Anda di halaman 1dari 3

Nama: Zahra Zaneta Nazwah

NIM: 215040200111102
Kelas: K

Proses Terbentuknya Angin dan Pola Sirkulasinya.


Tiap-tiap daerah mendapatkan penyinaran matahari yang berbeda. Karenanya tiap-tiap daerah
memiliki perbedaan suhu dan tekanan udara pula. Tekanan udara sendiri berbanding terbalik
dengan suhu. Daerah yang mendapat sinar matahari lebih intens, tentu akan memiliki suhu
yang lebih tinggi dan tekanan udara yang lebih kecil. Maka terjadilah pergerakan udara yang
kemudian disebut dengan angin. Angin adalah Gerakan udara mendatar atau sejajar dengan
permukaan bumi yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara satu tempat
dengan tempat yang lain (Kastolani et al., 2007).

Sama halnya dengan air, udara dalam bentuk angin juga mengalir dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah. Kecepatan angin ini bergantung pada letak ketinggian dari tempatnya.
Kecepatan angin adalah kecepatan dari menjalarnya arus angin dan dinyatakan dalam knots
atau kilometer per jam maupun dalam meter per detik (Soepangkat, 1994) dalam (Data et al.,
2013). Kecepatan angin dapat diukur dengan alat yang bernaman anemometer. Sedangkan
untuk mengetahui arahnya dapat menggunakan alat Bernama wind vane.

Angin memiliki beberapa jenis. Pertama, angin darat-laut yang terjadi karena adanya
pergerakan udara dari darat ke laut. Angin ini terjadi pada malam hari Ketika tekanan udara
di darat lebih tinggi daripada di laut. Kedua, angin gunung-lembah yang terjadi karena ada
pergerakan udara dari gunung ke arah lembah, sedangkan angin lembah sebaliknya. Ketiga,
angin jatuh atau yang biasa disebut angin fohn. Angin ini biasanya bersifat kering dan panas
dikarenakan angin yang jatuh bertiup dari daerah yang memiliki temperature panas.

Selanjutnya angin memiliki sirkulasinya di atmosfer. Beberapa sirkulasi yang dikenal dalam
dunia klimatologi adalah sirkulasi atmosfer sel tunggal dan sirkulasi atmosfer tiga sel.

1. Sirkulasi atmosfer model sel tunggal


Terjadinya sirkulasi ini diasumsikan bahwa: bumi dianggap tidak berotasi sehingga
factor utamanya adalah gradien tekanan, permukaan bumi yang dianggap sama yang
tertutup air. Sehingga perbedaan panas daratan dan lautan diabaikan.
2. Sirkulasi atmosfer model 3 sel
Sikrulasi model ini memeiliki kemipripan denan model sel tunggal, hanya saja pada
model 3 sel lebih kompleks. Atmosfer di wilayah equator digambarkan Kawasan
yang selalu kelebihan cahaya matahari. Sebaliknya wilayah kutub selalu kekurangan
cahaya matahari. Sehingga pada model ini daerah yang memiliki tekanan tinggi akan
berada di kutub sedangkan tekanan rendah berada di equator.
3. Sirkulasi monsoon
Monsoon sendiri merupakan daerah tempat arah angin yang kemudian berbalik arah
paling sedikit 120 derajat antara Bulan Januari dan Juli. Januari adalah puncak musim
dingin di Bumi Bagian Utara (BBU) dan puncak musim panas di Bumi Belahan
Selatan (BBS). Sebaliknya pada Juli adalah puncak musim panas di BBU dan puncak
musim dingin di BBS (Prawirowardoyo, 1996). Akibatnya perbedaan tekanan udara
dari pemanasan yang berbeda menyebabkan pergerakan massa udara yang berbentuk
sirkulasi atmosfer.
4. Sirkulasi Hadley
Jenis sirkulasi ini terdapat di tiap belahan bumi. Pada bagian bawah setiap sel Hadley,
udara mengalir menuju khatulistiwa. Aliran udara dari masing-masing belahan bumi
bertemu disuatu pita yang disebut ITCZ (Intertropical Convergence Zone). Aliran
udara ini akan menjadi dingin karena pemancaran gelombang pendek, sehingga
densitasnya bertambah dan bergerak turun pada sekitar lintang 30°. Pada saat turun
udara ini mengalami pemanasan adiabatik dan bergerak menuju permukaan bumi
sebagai udara yang panas dan kering (Prawirowardoyo, 1996). 
5. Sirkulasi walker
Pada sirkulasi ini menandai adanya gerak massa udara pada arah zona barat-timur.
Hal ini menyebabkan mengalirnya massa udara dari arah timur dan barat ekuator yang
merupakan lautan dengan densitas udara lebih tinggi. Dampak yang bis akita
perhatikan secara langsung seperti pertumbuhan awan dan hujan yang lebih besar.

Source:

Data, A., Permukaan, A., & Bandara, D. I. (2013). Analisis Data Angin Permukaan Di
Bandara Pangkalpinang Menggunakan Metode Windrose. Jurnal Geografi, 10(2), 112–
122. https://doi.org/10.15294/jg.v10i2.8056
HK., B. T. (2020). KARAKTERISTIK DAN SIRKULASI ATMOSFER. METEOROLOGI INDONESIA, 1-210

Kastolani, W., Setiawan, I., Ruyati, E., & Rachmayani, Y. (2007). Jenis dan Proses
Terbentuknya Angin. 1–17.

Anda mungkin juga menyukai