah
lain, membawa awan, juga mendorong terciptanya hujan. Tekanan udara diukur dengan alat bernama
barometer. Alat ini bekerja secara otomatis, dan penggunanya bisa langsung melihat skala yang muncul.

Tekanan udara adalah tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam tiap satuan luas
tertentu. Tenaga yang menggerakkan massa udara tersebut, menekan searah gaya gravitasi bumi.
Satuan tekanan udara adalah milibar (mb) atau Hectopascal (hPa). Tekanan udara dipengaruhi
temperatur atau suhu udara yang terjadi di suatu tempat dan waktu tertentu.

2.3 Angin

Angin adalah pergerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan
rendah.Pembentukan arah angin terjadi karena perbedaan tekanan udara di dua tempat berbeda. Aliran
angin berasal dari tempat yang memiliki tekanan udara tinggi menuju ke tempat yang bertekanan
udara rendah. Terjadinya angin dipengaruhi oleh rotasi bumi bersamaan dengan proses pemanasan
suatu wilayah oleh matahari. Angin diberi nama berdasarkan asal datangnya, seperti angin darat,
angin lembah, dan angin gunung. Kekuatan angin dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan di
kehidupan manusia. Penduduk yang tinggal di pesisir pantai memanfaatkan angin ketika akan pergi
melaut dengan kapal layar. Angin juga berguna untuk menerbangkan mainan layang-layang. Angin
bisa dimanfaatkan untuk menjadi sumber energi terbarukan melalui pembangkit listrik tenaga bayu
(pembangkit listrik tenaga angin, ladang angin). Proses terjadinya angin tidak lepas dari hubungan
antara tekanan udara dan suhu. Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang memuai menjadi
lebih ringan dan tekanan udara turun karena kepadatan udara berkurang. Udara dingin kemudian
mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tersebut. Aliran naik udara panas dan turun udara dingin
ini dinamakan konveksi. Kecepatan angin dinyatakan dalam satuan knot.Sedangkan arah mata
angin terbagi menjadi delapan yaitu utara, selatan, barat, timur, tenggara, barat laut, timur laut, dan
barat daya.
2.4 Awan

Awan adalah massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau kristal beku yang menggantung
di atmosfer yang berada di atas permukaan bumi atau permukaan planet lain.[1] Awan juga merupakan
massa terlihat yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan
antarbintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan, suatu
cabang meteorologi.

Di bumi substansi biasanya presipitasi uap air. Dengan bantuan partikel higroskopis udara seperti
debu dan garam dari laut, tetesan air kecil terbentuk pada ketinggian rendah dan kristal es pada
ketinggian tinggi bila udara didinginkan jadi jenuh oleh konvektif lokal atau lebih besar
mengangkat nonkonvektif skala.

Pada beberapa soal, awan tinggi mungkin sebagian terdiri dari tetesan air superdingin. Tetesan dan
kristal biasanya diameternya sekitar 0,01 mm (0,00039 in). Paling umum dari pemanasan matahari di
siang hari dari udara pada tingkat permukaan, angkat frontal yang memaksa massa udara lebih hangat
akan naik lebih ke atas dan mengangkat orografik udara di atas gunung. Ketika udara naik,
mengembang sehingga tekanan berkurang.

Proses ini mengeluarkan energi yang menyebabkan udara dingin. Ketika dikelilingi oleh milyaran
tetesan lain atau kristal mereka menjadi terlihat sebagai awan. Dengan tidak adanya inti
kondensasi, udara menjadi jenuh dan pembentukan awan terhambat. dalam awan padat
memperlihatkan pantulan tinggi (70% sampai 95%) di seluruh awan terlihat berbagai panjang
gelombang, sehingga tampak putih, di atas.

Tetesan embun (titik-titik air) cenderung efisien menyebarkan cahaya, sehingga intensitas radiasi
matahari berkurang dengan kedalaman arah ke gas, maka warna abu-abu atau bahkan gelap kadang-
kadang tampak di dasar awan. Awan tipis mungkin tampak telah memperoleh warna dari lingkungan
mereka atau latar belakang dan awan diterangi oleh cahaya non-putih, seperti saat matahari terbit atau
terbenam, mungkin tampak berwarna sesuai. Awan terlihat lebih gelap di dekat-inframerah karena air
menyerap radiasi matahari pada saat- panjang gelombang.

2.5 Kelembapan Udara

Kelembapan udara adalah ukuran kadar uap air yang berada dalam bentuk gas di udara. Udara di sini
dapat dimaknai sebagai udara dalam ruangan atau udara pada lapisan atmosfer. Jumlah uap air yang
berada di atmosfer sekitar 2 persen saja dari jumlah massa keseluruhan dari atmosfer. Jumlah yang
relatif sedikit jika dibandingkan dengan gas lain. Akan tetapi jumlah tersebut juga tidak selalu konstan
dan tetap, sebab kadang ditemui kelembapan pada udara berada di sekitar angka 0 sampai 5 persen
untuk suatu wilayah tertentu. Alat untuk mengukur kelembapan udara adalah psychrometer. Alat ini
bisa mengetahui jumlah uap air yang berada di atmosfer, walaupun ukurannya sangat kecil. Jika suatu
atmosfer memiliki kadar uap air yang tinggi, besar kemungkinan akan menghasilkan hujan.

Faktor memengaruhi kelembapan udara. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kelembapan
udara di suatu wilayah, di antaranya:

Suhu udara Semakin tinggi suhu udara, maka semakin banyak uap air yang dapat ditampung oleh
udara. Sedangkan, semakin rendah suhu udara, semakin rendah kapasitas uap air dari udara tersebut.
Hal ini terjadi karena saat udara panas, maka jarak antara molekulnya lebih lebar sehingga mampu
mengakomodasi banyak uap air. Ketika udara dingin, maka jarak antar molekulnya menjadi kecil
sehingga kesulitan mengakomodasi uap air.
Tekanan udara Jika suatu wilayah memiliki tekanan udara yang semakin tinggi, maka udara yang
berada di sekitarnya juga akan memiliki kelembapan yang tinggi pula. Hal tersebut dapat terjadi
karena uap air yang ada di udara tersebut tetap, namun volume udaranya mengecil, sehingga
kelembapan udaranya meningkat. Sebaliknya jika tekanan udara diturunkan, pakai kelembapan udara
di wilayah tersebut akan semakin menurun. Hal ini terjadi karena volume udara, namun jumlah uap
air tetap sama.

Pergerakan angin ternyata juga dapat mempengaruhi kelembapan pada udara. Hal ini dipengaruhi
oleh proses penguapan dan kondensasi yang terjadi. Air yang menguap, cara nama saya yang kecil
akan terbawa oleh angin dan membentuk awan serta meningkatkan kelembapan udara di suatu
wilayah. Angin berperan untuk menggeser uap air dari suatu wilayah ke daerah lainnya.

Vegetasi dapat mempengaruhi kelembapan pada udara karena tumbuhan melakukan transpirasi
ketika berfotosintesis. Proses fotosintesis ini akan menghasilkan uap air, yang nantinya dapat
menguap ke udara, meningkatkan kelembapan udara. Oleh karena itu, tidak jarang kita melihat hutan-
hutan besar memiliki iklimnya sendiri.

Ketersediaan air mengalami penguapan akan memberikan sejumlah uap air ke dalam udara. Uap air
ini kemudian akan naik dan menetap di atmosfer membuat atmosfer menjadi lebih jenuh. Seiring
dengan berjalannya waktu, uap air akan berubah menjadi awan-awan.

Kelembapan udara dapat dibedakan menjadi dua jenis, itu kelembapan absolut (mutlak) dan
kelembapan relatif.

Berikut adalah penjelasannya:

1. Kelembapan udara absolut atau mutlak kelembapan udara absolut atau mutlak yaitu
banyaknya uap air yang terdapat dalam 1 meter kubik udara. kelembapan udara absolut
dinyatakan dalam gram per meter kubik (gr/m³).
2. Kelembapan udara relatif atau nisbi kelembapan udara relatif atau nisbi yaitu perbandingan
jumlah uap air di dalam udara (kelembapan mutlak) dengan jumlah uap air maksimum yang
dapat dikandung dalam udara tersebut. Dinyatakan dalam bentuk persen (%).

2.6 Curah Hujan

hujan adalah ketinggian air hujan yang jatuh pada tempat yang datar dengan asumsi tidak
menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Tingkat hujan yang diukur dalam satuan 1 (satu)
mm adalah air hujan setinggi 1 (satu) mm yang jatuh (tertampung) pada tempat yang datar
seluas 1 meter persegi dengan asumsi tidak ada yang menguap, mengalir dan meresap.

Data curah hujan penting untuk perencanaan teknik, terutama untuk sistem drainase seperti
irigasi, bendungan, drainase Curah perkotaan, pelabuhan, dermaga, dan struktur air lainnya.

Akibatnya, data rata-rata hujan di daerah tertentu terus dicatat untuk menilai jumlah
perencanaan yang harus dilakukan. Pencatatan data tingkat hujan rata-rata tahunan di DAS
(Daerah Aliran Sungai) dilakukan di berbagai titik di sepanjang stasiun pencatatan curah
hujan untuk menentukan tingkat hujan yang turun di wilayah tertentu.

Untuk memperoleh perkiraan perencanaan yang tepat, kita membutuhkan data curah hujan
selama bertahun-tahun. Semakin banyak data rata-rata hujan tahunan yang ada semakin
akurat perhitungannya.

Jenis-Jenis Curah Hujan


Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi 3 pola iklim utama dengan melihat pola curah hujan
selama setahun. Tiga wilayah iklim Indonesia yaitu wilayah A (monsun), wilayah B (ekuatorial) garis
dan titik, wilayah C (lokal).

1. Curah Hujan Pola Monsunal (Wilayah A)

Curah hujan pola monsun dicirikan oleh tipe curah hujan yang bersifat unimodial (satu puncak musim
hujan) dimana pada bulan Juni, Juli dan Agustus terjadi musim kering. Sedangkan untuk bulan
Desember, Januari dan Februari merupakan bulan basah. Sisa enam bulan lainnya merupakan periode
peralihan atau pancaroba (tiga bulan peralihan musim kemarau ke musim hujan dan tiga bulan
peralihan musim hujan ke musim kemarau).

Daerah dengan pola monsun (wilayah A) ini didominasi oleh Sumatera bagian Selatan, Kalimantan
Tengah dan Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan sebagian Papua.

2. Curah Hujan Pola Ekuatorial (Wilayah B)


Curah hujan pola ekuatorial dicirikan oleh tipe tingkat rata-rata hujan tahunan dengan bentuk
bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober atau pada saat
terjadi ekinoks.

Daerah dengan pola ekuatorial (wilayah B) ini meliputi pulau Sumatra bagian tengah dan Utara serta
pulau Kalimantan bagian Utara.

3. Curah Hujan Pola Lokal (Wilayah C)


Curah hujan pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodial (satu puncak hujan), tetapi
bentuknya berlainan dengan tipe hujan monsun.

Daerah dengan pola lokal (wilayah C) hanya meliputi daerah Maluku, Sulawesi dan sebagian Papua.

1. Curah Hujan Pola Monsunal (Wilayah A)


Curah hujan pola monsun dicirikan oleh tipe curah hujan yang bersifat unimodial (satu puncak musim
hujan) dimana pada bulan Juni, Juli dan Agustus terjadi musim kering. Sedangkan untuk bulan
Desember, Januari dan Februari merupakan bulan basah. Sisa enam bulan lainnya merupakan periode
peralihan atau pancaroba (tiga bulan peralihan musim kemarau ke musim hujan dan tiga bulan
peralihan musim hujan ke musim kemarau).

Daerah dengan pola monsun (wilayah A) ini didominasi oleh Sumatera bagian Selatan, Kalimantan
Tengah dan Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan sebagian Papua.

2. Curah Hujan Pola Ekuatorial (Wilayah B). Curah hujan pola ekuatorial dicirikan oleh tipe tingkat
rata-rata hujan tahunan dengan bentuk bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar
bulan Maret dan Oktober atau pada saat terjadi ekinoks.

Daerah dengan pola ekuatorial (wilayah B) ini meliputi pulau Sumatra bagian tengah dan Utara serta
pulau Kalimantan bagian Utara

3. Curah Hujan Pola Lokal (Wilayah C). Curah hujan pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan
unimodial (satu puncak hujan), tetapi bentuknya berlainan dengan tipe hujan monsun.

Daerah dengan pola lokal (wilayah C) hanya meliputi daerah Maluku, Sulawesi dan sebagian Papua.
Macam-macam Hujan Berdasarkan Ukuran Butirannya
Berdasarkan ukuran butirannya, klasifikasi hujan dibedakan menjadi empat yaitu:

1. Hujan Gerimis (Drizzle)


Hujan gerimis merupakan butiran air dan halus yang turun dari langit disebut dengan gerimis dengan
jumlah sedikit. Bahkan, hujan gerimis disebut ringan yang umumnya memiliki diameter kurang dari
0,5 mm.

Gerimis disebabkan oleh awan stratus kecil dan awan stratocumulus yang memiliki ketinggian 2.000
hingga 7.000 kaki di atas permukaan laut.

2. Hujan Salju (Snow)


Salju adalah kristal-kristal kecil air yang menjadi es dan memiliki temperatur di bawah titik beku.
Hujan salju berbentuk padat dan berasal dari awan nimbostratus.

Nimbostratus merupakan awan dengan ketinggian sedang yang berada pada daerah dingin (wilayah di
atas garis ekuator).

3. Hujan Batu Es
Hujan batu es merupakan bongkahan-bongkahan es yang turun dari awan yang memiliki temperatur
dibawah 0° derajat celcius yang terjadi pada cuaca panas.

Jenis hujan ini termasuk hujan lokal yang jarang terjadi dan biasanya terjadi kurang lebih 10 menit.
Penyebabnya adalah adanya pengembunan mendadak.

Seluruh wilayah di dunia dapat mengalami hujan batu es, termasuk wilayah tropis. Ukuran hujan es
sekitar 6 cm per bongkahan. Hujan es berasal dari awan cumulonimbus yang bertumpuk secara
vertikal hingga mencapai ketinggian 30.000 kaki atau lebih.

4. Hujan Deras (Rain)


Hujan deras merupakan curahan air yang memiliki butiran kurang lebih 7 milimeter dan berasal dari
awan yang memiliki temperatur di atas 0°.
MAKALAH CUACA DAN IKLIM

NAMA : DELLA MARSYA LINA

KELAS :X-L

Anda mungkin juga menyukai